Jumat, 30 Maret 2018

ISLAM WARISAN DAN ISLAM ALTERNATIF/PILIHAN





SEBAGIAN ORANG MENGAMBIL INISIATIF AGAR 

SUNNAH DAN SYI'AH BISA HIDUP RUKUN DALAM

 SUATU  KOMUNITAS TANPA BERMUSUHAN.

ITU INISIATIF YANG BAIK

hsndwsp

Acheh - Sumatera

di

Ujung Dunia



Nasrani dan Islam juga berbeda tetapi untuk bisa tinggal dalam satu negara, bijaksanakah kita katakan bahwa tidak ada perbedaan antara Nasrani dan Islam dengan alasan bahwa kedua agama besar itu agama Samawi?

Orang yang bijak harus sering mengatakan bahwa kita bersaudara secara kemanusiaan. Kalau antar Islam dan Nasrani tidak boleh bermusuhan, konon pula antara Syiah dan Sunnah.
(lakum dinukum waliadin)
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Setiap anak Adam lahir ke Dunia minimal mewarisi dua hal dari orang tuanya. Dua hal tersebut adalah bahasa dan Agama. Bahasa yang diwarisi dari orang tuanya adalah bahasa Ibu atau mothertongue. Kenapa bahasa ibu yang diwarisi setiap anak Adam? Hal ini mudah dipahami dimana ibunyalah yang pertama sekali berkomunikasi dengannya dan untuk selanjutnya juga dibesarkan dalam pangkuan ibu. Persoalan bahasa yang diwarisinya itu bukanlah hal yang musti dipertahankan. Sianak tersebut boleh saja belajar bahasa lainnya dan dibiarkan oleh orang tuanya tanpa khawatir sedikitpun kalau anaknya nanti terbiasa berkomunikasi dengan bahasa non mothertongue, kecuali si ibu dan juga si ayah (baca orang tua) hanya mengingatkan anaknya bahwa bahasa itu menunjukkan bangsanya.

Adapun persoalan agama sangat sensitif bagi orang tua terhadap anaknya. Yang satu ini pihak orang tua tidak membenarkan menukar agamanya dengan agama lain. Pabila orang tua tidak sanggup mengajarkan agama yang dianutnya kepada putra-putrinya, mereka akan memilih guru yang ada jaminan bahwa anaknhya tidak akan bertukar agamanya kelak. Andaikata agama yang dimiliki orang tuanya itu benar disisi Allah sudah barang pasti bahwa si anak tersebut beruntung dalam hidupnya dimana kelak akan menempati tempat yang beruntung selama-lamanya, yaitu Surga. Yang menjadi persoalan andaikata agama orang tuanya itu tidak benar disisi Allah.

Dalam hal ini ada istilah agama warisan dan agama pilihan/agama Alternatif. Sekali lagi, andaikata agama warisan itu benar tidaklah menjadi persoalan tetapi andaikata agama warisan itu tidak benar, sangat menyesal ketika berhadapan dengan Allah kelak. Allah akan menempelak bani Adam dengan tempelakan yang paling menyakitkan:

"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak tunduk patuh kepada syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", dan tundukpatuhlah kamu kepadaKu. Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar di antaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan? Inilah Jahannam yang dahulu kamu diancam (dengan nya). Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Q.S, Yaasin : 60 - 65)

Andaikata kita beralasan bahwa itu agama yang kita terima dari orang tua kita, Allah berfirman: "Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apa kah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" (Q.S, al Baqa rah. 2 : 170)

Allah juga berfirman: "Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati dari bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk? (Q.S, al Maidah. 5 : 104)

Pembaca yang terhormat!
Setelah kita dewasa, kita harus menganalisa agama yang kita terima dari orangtua kita atau dari komunitas kita. Hal ini Allah berkali-kali mengulangi dalam Qur-an: "Afala ta'qilun? . . . . . . . atau Afala yatazakkarun?" . . . . Kita dituntut Allah untuk mengaktifkan alat fikir kita agar menemukan kebenaran sejati hingga tidak terkena tempelakan Allah kelak. Bagi kita yang Islam tentu haqqul yakin dengan info dari Allah: "Innad Diina 'indallaahil Islaam". (Se sungguhnya agama yang benar disisi Allah adalah Islam). Persoalannya Islam itu juga sekarang banyak firqahnya. Hal ini sesuai keterangan Rasulullah: "Telah pecah agama (Islam di masa Nabi Musa) kepada 71 firqah. Semuanya ke Neraka kecuali satu firqah saja. Telah pecah (Islam di masa Nabi Isa bin Maryam) kepada 72 firqah. Semuanya ke Neraka kecuali satu firqah saja. . . . . . . .Akan pecah agamaku kepada 73 firqah. Semuanya ke Neraka kecuali satu firqah saja yaitu pengikut ahlulbaytku" (hadist ahlulbayt/Syiah Imamiah 12)

"Telah pecah agama (Islam di masa Nabi Musa) kepada 71 firqah. Semuanya ke Neraka kecuali satu firqah saja. Telah pecah (Islam di masa Nabi Isa bin Maryam) kepada 72 firqah. Semuanya ke Neraka kecuali satu firqah saja. . . . . . . .Akan pecah agamaku kepada 73 firqah. Semuanya ke Neraka kecuali satu firqah saja yaitu Ahlussunnah wal jamaah" (Hadis versi Sunni) Hadist ini juga bervariasi tetapi kita cukupkan saja yang dua tersebut diatas.

Hadist tersebut diatas benar adanya dari Rasulullah sendiri. Tinggallagi ada perbedaan pada ujungnya hingga orang awwam tidak dapat mengambil kesimpulan yang mana yang benar diantara keduanya, versi Syi’i atau versi Sunni. Menurut orang alim Sunni hadist versi merekalah yang benar sementara menurut orang alim Syi'i hadist tersebut telah dipalsukan oleh Muawiyah melalui perawi-perawi hadist yang mau disuap Muawiyah. Hal itu dilakukan Muawiyah untuk melanggingkan kekuasannya. Andaikata muawiyah tidak mengumpulkan semuaa perawi Hadist yang bersedia merobah Hadist Rasulullah, orang ramai dan generasi dikemudian hari mengetahuinya bahwa Muawiyah memangku jabatan khalifah dengan cara tidak sah menurut Hadist-hadist Rasulullah sendiri. Ketika Muawiyah berkuasa, berdaya upaya untuk membunuh atau meracuni semua orang alim dan perawi Hadist yang teguh mempertaahankan kemurnian Hadist Rasulullah. (Baca Kitab Sulaim bin Qais al Hilali):  


Ketika saya berhadapan dengan dua versi yang bertolak belakang itu, saya bertanya pada diri saya: "Kalau masing-masing mengklaim bahwa merekalah yang benar, kepada siapa lagi kita memihak kalau bukan kepada ahlulbayt Rasulullah yang telah disucikan Allah (baca Hadist Kisa dan surah al Ahzab, 33). Rasulullah telah menunjukkan Imam 'Ali sebagai penerus kepemimpinannya di Ghadirkghum setelah Haji Wad'a' (baca Haji terakhir bagi Rasulullah). Pengangkatan Imam 'Ali sebagai pemimpin kaum muslimin paska Rasulullah disaksikan dan dibai'at oleh semua yang hadir, termasuk Abubakar, Umar dan Usman. Namun mereka bertiga itu mencederai bai'atnya melalui perjanjian bersegel secara gelap di belakang Ka'bah. Paska Rasulullah meninggal dunia, Abubakar mengambil alih kekuasaan. Walaupun tidak terjadi kezaliman yang terang terangan di zaman Abubakar dan Umar, namun efeknya dari melanggar wasiat Rasulullah terlihat jelas mulai dari zaman Usman dimana berkesudahan dengan pemberontakan Muhammad bin Abubakar sendiri hingga terbunuhnya Usman. Yang terdhalim Muawiyah mengambil kesempatan dengan mempelintiri keadaan paska Usman agar dapat merebut kekuasaan, melawan Imam Ali, khalifah yang sah yang berkesudahan dengan Syahidnya Imam.

Sesungguhnya akibat tidak tundukpatuh kepada Rasulullahlah hingga semua Imam yang diutus kecuali Imam Mahdi, dibunuh dan diracun oleh Penguasa Bani Umaiyah (mulai dari Muawiyah bin abi Sofyan) dan Penguasa Bani Abbaisiah. Ironisnya semua mereka masih mengklaim diri sebagai Muslim dan diikuti mazhab Sunni sampai hari ini.

Memang antara Sunnah dan Syiah walaupun dikupas dan diplitur tetap berbeda. Kuncinya adalah Hadist Saqalain: "Kutinggalkan kepadamu dua perkara, yaitu Al Qur-an dan Ittrah ku/keluargaku dimana kalau kamu berpegang teguh pada keduanya tidak akan sesat selama-lamanya sampai menemuiku di pancutan Kautsar".  Andaikata seluruh orang yang mengaku diri Muslim memahami konsekwensi daripada Hadist ini, pasti berkesimpulan bahwa Syiah Imamiah 12 lah yang benar. Sayangnya ketika Muawiyah yang sesat melawan Khalifah yang sah (baca Imam Ali as) memalsukan hadist tersebut melalui tangan Abu Hurairah cs hingga berbunyi:"Kutinggalkan kepadamu dua perkara, yaitu Al Qur-an dan Sunnahku dimana kalau kamu berpegang teguh kepada keduanya, kamu tidak akan sesat selama-lamanya"

Apa perbedaan yang significan antara kata "Ittrah Rasul" dan "Sunnah"? Yang pertama berfungsi sebagai filter dimana hadist nabi terjaga dari pemalsuan tangan jahil hingga Islam tidak akan pecah dijaman kita ini. Andaipun terpecah pasti mayoritas memahami mana golongan atau firqah yang redha Allah dan RasulNya. Sayang akibat ada pihak yang menggantikan kata Ittrah/keluarga Rasul dengan Sunnah, semuapihak dapat mengklaim bahwa hadist mereka saheh sebagaimana banyak hadis di Bukhari dan Muslim mengklaim sebaagai hadist saheh. Ketika kita analisaa ternyata banyak hadist di Bukhari dan Muslim yang bukan saja palsu tapi memalukan Rasul sendiri. Sebagai contoh ada hadist yang bahwa Rasulullah menaikkan Aisyah diatas kuduknya agar dapat melihat permainan dengan jelas. Sebagai orang biasa yang masih punya rasa malu saja tidak mungkin melakukan hal seperti itu didepan khalayak ramai, konon pula Rasulullah, betapa anehnya pihak yang mengklaim hadist mereka saheh? Ada juga Hadist Malaikat ditampar Nabi Musa hingga matanya lepas. Ada Hadist Nabi Musa sedang mandi, lalu pakaiannya diatas batu dilarikan batu, lalu Musa mengejarnya tanpa busana ditubuhnya. Ada Hadist lalat memiliki obat di salah satu sayapnya, hingga kalau jatuh dalam minuman tidak perlu dibuang tetapi tenggelamkan saja kedua sayapnya.  Ini persoalan serius tetapi hemat saya tidak perlu terlalu panjang. Justeru itu kita cukupkan sampai disini saja.

Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar