Selasa, 30 Oktober 2018

HIKAYAT PERANG SABI YANG DI TAKUTI BELANDA DAN PORTUGIS



 



 INI BUKAN AJAKAN UNTUK PERANG SA'AT SEKARANG TETAPI SEBAGAI KENANGAN KAMI BANGSA ACHEH - SUMATRA DENGAN PENJAJAH DULU

hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia




Bismillaahirrahmaanirrahiim
Hikayat Prang Sabi adalah sebuah hikayat yang diciptakan atau dikarang oleh Tgk Chik Pante Kulu yang merupakan sebuah syair ke pahlawanan yang membentuk su atu irama dan nada yang sangat heroik yang mem bangkitkan semangat para pe juang Aceh da ri zaman penjajahan portugis sampai zaman penjajahan Belanda.


Pejuang Acheh

Hikayat Prang Sabi adalah salah satu ins pirator besar dalam menentukan perjua ngan rakyat Aceh.

Memang sejak dulu bangsa Aceh sangat ak rab dengan syair-syair perjuangan Is lam, sajak -sajak akan sebuah hakikat keadilan.

Hikayat ini selalu diperdengarkan ke setiap te linga anak-anak Aceh, laki-laki, pe rempuan, tua muda, besar kecil dari zaman ke zaman dalam sejarah Aceh Sepan jang Abad.

Kalau kita belajar dari sejarah, maka Aceh lah negeri yang paling ditakuti oleh Portugis dan sulit untuk ditaklukkan oleh Belanda sejak ta hun 1873 serta Jepang.
Tgk Uma dan Cutnjak Dhien

Beribu macam taktik perang yang digunakan oleh para penjajah tetapi tidak dapat me nguasai Aceh yang unggul dengan taktik pe rang gerilyanya.

Sejarah mencatat bahwa perang kolonial di Aceh adalah yang paling alot, paling lama, dan paling banyak memakan biaya perang dan korban jiwa penjajah.

Pengaruh hikayat perang sabil hasil karangan nya, telah mampu membangkitkan semangat jihad siapa saja yang membaca ataupun mendengarnya untuk terjun ke medan pe rang melawan penjajahan Belanda ketika itu.

Sehingga Zentgraf dalam bukunya “Aceh” (1983) menulis banyak pemuda yang meman tapkan langkahnya ke medan perang Aceh melawan Belanda karena pengaruh buku hikayat perang sabil yang sengaja ditulis seorang ulama besar Aceh bernama Tgk. Muhammad Pante Kulu.

Menurut Zentgraf, hikayat perang sabil kara ngan ulama Pante Kulu telah menjadi momok yang sangat ditakuti oleh Belanda, sehingga siapa saja yang diketahui menyimpan-apalagi membaca hikayat perang sabil itu mereka akan mendapatkan hukuman dari pemerin tah Hindia Belanda dengan membuangnya ke Papua atau Nusa Kembangan.

Sarjana Belanda ini menyimpulkan, bahwa belum pernah ada karya sastra di dunia yang mampu membakar emosional manusia untuk rela berperang dan siap mati, kecuali hikayat perang sabil karya Pante Kulu dari Aceh.

Kalau pun ada karya sastrawan Perancis La Marseillaise dalam masa Revolusi Perancis, dan karya Common Sense dalam masa pe rang kemerdekaan Amerika, namun kedua karya sastra itu tidak sebesar pengaruh hika yat perang sabil yang dihasilkan Muhammad Pante Kulu.

Para Tokoh Masa Dulu

Itu sebabnya, Ali Hasjmy menilai bahwa hi kayat perang sabil yang ditulis Tgk. Chik Pante Kulu telah berhasil menjadi karya sastra puisi terbesar di dunia.

Menurut Hasjmy, pengaruh syair hikayat pe rang sabil sama halnya dengan pengaruh syair-syair perang yang ditulis oleh Hasan bin Sabit dalam mengobarkan semangat jihad umat Islam di zaman Rasulullah. Atau paling tidak, hikayat perang sabil karya Chik Pante Kulu dapat disamakan dengan illias dan Odys sea dalam kesusastraan epos karya pujangga Homerus di zaman “Epic Era” Yunany sekitar tahun 700-900 sebelum Mesehi.

Mengapa hikayat perang sabil begitu berpe ngaruh dalam membangkitkan semangat ji hat perang orang Aceh melawan Belanda.

Menurut telaahan, hikayat perang sabil yang ditulis Chik Pente Kulu ini terdiri dari empat bagian (cerita).

Barisan Pejuang Acheh

Pertama, mengisahkan tentang Ainul Mardhi ah, sosok bidadari dari syurga yang menanti jodohnya orang-orang syahid yang berpe rang di jalan Allah.

Kedua, mengisahkan pahala syahid bagi orang-orang yang tewas dalam perang sabil.

Ketiga, mengisahkan tentang Said Salamy, seorang Habsi berkulit hitam dan buruk rupa.

Keempat, menceritakan tentang kisah Muda Belia yang sangat mempengaruhi jiwa para pemuda untuk berjihat di medan perang me lawan kezaliman penjajahan Belanda.

Ada dua Versi pendapat tentang Tgk. Chik Pente Kulu dalam mengarang hikayat perang sabil ini.

Sebagian mengatakan, hikayat perang sabil ini dikarang Chik Pante Kulu ketika beliau da lam perjalanan pulang dari Mekkah ke Aceh. Berarti hikayat perang sabil ditulis Chik Pante Kulu di atas kapal selama dalam pelayaran nya dari Arab ke Aceh.

Pendapat lain mengatakan, hikayat perang sabil ini ditulis Chik Pante Kulu adalah atas suruhan Tgk. Chik Abdul Wahab Tanoh Abee yang lebih dikenal Tgk. Chik Tanoh Abee.

Karena, pada waktu Tgk. Muhammad Saman Ditiro meminta izin pada Tgk. Chik Tanoh Abee untuk berperang melawan Belanda.

Maka saat itu Tgk. Chik Tanoh Abee menanya kan pada Tgk. Chik Ditiro: “Soe yang muprang dan soe yang taprang?”. Chik Ditiro menja wab: “Yang muprang Muhammad Saman, yang taprang kafe Belanda”.

Menurut riwayat marga tanoh abee, sekiranya waktu itu Chik Ditiro menjawab, njeng mu prang ureung Islam, njeng taprang Beulanda.

Kemungkinan Tgk. Chik Tanoh Abee tidak me restui Chik Ditiro untuk berperang, sebab ka lau orang Islam yang berperang, di kalangan orang Islam sendiri masih banyak yang harus diperangi, yaitu orang-orang yang bukan Islam sejati.

Tetapi karena jawaban Tgk. Chik Ditiro: yang muprang Muhammad Saman dan yang taprang kafe Belanda, maka Tgk. Chik Tanoh Abee merestui Tgk.
Tgk Chik Ditiro

Chik Ditiro menggerakkan peperangan untuk melawan Belanda. Dalam mendukung gera kan perang ini Tgk. Chik Tanoh Abee menga rang khusus hikayat perang sabil dalam baha sa Arab untuk pimpinan-pimpinan perang.

Sedangkan untuk lasykar perang hikayat pe rang sabilnya dikarang oleh Tgk. Chik Pante Kulu dalam huruf Jawi berhasa Aceh, yang kemudian hikayat perang sabil karangan Tgk. Chik Pante Kulu ini membawa pengaruh luar biasa dalam membangkitkan semangat jihad lasykar Aceh berperang melawan Belanda.

Salah satu bagian paling penting dari Hikayat Prang Sabi adalah pendahuluan atau mukad dimah.

Bagian yang juga berbentuk syair ini menun jukkan secara jelas tujuan ditulisnya Hikayat Prang Sabi, dalam hubungannya dengan pe rang melawan Belanda.

Setelah diawali dengan puji-pujian kepada Allah pencipta semesta alam, syair-syair pada mukadimah berlanjut pada seruan untuk perang Sabil. Juga disebutkan satu pahala yang dapat diperoleh bagi mereka yang berjihad dalam perang Sabil (jalan Allah-Red).

Salah satu pahala yang akan diterima mereka yang mati syahid dalam perang tersebut adalah akan bertemu dengan dara-dara dari surga ( Bidadari ).

HIKAYAT PRANG SABI
“Salam ‘alaikom ‘alaikom teungku meutuah
Katrok neulangkah neulangkah neuwo bak kamoe
Amanah Nabi…ja Nabi hana meu ubah-meu ubah
Sjuruga indah…ya Allah pahla prang sabi….”

“Keu ureueng sjahid la sjahid bek ta kheun matee
Beuthat beutan lee…ja Allah njaweng lam badan
Ban saree keuneng la keuneng seundjata kafee la kafee
Keunan datang le…ya Allah pemuda seudang…”

“Geumat kipaih la kipaih saboh bak djaroe
Jipreh djudo woe ja Allah dalam prang sabi
Gugor disinan-disinan neuba u dalam-uda lam
Neupeuduek sadjan ja Allah ateueh kurusi…”

“Ngen idja puteh la puteh geusampoh darah
Ngen idja mirah…ja Allah geusampoh gaki
Rupa geuh puteh la puteh sang sang buleuen trang di awan
Watee tapandang…ja Allah seunang lam hatee…”

“Darah njeng ha-nji njeng ha-nji gadeh di badan
Geuganto Tuhan…ya Allah deungen kasturi
Di kamoe Atjeh la Atjeh darah peudjuang-peu djuang
Neubi beu majang…ja Allah Atjeh – Suma tra…”

“Subhanallah wahdahu wabihamdihi
Khalikul badri wa laili adza wa jalla
Ulon pudjoe Po sidroe Po sjuko keu Rabbi ja Aini
Keu kamoe Neubri beu sutji Atjeh-Sumatra…”

“Tadjak prang musoh beureuntoh dum sitree Nabi
Njeng meu ungki keu Rabbi keu Po njeng Esa
Soe njeng hantem prang tjitmalang tjeulaka tubuh rugoe rhoh
Sjuruga tan roh rugoe rhoh bala Nuraka…”

“Soe-soe njeng tem prang tjit meunang meutuwah tuboh
Sjuruga that roh njeng leusoh Neubri keugata
Lindong gata sigala njeng mudjahidin Mursalin
Bak djeuet-djeuet Mukim dikirem Atjeh-Suma tra…”

“Njeng mubahgia seudjahtra sjahid dalam prang
Allah Neupulang dendajang Budiadari
Hoka siwah-sirawah sjahid dalam prang dan seunang
Dji peurap ridjang peutameng Sjuruga ting gi…”

“Budiadari meuriti dideng di pandang
Dieu tjut abang njeng meutjang dalam prang sabi
Ho ka djudo tungku-e sjahid dalam prang dan seunang
Dji peurap ridjang peutameng sjuruga tinggi”

Billahi fi sabililhaq
Hsndwsp
Acheh – Sumatra
Di Ujung Dunia


"RENCONG"
Senjata orang Acheh jaman dulu

Tidak mengherankan, Sehingga kemudian pe nyair Taufik Ismail mengabadikan kehebatan hikayat perang sabil karya Tgk. Chik Pante Kulu ini dalam sebuah syair panjangnya ber judul : “Teringat Hamba Pada Syuhada Kita Dihari Kemerdekaan, Musim Haji 1406 H”. Taufik bersyair:…

“Nampakkah olehmu puisi itu?
Diserahkan kepada Teungku Chik Ditiro
Di sebuah desa di dekat Sigli
Dan puisi itu berubah menjadi sejuta Ren cong…

“Terdengarkah olehmu?
Merdunya Al Furqan dinyanyikan
Kemudian puisi perang sabi dibacakan
Yang mendidih darah memanggang udara
Menjelang setiap pasukan terlibat pertempu ran
Mengibarkan Panji fi-sabilillah…

“Hamba menulis puisi juga
Tapi betapa kurus puisi hamba
Kurang sikap ikhlas hamba
Banyak ria dan ingin tepuk tangan…
Apalah artinya dibandingkan puisi Perang sabi Muhammad Pante Kulu …

“Allah, berkahi penyair abad sembilan belas ini
Beri dia firdaus seluas langit bumi…

Begitu hebatnya Tgk. Chik Pante Kulu di mata penyair Taufik Ismail. Sampai-sampai Taufik menilai puisi-puisi yang ditulisnya selama ini belum memiliki arti apa-apa dibandingkan ke besaran syair hikayat perang sabil yang ditulis Tgk. Chik Pante Kulu. Ulama dan pujangga wan kelahiran 1836 M di Desa Pante Kulu, Ke mukiman Titeue, Kota Bakti, Pidie-Sigli ini, telah lama meninggalkan kita.

Namun hikayat perang sabil yang ditinggal kan tetap hidup di jiwa orang yang memang Acheh sebagai hasil karya sastra terbesar yang diakui dunia pada zamannya.

Sumber: Facebook @Aneuk Pasee



Jumat, 19 Oktober 2018

ASAL - USUL BANGSA ACHEH - SUMATRA





 PEGUNUNGAN KAUKACUS
 



  
BUKTI LAIN BANGSA ACHEH - SUMATRA BERASAL DARI PARSI (IRAN)

Bismillaahirrahmaanirrahiim
SYAHDAN, Bahwa keturunan bangsa Acheh adalah dari Tanah Persia. Seperti kita sering dengar kepanjangan ACEH sebagai Arab, China, Eropah, dan Hindia. Namun sampai sekarang jarang para sarjana yang mengangkat kisah seperti ini. Hanya Affan Jamuda dan A.B. Lila Wangsa yang menulis “Peungajaran Peuturi Droe Keudroe (Pelajaran mengenal diri sendiri)” menyebutkan:

“Wangsa Acheh nakeuh saboh wangsa njeng djak meunanggroe rot blah barat pulo Rudja. Wangsa njan asaiphon nibak wangsa Achemenia, Wangsa Achemenia njan asaidjih phon bak binih buket Kaukasus di Europa teungoh. Wangsa Achemenia njan hudep bak thon 2500 GM (gohlom masehi). Wangsa Achemenia saboh wangsa njeng harok meurantoe, sampoe wangsa njan meusipreuk bansaboh Asia, Afrika, Europa ngon pulo Rudja. Saboh turonan neuweh u tanoh Parsi djeut keuwangsa Parsia, njeng saboh suke neuweh u pulo Rudja, dudoe teuma djeut keu-wangsa Acheh. Wangsa Acheh asai phon nibak wangsa Achemenia-Parsia-Acheh”. Affan Jamuda and AB. Lila Wangsa, Peungajaran Peuturi Droe Keudroe (Pidie: Angkasa Muda, 2000).

Terjemahannya : Bangsa Acheh adalah satu bangsa yang membangun negeri di sebelah barat Pulau Ruja. Bangsa ini asalnya dari bangsa Achemenia, bangsa Achemenis berasal dari sebuah bukit Kaukasus di Eropa Tengah. Bangsa Achemenia hidup sekitar 2500 Tahun sebelum Masehi. Bangsa Achemenia satu bangsa yang suka merantau, sampai bangsa ini tersebar di seluruh Asia, Afrika, Eropa dan juga Pulau Ruja. Satu keturunan pindah ke tanah Persia, kemudian menjadi bangsa Persia, yang satu suku lagi pindah ke Pulau Ruja, kemudian lahir bangsa Acheh. Bangsa Acheh pertama sekali berasal dari bangsa Achmenia-Parsia-Acheh).

Tentu saja itu bukan sebuah kebetulan, jika kemudian kita temukan akar sejarah migrasi manusia dari Persia, bahkan sebelum Raja Darius (521-486 Sebelum Masehi) yang menguasai Persia, konon beragama Zoroasther. Raja ini menyebarkan sayap pemerintahannya sampai Eropa, Anatolia, Mesir, Mesopotamia, dan India Barat. Dalam buku A History of World Societies disebutkan bahwa: “They had created “world empire” encompassing of the oldest and most honored kingdoms and peoples of the ancient Near East.” Jadi, ada benarnya bahwa penggalan lagu Rafly di atas, yaitu “Beek tabeoh kada wangsa meutuwah; turounan meugah meuri-ri wangsa; khujja ngoen majja lakap geupajah; turoenan meugah dorius raja.

Sampai sekarang, bukti sejarah ini memang masih mengundang sejumlah tanda tanya. Sebab, di dalam sejarah, selalu disebutkan nama Parsia di dalam sejarah Aceh, namun jarang yang bisa menarik kembali kemana arah sejarah Aceh sebelum Masehi atau sebelum Islâm datang ke daerah ini. Pada masa Darius dan anaknya Xerxes (486-464 Sebelum Masehi), mereka telah membangun suatu monarki kekuasaan, yang ternyata telah disebutkan sebagai “world empire” (kerajaan dunia) hingga menjadi cikal bakal beberapa kerajaan di Timur Tengah.

Kemudian Jamuda dan Lilawangsa menulis: Phon teuka di tanoh Parsi (Iran-Irak djinoe). Sabab musabab neuteuka sampoe roh neumeunanggroe lam pulo rudja. Bak zameun Radja Dorius neumat keuradjeun di Parsia, lam masa njan kuasa keuradjeun Radja Dorius luah lagoina mulai di Meuser troh u Hindi ngen lam pula Rudja. Lam masa njan keu wangsa-ureung bako-bako di nanggroe Parsia neujak duek u nanggroe blah barat pulo Rudja njan dudoe neulakap Nanggroe Acheh. Yoh goh njan lam tanoh Acheh kana Aulia-Aulia Allah, njeng saheh naggroe Acheh milek harta Aulia-Aulia Allah (Bangsa Persia sebelum menjadi bangsa Acheh, pertama kali datang di tanoh Parsia (Iran-Irak sekarang).

Sebab datang sampai membangun negeri di Pulau Ruja. Pada masa zaman Raja Darius memegang tampuk kekuasaan di Persia, pada waktu itu wilayah kekuasaan Raja Darius sangatlah luas sekali mulai dari Mesir hingga ke India sampai ke Pulau Ruja. Pada zaman itu berbagai bangsa di negeri Persia berangkat menetap di sebelah Barat Pulau Ruja kemudian diberinama Nanggroe Atjeh. Sebelum itu di tanah Acheh sudah ada wali-wali Allah, yang jaga negeri Acheh milik harta-harta Aulia Allah).

Jadi, dapat dipastikan bahwa asal usul indatu orang Acheh adalah dari Parsia yang datang ke Pulau Ruja, sebuah pulau yang kemudian diberi nama Acheh. Namun yang menarik adalah jika benar pada zaman Raja Darius yang beragama Zoroasther sudah ada Wali-Wali Allah di Acheh, maka pertanyaannya adalah apa benar sudah ada agama yang menyembah Allah sebelum Masehi.

Sebab ungkapan bahwa Acheh milik atau tanah para Wali juga ditemukan dalam ungkapan lagu Rafly berikut, Han geu meu kafe ureung Acheh njan/Saweub bumoe njan tanoh Aulia/ Geutem sut nyawong peudong kheun Allah/ Kameunan reusam geutung pusaka (Tidak akan menjadi Kafir orang Acheh itu/Sebab bumi ini adalah tanah Aulia/ Rela mengeluarkan nyawa untuk mempertahankan kalimah Allah/ Begitu adat yang diambil sebagai pusaka) .Sayangnya semua sejarah itu masih berupa catatan perang. Kegemilangan Acheh sebagai salah satu kerajaan besar hanya cerita manis.

Ada yang menarik tentang Acheh, yakni simbol agama yang dikekalkan dalam suasana dayah, sebagai pusat sumber ilmu agama Islam tempoe doeloe. Ketika Acheh hendak dijajah, semua suku dan ulama di Acheh sepakat melawan penjajahan. Karena itu, konsep kebencian orang Acheh terhadap penjajahan, bukan karena kebencian etnisitas atau sejarah, tetapi karena melawan penindasan atau penjajahan merupakan jihad.

Hal itu dibuktikan oleh Tgk Chik Kuta Karang dengan karyanya kitab Hikayat Prang Sabi yaitu membakar semangat orang Acheh melawan penjajah dengan ideologi agama. Dalam konteks etnis, orang Aceh adalah orang yang berjiwa kosmopolitan alias bisa menerima siapa saja atau suku bangsa apapun. Untuk mengelompokkan etnisitas, sistem kerajaan Aceh menyusun kependudukan berdasarkan negeri asal suku bangsa tersebut, sebagaimana dilukiskan dalam hadih maja “Sukee lhee reuthoh bak aneuk drang, Sukee ja sandang jeura haleuba, Sukee tok bate na bacut bacut, Sukee imuem peut yang gok-gok donya”.




Sukee di sini dalam kata lain artinya suku sehingga hadih maja ini menggambarkan keragaman suku bangsa di dunia yang berdomisili di Aceh. Semuanya berhasil disatukan oleh sultan Alaidin Riayatsyah Al Qahhar (1537-1565) di bawah panji Islam dan terayomi di bawah payung kerajaan Aceh Darussalam.

Mengenai asal usul masyarakat Aceh, HM. Zainuddin (1961), mengatakan bahwa orang dari suku Batak/Karee membentuk kaum Lhee Reutoih. Orang asing lainnya seperti Arab, Persia, Turki, Keling (dagang), Melayu semenanjung, Bugis membentuk kaum Tok Batee Sultan berasal dari kaum Tok Batee. Kaum percampuran dari Hindu dan Batak Karee membentuk group baru menjadi kaum Ja Sandang.

Pimpinannya diberi gelar dengan panglima kaum dengan gelar kaum imeum peut. Sedangkan orang Gayo, sebagaimana dikutip Gerini (HM. Zainuddin, 1961) menghubungkannya dengan Dagroian sesuai dengan catatan- catatan Marcopolo. Menurutnya, Dagroian berasal dari kata-kata drang - gayu, yang berarti orang Gayo. Masyarakat tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Perubahan itu bisa saja berpunca di dalam masyarakat itu sendiri atau bersumber dari luar lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Aceh mempunyai comparative advantage karena menjadi pusaran dunia, transit pertama sebelum ke bagian Nusantara.

Terakhir, saya ingin menegaskan bahwa dalam sejarah kebudayaan Aceh, persoalan bersatu dan berpisah adalah hal yang sangat biasa. Artinya, mereka bisa bersatu dengan kelompok manapun,namun budaya yang sudah mengakar yang dibalut dengan kualitas tradisi Islam tidak akan pernah dapat dihentikan. Jiwa nasionalisme orang Aceh yang menjadi bagian dari Indonesia merupakan satu nafas dalam perjuangan mereka, sejauh itu tidak dikhianati.

Adapun nasionalisme di Indonesia walaupun masih didominasi oleh pemahaman kebudayaan Jawa, agaknya memang telah mewariskan persoalan sejarah yang tercecer. Artinya, sejarah nasionalisme di Indonesia adalah sejarah yang dikendalikan oleh pemerintah. Sehingga dinamika kebudayaan di daerah dianggap sebagai ‘aset’ bukan pelaku utama, untuk tidak mengatakan mereka tidak memberikan arti yang signifikan. Hal ini belum lagi dimana ‘aset’ budaya Indonesia cenderung dijadikan sebagai objek untuk kepentingan sosial politik, bukan kepentingan kebudayaan bangsa Indonesia.





http://sunnisyiah.blogspot.com/2011/01/syiah-di-aceh-menandai-masuknya-islam.html

http://ismail-asso.blogspot.com/?zx=c02b10ce466f7690

Selasa, 16 Oktober 2018

BAGAIMANA MUNGKIN MEREKA MENILAI ALIRAN LAIN SESAT SEMENTARA MEREKA SENDIRI TERPERANGKAP DALAM SYSTEM TAGHUT DESPOTIC, CORRUPT DAN HYPOCRITE





ADA 2 PERSOALAN YANG SIGNIFIKAN KITA ANGKAT KALI INI
"NABI PALSU" DAN "ALIRAN SESAT"
KEMUNCULAN ORANG-ORANG YANG MENGAKU SEBAGAI NABI DIANTARANYA DISEBABKAN TIDAK ADANYA RAHMAT DALAM SYSTEM YANG MEREKA SAKSIKAN SEMENTARA KEYAKINAN MEREKA BAHWA ISLAM ITU RAHMATAN LIL 'ALAMIN
hsndwsp
Acheh -Sumatra

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Pertama sekali kita berpedoman pada firman Allah berikut ini:

 إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ ( 19

  "Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya."(QS, 3: 29)

Kedua kita juga harus yakin bahwa agama Islam itu pasti membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil'alamin). Allah swt berkata:

 وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ

 “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)

 Analisis Permasalahan
Berdasarkan ayat pertama diatas menunjukkan bahwa sejak dari Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saww hanya satu saja agama yaitu Islam. Sedangkan agama Yahudi bukan agama nabi Musa as melainkan agama seorang tokoh yang kontraversi dengan Nabi Musa yang bernama Yahuda. Sedangkan agama Nasrani bukan agama Nabi 'Isa bin Maryam melainkan agama seorang tokoh yang kontraversi dengan Nabi 'Isa bin Maryam yang bernama Nashara.
  Allah berfirman:


قُلْ أَتُحَآجُّوْنَنَا فِي اللهِ وَ هُوَ رَبُّنَا وَ رَبُّكُمْ وَ لَنَا أَعْمَالُنَا وَ لَكُمْ أَعْمَالُكُمْ وَ نَحْنُ لَهُ مُخْلِصُوْنَ

 "Katakanlah : Apakah kamu hendak membantah kami perihal Allah? Padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu? Dan bagi kami adalah amalan kami dan bagi kamu adalah amalan kamu. Dan kami terhadapNya adalah ikhlas".(QS, 2 :139)

 أَمْ تَقُوْلُوْنَ إِنَّ إِبْرَاهِيْمَ وَ إِسْمَاعِيْلَ وَ إِسْحَاقَ وَ يَعْقُوْبَ وَ الْأسْبَاطَ كَانُوْا هُوْدًا أَوْ نَصَارَى قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللهُ وَ مَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهُ مِنَ اللهِ وَ مَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

 "Ataukah kamu mengatakan: "Sesungguhnya Ibrahim dan Ismail dan Ishak dan Ya'qub dan anak-cucu mereka adalah semuanya Yahudi, atau Nasrani?  Katakanlah: "Apakah kamu yang lebih tahu ataukah Allah? Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya? Dan Allah tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan". (QS, 2 : 140)



وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِن وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ ( 120


 "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan merasa senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu". (QS. al-Baqarah (2) : 120)



Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripa danya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi (QS, Ali Imran 85)

 
Sepanjang sejarah Islam (satu-satunya agama yang haq disisi Allah swt), senantiasa mengalami dekaden ditangan pengikutnya yang despotik dan hypocrite. Justeru itulah Allah swt mengutus Rasul-rasulNya silih berganti untuk meluruskan kembali risalahNya yang telah dipelintirkan atau mengalami dekaden. Islam yang dipandu Nabi dan manusia pertama, Adam as dipelintirkan oleh anaknya sendiri yaitu Qabil, (pembunuh saudaranya sendiri, Habil). Islam yang dipandu Nabi Musa as dipelintirkan oleh Samiri dan Yahuda. Islam yang dipandukan Nabi 'Isa bin Maryam dipelintirkan oleh Nashara. Sedangkan Islam yang dipandu Nabi terakhir, Muhammad saww dipelintirkan juga oleh 'Samiri-samiri' paska khutbah Rasulullah di Ghadirkhum atau paska Haji wadha'.


Apabila dalam kurun waktu yang tidak begitu lama paska Nabi Musa dan 'Isa bin Maryam, Dunia bisa berobah dari 'Mesjid' menjadi 'WC' (baca sirnanya hablum minallah dan hablum minannas), bagaimana mungkin paska Nabi terakhir Muhammad saww, dalam kurun waktu yang begitu lama (sebelum dihadirkan kembali Imam Muhammad al Mahdi al Muntazhar), tidak akan mengalami dekaden? Justeru itu Allah mustahil membiarkan hambanya di kolong langit tanpa pemandu paska berakhirnya zaman kenabian. Allah swt memperpanjang "Keimamahan" RasulNya, Muhammad saww dengan mengutus 12 orang Imam paska berakhirnya zaman kenabian. Yang pertama adalah Imam Ali as dan yang terakhir adalah Imam Mahdi al Muntazhar. (dipersilakan bertanya, andaikata perlu. Sebab kita tidak memperpanjang penjelasannya mengenai para Imam yang di utus sebagai hujjahNya di kolong langit)

  Allah swt kerapkali mengulang kalimatNya dalam al Qur-an "illa kalil". Realitanya banyak yang tidak mengenal para Imam, illa kalil. Berbahagialah orang-orang yang mengenal para Imam serta mengikutinya dan sungguh malanglah orang-orang yang tidak mengenal "Pemandunya" paska kewafatan Nabi suci, Muhammad saww. Semoga pembaca sekalian kritis melihat fenomena di hadapan kita masing-masing dengan Petunjuk Allah swt yakni "al Qur-an" dan "Ittrahnya/pendampingnya" (hadist Tsaqalain).

  Selanjutnya berdasarkan ayat kedua kita paparkan diatas, kita juga harus yakin bahwa yang namanya "Islam" pastinya rahmat bagi seluruh 'alam (baca andaikata seluruh Dunia ini sudah berlaku system Allah/system Islam). Hal ini tidak akan terjadi kecuali Allah swt telah menampilkan hambaNya yang shaleh yaitu Imam Mahdi al Muntazhar dan Nabi 'Isa bin Maryam. Sesuai dengan janji Allah sendiri akan digantikan system Dunia ini yang sebelumnya penuh dengan kezaliman, dengan rahmat dibawah panduan Imam akhir zaman dan Nabi 'Isa bin Maryam.

 Ada 2 perkara besar yang terjadi paska nabi 'Isa dan Nabi Muhammad saww. Pertama Nabi 'Isa dipertuhankan. Kedua perpanjangan keimamahan Nabi muhammad saww dinafikan. Nabi 'Isa dighaibkan Allah setelah tempat pengajiannya diserbu tentara zalim atas laporan seorang muridnya dimana ketika tentara hendak menangkap Nabi 'Isa untuk disalib, murid Nabi 'Isa yang hypocrite itu dimiripkan Allah persis Nabi 'Isa hingga disalip walau mengaku diri bukan nabi 'Isa. Sedangkan Nabi 'Isa diselamatkan Allah (baca  Ghaib kubra)

  Adalah hal yang sama terjadi terhadap Imam Mahdi dimana ketika beliau lahir, tentara Bani Abbaisiah menggerebek rumahnya tetapi mereka tidak mampu melihat Imam Mahdi disebabkan dighaibkan Allah swt dengan ghaib syughra. Baru setelah meninggalnya 4 orang wakilnya, Imam dighaibkan dengan ghaib kubra.

 Kalau pembaca merasa aneh keghaiban Imam Mahdi, anda juga patut merasa aneh saat Allah mengga ibkan Nabi 'Isa. Andaikata anda merasa aneh bagaimana Imam Mahdi diselamatkan Allah saat tentara menggerebek rumahnya, anda juga patut merasa aneh saat Allah menyelamatkan Nabi Musa ketika tentara-tentara Fir'un menggerebek rumah bunda Maryam dan bahkan justeru Allah mengirim Nabi Musa ke istana Fir'un dan mendapat lindunganNya via wanita terbaik di Dunia saat itu, yaitu Asiah.(baca isteri Fir'un sendiri)

 Perlu dicamkan:
"Kalau Nabi 'Isa dan Musa hendak dizalimi oleh tentara-tentara kafir, Imam Mahdi hendak dizalimi oleh tentara-tentara yang munafiq alias hypocrite" (baca sepakterjang kaum takfiri sekarang yang berasal dari 80 negara, bergentayangan di Suriah. Islamkah mereka?)

 Saat Imam Mahdi dimunculkan kembali, Imam bertanya kepada penduduk Dunia, kenapa perpanjangan keimamahan Rasulullah dinafikan sebahagian besar manusia? Sedangkan Nabi 'Isa as akan menanyakan, kenapa beliau dipertuhankan, padahal beliau mem perkenalkan diri sebagai hamba Allah.

  Zaman kita ini adalah zaman "penantian", tetapi bukan "penantian pasif" melainkan "penantian aktif". Untuk memahami "keghaiban kubra" Imam Mahdi silakan klik disini:


http://achehkarbala.blogspot.no/2009/06/kabar-gembira-dalam-al-qur-anulkarim.html

 Dizaman penantian inilah maka terjadi bermacam-macam penafsiran tentang Imam Mahdi dan Nabi 'Isa bin Maryam, kenapa? Sebabnya kita tidak mengenal para Imam sebelumnya, maka terperangkap pada pemikiran tersendiri bagi orang-orang yang tidak memiliki pemandu paska kenabian.

 Akibat daripada tidak mengenal para Imam yang diutus Allah paska kenabian, maka bermunculanlah orang-orang yang mengaku dirinya sebagai Imam Mahdi dan Nabi 'Isa bin Maryam serta aliran-aliran yang berbeda satu sama lainnya. Sebagai contoh mari kita lihat di Indonesia. Di Indonesia juga banyak aliran agama yang berbeda satu sama lainnya. Mereka secara mayoritas mengaku Islam Sunni. Diantaranya pengikut Imam abu Hanifah, Maliki, Syafi'i dan Hanbali. Kemudian ada lagi Muhammaddiah, Ahmadiah dan Nahdlatul 'Ulama. Kemudian ada lagi Islam JIL,Wahabi dan Islam Al-Qiyadah. Terahir sekali Islam Syiah Imamiah 12 atau pengikut Ahlulbayt Rasulullah saww. (mohon maaf kalau ada yang lupa saya sebutkan)

 Ironisnya diantara satu sama lainnya kerap terjadi bentrok dan saling sesat-menyesatkan atau bahkan saling kafir-mengkafirkan. Bagi kami Islam Syiah Imamiah 12 pantang mengkafirkan pihak lain yang mengaku beragama Islam. Keyakinan kita semua yang mengaku beragama Islam sebetulnya pantang bentrok dengan pihak manapun kecuali untuk membela diri sebagaimana prinsip teguh yang dianut Republik Islam Iran. Dan realitanya di Iran paska revolusi, rakyat bersatupadu dan rahmat bagi seluruh penduduknya, apapun latar belakang agama mereka. Mengapa demikian? Jawabannya, firman Allah surah al Kafirun:

 لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ 

 "Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".(QS: 109 : 6)
 (Hanya kaum takfirilah yang tidak beriman dengan ayat tersebut diatas, hingga membunuh siapapun yang berbeda agama dengan mereka, tidak memiliki perikemanusiaan)

  Belakangan ini penganut Islam mayoritas di Indonesia bersikap arogan terhadap pengikut Islam Ahmadiah Kadian, Islam Al-Qiyadah dan juga Islam Syi'ah Imamiah 12. Islam yang mendapat support dari penguasa dan majlis "Ulama" bahkan sering berdemo dan menyerang Islam Ahmadiah dengan alasan mereka bukan pemeluk Islam. Bagi kita penganut Islam Syi'ah Imamiah 12 sangat pilu melihat serangan terhadap Islam Ahmadiah. Sebab sesuai keyakinan kami, kita harus berpihak kepada kaum mustadhafin. Dalam hal ini Ahmadiah Kadian di Indonesia adalah pihak yang terzalimi daripada persekongkolan 'trinitas Islam'.


Kalau alasan mereka bahwa Ahmadiah itu bukan Islam, mereka terperangkap dalam 2 kesalahan fatal. Pertama mereka yang bersatupadu dalam system despotik yang menzalimi kaum mustadfhafin (baca penduduk Indonesia yang hidup melarat di bawah titi kota Metropolitan, di gubuk-gubuk derita dan di kawasan-kawasan kumuh lainnya), lebih sesat dari pihak yang dituduh sesat. Kedua Islam agama yang benar tidak dibenarkan menzalimi pihak non moslem, apalagi Ahmadiah bukan non moslem. Hal ini berdasarkan ayat Allah dalam surah al Kafirun diatas. Kalau begitu kenapa Islam mayoritas di Indonesia resah berhadapan dengan Ahmadiah, Al-Qiyadah dan Syiah? Untuk ini silakan simak jawaban yang diberikan pemimpin Al-Qiyadah bahwa mereka resah disebabkan tidak punya konsep yang benar dalam beragama. Silakan klik disini:

http://www.youtube.com/watch?v=jmV1oJGd1Mk

 Baraqallaahu li walakum
 hsndwsp
 di Ujung Dunia

 
http://www.leader.ir
http://www.leader.ir
http://www.wilayah.org
http://www.al-shia.org/html/id/index.htm