SEBAGIAN
ORANG MENGAMBIL INISIATIF AGAR
SUNNAH DAN SYI'AH BISA HIDUP RUKUN DALAM
SUATU KOMUNITAS TANPA BERMUSUHAN.
ITU INISIATIF
YANG BAIK
hsndwsp
Acheh -
Sumatera
di
Ujung Dunia
Nasrani dan
Islam juga berbeda tetapi untuk bisa tinggal dalam satu negara, bijaksanakah kita
katakan bahwa tidak ada perbedaan antara Nasrani dan Islam dengan alasan bahwa
kedua agama besar itu agama Samawi?
Orang yang bijak harus sering mengatakan bahwa kita
bersaudara secara kemanusiaan. Kalau antar Islam dan Nasrani tidak boleh
bermusuhan, konon pula antara Syiah dan Sunnah.
(lakum dinukum waliadin)
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Setiap anak Adam lahir ke Dunia minimal mewarisi dua hal dari
orang tuanya. Dua hal tersebut adalah bahasa dan Agama. Bahasa yang diwarisi
dari orang tuanya adalah bahasa Ibu atau mothertongue. Kenapa bahasa ibu yang
diwarisi setiap anak Adam? Hal ini mudah dipahami dimana ibunyalah yang pertama
sekali berkomunikasi dengannya dan untuk selanjutnya juga dibesarkan dalam
pangkuan ibu. Persoalan bahasa yang diwarisinya itu bukanlah hal yang musti
dipertahankan. Sianak tersebut boleh saja belajar bahasa lainnya dan dibiarkan
oleh orang tuanya tanpa khawatir sedikitpun kalau anaknya nanti terbiasa
berkomunikasi dengan bahasa non mothertongue, kecuali si ibu dan juga si ayah
(baca orang tua) hanya mengingatkan anaknya bahwa bahasa itu menunjukkan
bangsanya.
Adapun persoalan agama sangat sensitif bagi orang tua
terhadap anaknya. Yang satu ini pihak orang tua tidak membenarkan menukar
agamanya dengan agama lain. Pabila orang tua tidak sanggup mengajarkan agama
yang dianutnya kepada putra-putrinya, mereka akan memilih guru yang ada jaminan
bahwa anaknhya tidak akan bertukar agamanya kelak. Andaikata agama yang
dimiliki orang tuanya itu benar disisi Allah sudah barang pasti bahwa si anak
tersebut beruntung dalam hidupnya dimana kelak akan menempati tempat yang
beruntung selama-lamanya, yaitu Surga. Yang menjadi persoalan andaikata agama
orang tuanya itu tidak benar disisi Allah.
Dalam hal ini
ada istilah agama warisan dan agama pilihan/agama Alternatif. Sekali lagi,
andaikata agama warisan itu benar tidaklah menjadi persoalan tetapi andaikata agama
warisan itu tidak benar, sangat menyesal ketika berhadapan dengan Allah kelak. Allah akan menempelak bani Adam
dengan tempelakan yang paling menyakitkan:
"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam
supaya kamu tidak tunduk patuh kepada syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi kamu", dan tundukpatuhlah kamu kepadaKu. Inilah
jalan yang lurus. Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar
di antaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan? Inilah Jahannam yang dahulu
kamu diancam (dengan nya). Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu
dahulu mengingkarinya. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah
kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa
yang dahulu mereka usahakan. (Q.S, Yaasin : 60 - 65)
Andaikata kita beralasan bahwa itu agama yang kita terima
dari orang tua kita, Allah berfirman: "Dan apabila dikatakan kepada
mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab:
"(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami". "(Apa kah mereka akan mengikuti
juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan
tidak mendapat petunjuk?" (Q.S, al Baqa rah. 2 : 170)
Allah juga berfirman: "Apabila dikatakan kepada mereka:
"Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul".
Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati dari
bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga
nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa
dan tidak (pula) mendapat petunjuk? (Q.S, al Maidah. 5 : 104)
Pembaca yang terhormat!
Setelah kita dewasa, kita harus menganalisa agama yang kita
terima dari orangtua kita atau dari komunitas kita. Hal ini Allah berkali-kali
mengulangi dalam Qur-an: "Afala ta'qilun? . . . . . . . atau Afala
yatazakkarun?" . . . . Kita dituntut Allah untuk mengaktifkan alat fikir
kita agar menemukan kebenaran sejati hingga tidak terkena tempelakan Allah
kelak. Bagi kita yang Islam tentu haqqul yakin dengan info
dari Allah: "Innad Diina 'indallaahil Islaam". (Se sungguhnya agama
yang benar disisi Allah adalah Islam). Persoalannya Islam itu juga sekarang
banyak firqahnya. Hal ini sesuai keterangan Rasulullah: "Telah pecah agama
(Islam di masa Nabi Musa) kepada 71 firqah. Semuanya ke Neraka kecuali satu
firqah saja. Telah pecah (Islam di masa Nabi Isa bin Maryam) kepada 72 firqah.
Semuanya ke Neraka kecuali satu firqah saja. . . . . . . .Akan pecah agamaku
kepada 73 firqah. Semuanya ke Neraka kecuali satu firqah saja yaitu pengikut
ahlulbaytku" (hadist ahlulbayt/Syiah Imamiah 12)
"Telah
pecah agama (Islam di masa Nabi Musa) kepada 71 firqah. Semuanya ke Neraka
kecuali satu firqah saja. Telah pecah (Islam di masa Nabi Isa bin Maryam)
kepada 72 firqah. Semuanya ke Neraka kecuali satu firqah saja. . . . . . .
.Akan pecah agamaku kepada 73 firqah. Semuanya ke Neraka kecuali satu firqah
saja yaitu Ahlussunnah wal jamaah" (Hadis versi Sunni) Hadist ini juga
bervariasi tetapi kita cukupkan saja yang dua tersebut diatas.
Hadist
tersebut diatas benar adanya dari Rasulullah sendiri. Tinggallagi ada perbedaan
pada ujungnya hingga orang awwam tidak dapat mengambil kesimpulan yang mana
yang benar diantara keduanya, versi Syi’i atau versi Sunni. Menurut orang alim
Sunni hadist versi merekalah yang benar sementara menurut orang alim Syi'i
hadist tersebut telah dipalsukan oleh Muawiyah melalui perawi-perawi hadist
yang mau disuap Muawiyah. Hal itu dilakukan Muawiyah untuk melanggingkan
kekuasannya. Andaikata muawiyah tidak mengumpulkan semuaa perawi Hadist yang
bersedia merobah Hadist Rasulullah, orang ramai dan generasi dikemudian hari
mengetahuinya bahwa Muawiyah memangku jabatan khalifah dengan cara tidak sah
menurut Hadist-hadist Rasulullah sendiri. Ketika Muawiyah berkuasa, berdaya
upaya untuk membunuh atau meracuni semua orang alim dan perawi Hadist yang
teguh mempertaahankan kemurnian Hadist Rasulullah. (Baca Kitab Sulaim bin Qais
al Hilali):
Ketika saya
berhadapan dengan dua versi yang bertolak belakang itu, saya bertanya pada diri
saya: "Kalau masing-masing mengklaim bahwa merekalah yang benar, kepada
siapa lagi kita memihak kalau bukan kepada ahlulbayt Rasulullah yang telah
disucikan Allah (baca Hadist Kisa dan surah al Ahzab, 33). Rasulullah telah
menunjukkan Imam 'Ali sebagai penerus kepemimpinannya di Ghadirkghum setelah
Haji Wad'a' (baca Haji terakhir bagi Rasulullah). Pengangkatan Imam 'Ali
sebagai pemimpin kaum muslimin paska Rasulullah disaksikan dan dibai'at oleh
semua yang hadir, termasuk Abubakar, Umar dan Usman. Namun mereka bertiga itu
mencederai bai'atnya melalui perjanjian bersegel secara gelap di belakang
Ka'bah. Paska Rasulullah meninggal dunia, Abubakar mengambil alih kekuasaan.
Walaupun tidak terjadi kezaliman yang terang terangan di zaman Abubakar dan Umar,
namun efeknya dari melanggar wasiat Rasulullah terlihat jelas mulai dari zaman
Usman dimana berkesudahan dengan pemberontakan Muhammad bin Abubakar sendiri
hingga terbunuhnya Usman. Yang terdhalim Muawiyah mengambil kesempatan dengan
mempelintiri keadaan paska Usman agar dapat merebut kekuasaan, melawan Imam
Ali, khalifah yang sah yang berkesudahan dengan Syahidnya Imam.
Sesungguhnya
akibat tidak tundukpatuh kepada Rasulullahlah hingga semua Imam yang diutus
kecuali Imam Mahdi, dibunuh dan diracun oleh Penguasa Bani Umaiyah (mulai dari Muawiyah
bin abi Sofyan) dan Penguasa Bani Abbaisiah. Ironisnya semua mereka masih
mengklaim diri sebagai Muslim dan diikuti mazhab Sunni sampai hari ini.
Memang antara Sunnah dan Syiah walaupun dikupas dan diplitur
tetap berbeda. Kuncinya adalah Hadist Saqalain: "Kutinggalkan kepadamu dua
perkara, yaitu Al Qur-an dan Ittrah ku/keluargaku dimana kalau kamu berpegang
teguh pada keduanya tidak akan sesat selama-lamanya sampai menemuiku di pancutan
Kautsar". Andaikata seluruh orang
yang mengaku diri Muslim memahami konsekwensi daripada Hadist ini, pasti
berkesimpulan bahwa Syiah Imamiah 12 lah yang benar. Sayangnya ketika Muawiyah
yang sesat melawan Khalifah yang sah (baca Imam Ali as) memalsukan hadist
tersebut melalui tangan Abu Hurairah cs hingga berbunyi:"Kutinggalkan
kepadamu dua perkara, yaitu Al Qur-an dan Sunnahku dimana kalau kamu berpegang
teguh kepada keduanya, kamu tidak akan sesat selama-lamanya"
Apa perbedaan yang significan antara kata "Ittrah
Rasul" dan "Sunnah"? Yang pertama berfungsi sebagai filter
dimana hadist nabi terjaga dari pemalsuan tangan jahil hingga Islam tidak akan
pecah dijaman kita ini. Andaipun terpecah pasti mayoritas
memahami mana golongan atau firqah yang redha Allah dan RasulNya. Sayang akibat
ada pihak yang menggantikan kata Ittrah/keluarga Rasul dengan Sunnah,
semuapihak dapat mengklaim bahwa hadist mereka saheh sebagaimana banyak hadis
di Bukhari dan Muslim mengklaim sebaagai hadist saheh. Ketika kita analisaa ternyata banyak
hadist di Bukhari dan Muslim yang bukan saja palsu tapi memalukan Rasul
sendiri. Sebagai contoh ada hadist yang bahwa Rasulullah menaikkan Aisyah
diatas kuduknya agar dapat melihat permainan dengan jelas. Sebagai orang biasa
yang masih punya rasa malu saja tidak mungkin melakukan hal seperti itu didepan
khalayak ramai, konon pula Rasulullah, betapa anehnya pihak yang mengklaim
hadist mereka saheh? Ada juga Hadist Malaikat ditampar Nabi Musa hingga matanya
lepas. Ada Hadist Nabi Musa sedang mandi, lalu pakaiannya diatas batu dilarikan
batu, lalu Musa mengejarnya tanpa busana ditubuhnya. Ada Hadist lalat memiliki
obat di salah satu sayapnya, hingga kalau jatuh dalam minuman tidak perlu
dibuang tetapi tenggelamkan saja kedua sayapnya. Ini persoalan serius tetapi hemat saya tidak
perlu terlalu panjang. Justeru itu kita cukupkan sampai disini saja.
Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar