Minggu, 06 Oktober 2019

PEMBERONTAKAN MUHAMMAD BIN ABUBAKAR



Albert Camus tentang teory manusia: 
"AKU ADA KARENA AKU MEMBERONTAK. 
ANDAIKATA AKU TIDAK MEMBERONTAK AKU 
TIDAK PERNAH ADA" 
INILAH YANG DIKATAKAN MANUSIA DAN INI JUGA 
YANG KUTERIMA SEBAGAI TEORY YANG BENAR    
SEBAGAI MANUSIA/ANNAS/BECOMING.
(IT'S NOT JUST ONLY BEING BUT ALSO BECOMING)   
hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia










  


Usman bin Affan jadi khalifah atas inisiatif Abdurr Rahman bin 'Auf. Padahal Imam 'Alilah seharusnya tetapi dengan kelicikan Abdur Rahman, untuk kesekian kalinya Imam 'Ali ditinggalkan. Lihat video berikut ini:
 https://www.youtube.com/watch?v=GxD_-eqO_cs

Usman mengangkat semua pejabat baik untuk Gubernur maupun Bupati dari keluarganya belaka. Imam Ali tidak bosan-bosan menasehati Usman agar untuk Gubernur mesir tidak diangkat dari saudara Usman penggantinya. Dipikir Usman Imam mau mengang kat anaknya sendiri, maka dia bertanya siapa yang akan saya angkat. Imam menjawab ini Muhammad bin Abubakar angkat sebagai Gubernur Mesir.

Usman menyetujuinya tetapi saat Rombongan iring-iringan Muhammad bin Abubakar dalam perjalanan menuju Mesir, seorang utusan Usman membawa sepucuk surat untuk gubernur lama dengan perintah supaya begitu tiba iring-iringan rombongan Muhammad tiba, semuanya dipenggal lehernya. Pembawa surat tersebut ditangkap rombongan, ternyata demikian sadis perintah penggal leher. Segera rombongan Muhanmmad berpatahbalik menuju istana Usman, mereka bertanya pada Usman tentang perintah tersebut. Usman mengatakan tidak membuat surat itu. Rupanya Marwan bin Hakamlah, menantu Usman yang buat surat tersebut dengan menggunakan stempel negara. Saat Muhammad meminta agar Marwan dihukum, Usman menolaknya. Katanya me mang Marwan bersalah tapi jangan sampai diambil tindakan yang seberat itu.

Bayangkan satu rombongan mau dipenggal lehernya masih saja Usman menganggap ringan. Lalu rombongan Muhammad bin Abu bakar terus mengepung istana Usman. Usman berteriak dari anjung istananya bahwa dia kehabisan air dan meminta orang yang mendengarnya agar menyampaikan ke Imam 'Ali. Walaupun Imam 'Ali ditipu Abdurr Rahman bin Auf, conco Usman, Imam mau juga mengirim 2 kantong air via Imam Hassan dan Imam Hussein.

Para pemberontak menembak pembawa air, lalu tangan Imam Hussein terluka. Kata Muhammad bin Abubakar, hati-hati kalau Imam Hassan atau Imam Hussein terluka, rencana kita akan gagal. Tidak seorangpun mampu melawan kalau Imam Ali mencegah kita. Lalu bagaimana tanya pengikut Muhammad. Kita terobos saja masuk istana celaka itu. Lalu masuklah Muhammad ke dalam istana Usman bersama 2 orang temannya. Mereka melihat Usman lagi baca Qur-an. Orang berideology Islam macam Muhammad bin Abubakar hasil didikan Imam 'Ali tau kalau Usman itu boleh dibunuh. Salah seorang kawannya menendang tangan Usman hingga Qur-an terjatuh. Yang lainnya maju melibas leher Usman, saat Nabilah isteri Usman muncul, diapun terpotong jari dan tela pak tangnnya yang kelak dimanfaatkan Muawiyah sepupu Usman untuk memfitnah Imam Ali. Berhubung sudah mau pulang, insya Allah besok saya sambung lagi.

Sepertinya tidak perlu dulu saya kisahkan keseluruhannya sebab panjang sekali sampai bersambung dengan perang Unta/perang Jamal dan perang Siffin antar Imam Ali dengan Muawiyah sipenipu licik bersama Amru bin Ask, anak zina Abu Sofyan dengan Nabila yang tidak mengaku anak Abu Sofyan sebab Sofyan pelit, pelacur lainnya Ask yang murah hati, dialah yang diakui ibu Amru hingga terkenal Amru bin Ask.

Yang ingin saya diskusikan, kenapa banyak kaum Muslimin mem persoalkan siapa pembunuh Usman, seolah-olah berdosa pembu nhnya. Berubung mereka hendak mengelak bahwa pembunuh Usman Muhammad bin Abibakar, mereka berdalih yang bunuh itu bukan Muhammad tetapi teman Muhammad. Mereka pikir Abuba kar orang terhormat, jadi mereka elak agar anak Abubakar tidak terlibat.

Apa yang salah disini saudaraku sekalian? Persoalannya kalau ada hal yang menyelimet, tidak akan tuntas kecuali dengan Ideology Islam Murni. Sebagaimana kita tau bahwa seluruh para Rasul adalah Ideolog, nyakni manusia berwajah "Merah". Para Imampun menurut Syahid DR 'Ali Syari'ati (Rausyanfikr dari RII) juga Ideolog, bahkan juga Abu Dzar Ghifari, Salman al Farisi al Miqdad dan Ammar bin Yassir.

Sementara para Bal'am, intelectual Menara Gading, dan ilmuwan yang netral adalah manusia-manusia "berwajah pucat". Mereka tidak mampu menemukan siapa pembunuh Usman, terlanjur m
beriman dengan Istilah "Khalifaturr Rasyidin" mereka mendapat pesan untuk menggigit dengan geraham hadist palsu tentang 4 Khulafaurr Rasyidin.

Padahal persoalan pembunuh Usman saja gak usah punya titel tinggi macam kata Propessor Doktor Imran Hosein, muridnya Iqbal Pakistan. Usman dan menantunya Marwan bin Hakam hendak membunuh semua rombongan Muhammad bin Abubakar. Untung yang bawa pesan itu sempat mereka tangkap hingga terbongkar nya rencana Jahat Marwan bin Hakam. Rombongan Muhammad mengepung istana Usman bin Affan sampai akhgirnya Usman terbunuh.

Siapa pembunuh Usman masih perlukah kita pertanyakan? Siapa lagi kalau bukan Muhammad bin Abubakar bersama rombongan nya. Kalau ditanya orang siapakah yang membangun Papua sekarang hingga demikian mentreng? Anak SLTP yang cerdas akan menjawab Jokowi, bukan tukang semen atau tukang bangu nan, mana mau mereka kalau tidak disuruh Jokowi.

Demikian juga yang membunuh Usman bin Affan adalah Muham mad bin Abubakar cs. Pertanyaan selanjutnya, berdosakah Muham mad? Tanya saja berdosakah Jokowi membunuh manusia Jahat, radicalis, rasis dan intoleran yang telah banyak membunuh rakyat Indonesia yang tidak bersalah? Betapa lugunya mereka yang belum mampu memahami alinia-aliniaku sekarang ini.

Adam adalah manusia pertama yang memberontak terhadap tata nan Allah swt. Hanya Adam dan Hawalah yang diizinkan Allah un tuk memberontak tatananNya. Para intelektual menara Gading, para Bal'am dan Ilmuwan netral lainnya tidak mampu berpikir pemberontakan Adam dan Hawa sungguh luarbiasa dan kebijaksa naan yang redha Allah. Apakah Adam dan Hawa ditipu Syaithan hingga mau makan buah Ke'arifan, dimana Syaithan menamakan buah Khuldi? Dalam Qur-an dikatakan Allah Mereka berdua sudah dilarang agar tidak mendekati pohon itu (baca hazihisy Syajarata) tetapi Syaithan menipunya Adam. Itu kebenaran secara Syar'i sedangkan secara Ideologi, secara filosofis, secara hakikat Mereka berdua sendiri yang memakannya secara sadar, kenapa?

Andaikata Adam dan Hawa tidak mau memakannya, sampai hari ini hanya mereka berdua yang ada di Syurga. Jadi bukan salah Hawa sebagaimana kata para Alimpalsu bahwa gara-gara wani talah membuat leklaki mau korupsi, he he. Wanita yang dikorban kan. Simak kembali ayat info Allah hendak menjadikan Khalifah di Muka Bumi. Bukan di Syurga, kan? Ada ayat di Qur-an, Ibrahim dimasukkan Namrud dalam unggun Apinya tetapi Ibrahim tidak terbakar. Kalimat tersebut passif. Sekarang Syahid DR Syariati mengubah redaksinya: "Ibrahim memasuki api Namrud", untuk apa? agar apinya padam hingga tidak adalagi orang yang dibakar oleh Namrud. Demikianlah kalimat aktifnya, bukan kalimat passif. Artinya Ibrahim tau persis macam Adam dan Hawa, bahwa Ibrahim sadar siapapun yang bermain api pasti terbakar. Ibrahim juga sadar bahwa Allah diatas segalanya, api tidak akan tunduk kepadadirinya sendiri tetapi kepada Allah sebagaimana pisau Ibrahim yang tajam tidak tundukpatuh kepadanya hingga Ismail anak kesayangannya tidak terluka dengan pisau yang saat jatuh ke batu, batupun terbe lah dua.

Sekarang kita kembali ke Muhammad bin Abubakar yang darahnya milik Abubakar tetapi ideologinya milik Imam Ali. Tidak ada siapapun diredhai Allah untuk memberontak TatananNya kjecuali Adam dan Hawa, namun memberontak atas tatanan Taghut macam Muhammad bin Abubakar adalah haq. Perlu digarisbawahi bahwa berevolusi atau memberontak tidak dibenarkan sembara ngan, kononpula kalau manusia kutub Qabil macam di Indonesia mau memberontak terhadap manusia kutup Habil. Makanya jangan ikut-ikutan berevolusi tanpa memahami hakikat Revolusi yang mendapat redha Allah swt. Brangkali alinia berikjut ini menambah wawasan saudaraku untuk merenungkan:

https://achehkarbala.blogspot.com/.../pendidikan-islam...
Sumber, diantaranya sudah lama saya pelajari via Syahid DR 'Ali Syari'ati (Guru ideology) dan Sejarah Ahlulbayt yang ditrulis oleh HMH AL HAMID AL HUSAINI (Orang Sunni yang gemar menulis Sejarah Ahlulbayt) Buku beliau saya dalami sa'at saya duduk di bangku PGAN 6 Tahun,di Awe geutah, Tampokdjok


Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia

Selasa, 04 Juni 2019

LITERATUR INI KHUSUS BUAT PENGIKUT AHLULBAYT DAN NON AHLULBAYT YANG SEDANG MENCARI SHIRATAL MUSTAQIM MURNI




 



REPUBLIK ISLAM IRAN ADALAH NEGARA ISLAM SEDANGKAN ARAB SAUDI ADALAH NEGARA SYSTEM TAGHUT DESPOTIC
  
INILAH PERBEDAAN ARAB SAUDI DENGAN IRAN
9 PERBEDAAN SYARI’AT ISLAM ANTARA KERAJAAN ARAB SAUDI DENGAN REPUBLIK ISLAM IRAN


hsndwsp 
Acheh - Sumatra
di

Ujung Dunia 


Republik Islam Iran merupakan negara Islam yang mengusung syariat Islam tinggi-tinggi sebagai dasar negaranya. Tidak ada negara maju dengan syariat Islam kecuali Republik Islam Iran (RII)

Berikut, 9 perbedaan antara Kerajaan Arab Saudi dengan Republik Islam Iran, ditinjau dari sisi syariat Islam:

Pertama, Kerajaan Arab Saudi bersifat kerajaan yang mengadopsi sistem pemerintahan jahiliyah yang kalau sekiranya itu baik, tentu Rasulullah Saww akan melakukannya. Konstitusi negara Saudi mengacu pada Al-Qur’an dan Assunnah berdasarkan pemahaman Salafush Saleh yang telah disesuaikan dengan kehendak kerajaan, yang tidak sesuai dengan kepentingan raja akan direvisi, dihapus atau mengalami adaptasi/pemakluman yang penting rajanya masih shalat. Keseluruhan pejabat pentingnya termasuk kepala negara/raja secara mutlak ditetapkan hanya untuk keluarga Su’ud, dan kabilah lain diharamkan untuk bisa menjadi pejabat apalagi kepala negara.
Republik Islam Iran dalam memilih pemimpin tertinggi [Rahbar/Wali Faqih] mengadopsi sistem syura yang terdiri dari ulama-ulama besar yang ahli dan menguasai ilmu keislaman sehingga pemimpin tertinggi diatas presiden terpilih dari orang-orang yang memang selain ahli Islam juga ahli ilmu ketatanegaraan [ini pernah dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab untuk menetapkan khalifah penggantinya], sementara pemilihan Presiden diserahkan kepada rakyat dengan mengadopsi  sistem demokrasi yang telah disesuaikan dengan nilai-nilai syariat Islam.

Jika Su’ud mendirikan nama negara dengan nama kabilahnya dan memperuntukkan kedudukan raja dan posisi penting hanya untuk keturunannya tidak peduli layak atau tidak, Imam Khomeini mendirikan negara dengan nama al-Jumhuriyah al-Islamiyyah Iran [Republik Islam Iran] dan mewariskan sistem Wilayatul Faqih yang hanya membolehkan orang-orang yang layak dan kafabel untuk menjabat kedudukan penting dipemerintahan, darimanapun asalnya.

Jika di Saudi, kedudukan ulama dibawah raja dan tidak memiliki kedudukan politik dan hanya mengurusi masalah fiqh, fatwa-fatwanya pun mendapat intervensi dari kerajaan, sementara di Iran posisi ulama diatas Presiden  dan memiliki kewenangan dan kekuasaan yang lebih besar dari Presiden. Fatwa dan intruksi ulama yang menjadi wali faqih, wajib dikerjakan presiden.

Kedua, Kerajaan Arab Saudi ketika mendapat ancaman agresi dari Irak dibawah rezim Saddam Husain, mengemis bantuan keamanan dari Amerika Serikat, sehingga sampai saat ini ada 5 pangkalan militer AS di wilayah Arab Saudi yang mendapat legitimasi fatwa mufti Arab Saudi, hubungan diplomatik antara kedua negara ini juga sangat akrab, dilihat pejabat penting kedua negara saling mengunjungi.  Persenjataan dan semua kebutuhan militer Arab Saudi disediakan dan dibuat oleh AS, sehingga tidak satu kalipun kita mendengar Arab Saudi memiliki ilmuan yang ahli membuat senjata sendiri ataupun  menemukan senjata model mutakhir .

Sedangkan Iran pasca terjadi revolusi Islam, AS justru diusir dari Iran, perusahaan-perusahaannya dinasionalisasi, aset-asetnya dibekukan, dan sampai saat ini jangankan pangkalan militer, kedubes AS saja tidak ada di Iran. Sejak 1979 tidak ada satupun presiden  AS yang mengunjungi Iran, hubungan diplomatik antar kedua negara ini sangat tegang, bahkan saling menebar ancaman. Berbeda dengan Saudi yang menggantungkan kebutuhan militernya pada AS, Iran memproduksi sendiri.

Bahkan ilmuan-ilmuan Iran berhasil menguasai tekhnologi nuklir yang membuat AS khawatir, sehingga merasa perlu mengajak negara-negara lain untuk mengembargo Iran agar menghentikan pengembangan tekhnologi nuklirnya. Iran tidak hanya produktif menemukan senjata mutakhir, juga berhasil membuat satelit secara mandiri tanpa bantuan dari satu negara manapun. Nama satelitnya Amid, yang artinya harapan.

Ketiga, Kerajaan Arab Saudi mengharamkan orang-orang kafir menjabat dalam pemerintahannya namun tidak mengharamkan membantu orang-orang kafir untuk memerangi umat Islam khususnya menjaga eksistensi Israel dan menjaga kepentingan-kepentingan AS di Timur Tengah. Raja dan pejabat-pejabat penting Saudi akrab dan menjalin hubungan yang erat dengan tokoh-tokoh penting dari kalangan orang-orang kafir.

Bahkan dalam operasi penyerangan ke Yaman, Arab Saudi melakukan konsultasi dan meminta pertimbangan dari sekutunya yang merupakan negara-negara non muslim. Di Arab Saudi, AS dan Israel dilarang keras untuk dikecam ditempat-tempat umum, termasuk membakar bendera dan simbol-simbol kedua negara yang menjadi musuh umat Islam tersebut.

Republik Islam Iran sebagai negara republik yang mengadopsi sistem demokrasi, maka perwakilan-perwakilan kelompok minoritas mendapat hak diparlemen, bahkan termasuk Yahudi namun dengan syarat perwakilan-perwakilan tersebut anti Zionisme dan anti AS. Komunitas Yahudi Iran ketika diminta rezim Israel untuk bergabung dengan Israel, dengan tegas mereka menolak, bahwa pendirian negara Israel adalah bid’ah dalam agama Yahudi.

Di Iran, AS dan Israel sebagai musuh umat Islam sering dikecam dan dilaknat di mimbar-mimbar dan tempat-tempat terbuka oleh para khatib dan orator. Setiap aksi demonstrasi  rakyat Iran menentang kebijakan luar negeri AS dan Israel, selalu ada aksi pembakaran bendera dan simbol penting kedua negara tersebut.

Keempat, Arab Saudi melarang pembangunan ibadah orang-orang kafir, namun memberi izin seluas-luasnya untuk orang-orang kafir menanam investasi dan mengembangkan bisnisnya di wilayah Arab Saudi. Karenanya jangan heran, jika mall-mall mewah dan gedung-gedung pencakar langit di kota-kota besar Arab Saudi dipenuhi oleh produk-produk AS dan Barat, yang tidak jarang keuntungannya justru untuk menjajah dan memperbudak negara-negara muslim.

Republik Islam Iran sebagai negara yang toleran pada pengikut agama-agama dunia, tempat-tempat ibadah jelas saja diperbolehkan untuk didirikan, termasuk masjid yang khusus dikelola umat muslim Sunni, di Tehran ibu kota Iran terdapat  7 masjid Ahlus Sunnah ditempat-tempat strategis. Meskipun hampir 100% warga kota Tehran adalah muslim Syiah.  Kedutaan besar negara-negara sahabat yang Sunni, tetap mendapat izin untuk mendirikan masjid di areal kedutaan mereka.

Kelima, Arab Saudi membolehkan shalat Jum’at diselenggarakan disetiap masjid, meskipun masjid tersebut saling berdekatan. Sedangkan Republik Islam Iran tidak membolehkan shalat Jum’at diselenggarakan di satu kota kecuali di satu tempat. Sehingga shalat Jum’at di kota-kota besar Iran  dihadiri sampai jutaan jama’ah  yang meluber sampai kejalan-jalan. Tentu hal ini membuat hari Jum’at menjadi semakin semarak, dan implementasinya sebagai hari raya umat Islam bisa benar-benar dirasakan, terlebih lagi, jamaah jum’at juga diikuti oleh kaum muslimah Iran.

Keenam, Arab Saudi mengharamkan nikah mut’ah namun sesuai fatwa mufti kerajaan Syaikh bin Baz nikah misyar diperbolehkan. Nikah misyar adalah nikah dengan niat cerai yang memang pernikahan tersebut diniatkan tidak akan berlangsung dalam tempo yang lama. Dengan kebolehan ini, turis-turis Arab ketika berwisata ke Indonesia tidak jarang dari mereka sembari menikah dengan warga setempat, dengan niat jika masa liburan telah habis, maka akan menceraikan istri yang dinikahinya di Indonesia. Era Muslim pernah menulis, Indonesia dimata turis Arab adalah obyek wisata seks. Sementara Iran membolehkan nikah mut’ah dengan ketentuan-ketentuan yang ketat dan diatur UU karena itu yang mempraktikkannya secara resmi sangat jarang, sementara nikah misyar diharamkan di Iran karena memang tidak ada tuntunannya dalam syariat.

Di Saudi praktik poligami sangat membudaya dan familiar, terutama dari kalangan keluarga kerajaan dan ulama-ulama, sementara di Iran poligami sangat sedikit dipraktikkan. Perempuan-perempuan di Iran mendapatkan hak politik, bahkan menduduki jabatan penting pemerintahan, seperti menteri, wapres dan juru bicara kepresidenan. Sementara di Saudi, jangankan menjabat kedudukan politik, perempuan tidak memiliki hak suara politik sama sekali, bahkan sekedar menyetir mobil pun aturan kerajaan menyebutkan, haram bagi perempuan untuk melakukannya.

Ketujuh, Arab Saudi menghancurkan patung-patung dan tempat-tempat yang dikeramatkan termasuk  peninggalan-peninggalan situs Islam yang berharga: pemakaman baqi yang diratakan dengan tanah, rumah istri Nabi Sayyidah Khadijah dihancurkan kemudian diatasnya dibangun WC umum, sementara gedung-gedung pencakar langit, hotel-hotel dan tempat perbelanjaan yang super mewah dibiarkan menjamur, bahkan disisi Ka’bah dibangun menara jam super tinggi dengan simbol tanduk syaitan dipuncaknya.

Sementara di Iran kuburan-kuburan dijaga dan dilestarikan. Kuburan ulama-ulama dan pahlawan-pahlawan nasional serta tokoh-tokoh Iran tempo dulu dibangun  megah dan asri sehingga menjadi tempat wisata dan ziarah bagi orang-orang Iran. Tujuannya, selain untuk mengingatkan akan kematian, meski dalam keadaan sedang bersantai dan berlibur, juga untuk merawat ingatan akan masa lalu, bahwa kebesaran dan kemenangan hari ini, berkat perjuangan dan pengorbanan orang-orang terdaulu.

Kedelapan, Ketika rezim Israel memborbardir Gaza dan Palestina, ulama-ulama dan pejabat penting Iran sontak mengecam dan mengutuk agresi tersebut, bahkan sampai saat ini, tema-tema khutbah dan ceramah ulama-ulama besar Iran melulu seputar dukungan moralitas rakyat Iran akan perjuangan rakyat Palestina untuk mencapai kemerdekaannya. Iran membantu persenjataan Hizbullah dan HAMAS dalam kontak senjata dengan militer Israel.

Sementara ulama-ulama Arab Saudi bungkam saja dengan agresi militer Zionis yang membantai umat Islam di Gaza, bahkan sebaliknya ketika Hizbullah yang berperang dengan Zionis mereka gelari Hizbusysyaitan dan mengharamkan untuk membantu dan mendukung Hizbullah, karena Hizbullah bermazhab Syiah. Jika Iran mendukung HAMAS yang menuntut kemerdekaan Palestina dan menolak keberadaan Israel, Saudi mendukung PLO yang menerima kedaulatan Israel.
Ke Sembilan

Ketika Syiah Houthi berhasil menduduki Yaman, dan mengusir presiden Mansour Hadi yang didukung Arab Saudi melalui gerakan rakyat yang didukung semua elemen rakyat Yaman, Arab Saudi mengerahkan  150 jet tempur untuk menyerang Yaman yang dibantu oleh 10 negara bahkan termasuk AS dan jet tempur Israel.

Sementara Iran hanya membantu Syiah Houthi dalam bentuk dukungan moral, karena yakin, tanpa perlu turut campur langsung dalam konflik, rakyat Yaman adalah pejuang tangguh yang mampu  mengatasi kesulitannya sendiri, sebagaimana rakyat Iran diawal revolusinya yang diserang Irak yang didukung negara-negara Arab, Barat, AS dan Israel, tanpa perlu mengemis bantuan dari negara lain, kecuali bergantung kepad Allah Swt.  Saudi?.

Diancam akan diserang oleh Saddam Husain dan khawatir akan perkembangan Iran, buru-buru bersembunyi dibalik ketiak AS, meskipun harus menjadi negara boneka yang bekerja untuk kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah.

https://syiahali.wordpress.com/2015/06/21/inilah-perbedaan-arab-saudi-dengan-iran-9-perbedaan-syariat-islam-antara-kerajaan-arab-saudi-dengan-republik-islam-iran/

https://www.youtube.com/watch?v=epZJ-QCjKmA

https://www.youtube.com/watch?v=fCxbpBzlaYw

https://www.youtube.com/watch?v=QD_6JO1D4VQ

https://www.youtube.com/watch?v=r-nHSrhuQgs

https://www.youtube.com/watch?v=P8x4C1jvRTs
https://www.youtube.com/watch?v=nE-7inwOc5Y



Billahi fi sabililhaq
hsndwsp 
Acheh Sumatra
di
Ujung Dunia

Rabu, 22 Mei 2019

ALLAH SWT MEMBIARKAN DULU YANG HAQ DIKALAHKAN OLEH YANG BATHIL UNTUK MENGUJI MANUSIA APAKAH MEREKA BENAR-BENAR MEMBELA YANG HAQ KARENA ALLAH WALAUPUN RESIKONYA MATI?













KE 12 IMAM PERPANJANGAN KEIMAMAHAN RASULULLAH
SYAHID KECUALI IMAM MAHDI AL MUNTAZHAR
YANG DISELAMATKAN VIA GHAIB SYUGRA DAN KUBRA
UNTUK MEMBELA SEMUA IMAM SEBELUMNYA BESERTA 
MU'MIN SEJATI
REALITA RII ADALAH SYINYAL-SINYAL KEMUNCULAN
IMAM MAHDI DIMANA PERANG MALHAMAH/PERANG NUKLIR 
TIDAK LAMA LAGI
DAN RAHBAR ADALAH PEMIMPIN DARI KHURASAN YANG DIKHABARKAN NABI SUCI
hsndwsp
di 
Ujung Dunia



Bismillaahirrahmaanirrahiim
Sejak Qabil anak Nabi Adam as membunuh Habil, saudaranya sendiri, dimana mana di Dunia ini yang haq walaupun pernah menang namun untuk selanjutnya dikalahkan. Mukhtar Tsaqafi pernah menang membunuh semua pembunuh Imam Hussein di Karbala, namun belakangan Mukhtar Syahit ditempat Imam Ali Syahid. Nabi Ya'qub berhasil di Qan an tetapi justeru anak-anaknya sendiri (bani Israel) yang memasukkan Nabi Yusuf ke sumur setelah mereka keroyok dibawah perintah Yahuda (baca Yahudi). Untung Lavi mencegahnya hingga tidak jadi terbunuh.

Pokoknya silih berganti yang haq Syahid dan yang bathil bermunculkan. Sebahagian kaum Muslimin heran, kenapa Allah tidak membela Habil, Imam Hussein dan 10 Imam lainnya yang dibunuh dan diracun kecuali Imam ke 12, yaitu Imam Mahdi al Muntazhar yang diselamnatkan Allah untuk membela semua yang haq tetapi dibunuh oleh manusia-manusia kutub Qabil. 

Pada hakikatnya Allah hendak menguji manusia, apakah merek mau membela yang haq walaupun resikonya dibunuh atau diracun?  Andaikata yang haq selalu unggul diatas yang bathil, enak bangat kita membela yang haq tanpa resiko samasekali. Singkatnya Allah hanya dibawah pimpinan Imam mahdi dan Nabi 'Isa al masih memberikan power yang dapat menbgalahkan semua manusia-manusia kutub Qabil, baik yang berbaju Islam, macam musang berbulu ayam maupun non Islam yang anti Islam murni.

Mengapa kebanyakan Muslim tidak mau berpikir? Mengapa mereka fanatikbuta? Mengapa mereka tidak mau mempelkajari sejarah yang sebebarnya? Mengapa mereka tidak menganalisa pergolakan di Timur Tengah? Mengapa mereka tidak mampu memahami sepakterjang manusia kutub Qabil di seluruh dunia? Mengapa mereka sukar kia ajak berfikir?

Sebabnya mereka bagaikan manusia yang sudah kekenyangan singkong, pasti menolak saat kita tawarkan durian yang enak.  Maksud saya kepalka mereka sudah penuh terjejal dengan ilmu-ilmu Islam palsu. Betapapun kita mampu menjelaskan kepalsuan mereka, mereka tetap berputar-putar pada kesimpulan yang salah. Mereka juga bekerja samna dengan Zionis demi untuk menghancurkan Islam murni:

http://achehkarbala2.blogspot.com/2019/05/sudah-waktunya-menganut-islam_5.html

https://achehkarbala2.blogspot.com/2019/05/sudah-waktunya-menganut-islam_5.html

Lalu bagaimana yang berkemungkinan mereka mampu menerima kebenaran yang disampaikan Rasulullah, para Imam dan pengikut Ahlulbayt?        Kalau anda sanggup menawarkan proklat untuk mereka makan hingga "eltor" yang mengosongkan perut mereka. Sa'at itu mereka akan bergumam: "Andaikata kutau, sudah dulu aku makan durian. Andaikata kutau sudah dulu aku menjadi pengikut Ahlulbayt, Islam murni.





https://www.youtube.com/watch?v=epZJ-QCjKmA
https://www.youtube.com/watch?v=NNOe0oW3iz4
https://www.youtube.com/watch?v=GkpRpo1Tlq0
 https://www.youtube.com/watch?v=PyWUqeDLQHQ




Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia.

Minggu, 05 Mei 2019

SUDAH WAKTUNYA MENGANUT ISLAM ALTERNATIF/ISLAM MURNI SEBELUM PERANG MALHAMAH MENGHADANG KITA




IMAM ALI BIN ABI THALIB BERSAMA TOKOH YAHUDI DAN KRISTEN.

 by 

Zaini Arsyad Xia Muntazar



Bismillaahjirrahmaanirrahiim
Tanpa diduga di suatu hari yang cerah di kebun Imam Ali di luar kota Madinah, lebih kurang 13 km dari pusat kota di kawasan Kuba didatangi oleh dua orang tamu, yang satu tokoh yahudi bernama Ra'sul Jalut dan yang satu lagi tokoh kristen bernama Jasilik.

Setelah tamu memperkenalkan nama mareka berdua, Imam Ali a.s mempersilakan mareka duduk di sebuah gubuk yang sederhana untuk minum dan menjamah buah kurma sambil bertanyakan tujuan kedatangan mareka kepadanya.

Rupanya mareka berdua berhajat untuk memperbincangkan masaalah agama masing-masing. Lantas pertamanya, Imam Ali menoleh kepada tokoh yahudi itu sambil bertanya:

Wahai saudaraku Yahudi, adakah kamu mengetahui berapakah jumlah golongan yahudi yang telah berpecah belah dalam mengikuti Musa a.s ???



Ra'sul Jalut menjawab: Wahai Ali, aku tidak tahu, karena tiada siapa yang memberi tahukan kepadaku.

Imam Ali a.s berkata: Aku lebih tahu dari pada kamu semuanya tentang Taurat, Zabur dan Injil. Tanyakan kepadaku perkara itu semuanya. Lantas Imam Ali berkata: Wahai Yahudi; Sesungguhnya ummat yahudi pengikut Musa a.s berpecah kepada 71 golongan, hanya satu golongan yang selamat, yang 70 lainnya semuanya binasa. Yang dalam Al-Qur'an di dalam surah Al'A'raf, ayat : 159 disebutksn:

ومن قوم موسي امة يهدون بالحق وبه يعدلون.
"Dan diantara kaum Musa a.s itu terdapat satu ummat yang yang diberi petunjuk kepada yang haq, dan dengan itulah mareka mejalankan keadilan."
Kemudian Imam Ali a.s menoleh dan bertanya kepada rahib kristen; Wahai Jasilik, adakah kamu tahu berapa golongan ummat Isa a.s telah berpecah ???
Sang rahib menjawab: 40 (empat puluh). Imam Ali berkata: "Bohong kamu."
Lanjutnya: Sesungguhnya ummat Isa a.s telah berpecah menjadi 72 golongan. 71 yang binasa dan yang satu selamat. Yang dalam Al-Qur'an surah Al-Maidah, ayat 83 disebutkan:
واذا سمعوا ما انزل الى الرسول ترى اعينهم تفيض من الدمع مما عرفوا من الحق يقولون ربنا ءا منا فاكتبنا مع الشا هدين .
"Dan apabila mareka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul ( Muhammad), kamu lihat mata mareka berlinang air matanya disebabkan kebenaran (Al-Qur'an) yang telah mareka ketahui ( dari kitab-kitab mareka sendiri), seraya berkata: Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi ( atas kebenaran Al-Qur'an dan kenabian Muhammad s.a.w.w)."
Selanjutnya, Imam Ali berkata: Wahai saudaraku berdua: Nanti ummat Nabi Muhammad s.a.w.w akan berpecah menjadi 73 golongan, 72 yang celaka dan yang satu selamat, yaitu mareka yang mengikutku. Yang dalam Al-Qur'an , surah Al-A'raf, ayat 181 disebutkan:
وممن خلقنا امة يهدون بالحق وبه يعدلون.
"Dan diantara yang Kami Ciptakan ada satu ummat yang diberi petunjuk kepada yang haq, dengan itulah mareka berbuat keadilan."
Kemudian kedua tamu itu merasa puas dan 
lega dengan jawaban Imam Ali a.s.

Dari Tafsir Al- Mizan dan kitab Al-Bihar. Al-Majlisi.

https://achehkarbala2.blogspot.com/2018/03/islam-warisan-dan-islam.html




Jumat, 29 Maret 2019

PERBEDAAN ANTARA ULAMA DAN ILMUWAN





MENYOROTI HUBUNGAN ANTAR AGAMA DAN NEGARA 
SERTA SEPAKTERJANG PARA ILMUWAN DAN ULAMA PALSU 
DALAM
SYSTEM TAGHUT DESPOTIC DAN KORRUPT
hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Andaikata di suatu negara yang mayoritas penduduknya muslim tapi hukum Allah terabaikan dan kaum Dhu'afa hidup menderita, para ulama atau fukaha Islam harus mengambil alih kekuasaan baik secara damai maupun secara paksa (Revolusi) Apabila para ulama dan fukaha tidak mengambil alih kepemimpinan di negara tersebut, terindikasi bahwa di negara tersebut tidak ada ulama dan fukaha kecuali lebih tepat disebut Ilmuan. Para Ulama dan Fukaha Islam tugasnya sama dengan tugas Para Rasul dan para Imam untuk membebaskan kaum mustadhafin dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk mereka (QS,7:157&QS,90:12-18)

Para Rasul, Imam, Ulama dan Fukaha adalah ideolog, yaikni manusia-manusia representant yang berwajah ”merah” sementara para propessor, doktor dan semacamnya adalah ilmuwan, ya'ni manusia-manusia yang berwajah ”pucat” Para Rasul, Imam, Ulama dan Fukaha adalah wakil Tuhan untuk merealisasikan hukumNya di muka Bumi agar manusia benar-benar tunduk-patuh kepadanya. Hukum Allah mustahil exist dalam system Taghut. Justru itu tugas para Rasul, Imam, Ulama dan Fukahalah yang bertindak untuk mengambil alih kepemimpinan andaikata negara dikuasai para tiran yang despotik. Untuk urusan tersebut mereka tidaklah melakukan Revolusi secara semborono kecuali pengikutnya siap untuk hal tersebut. Siap disini bukanlah dalam arti banyaknya pengikut tapi setelah berdaya upaya terlibat dalam proses kaderisasi. Imam Hussein di Karbala hanya memiliki 73 pengikutnya, namun siap melawan kezaliman agar penduduk Dunia memahami bahwa Yazid itu bukan pemimpin Islam tetapi penguasa Taghut zalim dan hipokrit.

Pertanyaannya apakah orang-orang yang tidak mengikuti Imam Hussein termasuk orang Islam? Jawabannya secara syar’i adalah Islam tetapi secara filosofis dan Ideologis mereka bukan orang Islam. Andaikata mereka itu orang Islam benaran, otomatis menjadi pengikut Imam dan Yazid yang zalim dan hipokrit pasti tumbang. Timbul pertanyaan lagi buat apa Imam melakukan revolusi sementara pengikutnya seperti hanya untuk dikorbankan saja didepan kekuasaan yang tirani dan despotik?

Sebelum Imam Hussein pergi kekarbala bersama keluarga dan semua pengikut setianya, Ibnu Abbas (Abdullah bin Abbas) membujuk Imam untuk tidak pergi ke Karbala (Kofah). Dia mengatakan bahwa penduduk Kufah yang telah memintanya datang adalah terkenal jahat dan tidak dapat dipercaya. Dia memintanya agar pergi saja ke Yaman. Disana Imam Hussein mempunyai ramai pengikut sehingga dia boleh hidup dengan aman. Imam Hussein mengatakan bahwa Ibnu Abbas dan juga adiknya Muhammad Hanafiah telah berkata yang benar. Beliau melanjutkan: "Saya juga tahu bahwa saya tidak akan mencapai apa-apa kuasa sebab saya pergi bukan untuk penaklukan dunia. Saya pergi hanya untuk dibunuh. Saya berharap bahwa melalui penderitaan yang saya tanggung dari penindasan ini, dapat mencabut keluar asas bagi segala kekejaman dan kezaliman. Saya berjumpa dengan datuk, Nabi Allah di dalam mimpi memberi tahu saya agar membuat perjalanan ke Irak. Allah swt mahu melihat saya dibunuh". Muhammad Hanafiah dan Ibnu Abbas berkata: "Jika begitu kenapa membawa anak-anak dan wanita bersama kamu?". Imam menjawab: "Datuk saya mengatakan bahwa Allah mahu melihat mereka ditawan. Saya membawa mereka sesuai arahan Nabi Allah"

Itu semuanya merupakan sebagai proklamasi kepada manusa bahwa Negara dibawah kekuasaan Yazid adalah Taghut yang zalim. Imam Ali as mengatakan bahwa kekuasaan ditangan Muawiyah bagaikan perahu terbalik, yang menumpahkan segala isinya. Secara Ideology kita pasti mampu memahami fenomena Negara dibawah kekuasaan type Muawiyah (yang meracuni Iman Hassan, cucu Rasulullah) dan Yazid bin Muawiyah (pembantai keluarga Rasulullah di Karbala).

Disebabkan penulis adalah orang Acheh - Sumatra pastinya sangat logis untuk menyoroti Negara Indonesia dimasa lampau, dimana bukan saja menjadi penindas terhadap kaum mustadhafin di Tanah Rencong tetapi juga penindas terhadap kaum mustadhafin di pulau Jawa itu sendiri. Siapapun yang berani berbicara Negara Islam atau revolusi, pasti ditindak oleh penguasa Indonesia secara otoriter- Kondisi semacam ini juga kita saksikan melalui lembaran sejarah di dalam kekuasaan Muawiyah dan Yazid, anaknya. ”Ulama” dalam pemerintahan despotik tersebut diam seribu satu bahasa ketika menyaksikan perlakuan semena-mena terhadap rakyat jelata (baca kaum mustadhafin), bahkan mere ka diperintahkan Muawiyah untuk berfungsi sebagai ”mesin” pemalsuan Hadist Rasulullah dan inilah yang paling berbahaya hingga perpecahan Ummat Muhammad, kita saksikan sekarang ini, mulai dengan pemalsuan Hadist Shaqalain dan seterusnya.

”Ulama” dalam system Hindunesia juga diam seribu satu bahasa ketika menyaksikan perlakuan semena-mena terhadap kaum mustadh'afin Acheh - Sumatra dan kaum mustadhafin Hindunesia itu sendiri. Para ”ulama” tersebut juga menggunankan Hadist made in Abu Hurairah cs sebagai alasannya untuk tidak melawan penguasa yang masih melakukan salat 5 waktu. Untuk hal ini mereka tegamak dengan melakukan doa tolakbala hanya melalui peragaan tangannya terlungkup di setiap Mesjid dan lembaga agama manapun dalam system Hindunesia.

Justru itu saya haqqul yakin bahwa di Indonesia dan Acheh - Sumatra sekarang ini tidak ada lagi ula ma benaran kecuali bal-am alias ulama palsu. Argument saya ini sangat kuat mengingat sepakterjang mereka tidak berbeda dengan sepakterjang ulama palsu di jaman Muawiyah dan Yazid bin Mua wiyah, sementara penguasa Hindunesia sejak dari Suharto sampai Yudhoyono sama dengan sepak terjang Muawiyah dan Yazid, pembantai keluarga Rasulullah saww.

Ulama adalah panutan rakyat dan juga siapapun yang mengaku beragama Islam. Dari itu kalau fungsi Ulama di tempati para ”Bal’am”, sirnalah Esensi Islam dan sirna jugalah Aqidah Ummat. Mereka hanya mengetahui bahwa Allah Tuhan yang haq disembah tetapi mereka tundukpatuh kepada ”Yazid-yazid” modern. Bagaimana mungkin kita disatu sisi tunduk patuh kepada penguasa zalim sementara pengakuan lidah kita justru perintah Tuhanlah yang harus diutamakan.

Allah berfirman: ” . . . . . . .waman lam yahkum bima an zalallah, faulaika humul kaafirun. . . . . . . .” (QS, al Maidah, 44) (. . . . . . .dan barang siapa yang tidak menghukum dengan hukum yang diturunkan Allah, mereka itulah yang kafir. . . . . . .)

Anda orang Indonesia atau Jawa tidak beralasan sakit hatinya kepada saya. Yang perlu bagi anda menelusuri pengikut-pengikut ”Imam” Kanto Suwiryo dan Muhammad Nasir serta ulama-ulama yang terikat dengan Piagam Jakarta, dimana belakangan disulap oleh Soekarno menjadi Pancasila alias Puncasilap. Jadi disini jelas kendatipun Soeharto terbaca lebih zalim dari Soekarno, namun secara ideologis justru Soekarnolah puncanya silap orang-orang yang bersatupadu dalam system Hindunesia alias System Pancasila atau Puncasilapnya made in Soekarno cs.

Anda Ilmuwan Hindunesia dicetak dalam dapur taghut Hindunesia. Kendatipun anda belajar agama di pesantren-pesantren dan lembaga agama manapun, anda telah merusak esensi Agama Muhammad saww yang murni hingga bercampur bawur dengan agama ”Ewuhpakewuh” atau Empu Tantular yang berbau ketoprak itu. Jangan kan ilmuwan di pulau Jawa, ilmuwan di Tanah Rencong saja, dimana Islam datang melaui Semenan jung Acheh, bisa dekaden dan bahkan memihak penguasa yang notabenenya adalah wakil majikan mereka dari Jakarta.

Padahal ilmuwan itu adalah pribadi-pribadi yang berilmu, kenapa mereka tidak mampu memahami untuk apa mereka mencari ilmu dari pesantren dan perguruan tinggi? Untuk perutkah, untuk keluarga sajakah? Mereka punya potensial untuk membela kaum mustadhafin dengan pengetahuan yang mereka miliki. Kenapa mereka tidak membentuk kelompok untuk melawan tirani dan despotik di negaranya masing-masing? Bukankah itu perintah Allah yang utama sebagai proses Esensi kemanusiaan?

Disinilah terbukti kata DR Ali Syariati, ahli fikir yang belum ada duanya sampai sekarang ini , bahwa Propessor, Doctor dan graduasi lainnya adalah ilmuan yang berwajah ”pucat” Sementara para Rasul, para Imam dan para Ulama warasatul Ambiya adalah Ideolog yang berwajah ”merah”. Mereka yang terakhir inilah yang dapat diharapkan untuk membebaskan kaum mustadhafin dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk merka (QS,7:157&QS,90:12-18). Sementara para ilmuan asik mengharapkan gaji yang tinggi dari majikannya (baca penguasa zalim) Mereka tabu untuk kita bicarakan bahwa sesungguhnya mereka sudah sirna Aqidahnya, kendatipun di mulut mereka berkomat-kamit dengan kalimah Syahadah.

Sekali lagi, di Indonesia tidak ada ulama kecuali sekelompok orang fanatikbuta melaku kan teror dimana-mana. Kalau di Palestina adanya kelompok bunuh diri, itu adalah dalam kontek perang melawan kezaliman kaum Zionis Israel. Mereka tidak mendapat bantuan sementara disekeliling mereka adalah negara-negara jenis yang sama dengan Hindunesia, secara sembunyi tapi nyata bagi kaum hypocrite itu, berpihak kepada Zionis itu sendiri. Sementara kaum teroris di Hindunesia, dengan siapa mereka berperang? Ironisnya mereka hanya berpenampilan pakaian Rasulullah tapi tidak mengikuti jejak Rasulullah.

Tulisan saya ini saya buat untuk mengundang pihak ilmuwan yang bersatupadu dalam system Hindunesia agar berpikir bagaimana sebenarnya mereka harus berkiprah untuk membebaskan kaum nustadhafin di dalam sys tem Taghut Hindunesia itu. Dengan cara demikianlah mereka terbebas dari Api Neraka bukan hanya asik beribadah ritual doang. Tauhid dan keadilan adalah dua sisi dari mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu-sama lainnya. Keadilan bersumber dari Tauhid dan Tauhid merupakan hubungan manusia dengan Tuhannya (hablum minal Allah) diwujudkan dalam keadilan sosial berhubungan antar sesama manusia (hablum minan naas).

Perlu juga dipahami bahwa menurut Imam Khomeini, Ulama atau fuqaha bukan hanya ahli di bidang hukum Islam saja atau hanya merupakan tokoh spriritual. Fuqaha yang Paripurna harus juga ahli di bidang-bidang lainnya, semisal filsafat, politik, sosial dan ekonomi. Apabila kita menemukan fenomena yang demikian macam di RII sekarangt ini ,bermakna kita telah menemukan realitanya: "Ulama yang intelektual dan Intelektual yang Ulama." Itulah Fuqaha yang Paripurna menurut Imam Khomaini, dimana kehadirannya bermanfaat buat pembebasan kaum mustadhafin.

Billahi fi sabililhaq
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra