Sabtu, 16 Februari 2019

DALAM RENTANGAN SEJARAH YANG BENAR KITA MENEMUKAN FENOMENA - FENOMENA YANG HAQ UNTUK KITA IKUTI







KATAKANLAH WAHAI MUHAMMAD AKU TIDAK MINTA BALASAN APAPUN
ATAS RISALAH YANG AKU SAMPAIKAN PADA KALIAN
KECUALI KECINTAAN KALIAN
TERHADAP KELUARGAKU
hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia


 WAHAI RASULULLAH! SIAPAKAH KELUARGA ANDA YANG WAJIB KAMI CINTAI?
RASULULLAH MENJAWAB: MEREKA ITU ADALAH ALI, FATIMAH DAN KEDUA PUTRANYA
(DIULANG SAMPAI 3X)

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Titel Imam khusus dalam Islam lebih tinggi daripada titel Nabi umum. Harap digaris bawahi titel Nabi umum. bukan Nabi khusus. Nabi itu sama kemuliaannya dalam pandangan orang mukmin tapi berbeda dalam kapasitasnya. Nabi yang memandu ribuan ummah tentu berbeda dengan Nabi yang memandu ratusan jutaan ummah, apa lagi Nabi yang memandu ummah seluruh Dunia seperti Nabi Muhammad saww. Orang macam Razalipaya pastinya akan bertambah bengong atau confuse ketika membaca keterangan alasytar ini. Dari itu, pertama sekali tariklah kembali pernyataan anda bahwa Qur-an itu bukan pedoman Hidup tapi hukum-hakam. Apabila pernyataan anda itu tidak anda tarik, secara filosofis anda terkeluar dari agama Islam. Jadi buat apa anda macam bercanda dengan alasytar, sementara nasib anda kelak akan terkena timplakan Allah dengan ayat-ayat dalam surah Yasin sendiri, dimana anda dulu pernah mengkordinirnya sebagai alat bacaan hukum-hakam anda bukan sebagai Hudallinnas, petunjuk bagi manusia.

Anda sepertinya seorang pak camat yang mendapat kiriman surat dari atasannya, pak Gubernur. Saat pak Gubernur menanyakan anda (baca Razalipaya) apakah sudah menerima surat saya. Razalipaya menjawabnya: "Ya, Pak! Surat bapak saya baca tiap malam Jum'at kliwon, saya taruk wewangian, saya cium setiap membacanya". "Bagus sekali" kata sang Gubernur. "Tapi itu tanah yang saya suruh cari untuk membangun sebuah balai PKK, mana?", timpa sang Gubernur. Ooo, itu yang belum ada, pak", jawab Lipaya. Lalu gubernur itu memecat Lipaya disebabkan pesan yang ada di surat tersebut tidak dipahaminya, kecuali asik membaca-baca saja.

Nabi Ibrahim disamping mendapat titel Nabi dari Allah juga mendapat titel Imam, demikian juga nabi Muhammad. Hal ini tidak dapat dipahami oleh para ilmuwan yang  bersatupadu dala system Taghut Dhalim, Hipokrit dan korrupt, kecuali para Ideolog. Kenabian Muhammad berakhir setelah meninggalnya beliau tetapi keimamahannya belum berakhir,  diteruskan oleh 12 orang Imam, dimulai dengan Imam Ali bin Abi Thalib dan berakhir dengan Imam Mahdi. Para Imam ini diangkat Allah melalui pengumuman Rasulnya Muhammad saww di Ghadirkhum.

Mereka yang berjumlah 12 orang itu merupakan sebagai hujjah Allah di kolong langit. Andaikata Allah tidak mengutus mereka untuk melanjutkan keimamahan RasulNya, Muhammad Rasulullah, Islam murni itu tidak tersisa lagi, sebagaimana nasib ummah nabi Musa dan ummah nabi 'Isa bin Maryam. Realitanya ummah Nabi Musa dan Harun berpatah balik ketika Musa pergi kesuatu tempat atas perintah Allah. Sepertinya tidak mungkin, bagaimana ummah yang telah diselamatkan dari sepakterjang Fir'un, Karun, Hamman dan Bal'am itu dengan mudahnya terpengaruh kepada si Samiri, meninggalkan Nabi Harun, wakil Musa as. Kalau fenomena ini mampu kita analisa kita juga tidak sebengong Razalipaya ketika membaca tulisan alasytar tentang berpatah baliknya ummah Muhammad, tidak mengikuti Imam yang di tunjuk Allah dan Rasulnya (baca Imam Ali serta 11 Imam lanjutannya) setelah peresmiannya Imam Ali di Ghadirkhum.

Sehubungan dengan pengangkatan Imam Ali as di Ghadirkhum, semua para jamaah yang barusaja menyelesaikan Haji Wada', berbaiat kepada Imam 'Ali, kecuali Umar bin Kattab, dimana bukan hanya menjabat tangan Imam Ali tapi juga berkata: "Tahniah ya Abbal Hasan, anda sudah menjadi Imam kaum Muslimin dan Muslimah. Ironisnya setelah itu membuat rapat gelap dibelakang Ka'bah bersama Abubakar, Usman dan kawan setia lainnya. Perjanjian apa yang mereka buat dibelakang Ka'bah? Menjauhkan Imam Ali dari kedudukannya sebagai Khalifah yang sah. Inilah sebabnya mereka yang sering menentang Rasulullah itu berakibat sangat fatal ketika sakratul maut (baca kitab Sulaim bin Qais Al Hilaly atau kitab Akhirnya Kutemukan Kebenaran)

Orang macam Razalipaya itu sebaiknya hati-hati dalam menganggapi tulisan orang yang tidak dia ketahui kecuali fanatikbuta, mengikuti, endatunya yang sesat sebagaimana firman Allah berikut ini: "Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" (Q.S, al Baqarah. 2 : 170)

Allah juga berfirman: "Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?” (Q.S, al Maidah. 5 : 104)

Selanjutny baca juga firman Allah yang diulang sampai 3 kali: "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?"(QS, al Qatar (54) : 17, 22, 32, 40)

Yang dimaksudkan kedudukan Imam lebih tinggi daripada nabi yang diutus disini adalah nabi yang umum. Hal itu sesuai dengan Al Qur-an yang menyebutkan kisah hidup Nabi Ibrahim bahwa setelah diberikan percobaan dengan nyawa, harta dan anak, Allah bermaksud untuk meninggikan lagi kedudukannya. Disebabkan Nabi dan panggilan Khalil tidak menggambarkan kedudukan yang lebih tinggi, maka kedudukan Imamlah yang lebih tinggi dimana nabi Muhammad juga dianugerahkan dengannya.

Allah berfirman: „Dan apabila Tuhannya mencoba Ibrahim dengan perkataan tertentu, dia dapat melaksanakannya, Dia berfirman: `Sesungguhnya Aku akan menjadikan kamu Imam atas manusia`. Ibrahim berkata:`Dan keturunanku juga?. Janji Ku tidak termasuk mareka yang dhalim“ (Q.S 12: 124) Ayat ini menunjukkan kedudukan Imam, dan juga membuktikan bahwa derajat Imami lebih tinggi dari derajat Nabi, sebab kedudukan Nabi Ibrahim telah dinaikkan dari Nabi kepada Imam. Perlu diketahui bahwa nabi Khusus lebih tinggi derajatnya daripada nabi Umum. Nabi Muhammad adalah Nabi Khusus yang tertinggi diantara nabi-nabi Khusus lainnya.

Para Malaikat jangankan dibanding dengan para Imam, dengan nabi Umum saja lebih rendah kedudukannya. Kita yang masih lemah kemampuan berfikir memang agak tercengang ketika ada orang yang mengatakan bahwa para Malaikat lebih rendah dari Manusia Representant (baca Imam), sebagaimana pernah diungkapkan Imam Khomaini. Kemungkinan besar hal ini disebabkan mereka memfokuskan pada bahan baku yang digunakan untuk membuat para Malaikat dari Sinar sementara Manusia termasuk Nabi umum, Imam dan Nabi Khusus berasal dari tanah yang hina dipijak manusia setiap hari. Mereka lupa kalau Spirit Allah yang dikombinasikan dengan tanah tadi membuat setengah manusia (baca Nabi umum, Imam dan Nabi Khusus) lebih unggul daripada para Malaikat. Hal ini dapat kita lihat dalam Al Qur-an ketika Allah memberitahukan para Malaikat bahwa Dia hendak menjadikan seorang Khalifah (baca wakil Tuhan, nabi Umum), para Malaikat menanyakan kenapa Allah menjadikan manusia yang nantinya akan mengadakan kerusakan dan pertumbuhan darah. Sepertinya para Malaikat mengatakan kenapa tidak mereka, yang akan menjadi khalifah Nya yang senantiasa bertasbih dan memujinya. Ternyata Allah menjawab bahwa Dia mengetahui apa yang tidak diketahui para Malaikat. Lalu Allah membuktikan pernyataan Nya itu. Ketika para Malaikat bernegosiasi dengan Nabi Adam ternyata Adam lebih unggul daripada Para Malaikat.

Namun patut kita salut kepada para Malaikat bahwa ketika terbukti mereka kalah dalam negosiasinya, langsung mengakui nya dengan mengucapkan: „Maha suci Engkau ya Allah kami tidak mengetahui kecuali yang telah Engkau ajarkan“. Sementara manusia kebanyakan tetap membeladiri secara membabibuta. Setelah terbukti keunggulan nabi Adam dalam negosiasinya, Allah memerintahkan kepada seluruh Malaikat yang dibuat dari Sinar dan dari Api agar sujud kepada Adam. Ketika itu seluruh Malaikat yang dijadikan dari Sinar tundukpatuh kepada perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam kecuali „Malaikat“ yang dijadikan dari Api (Iblis). Mereka berdalih bahwa mereka lebih duluan lahir daripada Adam, mereka lebih mulia daripada Adam yang berasal dari tanah tembikar. Mereka sesungguhnya takabbur, angkuh dan sombong sebagaimana sifat-sifat tersebut dapat dilihat pada kebanyakan manusia yang menukik ketanah, tidak mampu menggapai Spirit Allah, Roh Suci (Q.S. 2 : 30 S/D 34)

Golongan Zaidiyyah, Kaisaniah, Qaddahiyyah, Ghulat dan masih banyak lagi, sesungguhnya bukan Syiah Alawi atau Islam mazhab Jakfari tapi disebut Syi’ah oleh orang-orang yang memusuhi Syi’ah. Hal ini memang seringkali fitnah itu dialamat kan kepada Syi’ah Imamiah 12 ( Mulai dari Imam Ali Bin Abu Thalib s/d Imam Mahdi)

Selanjutnya perhatikanlah apa yang ditulis Razalipaya berikut ini:
"Saidina Ali ra, mempunyai kekayaan satu baju dibadan dan satu baju dijemuran, yang masih kalah bersaingan dengan Abu Zar al Ghifari, yang kekayaannya: Satu baju dibadan sekaligus sebagai kafannya".(Razalipaya, Sun, October 11, 2009 10:07:34 PM)

Secara tidak sadar disini Razalipaya telah menganggap bahwa Imam Ali, penerus keimamahan Rasulullah agar manusia tidak sesat kecuali yang tidak mengikutinya, lebih rendah daripada Abu Dzar Ghifari, salah seorang pengikut setia Imam Ali sendiri bersama Salman al Faraisi dan al Miqdad. Dengan mengikuti Imam Ali as, mereka bertiga ini meraih keimanan tertinggi setelah para Ahlulbayt Rasulullah serta 11 Imam lanjutannya. Disini Razalipaya terdeteksi bahwa dia itu tidak memahami kalau Abu Dzar Ghifari itu sendiri adalah pengikut setia sang Imam.

Ketika Razalipaya sepertinya dengan bangga menyatakan Abu Dzar Ghifari hanya memiliki satu baju dibadan, dia tidak mengetahui sama-sekali ketika berhadapan dengan fenomena tersebut. Benar Abu Dzar Ghifari hanya memiliki satu baju dibadan tapi tahukah dia siapa yang membuat Abu Dzar Ghifari dalam kondisi yang demikian menderita serta mati kelaparan di Rawadhah? Jawabannya pasti tidak. Dia hanya sekedar ikut-ikutan saja mendengar kisah Abu Dzar memiliki hanya satu baju di badannya, sepertinya hendak mengelabui kita bahwa Abu Dzar lebih baik daripada Imam Ali as.

Fenomena ini mengundang seseorang untuk merenungkan tulisan-tulisan yang pernah alasytar tulis baik di milis-milis ini ataupun di: http://achehkarbala.blogspot.com/,  dan http://ismail-asso.blogspot.com/, kenapa?

Pertama Razalipaya menganjurkan alasytar agar tidak menulis tentang Papua dengan alasan saya tidak tau apapun yang dibuat orang Papua. Dengan membuka blog saudara Ismail Asso dan Muslim Papua, baru Razalipaya sadar kalau alasytar punya hubungan yang baik dengan Papua. Kedua Razalipaya meminta saya juga agar tidak mencerca Saidina Abu Bakar, dengan dalih bapak mertua Nabi Muhammad saww, Saidina Umar bi Khatab dan Saidina Usman bin Affan, anak menantu Nabi. Dia tidak sadar kalau Abu Lahab secara darah juga pamannya, namun secara iman dan ideology adalah musuhnya.

Andaikata Razalipaya punya ilmu tentang sejarah Islam yang sesungguhnya, pasti dia tidak menganjurkan alasytar untuk tidak mencaci Usman bin Affan, kenapa? Justru Usman bin Affanlah yang mendhalimi Abu Dzar Ghifari. Makanya tidak wajarkah kita orang yang benar imannya mengutuk orang yang mendhalimi sahabat setia Rasulullah, Abu Dzar Ghifari? Secara filosofis, membela Usman sama dengan mehina Abu Dzar Ghifari. Mampukah anda menganalisa kalimat alasytar ini Razali? Bukankah sepakterjang sebagian orang Acheh - Sumatra, berpelukan dengan tentara dan polisi Hindunesia samadengan telah menghina para pejuang Acheh - Sumatra, West Papua dan Ambon yang telah syahid? Tidak jelaskah kalimat alasytar tersebut?

Lalu mengenai Abubakar dan Umar? Masih perlukah kita jeklaskan lagi sepakterjangnya? Andaikata mereka tidak menjauhkan Imam Ali untuk memimpin ummah sebagai penerus keimamahan Rasulullah sendiri, Muawiyah dan politikus jahatnya, Amru bin Ask tidak akan ada kesempatan untuk berkuasa atas ummah Muhammad saww. Apabila Muawiyah tidak punya kesempatan untuk berkuasa Hadist Nabi tidak akan kita saksikan pemalsuannya kecuali yang benar-benar berasal daripadanya. Apabila Muawiyah tidak punya kesempatan untuk menguasai Ummah Muhammad saww, Islam tak akan menerima pukulan telak di Karbala dan Imam Mahdipun tidak perlu mengalami ghaib syughra dan kubra.

Disini alasytar hendak menjelaskan bahwa itu semua terjadi akibat sepakterjang dari konspirasi jahat mereka, yang dimulainya dengan rapat gelap dibelakang Ka'bah setelah Rasulullah mengumumkan penerus keimamahannya di Ghadirkhum.

Kita tutup tulisan ini dengan ucapan Imam Ali as: "Bukankah Allah tidak pernah membiarkan hamba-hambanya terlepas dari hujjah-Nya? dan siapa lagi selain Ahlul Bayt yang berasal dari ranting-ranting pohon Rasulullah yang diberkati, kelanjutan kelompok pilihan Allah yang telah dijauhkan dari segala kotoran dan telah disucikan-Nya dengan sesuci-sucinya? (QS. 33 : 3), dijauhkannya mereka dari segala penyakit kekufuran, dan diwajibkannya atas setiap Muk'min agar mencintai mereka sebagaimana firmanNya dalam Qur-an: "Katakanlah Wahai Muhammad, aku tidak minta balasan apapun atas risalah yang aku sampaikan pada kalian kecuali kecintaan kalian terhadap keluargaku" (Q.S, as Syura : 23)

Ketika ayat tersebut diatas turun para sahabat bertanya pada Rasulullah saww : "Wahai Rasulullah, siapakah keluarga anda? Siapakah mereka yang wajib dicintai oleh kami?" Rasulullah menjawab: "Mereka adalah Ali, Fathimah dan kedua putranya". Nabi mengulangi jawaban beliau sampai tiga kali.

Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia

Jumat, 15 Februari 2019

PERTUMPAHAN DARAH ANTARA HABIL DAN QABIL ADALAH PERTEMPURAN ANTARA YANG HAQ DAN YANG BATHIL



  

PERANG TERJADI DIMANAMANA HAMPIR DI SELURUH DUNIA
MENGAPA PERANG TERJADI HAMPIR 
DI SELURUH DUNIA ?

hsndwsp
Acheh - Sumatra

Bismillaahirrahmaanirrahiim 
Kenapa pihak yang kuat (berkuasa) senantiasa berlaku semena-mena terhadap pihak yang lemah (kaum mustadh'afin?) Kenapa pihak penjajah tidak pernah sadar untuk me ninggalkan kerjanya yang senantiasa merugikan kemanusiaan yang pada hakikatnya merugikan diri mereka sendiri dihadapan Allah kelak? Untuk menjawab persoalan dia tas tidak boleh tidak kita harus berpedoman kepada keputusan Pemilik Dunia itu sen diri dan sejarah kemanusiaan. Allah berfirman:"Dan tidaklah Kujadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk patuh kepa daKu" (QS Azzariat 56).

Menurut ayat tersebut diatas terjadinya peperangan disebabkan adanya pihak yang tidak tunduk patuh kepada Allah sendiri. Perang pertama di permukaan Bumi ini menurut sejarah yang juga diabadikan Allah dalam Al Qur-anul Karim adalah perang antara Qabil dan Habil. Perang ini dimenagkan oleh Qabil di Dunia, namun di Akhirat kelak justeru Habillah yang menang sementara Qabil masuk Neraka (kalah). Perang tersebut terjadi disebabkan keti dakpatuhan Qabil terhadap peraturan perkawinan yang telah ditetapkan Allah swt terhadap mereka.

Dibandingkan dengan pelanggaran yang dilakukan manusia-manusia diabad 21 ini yang membuat mereka saling berperang satu sama lainnya, Qabil hanya sedikit saja melakukan pelanggarannya. Pada mulanya, Qabil senantiasa tunduk patuh kepada Allah melalui RasulNya yang kebetulan ayahnya sendiri (Nabi Adam), kecuali undang-undang perkawainan. Namun lihalah, kendatipun sedikit saja ayat Allah yang tidak di setujuinya dapat membuat dia sebagai pembunuh pertama dalam sejarah kemanu siaan.

Sesuai dengan perkembangan manusia pada saat itu yang tidak ada orang lain kecuali keluarga Nabi Adam sendiri, Allah menetapkan pasangan untuk berkeluarga: Qabil de ngan Labuda dan Habil dengan Iklima. Hanya sedikit saja persoalannya, yaitu Iklima sedikit lebih cantik dibandingkan Labuda. Justeru itulah yang membuat Qabil tidak tun dukpatuh kepada Allah. Qabil menuduh ayahnya memihak kepada Habil, bahwa pera turan itu bukan dari Allah. Sebetulnya itu saja sudah membuat Qabil keluar dari Islam (murtad). Ketika Rasulullah, Adam as mengadu kepada Allah tentang ketidakpatuhan Qabil terhadap PeraturanNya, Allah mewahyukan kepada Adam agar Qabil dan Habil mengadakan "Qurban", dengan ketetapan siapapun yang diterima pengorbanannya, dialah yang berhak mengawini Iklima. 

Antara Qabil dan habil hampir tidak ada perbedaan yang signifikan, kecuali pekerjaan mereka. Qabil bekerja sebagai petani sedangkan Habil bekerja sebagai pengembala. Sebagai petani, Qabil mengklaim hampir semua tanah yang subur sebagai pemiliknya. Padahal Allah tidak pernah memberikan hak untuk memiliki, kecuali hak pakai. Akibat nya dapat memudharatkan pihak yang lain dalam hal ini Habil adalah korbannya, dima na Habil terpaksa mengadakan pengembalaannya ke tempat yang agak jauh dari tem pat tinggalnya. Dewasa ini kita juga dapat menyaksikan sepak terjang "Qabil-Qabil" modern, mengklaim semua tanah-tanah di daerah pegunungan sebagai pemiliknya (petani berdasi), yang membuat "Habil-Habil" menderita. Sementara para "Qabil" me miliki inkamperkapita yang begitu lumayan di kota-kota. 

Sebagai Pengembala, Habil menyerahkan seekor binatang ternaknya yang paling baik untuk pengorbanan, sementara Qabil sebagai petani menyerahkan gandum layu. Jus teru keikhlasan Habil dan ketidak ikhlasnya Qabil, Allah hanya menerima pengorbanan Habil yang menjadi teladan bagi kita manusia yang mendiami planet Bumi ini. Sesuai peraturan pengorbanan yang ditetapkan Allah melalui RasulNya Adam as, Habillah yang berhak mengawini gadis yang diperebutkan (Iklima). Lalu Qabil tambah penasa ran, bertekat untuk membunuh Habil tanpa berfikir panjang akan akibatnya yang meru gikan diri sendiri di akhirat kelak, yakni kekal didalam neraka. Demikianlah "Qabil-qa bil" Hindunesia-Jawa sekarang yang masih mengklaim dirinya sebagai orang Islam, sementara sepakterjangnya lebih keji daripada Qabil, pembunuh Habil dulu.

Pembaca yang mulia ! 
Andaikata Qabil termasuk orang yang tunduk patuh kepada Allah sebagaimana tujuan hidup manusia yang dinyatakan Allah dalam surah Azzariat ayat 56 tersebut diatas, sudah barang pasti perang dengan Habil tidak akan pernah terjadi. Kecantikan Iklima merupakan ujian bagi Qabil dalam mengarungi hidupnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia diuji Allah dengan berbagai ujian dan percobaan yang berfariasi da lam segi kwantitas dan kwalitasnya. Kadangkala kita diuji dengan harta, tahta dan wa nita. Justeru kita lihat Indunesia-Jawa diuji dengan banyaknya minyak bumi dan lain-lainnya di Acheh. Andaikata mereka tunduk patuh kepada Allah, sungguh mereka akan mengakui hak bangsa Acheh untuk menentukan nasibnya. Lalu mereka akan keluar dari bumi Acheh dengan suka rela, sementara bangsa Achehpun akan membantu me reka (kaum mustadh'afin Jawa) yang wajib mendapat bantuannya. Namun disebabkan mereka (baca pemimpin-pemimpin Hindunesia-Jawa) demikian penasaran, bahkan lebih penasaran daripada Qabil (moyangnya) yang membunuh Habil dulu, mereka menjadi gelap pikirannya untuk tetap bersikukuh menjajah Bangsa Acheh-Sumatra. Mereka tidaklah termasuk orang-orang yang tundukpatuh kepada Allah, sebaliknya mereka tundukpatuh kepada Thaghut, tuhannya Qabil-Qabil di seluruh pelosok dunia. 

Secara idiology, Qabil menjadi simbolisasi bagi siapa saja yang membunuh manusia yang lain tanpa keredhaan Allah baik secara indifidual ataupun secara massal seperti yang diaplikasikan "Qabil-qabil" Hindunesia-Jawa terhadap Bangsa Acheh - Sumatra, Papua dan Maluku. Demikian jugalah sepak terjang "Qabil-qabil" di seluruh pelosok dunia yang kita saksikan sejak dulu sampai sekarang ini. Justeru secara idiologylah dapat kita pahami ketimpangan manusia-manusia "Qabil" yang tidak tundukpatuh kepada peraturan Pemilik Dunia ini, bersekongkol dengan "Qabil-qabil" manapun di seluruh planet Bumi ini. 

Jadi persoalan perang adalah persoalan permusuhan. Persoalan permusuhan adalah persoalan ketidaktundukpatuhan manusia terhadap Peraturan Pemilik Alam semesta. Manusia sejati adalah manusia yang tunduk patuh kepada Allah (baca, Habil-habil) se dangkan manusia palsu adalah manusia yang tidak tunduk patuh kepada Allah (baca, Qabil-qabil). Secara idiology, bendera "Qabil" diwarisi oleh Namrud, Firaun, Kaisar-kaisar di Roma, Abu Sofyan bin Harb, Muawiyah bin Abi Sofyan, Yazid bin Muawiyah dan "Qabil-qabil" moderen dimanapun di seluruh pelosok dunia yang senantiasa se pak terjangnya merugikan kehidupan manusia. Sementara bendera "Habil" diperju angkan Ibrahim, Musa, Isa bin Maryam, Muhammad bin Abdullah, Ali bin Abi Thalib, Hussein bin Ali di Karbala dan "Habil-habil" manapun yang berani menentang sege nap bentuk penjajahan dimanapun di seluruh pelosok Bumi ini. 

Berbicara Habil dan Qabil, tidak perlu kita mengatakan bahwa kami ini "Islam", "Kristein ","Hindu", "Budha" dan sebagainya. Semuanya itu adalah gombal, sebagaimana yang kita saksikan di Syria sekarang, dimana konspirasi jahat, para teroris dan segenap pendukungnya dari Arab Saudi, Qatar, Turkey dan sebagainya masih saja menamakan diri atas nama Islam. Berbicara Habil dan Qabil adalah berbicara tentang kemanusia an, berbicara tentang kema nusiaan adalah berbicara tentang "ketundukpatuhan kita" kepada Pemilik Alam Semesta. 


Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
 di Ujung Dunia
---------- 
http://www.presstv.ir/live.html

HUKUM MENUTUP AURAT/BERJILBAB, YAKNI PAKAIAN WANITA YANG TERTUTUP SELURUH TUBUH KECUALI WAJAH DAN TELAPAK TANGAN, LONGGAR DAN TIDAK TEMBUS PANDANG ADALAH WAJIB (LIHAT AYAT PERTAMA SURAH AN NUR, BUKAN WANITA PEGAWAI ARAB SAUDI)

INI KEMAJUAN WANITA DI REPUBLIK ISLAM IRAN
KAUM WANITA JUGA DAPAT BEKERJA HAMPIR DISEGALA BIDANG TERMASUK MENGEMUDI HELYCOPTER SEPERTI WANITA INI.













ISLAM ITU KAFFAH (KESELURUHAN)
KITA BUKAN ”MENJAHIT KERAH BAJU” SAJA TAPI ”MENJAHIT BAJU”
YANG LENGKAP. 
JUSTRU ITULAH ORANG - ORANG YANG BERIMAN 
DIPERINTAHKAN ALLAH SWT 
UNTUK 
MENDIRIKAN SYSTEM.
TAMPA SYSTEM 
ISLAM AKAN HILANG ESENSINYA
hsndwsp
Acheh - Sumatera
di
Ujung Dunia

(INI ADALAH)
SATU SURAH YANG KAMI TURUNKAN DAN KAMI WAJIBKAN
(MENJALANKAN HUKUM - HUKUM YANG ADA DI DALAMNYA)
DAN KAMI TURUNKAN DI DALAMNYA AYAT - AYAT YANG JELAS
AGAR KAMU SELALU MENGINGATINYA
(QS, ANNUR 1)


”Assalamu'alaikum Tengku, bagaimana hukumnya orang yang membuka aurat didepan umum, misalnya buka jilbab oleh seorang muslimah? Mohon jawaban dan mohon kirim di blogpos dan fb saya. terimakasih wassalamu'alaikum wr. Wb”. (Ismail Asso dari West Papua, Wednesday, 4: 05pm)


hsndwsp Acheh - Sumatra, menjawab:
Ada dua hal yang mendasar dari pertanyaan bung Ismail ini. Pertama Aurat perempuan. Kedua aturan Islam dalam hal berpakaian serta hukum atas pelanggarannya.


Pertama berbicara aurat perempuan, yakni apa saja yang datang dari sisi perempuan yang telah baligh, yang dapat membuat lawan jenisnya teransang.. Dalam hal ini Allah telah menganugerahkan kelebihan kepada kaum wanita dimana tubuh mereka sangat indah dan sensitif bagi lawan jenisnya (baca kaum lelaki) Menurut Surah an Nur ayat 30 dan 31, seluruh tubuh orang perempuan adalah aurat. Artinya bahagian apa saja dari tubuh wanita akan membuat daya tarik bagi lelaki yang normal. Berdasarkan persepsi seperti ini orang perempuan tidak dibenarkan keluar rumah, kecuali terpaksa, minimal ada keperluan yang wajar dengan syarat menutup seluruh tubuhnya kecuali wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Perlu diingat bahwa wajah, telapak tangan dan kaki juga aurat tapi Allah memberikan kemudahan dalam beragama, tidak menyusahkan. Andaikata tidak dibenarkan nampak wajah, akan sedikit mengganggu pandangan dan pernafasan dan apabila telapak tangan musti tertutup akan mengalami kesukaran ketika mengambil sesuatu, demikian juga telapak kaki membuat kemudharatan bagi wanita yang bekerja di kebun atau diladang.

Kalau dikatakan aurat itu apa saja yang membuat lawan jenisnya tertarik, suara perempuanpun adalah aurat juga. Dari itu wanita yang balikh tidak boleh berbicara dengan non mukhrim kecuali dibelakang tabir atau ada keperluan yang wajar dan dapat dipastikan tidak akan mengundang fitnah. Bukti lain bahwa suara wanita juga aurat adalah, tidak dibenarkan wanita Azan baik di Mesjid maupun di Mushalla atau Surau.

Pegangan kita firman Allah Surat An Nur: 30 dan 31
"Katakanlah kepada orang-orang lelaki yang beriman "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, apa yang mereka perbuat" (QS, an Nur 30)

”Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan auratnya kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menghamparkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya hingga diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung" (QS, an Nur : 31)

Banyak orang yang beranggapan bahwa tutup aurat itu atau berjilbab tidak wajib. Alasan mereka tidak disebutkan kata wajibnya baik di ayat 30 dan 31 surah an Nur maupun ayat 59 surah al Ahzab. Selebihnya mereka melihat kebanyakan isteri dari pejabat kerajaan Saudi Arabia dan Brunai Darussalam tidak berjilbab. Mereka tidak cermat melihat pada permulaan surah an Nur dimana Allah mengatakan bahwa seluruh perintah dalam surah an Nur itu adalah wajib: ”(Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalamnya) dan Kami turunkan di dalamnya ayat-ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya”. (QS, an Nur : 1) Kemudian yang menjadi i kutan kita bukan isteri pejabat tetapi Isteri para Ulama warasatul ambiya’.

Menurut ayat 30 dan 31 tersebut diatas, setelah tertutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, masih diperlukan hamparan kain kerudung ke dadanya. Djadi dada wanita adalah diantara hal yang sensitif. Dari itu diperlukan hamparan kain sekali lagi setelah tertutup dengan bajunja. Dengan kata lain kerudungnya itu harus menutupi keseluruhan dadanya. Ada 2 istilah disini. Pertama bahasa Qur-an Khumur yang berarti kerudung, yakni kain yang dapat menutup kepala dan dada kecuali wajah (ruhsah). Kedua bahasa Qur-annya Jilbab (lihat ayat 59 surah al Ahzab) Artinya pakaian yang menunutupi seluruh tubuh wanita, longgar dan tidak tembus pandang plus kerudung tadi.

Selanjutnya perlu kita ketahui bahwa kendatipun telah tertutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan plus telapak kaki, masih di peringatkan Allah agar tidak menghentakkan kakinya di bumi hingga berakibat pinggul bergoyang. Bergoyangnya pinggul wanita mengundang pikiran yang aduhai bagi lelaki yang memandangnya.

Ketika anda membaca foot notnya Qur-an terjemahan Indonesia disana dikatakan bahwa ada seorang wanita di kebun kurma menghentakkan kakinya di tanah hingga berbunyilah perhiasan yang tersembunyi dibalik pahanya (baca gelang kaki). Ini adalah keterangan yang keliru menurut saya. Kalau yang mereka maksudkan itu perhiasan Emas atau gelang kakinya, apa urusan gak bisa dilihat, kecuali gak boleh dilihat oleh pencopet atau pencuri. Jadi yang benar perhiasan yang dimaksudkan Allah disana adalah aurat. Justru itu gerak jalan yang di lakukan di sekolah SLTA, SLTP, PGAN 6TH, MTSEN, MAN dan sebagainya adalah perbuatan yang dikutuk Allah /(baca haram) Itulah kerjanya System Taghut Hindunesia.

Kalau seorang wanita hanya menutup aurat saja sementara pergaulannya bebas macam kaum lelaki sama juga belum menutup auratnya. Dengan kata lain betapa banyak wanita yang berjilbab tapi disisi Allah belum termasuk yang menutup aurat, Hal ini sebagaimana Rasulullah katakan, betapa banyak orang yang berpuasa namun mereka tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga. Juga betapa banyak orang yang Shalat tapi shalat mereka dikecam Allah sebagaimana dalam surah al Ma’un: ”Fawailul lil mushallin” (Celakalah orang-orang yang shalat) Kenapa? Itulah shalatnya orang-orang yang bersatupadu dalam system taghut yang dhalim, hipokrit dan korrupt, dimana shalat mereka tidak dapat mencegah mereka dari berbuat maksiat. ”As Shalatu tanha ’anil fahsyai wal mungkar” (Hadist Rasulullah)

Perlu juga diketahui bahwa Islam itu Kaffah. Artinya keseluruhannya. Jadi persoalannya kita bukan ”menjahit kerah baju saja” tapi ”menjahit baju secara lengkap” Untuk itulah orang-orang beriman diperintahkan Allah untuk mendirikan System. Tanpa system, Islam akan mengalami dekaden. Sesungguhnya Islam itu bersystem.

Kita tutup tulisan ini dengan surah Al Ahzab : 59 Perintah menggunakan jilbab buat isteri-isteri Nabi, anak - anak perempuan Nabi dan isteri - isteri orang mukmin:
”Hai Nabi, katakanlah kepada isteri - isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri - isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(Al Ahzab : 59). Jilbab ialah sejenis baju kurung yang longgar dan tidak tembus pandang, menutupi seluruh tubuh plus kerudungnya/khumur (alasytar)

http://dialogsunni-syiah.blogspot.no/2011/03/hadis-tsaqalain-peninggalan-rasulullah.htmlhttp://dialogsunni-syiah.blogspot.no/2011/03/hadis-tsaqalain-peninggalan-rasulullah.html

Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
Di Ujung Dunia

https://www.youtube.com/watch?v=NT9RaJhqVCQ

BASYAR ADALAH MAKHLUK YANG TIDAK PERNAH BERESENSI. MEREKA ADALAH FENOMENA MANUSIA KUTUB QABIL




BASYAR ADALAH MAKHLUK YANG TIDAK BERBULU DI TELAPAK TANGANNYA. ANDAIKATA BERBULU BERARTI MAWAS ATAU GORILLA
BASYAR ADALAH MAKHLUK YANG SEKEDAR EXIST DI PLANET BUMI INI  
MEREKA TAKPERNAH BERESENSI 
KENDATIPUN MEREKA ITU PINTAR  DAN BERKEDUDUKAN TINGGI 
DALAM SYSTEM  YANG MENZALIMI KAUM MUSTADH'AFIN 
hsndwsp 
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia





Bismillaahirrahmaan irrahiim

Ketika AS melemparkan isu teroris, kita masih mampu berfikir justru AS lah teroris yang sebenarnya tetapi disebabkan AS memiliki "corong terbesar" Dunia sekarang ini, dengan mudahnya menuduh pihak lain sebagai teroris. Andaikata AS itu memanfaatkan Power yang mereka miliki, benar-benar untuk membebaskan komunitas-komunitas yang terzalimi di seluruh pelosok Dunia seperti West Papua, Republik Maluku Selatan dan Acheh - Sumatra dari penindasan Indonesia serta komunitas-komunitas lainnya seperti komunitas Kurdistan, Moro di Pilipina, Palestina di Timur tengah dan komunitas-komunitas lainnya di benua Afrika, barulah benar AS dan penduduk Duniapun akan salut kepada AS sebagai Polisi Dunia. Sayangnya realita tidaklah demikian. Mereka telah melukai komunitas Afganistant, Irak dan tidak bersikap jujur terhadap Republik Islam Iran, dimana yang terakhir ini sepertinya akan mampu menempatkan dirinya sebagai pengundang Imam Akhir Zaman untuk meluluh lantakkan segala bentuk kezaliman dipermukaan Bumi ini sebelum tiba masanya Kiamat Dunia.

Yang ingin penulis ingatkan, kenapa ketika kita saksikan orang-orang yang mendekam dalam penjara Indonesia, kita tidak mampu berfikir bahwa sesungguhnya persekongkolan antar "Fir'un", "Karun" dan "Bal'am" Indonesia itu jauh lebih zalim daripada pribadi manapun yang dijebloskan dalam penjara kecuali koruptor kelas monster. Bukankah kezaliman yang dibuat pribadi-pribadi tersebut akibat ulahnya penguasa Indonesia itu sendiri? Andaikata Indonesia tidak menzalimi bangsa Acheh - Sumatra kali ini via MoU Helsinki, Acheh - Sumatra akan merdeka. Ketika Acheh - Sumatra telah merdeka, pemerintah Acheh - Sumatra akan mengembalikan harta yang dianugerahkan Allah dalam perut Bumi Tanah Rencong itu kepada pemiliknya (baca siapapun mereka yang mendiami bumi Acheh - Sumatra) Andaikata realita ini dapat kita saksikan, tidak ada lagi orang Acheh - Sumatra yang mendekam dalam penjara-penjara di Tanah Rencong. Seluruh penduduk Acheh - Sumatra akan menggapai finansialnya. Persoalan utama manusia adalah finansialnya. Pabila pribadi yang diamanhkan Allah menduduki jabatan Top Leadernya, pribadi tersebut takut kepada Allah. Pribadi tersebut akan menunaikan kewajibannya sebagaimana diamanahkan Allah. Pertama sekali yang dia lakukan adalah berdaya upaya untuk meraih finansialnya bagi seluruh penduduknya. Namun kenapa fenomena tersebut hanya kita saksikan di Norwegia sekarang ini? Apakah orang non Islam lebih baik daripada orang Islam? Bukan. Justru disinilah kita menemukan kuncinya bahwa penguasa Indonesia beserta pribadi-pribadi yang bersekongkol dalamnya sesungguhnya bukan orang Islam tetapi munafiq. Maaf, ”Qulilhaq walaukana murra”, kata Rasulullah.

Lihatlah di Acheh - Sumatra, mengapa mayoritas penduduknya tidak berilmu? Pastinya disebabkan mereka jangankan untuk meneruskan pendidikannya sampai kepeguruan Tingi, mencari sesuap nasi buat kehidupan keluarganya saja sepertinya mereka tak mampu. Jadi yang sampai keperguruan Tinggi justru anak orang orang dimana orang tua mereka memiliki harta untuk menyekolahkan anak mereka. Selebihnya adalah anak orang-orang yang bersekongkol dalam system Indonesia hingga mereka dengan mudah meraih finansialnya serta sanggup menyekolahkan anakanak mereka sampai keperguruan Tinngi bahkan ke luar negeri.

Kalau kita mampu membuka cakrawala berfikir, siapakah pemilik harta yang terkandung dalam Bumi Acheh - Sumatra sesungguhnya? Orang-orang yang pintar dan teguh Iman akan menjawabnya bahwa pemiliknya adalah seluruh manusia yang mendiami Tanah Rencong. Tetapi kenapa mereka lantas menjadi bodoh terus-menerus hingga setiap 5 tahun sekali mereka hanya tergiring kekancah sandiwara yang tidak lucu itu? Sekarang kita ulang kembali siapakah sesungguhnya yang lebih zalim, penghuni penjarakah atau penguasa Indonesia plus "Aceh"?

Justeru itulah sering kita katakan bahwa para Ilmuwan, propessor, doktor dalam system Taghut yang zalim, hipokrit dan korrupt adalah pribadi- pribadi yang "berwajah pucat". Sepertinya mereka tidak mampu berpikir ketika berhadapan dengan gagasan-gagasan para Ideolog yang "berwajah merah". Betapa banyak dosen-dosen di perguruan tinggi Banda Acheh? Bagaimanakah sepak terjang mereka? Bukankah setiap pribadi yang berilmu diamanahkan Allah untuk melepaskan kaum mustadhafin dari belenggu yang menimpa kuduk- kuduk mereka? (QS, QS.7:157 & QS, 90:12-18) Bukankah semua kerja mereka sia-sia saja andaikata mereka tidak berdaya upaya untuk melepaskan kaum yang tertindas ekonominya dimana-mana, di Acheh - Sumatra dan bahkan di West Papua dan Ambon dimana mereka dilestarikan tubuhnya dalam keadaan telanjang oleh para Basyar didikan Belanda? Masihkah kita membanggakan diri sebagai pribadi-pribadi Muslim? Tidak pahamkah kita bahwa 'Aqidah kita sudah sirna begitu kita bergabung dalam system zalim, hipokrit dan korrupt? Kenapa kita asik memfokuskan 'aqidah pada rumusan dua kata, "Lailaha illallah, Muhammadur Rasulullah" sementara esensinya kita tak paham? Bagaiman kita mendefinisikan Iman yang sesungguh nya? Masihkah kita mengandalkan hadist-hadist palsu untuk membela diri sebagai pribadi-pribadi Muslim?

ITU ADALAH BASYAR, BUKAN MANUSIA BERIMAN
Yang namanya manusia difasilitasi Allah dengan alat fikir di kepalanya masing-masing. Apabila manusa tidak tundukpatuh kepada Allah yang menjadikan Alam semesta serta diri mereka sendiri, mereka akan sesat selama-lamanya biarpun rajin shalat, puasa, zakat, naik haji dan sebagainya. (Kecuali mereka itu termasuk orang awwam yang masih berkemungkinan besar untuk diampuni Allah dosanya). Type makhluk seperti itu disebut Basyar, pinjam istilah DR Ali Syariati, ahli fikir yang belum ada duanya di jaman kita ini.

Basyar adalah makhluk yang tidak berbulu ditangannya. Andaikata berbulu, berarti mawas atau gorilla. Basyar makhluk yang sekedar exist di Dunia ini. Mereka tidak pernah beresensi. kendatipun mereka pintar dan berkedudukan sebagai Dosen atau maha guru sekalipun, konon pula kalau mereka hanya sebagai wartawan, pegawai negeri yang hanya berfungsi sebagai ”Pak Turut”, berbicara tentang kezaliman namun tidak pernah sadar dimana mereka sendiri termasuk bahagian dari kezaliman itu sendiri. Mereka terbuai dengan prestis: "Ah saya kan dosen, saya kan jurnalis independent, saya kan khatib mesjid sebagai corang para mutakabbirun, saya kan doktor bedah agar "penyakit" rakyat dapat saya keluarkan"?

Perlu digaris bawahi bahwa manusia memecahkan persoalan dengan pikiran yang dianugerahkan Allah kepadanya, sedangkan basyar cendrung kepada prilaku binatang buas dengan menampilkan "Hukum Rimba" sebagaimana sepak terjang ”serigala - serigala” haus darah dalam system Hindunesia. Ini bukan pernyataan emosionil, tetapi realita. Pernyataan saya ini memang pahit dan lebih pahit dari pil Knine, namun itulah yang dapat menjembuhkan "penyakit malarianya" bagi orang - orang yang bersekongkol dalam system thaghut Pancasila. Siapakah diantara kita yang mampu menelan "pil pahit" ini? Siapakah yang mampu berpatah balik sebagaimana Hurr bin 'adiy berpatah balik untuk memihak kepada Imam Hussein di medan Karbala ?

Mampukah kita menderita dalam Islam sebelum existnya system yang rahmatan lil 'alamin? Mampukah kita mengikuti jejak Abu Dzar Ghifari sebagai prototype kaum mustadhafin yang sadar apa sesungguhnya tujuan hidup di Dunia yang akan fana ini? Pernahkah kita renungkan, kemana orang-orang yang hidup mewah dalam system yang menzalimi kaum mustadhafin sekarang ini?

Mereka sedang menjalankan siksaan Qubur sebelum di jebloskan ke dalam Neraka. (Na'uzu billahi min dzalik). Berapa lamakah mereka menikmati hidup bahagianya? Hanya sebentar saja, sementara dalam Neraka kekal selama-lamanya.

Model Abu Dzar Ghifari dan Hur bin 'Adiy itulah yang termasuk manusia brillian, mampu melawan segala fasilitas gemerlap yang di tawarkan penguasa zalim di zamannya, demi keselamatan Akhiratnya. Abu Dzar Ghifari memilih menderita dan mati di Havadhah, tempat terpencil akibat melawan penguasa zalim dimasanya. Sementara Hur memilih syahid bersama cucu Rasulullah saww, Imam Hussein bin 'Ali karamallahu wajhah. Kalau anda berasal dari anak orang yang bersekongkol dalam system yang menzalimi kemanusiaan itu, saya tidak terlalu fokus, tetapi betapa sayangnya anda-anda yang sampai kepeguruan Tinggi dari orang tua yang membiayai anda dengan harta dari hasil keringatnya sendiri yang sah disisi Allah, berkesudahan sama kelak dalam keadaan menyesali diri sendiri dihadapan Allah swt.

TINJAUAN FENOMENA ALAM
Manusia hidup di Dunia ini penuh dengan ujian dan tantangan untuk menuju tempatnya semula (baca tempat Adam bersama Siti Hawa) Andaikata tidak berhasil, mereka akan masuk Neraka dan kekal selama-lamanya. (na'uzu billahi min zalik). Hal ini dapat kita analisa proses tumbuh-tumbuhan sebagai "ayat" Allah yang alami. Ambillah contoh pokok kelapa dimana setiap tungkulnya bisa berbunga lebih-kurang seribu bakal buah. Namun yang sempat menjadi putik lebih-kurang lima puluh buah. Lalu putik tersebut mampu menjadi kelapa siap pakai lebih-kurang 25 buah (kelapa muda), itu pun masih teruji lagi dengan gangguan tupai sehingga tinggal hanya lebih-kurang 10 buah yang dapat bermanfa'at untuk manusia.

Kemudian kita lihat contoh yang lain dari pohon Durian yang representant, mampu berbunga satu milyar calon buah. Dari satu milyar itu yang sempat jadi putik lebih-kurang satu juta. Dari satu juta itu yang berhasil untuk melawan ujian sengatan serangga, hembusan angin, guyuran hujan dan sebagainya lebih kurang 5 ratus buah. Dari 5 ratus buah itu masih menga lami ujian jenis lainnya seperti kalong, tupai dan penjakit alami lainnya yang membuat buah itu tawar rasanya. Akhirnya yang dapat bermanfaat untuk manusia atau memenuhi standar durian sekitar lebih-kurang 200 buah saja.

Demikianlah gambaran manusia ini. Pertama kita ambil saja yang telah berikrar untuk mengucap dua kalimah syahadah di Tanah Rencong. Lalu di uji lagi yang ada melakukan Shalat, Puasa dan membayar Zakat. Lalu di uji lagi dengan beramar makruf nahi mungkar. Akhirnya diuji dengan "Bahtera" yang kita naiki, apakah bahtera yang tunduk patuh kepada Allah atau kepada Thaghut, apakah mereka termasuk orang-orang yang bersatupadu untuk membela kaum mustadhafin, melepaskan beban yang menimpa kuduk-kuduk mereka (QS.7:157 & QS,90:12-18) atau egois dan bangga sebagai dosen dalam system Thagut yang zalim, hipokrit dan korrupt, maha guru, Propessor, Doktor, Direktur suatu surat kabar, sementara semua mereka itu hanya mementingkan diri dan keluarganya masing-masing.

Akhirnya penganut Islam di Dunia yang lebih kurang 2 milyar, tinggal yang benar-benar beriman mungkin hanya sekitar ratusan juta saja yang redha Allah. Bayangkan berapa jumlahnya yang termasuk benar-benar beriman dari orang-orang yang ada di pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan West Papua?

Sekarang kita bertanya pada diri kita masing-masing adakah saya ini termasuk dalam bilangan orang-orang yang benar-benar beriman, sehingga terbebas dari siksaan api Neraka ? Jawabannya marilah kita berusaha dan berdoa sesuai dengan petunjukNya sebagaimana yang diaplikasikan para Rasul, Imam - Imam dan Ulama warasatul ambia, bukan ulama gadongan. Andaikata kita termasuk orang yang terlanjur berada dalam system yang menzalimi kaum mustadhafin, cepatlah berpatah balik sebelum terlambat. Disinilah gunanya tulisan saya yang tidak bermaksud untuk menyakiti hati siapapun tetapi demi menyelamatkan manusa dari bahtera Namrud ke bahtera Ibrahim, dari bahtera Fir’un ke bahtera Musa dan Harun, dari bahtera Kaisar-kaisar di Rhoma ke bahtera ’Isa bin Maryam, dari bahtera Abu Sofyan ke bahtera Muhammad saww, dari bahtera Muawiyah ke bahtera Imam ’Ali bin Abi Thalib, dari bahtera Yazid bin Mu’awiyah ke bahtera Imam Hussein, dari bahtera Syah Reza Palevi ke bahtera ”Imam” Khomaini, dari bahtera Hindunesia ke bahtera Acheh Sumatra yang belum exist.

Nah persoalan yang terjadi diantara orang - orang yang bersekongkol dalam system thaghut Pancasila dan orang - orang yang antithesis dengannya juga merupakan proses ujian Allah untuk menentukan kemenangan atau kekalahan Akhiratnya, kendatipun kebanyakan manusia enggan melihat persoalan kenegaraannya dengan kacamata Al Qur-an. Akibatnya mereka cenderung menampilkan "hukum Rimba", Yang kuat memakan yang lemah, yang kaya memperbudak yang miskin, yang pintar membodoh-bodohi kaum mustadhafin.



Billahi fi sabililhq
hsndwsp
di Ujung Dunia









 
 
 
 
 
m




Kamis, 14 Februari 2019

IMAM MUHAMMAD AL MAHDI AL MUNTAZHAR






IMAM MAHDI AKAN DIMUNCULKAN ALLAH SWT BERSAMA 
NABI 'ISA BIN MARYAM DI AKHIR ZAMAN. SETELAH IMAM MAHDI BERKUASA SECARA ADIL DAN 100 % ISLAMI BARULAH KEMUDIAN TERJADI KIAMAT DUNIA

hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia






Imam Mahdi: Pemimpin Manusia yang Adil
 by
Dr. Abdulaziz A. Sachedina


(* Beliau adalah Profesor Kajian Keagamaan di Universitas Virginia, AS. Penerjemah buku yang aslinya berbahasa Persia ini lahir di Tanzania, 12 Mei 1942.)
Dengan Nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang

Saya merasa sangat bahagia karena mendapat kepercayaan untuk menerjemahkan buku mengenai Imam Keduabelas yang menjadi keyakinan pribadi saya.


Semula tugas ini diserahkan secara pribadi oleh penulis bukunya, yakni Ayatullah Ibrahim Amini selama kunjungan saya di Teheran di musim panas tahun 1993. Namun saya harus menundanya lantaran tugas mengajar dan tugas administratif saya selaku Direktur Studi Timur Tengah di Universitas Virginia dan mencari waktu yang tepat untuk memulai terjemahan yang sangat berharga ini. Permohonan Ayatullah Ibrahim Amini tidak hanya mencerminkan keyakinannya pada kemampuan saya dalam menerjemahkan karya besar menyangkut akidah Syi`ah Duabelas Imam ini secara akurat ke dalam bahasa Inggris, tapi juga menyatakan keyakinannya kepada keimanan pribadi saya terhadap Imam Keduabelas.

Musim panas tahun 1993 juga merupakan saat yang penuh dengan karunia Allah karena beberapa alasan penting. Dalam wawancara dengan editor Kayhan-i Farhangi di Qum, saya mendapat kesempatan menerangkan studi akademis agama berdasarkan perspektif studi saya sendiri ihwal kepemimpinan Islam di masa depan dan perbedaannya dengan metode penelitian yang dilakukan di pusat studi Islam tradisional. Seluruh wawancara tersebut, yang telah ditulis dalam bahasa Inggris dan Prancis, bisa menjadi contoh baik untuk dialog ilmiah antara lembaga pendidikan tinggi tradisional dan modern.

Saya terpacu menerjemahkan buku ini karena ingin merespon orang-orang yang mengaitkan saya dengan kesalahan yang bukan keyakinan saya dan bukan pula bagian dari riset akademi saya. Dalam perampungan karya ilmiah yang senada dengan buku ini, saya merujuk pada referensi Syi`ah Duabelas Imam (Syî` ah Imâmiyyah Itsnâ' Asyariah). Saya meneliti dokumen yang menjadi acuan riset saya secara cermat dan kritis berasaskan al-Quran dan hadis-hadis Ahlulbait yang autentik.

Saya senang sekali karena Dadgustar-i Jihan karya Ayatullah Amini, yang saya terjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan tajuk Al-Imam Al-Mahdi: The Just Leader of Humanity [yakni buku ini] bisa memerikan Imam Keduabelas secara utuh dan ditata berdasarkan studi sejarah yang diambil dari sumber-sumber rujukan yang telah saya teliti dan pakai dalam Islamic Messianism: The Idea of Mahdi in Twelver Shi`ism. Yang lebih luar biasa lagi adalah meskipun metode riset saya dan Ayatullah Amini amat berbeda namun kami mencapai kesimpulan yang sama mengenai keyakinan terhadap Imam yang akan muncul dari kegaiban untuk memimpin dunia secara adil.

Perbedaan metodologi yang dipakai disebabkan oleh objek pembaca yang berbeda: Yang pertama [yakni, Al-Imam Al-Mahdi-peny.] ditujukan bagi 'orang-orang dalam' yang terpelajar (orang-orang yang percaya); sedangkan yang kedua [yakni Islamic Messianism-peny.] ditulis untuk 'orang-orang dalam' dan 'orang-orang luar' (orang-orang yang tidak percaya). Perlu diketahui, para pembaca sudah dapat menilai objek pembaca yang dituju Ayatullah Amini, yaitu para pembaca yang percaya, sedangkan objek yang saya tuju adalah orang-orang yang tidak percaya namun akan mengapresiasi mazhab Syi`ah Duabelas Imam secara intelektual.

Saya menulis Islamic Messianism untuk mengenalkan mazhab Syi`ah kepada para akademis Barat yang didominasi oleh para sarjana orientalis yang tidak hanya meminggirkan mazhab Syi`ah sebagai bentuk Islam yang menyimpang dan jahat, namun juga menganggapnya dipengaruhi langsung oleh ide mesianisme Kristen dan Yahudi.

Saya juga ingin mengoreksi kesimpulan ulama Sunni dan sarjana Barat perihal konsep imam maksum dalam Syi`ah dan menandaskan bahwa kabar akan datangnya Imam Mahdi yang akan menata masyarakat yang adil dan beretika bersumber dari al-Quran. Sebaliknya, usaha Ayatullah Amini dalam buku Al-Imam Al-Mahdi: The Just Leader of Humanity dimaksudkan untuk merespon keraguan yang dibuat orang-orang Syi`ah yang skeptis dan orang Sunni yang gemar berpolemik.

Keputusan menjadikan lapisan pembaca tertentu yang berbahasa Persia sebagai sasaran tulisannya memeragakan metodologi yang dipakainya benar-benar berdasarkan sumber-sumber mengenai hadis. Masing-masing argumen berdasarkan interpretasi ayat al-Quran tertentu dan riwayat hadis yang mendukung interpretasi tersebut.

Oleh sebab itu, hadis menjadi sumber hujjah agama yang fundamental dan mesti diperiksa secara kritis sebelumnya. Hadis yang dipakai diteliti supaya valid dan bisa dijadikan dalil bermanfaat bagi agama. Selain itu, Ayatullah Amini juga memperkenalkan argumen rasional guna menyingkirkan beberapa kisah mengenai pertemuan dengan Imam Keduabelas yang diterima begitu saja oleh beberapa ulama hadis. Misalnya, kisah terkenal perihal "Pulau Hijau" (dalam Bab 10 buku ini-peny.) yang menjadi kediaman Imam Keduabelas dibantah olehnya karena dinilai palsu dan berlawanan dengan pernyataan si perawi itu sendiri. Lebih jauh lagi, penelitian mutakhir tentang umur panjang dituliskan secara luas dan berdasarkan sumber-sumber Barat untuk membuktikan bahwa ilmu pengetahuan tidak memustahilkan usia panjang Imam Keduabelas.

Bagian yang paling mencerahkan dan membelalakkan mata dalam buku ini adalah berkenaan dengan pencapaian Imam Keduabelas setelah kemunculannya (Bab 14 buku ini). Pada bagian ini, ditulis informasi mengenai "Kebaruan Penjelasan Al-Mahdi"; juga disertai penilaian kritis tentang latar belakang sikap pengikut Imam Keduabelas yang mengabaikan nilai Islam yang benar dalam kehidupannya dan mengedepankan ritual tanpa mengejawantahkan nilai moral dan etika yang merupakan intisari dari ketaatan beragama .

Dalam hal ini, Ayatullah Amini menulis (hal.setting akhir):

Umat manusia, setelah meninggalkan prinsip-prinsip yang absolut dan ajaran-ajaran Islam yang pokok, hanya mengikuti lapisan luar agama dan menganggap sikapnya itu sudah mencukupi. Inilah orang-orang yang-selain shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, dan penghindaran diri dari najis-tidak tahu apa-apa tentang Islam.

Selain itu, beberapa dari mereka membatasi agama di mesjid saja sehingga amat sedikit pengaruhnya pada sikap dan tindakan mereka. Ketika mereka keluar dari mesjid, yaitu di pasar atau di tempat kerja, tidak ada tanda-tanda keislaman dalam dirinya. Mereka tidak menganggap tingkah laku yang etis dan nilai-nilai moral sebagai bagian dari Islam. Mereka tidak peduli pada tindakan-tindakan amoral dan membuat-buat alasan atas tindakannya, tidak mengikuti bimbingan moral sebab adanya perselisihan ihwal kewajiban dan larangan-larangan berdasarkan syarat-syarat tertentu.

Mereka jauh melangkah sejajar dengan larangan agama-dengan jalan tipu daya-dan menjadikannya sesuatu yang boleh dilakukan. Mereka juga menghindari tanggung jawab untuk menunaikan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada mereka oleh syariat. Dengan kata lain, mereka terlibat dalam menafsirkan agama sesuai dengan keinginan mereka belaka.

Ketika berhadapan dengan al-Quran, mereka menganggap cukuplah bagi mereka untuk memperhatikan bacaan formal saja dan menghormati kebiasaan yang berhubungan dengannya. Oleh karena itu, ketika Imam Keduabelas muncul, dia pasti akan bertanya kepada mereka, yaitu mengapa mereka meninggalkan intisari agama dan menafsirkan al-Quran dan hadis sesuai dengan kehendak mereka sendiri.

Mengapa mereka meninggalkan kebenaran Islam dan puas dengan ketaatan lahiriah belaka? Mengapa mereka tidak menyesuaikan karakter dan perbuatan mereka dengan ruh Islam? Mengapa mereka memutarbalikan makna agama agar sesuai dengan ketamakan mereka pribadi? Sebagaimana mereka begitu memperhatikan bacaan al-Quran yang benar, mereka pun harus mempraktikkannya. Imam Keduabelas berhak bertanya, "Kakekku, Imam Husain, tidak terbunuh demi duka cita. Mengapa kalian mengabaikan tujuan yang dipegang kakekku dan menghancurkannya ?"

Imam akan menyuruh mereka mempelajari ajaran sosial dan moral Islami dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka harus menghindari perbuatan-perbuatan tercela dan memperhatikan kewajiban-kewajiban menyangkut keuangan, tanpa membuat alasan- alasan lemah. Mereka juga harus ingat, mengingat jasa-jasa Ahlulbait dan meratapi penderitaan mereka tidak akan dapat menggantikan zakat dan khumus serta melunasi utang-utang seseorang.

Perbuatan-perbuatan itu tidak dapat menggantikan perbuatan dosa semisal mengambil bunga (bank-penerj.) dan suap, menipu manusia lain dan memperlakukan mereka dengan tidak jujur. Mereka mesti menyadari bahwa menangisi dan berkeluh kesah demi Imam Husain tidak pernah dapat menggantikan perbuatan buruk kepada orang yatim dan janda-janda. Lebih penting lagi, seyogianya mereka tidak membatasi ketakwaan hanya di mesjid. Namun mereka pun harus berperan serta aktif di masyarakat dan melaksanakan amar makruf nahi munkar serta menumpas bid`ah-bid`ah yang merusak Islam.

Tentu saja, agama semacam ini akan tampak baru dan sulit bagi orang-orang tersebut. Bahkan boleh jadi mereka menganggapnya bukan Islam, karena mereka membayangkan Islam sebagai sesuatu yang lain. Orang-orang semacam ini terbiasa berpikir bahwa kemajuan dan kebesaran Islam terletak pada pendekorasian mesjid-mesjid dan pengkostruksian menara-menaranya. Bila Imam Keduabelas berkata, "Kebesaran Islam bergantung pada tindakan yang benar, kejujuran, kepercayaan, penepatan janji, dan penghindaran diri dari perbuatan yang terlarang", pernyataan ini akan terasa benar-benar baru bagi mereka! Mereka dulu menganggap bahwa ketika Imam muncul, dia akan membuat perubahan bagi semua perilaku Muslim dan akan mengistirahatkan mereka di pojok-pojok mesjid. Tetapi ketika mereka menyaksikan bahwa darah bercucuran dari pedang Imam, menyeru umat untuk berjihad dan beramar makruf nahi munkar, membunuh para ahli ibadah yang berbuat zalim, serta mengembalikan barang-barang yang mereka curi kepada pemiliknya, maka tindakan semacam ini sungguh akan terasa baru!

Penilaian umat yang jujur dan terbuka serta tanggung jawab yang para pengikut harus lakukan kepada Imam Keduabelas jarang ditemukan dalam literatur mengenai hal ini. Sekarang saatnya kita berkomitmen pada tujuan Islam dan bekerja secara tulus demi reformasi diri untuk memenuhi kewajiban kita kepada Muslim dan non-Muslim di sekitar kita. Adalah baik sekali bila kita mengingat kandungan doa yang bersumber dari Imam Keduabelas dan yang kita baca pada saat yang berbeda dengan sungguh-sungguh nasihat Imam as kepada para pengikutnya. Doa tersebut berbunyi:

Ya Allah, anugrahi kami taufik (berupa) ketaatan, menjauhi kemaksiatan, ketulusan niat, dan mengetahui kemuliaan.

(Ya Allah) Muliakanlah kami dengan hidayah dan istiqamah, luruskan lidah kami dengan kebenaran dan hikmah, penuhilah hati kami dengan ilmu dan makrifat, bersihkan perut kami dari haram dan syubhat .

(Ya Allah) Tahan tangan kami dari kezaliman dan pencurian, tundukkan pandangan kami dari kemaksiatan dan pengkhianatan, palingkan pendengaran kami dari ucapan yang sia-sia dan umpatan.

(Ya Allah) Karuniakan kepada ulama kami kezuhudan dan nasiha; kepada para pelajar, kesungguhan dan semangat; kepada para pendengar, ketaatan dan peringatan; kepada kaum Muslimin yang sakit, kesembuhan dan ketenangan; kepada kaum Muslimin yang meninggal, kasih sayang dan rahmat; kepada orang tua kami, kehormatan dan ketentraman; kepada para pemuda, kembali (ke jalan Allah) dan taubat; kepada para wanita, rasa malu dan kesucian; kepada orang-orang kaya, rendah hati dan kemurahhatian; kepada orang miskin, kesabaran dan kecukupan; kepada para pejuang, kemenangan dan penaklukan; kepada para tawanan, kebebasan dan ketenangan; kepada para pemimpin, keadilan dan rasa sayang; kepada seluruh rakyat, kejujuran dan kebaikan akhlak.

(Ya Allah) Berkatilah para jamaah haji dan para peziarah dalam bekal nafkah, sempurnakan haji dan umrah yang Engkau tetapkan bagi mereka dengan karunia dan rahmat. Wahai Yang Paling Pengasih dari semua yang mengasihi.

Akhirnya, saya ucapkan terima kasih atas dukungan moral dan motivasi dari Ayatullah Ibrahim Amini dan para koleganya di Majlis-i Khubragan, Hujjatul-Islam Hadawi Tihrani dan para koleganya di Jami' Mudarrisin Hauzah Ilmiyah Qum, serta para pembaca di seluruh dunia yang menjadi tujuan saya dalam menerjemahkan buku yang berisi ajaran kami (Syi`ah Duabelas Imam) yang amat berharga ini .

London, Inggris

18 Dzulhijjah 1416/6 Mei 1996
4
IMAM MAHDI

Mukadimah
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

BULAN Sya'ban dalam penanggalan kaum Muslim merupakan bulannya peringatan. Awal bulan Sya'ban ditandai dengan kelahiran Imam Ketiga Syi`ah, Husain bin Ali, saudara sepupunya, Abbas bin Ali; putranya, Ali bin Husain Zain al-Abidin, dan terakhir, keturunannya yang paling termasyhur, al-Qâ ` im dari Ahlulbait, Imam Keduabelas, al-Mahdi as .

Saya menghadiri sebuah pertemuan yang direncanakan untuk merayakan kelahiran Imam Keduabelas?salam atasnya?pada malam 15 Sya'ban di salah satu sekolah tinggi di Teheran. Acara yang diatur dengan baik ini diikuti oleh semua lapisan masyarakat. Akan tetapi, mayoritas hadirin berasal dari kalangan terdidik, termasuk para siswa yunior dan senior dari sekolah tersebut. Pertemuan itu disponsori oleh Asosiasi Islam dari sekolah tadi.

Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci al-Quran oleh siswa muda, yang, melalui lantunannya yang merdu, memberi nuansa spiritual kepada peristiwa tersebut. Setelahnya, seorang siswa lain membacakan sebuah puisi yang telah digubahnya bertemakan Imam Gaib as, dan acara ketiga menampilkan makalah yang ditulis dengan baik dan sangat relevan mengenai topik tersebut. Di penghujung acara, Tn. Hosyyar, salah seorang pengajar terkemuka, menyampaikan pembicaraan yang relevan seputar topik Imam Zaman as. Ceramah ini disampaikan sampai menjelang sore .

Pertemuan tersebut meninggalkan kesan mendalam kepada saya. Bukan sekadar sisi seremonialnya yang menarik perhatian saya, namun juga pengalaman yang diselimuti ruh keikhlasan dan ketakwaan yang mengalir dari kawula muda. Mereka telah mengorganisasikan agama dan pengetahuan serta terdorong dalam menyebarluaskan kebenaran-kebenaran agama dan memahami masyarakat banyak, mencerahkan pemikiran mereka dengan keimanan. Atmosfer pada pertemuan tadi didominasi oleh niat suci dan keikhlasan dalam bertindak dari kawula muda ini, yang berinteraksi dengan hadirin memancarkan kehangatan dan perenungan.

Antusiasme di kawula muda ini dan gairah keagamaan mereka, dipandu oleh pemikiran yang bening, membuat hati saya penuh harapan akan masa depan umat Islam. Saya hampir menyaksikan kepemimpinan masa depan dari peradaban dan tanggung jawab untuk kemajuan manusia terletak pada bahu mereka.

Pandangan saya dipenuhi dengan air mata harapan dan saya berdoa kepada Allah Yang Mahakuasa dengan semua ketulusan demi kejayaan Asosiasi Islam milik para siswa tersebut dan sekolah-sekolah yang telah merintis misi suci ini di kalangan generasi muda.

Pada momen itu juga, Ir. Madani, yang duduk di sebelah Tn. Hosyyar, mengajukan pertanyaan, "Apakah Anda benar-benar percaya terhadap eksistensi Imam Gaib? Apakah pendapat Anda didasarkan pada riset atau Anda semata-mata membela kepercayaan tersebut berdasarkan dugaan Anda?"

Tn. Hosyyar menjawab, "Kepercayaanku tidak didasarkan pada keimanan buta ataupun taklid buta. Justru, saya mengakuinya melalui kajian dan riset yang cermat. Bagaimanapun, saya tetap terbuka untuk banyak melakukan riset dan bersedia mengubah pendapatku berdasarkan itu semua ."

Tn. Madani meneruskan, "Karena topik Imam Zaman tidak cukup jelas bagi saya. Dan sepanjang saya belum bisa untuk meyakinkan diri saya pada realitasnya, saya lebih suka untuk mendiskusikan dan meriset tentang topik itu."

Di antara mereka yang hadir pada saat itu dan turut menyimak perbincangan tadi adalah Dr. Emami dan Fahimi. Kedua-duanya mengungkapkan minat mereka pada tema tersebut apabila diskusi-diskusi itu diselenggarakan. Tn. Hosyyar setuju datang dan mengarahkan perbincangan kapanpun kelompok itu untuk memutuskan. Sebelum berpisah, mereka sepakat untuk bersua kembali pada hari Sabtu berikutnya, di kediaman Tn. Madani, tempat pertemuan pertama diadakan. Halaman-halaman selanjutnya merupakan catatan ini semua dan mungkin lebih banyak lagi pertemuan-pertemukan diselenggarakan, untuk menelaah tema eksistensi Imam Keduabelas as.[]


BAB 1

Asal Usul Kepercayaan terhadap Imam Mahdi
Dr. Emami: Kapankah kepercayaan terhadap Imam Mahdi menjadi merata di lingkungan Islam? Adakah pembicaraan tentang al-Mahdi selama masa Nabi saw atau apakah tema itu muncul setelah mangkatnya beliau sehingga tersebar luas di tengah kaum Muslimin? Ada sebagian pihak yang telah menulis bahwa tidak ada Mahdiisme pada permulaan Islam. Ide tersebut baru mencuat di antara kaum Muslimin pada paruh kedua abad pertama Hijrah (abad ke-7 M). Ada pula sekelompok orang yang menganggap bahwa Muhammad bin Hanafiyyah sebagai al-Mahdi dan menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang tentang nasib baik Islam yang tercapainya melaluinya. Kelompok itu pun percaya bahwa Muhammad bin Hanafiyyah belum mati namun hidup di Gunung Radhwah dan suatu saat akan kembali.

Tn. Hosyyar: Kepercayaan terhadap al-Mahdi berkembang luas selama masa Rasul. Nabi saw telah menyampaikan masa depan menjelang kemunculan al-Mahdi lebih dari satu kesempatan. Dari waktu ke waktu, beliau selalu memberi tahu manusia ihwal pemerintahan al-Mahdi dan tanda-tanda kemunculannya, menyampaikan nama dan julukannya. Ada sejumlah laporan dan riwayat yang telah sampai kepada kami baik dari jalur Sunni dan Syi`ah perihal tema ini.

Secara asasi, sebagian dari riwayat itu telah disampaikan sedemikian sering dan tanpa penyimpangan dari setiap zaman yang tak seorang pun bisa meragukan autentisitasnya. Umpamanya, kita membaca hadis berikut yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas`ud, yang mendengar Nabi saw bersabda:
Dunia tidak akan berakhir sampai seorang lelaki dari keluargaku (ahl al-bayt), yang disebut al-Mahdi, bangkit untuk mengurus umatku.1

Hadis lain diriwayatkan oleh Abu al-Hujaf yang mengutip pernyataan Nabi saw sebanyak tiga kali:

Dengarkan kabar gembira tentang al-Mahdi! Dia akan bangkit pada saat manusia dihadapkan dengan konflik keras dan dunia akan digoncang dengan getaran keras. Dia akan memenuhi dunia dengan keadilan dan persamaan sebagaimana ia dipenuhi dengan kezaliman dan tirani. Dia akan memenuhi hati para pengikutnya dengan ketaatan dan akan menyebarkan keadilan di mana-mana.2

Nabi saw telah menyatakan:

Hari Kiamat tidak akan terjadi sampai al-Qâ` im al-Haq muncul. Ini akan terjadi ketika Allah mengizinkannya untuk bangkit. Barangsiapa yang mengikutinya akan selamat, dan barangsiapa yang menentangnya akan binasa. Wahai hamba-hamba Allah, ingatlah Allah dalam pikiran kalian dan larilah kepadanya [al-Mahdi] meskipun itu terjadi di atas es, karena sesungguhnya dia adalah khalifah Allah Azza wa Jalla dan penggantiku.3

Dalam hadis lain, Nabi saw dilaporkan telah berkata: "Barangsiapa yang menolak al-Qâ` im dari keturunanku berarti menolakku."4 Masih dalam hadis lain, Nabi saw menjamin umatnya dengan menyatakan:

Dunia tidak akan berakhir sampai seorang lelaki dari keturunan Husain mengurus dunia dan memenuhinya dengan keadilan dan persamaan sebagaimana ia dipenuhi dengan kezaliman dan tirani.5


Al-Mahdi Berasal dari Keturunan Nabi saw
Hadis-hadis semacam itu jumlahnya banyak. Ide utama yang berkembang dalam semua hadis itu mengandung topik masa depan menjelang al-Mahdi dan al-Qâ` im selama masa Nabi saw yang begitu terkenal. Sebenarnya, pelbagai riwayat yang membahas tema itu menunjukkan bahwa ia bukanlah sesuatu yang baru yang kemudian disampaikan kepada orang-orang. Bahkan, riwayat-riwayat tersebut memuat tanda-tanda dan ciri-ciri orang yang akan bangkit sebagai al-Mahdi, seperti dalam ungkapan "Al-Mahdi yang dijanjikan berasal dari keturunanku."

Hadis berikutnya mencerminkan pola yang sama dalam ungkapan-ungkapannya. Diriwayatkan, Amirul Mukminin Ali bin Thalib as berkata:

Aku bertanya kepada Nabi saw: "Apakah al-Mahdi berasal dari kalangan keluarga kita sendiri ataukah dari yang lainnya?" Beliau menjawab: "Dia berasal dari kalangan kita. Allah akan menyempurnakan agama-Nya melalui dia, sebagaimana Dia mengawali agama dengan kita. Melalui kitalah, manusia akan mendapatkan keselamatan dari fitnah. Melalui kita pula, mereka selamat dari kemusyrikan. Malah, melalui kitalah Allah akan menyatukan hati-hati mereka dalam ikatan persaudaraan menyusul pertikaian yang tersebar karena fitnah, sebagaimana mereka dipersaudarakan dalam agama mereka setelah pertikaian yang berkembang karena kemusyrikan."6

Abu Sa`id al-Khudri, sahabat dekat Nabi saw berucap:

Aku mendengar perkataan Nabi dari mimbar: "Al-Mahdi berasal dari keturunanku, keluargaku, akan bangkit menjelang Hari Kiamat ketika langit mencurahkan hujan dan bumi menumbuhkan rerumputan hijau baginya. Dia akan mengisi dunia dengan keadilan dan persamaan sebagaimana ia dipenuhi dengan tirani dan kezaliman sebelumnya."7

Dalam hadis lain dari Ummu Salamah, istri Nabi, ada keterangan yang lebih spesifik yang diberikan kepada umat. Nabi saw mengatakan: "Al-Mahdi berasal dari keluargaku, dari anak-anak Fathimah."8

Pada kesempatan lain, Nabi saw mengatakan:

Al-Qâ` im berasal dari keturunanku. Namanya sama dengan namaku, julukannya sama dengan julukanku. Ciri-cirinya sama dengan ciri-ciriku. Dia akan mengajak manusia kepada sunahku dan Kitab Allah. Barangsiapa menaatinya berarti menaatiku, dan sebaliknya, mereka yang berpaling darinya berarti berpaling dariku. Barangsiapa yang menolak keberadaannya selama kegaibannya berarti menolakku, dan barangsiapa yang mendustakannya berarti mendustakai aku. Barangsiapa yang membenarkan eksistensinya berarti membenarkan keberadaanku. Kalau mereka diminta untuk memalsukan apa-apa yang telah kukatakan tentang al-Mahdi dan dengan demikian menyesatkan umatku, aku akan mengadukan mereka kepada Allah."9

Abu Ayyub al-Anshari mengatakan:

Saya mendengar Nabi saw berkata: "Akulah penghulu para nabi dan Ali penghulu para pengganti. Dua cucuku adalah orang-orang terbaik dari keturunanku.

Para imam maksum berasal dari keturunan kami melalui Husain. Bahkan, Mahdi umat ini berasal dari kami." Saat itu seorang Arab berdiri dan bertanya: "Wahai Nabi Allah, berapa jumlah imam yang akan muncul setelah Anda?" Beliau menjawab: "Sama dengan jumlah para utusan Isa dan para pemimpin Bani Israil."10

Sebuah hadis lain dengan keterangan yang sama telah dinukil dari Hudzaifah, sahabat lain Nabi saw, yang mendengar Nabi berkata:

Para imam sepeninggalku sama dengan jumlah para pemimpin suku dari kalangan Bani Israil. Sembilan di antaranya adalah keturunan Husain. Al-Mahdi umat ini berasal dari kami. Waspadalah! Kebenaran bersama mereka dan mereka bersama kebenaran. Karena itu, hati-hatilah kalian dalam memperlakukan mereka sepeninggalku."11

Masih dalam hadis lain Sa`id bin Musayyib melaporkan dari Amr bin Utsman bin Affan, yang berkata:

Kami mendengar dari Nabi saw bersabda: "Para imam sepeninggalku akan berjumlah dua belas orang. Sembilan di antaranya berasal dari keturunan Husain.

Bahkan, al-Mahdi umat ini berasal dari kami. Barangsiapa yang berpegang kepada mereka sepeninggalku berarti berpegang kepada Allah. Dan barangsiapa yang meninggalkan mereka, berarti telah meninggalkan Allah."12

Ada sejumlah hadis bernada sama dalam sumber-sumber yang siapapun bisa menelitinya.


Hadis-hadis Sunni tentang Topik Al-Mahdi
Dr. Fahimi: Tuan Hosyyar! Kawan-kawan kita mengetahuinya. Namun biarkan saya mengatakan kepada Anda bahwa saya mengikuti mazhab Sunni. Oleh karenanya, penilaian positif saya bahwa Anda mempunyai hadis riwayat Syi`ah, sementara saya tidak. Sangat boleh jadi, kaum ektremis Syi`ah, apapun alasannya, setelah menerima riwayat-riwayat tentang Mahdiisme, pasti mempunyai hadis-hadis buatan demi mendukung pandangan-pandangan mereka dan menganggap hadis-hadis itu berasal dari Nabi. Bukti bagi dalil saya adalah bahwa hadis-hadis tentang al-Mahdi hanya dicatat dalam buku-buku Syi`ah Anda.

Tidak ada jejak akan hal ini dalam kompilasi hadis-hadis autentik kami?Shihah. Memang, saya tahu bahwa ada sebagian hadis tentang tema tersebut dalam kompilasi kami kurang bisa dipercaya.13

Tn. Hosyyar: Meski kondisi-kondisi tidak menyenangkan di bawah rezim Umayyah dan Abbasiyyah, yang kebijakan politik dan pemerintahan opresifnya tidak membiarkan adanya diskusi tersebut ataupun penyebaran hadis ihwal wilâyat dan imâmat dan Ahlulbait atau semuanya tersimpan dalam kitab-kitab hadis, kompilasi hadis Anda tidak sepenuhnya memuat hadis-hadis al-Mahdi. Apabila Anda tidak letih, saya akan mengutipkan sebagian hadis tersebut untuk Anda .

Ir. Madani: Tuan Hosyyar! Silakan teruskan pembicaraan Anda .

Tn. Hosyyar: Dr. Fahimi! Dalam kompilasi hadis Anda, Al-Shihah, ada bab-bab yang menempatkan topik al-Mahdi yang merekam hadis-hadis Nabi saw.

Misalnya, berikut ini:

Abdullah meriwayatkan dari Nabi, yang bersabda: "Dunia tidak akan berakhir sampai seorang lelaki dari keluargaku, yang namanya sama dengan namaku, memerintah bangsa Arab."

Tirmidzi telah mencatat hadis ini dalam Shahih-nya14 dan berkomentar: "Hadis tentang al-Mahdi ini bisa dipercaya, dan telah diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib, Abu Sa`id, Ummu Salamah, dan Abu Hurairah":

Ali bin Abi Thalib telah meriwayatkan dari Nabi saw yang bersabda: "Meski umur dunia hanya tersisa satu hari, Allah akan memunculkan seorang lelaki dari keturunanku sehingga ia akan memenuhi dunia dengan keadilan dan persamaan sebagaimana ia dipenuhi dengan tirani."15

Dalam hadis lain Ummu Salamah meriwayatkan bahwa ia mendengar Nabi berkata: "Mahdi yang dijanjikan berasal dari keturunanku, yakni dari keturunan Fathimah." 16

Abu Sa`id al-Khudri berkata:

Nabi saw bersabda: "Mahdi kami memiliki dahi yang lebar dan hidung yang mancung. Ia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana ia dipenuhi dengan kezaliman dan tirani. Ia akan memerintah selama tujuh tahun."17

Ali bin Abi Thalib as meriwayatkan sebuah hadis dari Nabi saw yang memberitahunya perihal Imam al-Mahdi:

Mahdi yang dijanjikan berasal dari keluargaku. Allah akan mengadakan persiapan bagi kemunculannya dalam satu malam.18

Abu Sa`id al-Khudri meriwayatkan sebuah hadis dari Nabi saw yang menyatakan:

Dunia akan diisi dengan kezaliman dan kerusakan. Pada saat itu, seorang lelaki dari keturunanku akan muncul dan akan memerintah selama tujuh atau sembilan tahun dan akan memenuhi dunia dengan keadilan dan persamaan.19

Rincian yang lebih luas terperikan dalam hadis lain yang dilaporkan oleh Abu Sa`id al-Khudri:

Malapetaka hebat dari arah penguasa mereka akan menimpa umatku ketika Hari Kiamat. Ia berupa bencana yang, dalam kehebatannya, tidak pernah terjadi sebelumnya. Ia merupakan bencana dahsyat sehingga bumi berikut kezaliman dan kerusakan akan terasa sempit bagi penduduknya. Orang-orang beriman tidak akan menemukan tempat perlindungan dari penindasan. Pada saat itu Allah akan mengutus seorang lelaki dari keluargaku untuk memenuhi bumi dengan keadilan dan persamaan sebagaimana ia dipenuhi dengan kezaliman dan tirani. Para penduduk langit dan bumi ridha terhadapnya. Bumi akan menumbuhkan apa yang di atasnya untuknya dan langit akan mencurahkan hujan berlimpah-limpah. Dia akan hidup di tengah-tengah manusia selama tujuh atau sembilan tahunan. Dari semua kebaikan yang Allah turunkan pada penduduk bumi, orang yang meninggal akan hidup lagi.20
................................................................................................................................................................................................................................................
..............................................
hsndwsp masih tersimpan persoalan tentang tulisan ini semoga tidak lama lagi akan mendapat ketetapan yang haq mengenai bagaimana Imam Mahdi al Muntazhar dan Nabi 'Isa bin Maryam (al Masieh) membangun system Islam Murninya sebagai System Islam terakhir sebelum Kiamat Dunia. Apakah melalui Revolusinya ataukah melalui Power khusus yang dikurniakan Allah swt tanpa memakan korban pertumpa han darah sedikitpun. Hemat saya mereka berdua tidak memecahkan salib seba gaimana sangkaan kebanyakan orang tetapi orang Kristiani sendiri yang meme cahkan sendiri setelah mendapat penjelasan dari Nabi 'Isa. Babipun tidak lagi di pelihara, bukan Nabi 'Isa yang membunuhnya. Semua binatang itu Islami tidak bo leh kita manusia membunuhnya kecuali binatang yang halal mdimakan, baru bisa disembelih dengan petunjuk Allah swt.


Ada 2 perkara besar yang terjadi paska nabi 'Isa dan Nabi Muhammad saww. Per tama Nabi 'Isa dipertuhankan. Kedua kenapa perpanjangan keimamahan Nabi Muhammad saww dinafikan. Nabi 'Isa dighaibkan Allah setelah tempat pengajian nya diserbu tentara zalim atas laporan seorang muridnya dimana ketika tentara hendak menangkap Nabi 'Isa untuk disalib, murid Nabi 'Isa yang hypocrite itu dimi ripkan Allah persis Nabi 'Isa hingga disalip walau mengaku diri bukan nabi 'Isa. Se dangkan Nabi 'Isa diselamatkan Allah (baca  Ghaib kubra)

Adalah hal yang sama terjadi terhadap Imam Mahdi dimana ketika beliau lahir, tentara Bani Abbaisiah menggerebek rumahnya tetapi mereka tidak mampu me lihat Imam Mahdi disebabkan dighaibkan Allah swt dengan ghaib syughra. Baru setelah meninggalnya 4 orang wakilnya, Imam dighaibkan dengan ghaib kubra.

Kalau pembaca merasa aneh keghaiban Imam Mahdi, anda juga patut merasa aneh saat Allah menggaibkan Nabi 'Isa. Andaikata anda merasa aneh bagai ma na Imam Mahdi diselamatkan Allah saat tentara menggerebek rumahnya, anda ju ga patut merasa aneh saat Allah menyelamatkan Nabi Musa ketika tentara-tenta ra Fir'un menggerebek rumah bundanya dan bahkan justeru Allah mengirim Nabi Musa ke istana Fir'un dan mendapat lindunganNya via wanita terbaik di Dunia saat itu, yaitu Asiah.(baca isteri Fir'un sendiri)

 Perlu dicamkan:
"Kalau Nabi 'Isa dan Musa hendak dizalimi oleh tentara-tentara kafir, Imam Mahdi hendak dizalimi oleh tentara-tentara yang munafiq alias hypocrite" (baca sepakter jang kaum takfiri sekarang yang berasal dari 80 negara, bergentayangan di Suriah. Islamkah mereka?)

Saat Imam Mahdi dimunculkan kembali, Imam bertanya kepada penduduk Dunia, kenapa perpanjangan keimamahan Rasulullah dinafikan sebahagian besar ma nusia? Sedangkan Nabi 'Isa as akan menanyakan, kenapa beliau dipertuhankan, padahal beliau memperkenalkan diri sebagai hamba Allah.

Zaman kita ini adalah zaman "penantian", tetapi bukan "penantian pasif" melainkan "penantian aktif". Untuk memahami "keghaiban kubra" Imam Mahdi silakan klik disi ni: http://achehkarbala.blogspot.no/2009/06/kabar-gembira-dalam-al-qur-anulkarim.html

Dizaman penantian inilah maka terjadi bermacam-macam penafsiran tentang Imam Mahdi dan Nabi 'Isa bin Maryam, kenapa? Sebabnya mereka tidak menge nal para Imam sebelumnya, maka terperangkap pada pemikiran tersendiri bagi o rang-orang yang tidak memiliki pemandu paska kenabian.

Akibat daripada tidak mengenal para Imam yang diutus Allah paska kenabian, maka bermunculanlah orang-orang yang mengaku dirinya sebagai Imam Mahdi dan Nabi 'Isa bin Maryam serta aliran-aliran yang berbeda satu sama lainnya. Sebagai contoh mari kita lihat di Indonesia. Di Indonesia juga banyak aliran agama yang berbeda satu sama lainnya. Mereka secara mayoritas mengaku Islam Sunni. Diantaranya pengikut Imam abu Hanifah, Maliki, Syafi'i dan Hanbali. Kemudian ada lagi Muhammaddiah, Ahmadiah dan Nahdlatul 'Ulama. Kemudian ada lagi Islam JIL,Wahabi dan Islam Al-Qiyadah. Terahir sekali Islam Syiah Imamiah 12 atau pengi kut Ahlulbayt Rasulullah saww. (mohon maaf kalau ada yang lupa saya sebutkan)

Ironisnya diantara satu sama lainnya kerap terjadi bentrok dan saling sesat-menye satkan atau bahkan saling kafir-mengkafirkan. Bagi kami Islam Syiah Imamiah 12 pantang mengkafirkan pihak lain yang mengaku beragama Islam. Keyakinan kita semua yang mengaku beragama Islam sebetulnya pantang bentrok dengan pihak manapun kecuali untuk membela diri sebagaimana prinsip teguh yang dianut Re publik Islam Iran. Dan realitanya di Iran paska revolusi, rakyat bersatupadu dan rah mat bagi seluruh penduduknya, apapun latar belakang agama mereka. Me ngapa demikian? Jawabannya, firman Allah surah al Kafirun:

 لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ 

 "Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".(QS: 109 : 6)
 (Hanya kaum takfirilah yang tidak beriman dengan ayat tersebut diatas, hingga membunuh siapapun yang berbeda agama dengan mereka, tidak memiliki perike manusiaan)

Belakangan ini penganut Islam mayoritas di Indonesia bersikap arogan terhadap pengikut Islam Ahmadiah Kadian, Islam Al-Qiyadah dan juga Islam Syi'ah Imamiah 12. Islam yang mendapat support dari penguasa dan majlis "Ulama" bahkan sering berdemo dan menyerang Islam Ahmadiah dengan alasan mereka bukan pemeluk Islam. Bagi kita penganut Islam Syi'ah Imamiah 12 sangat pilu melihat serangan terhadap Islam Ahmadiah. Sebab sesuai keyakinan kami, kita harus berpihak kepada kaum mustadhafin. Dalam hal ini Ahmadiah Kadian di Indonesia adalah pihak yang terzalimi daripada persekongkolan 'trinitas berlavel Islam'.


Kalau alasan mereka bahwa Ahmadiah itu bukan Islam, mereka terperangkap da lam 2 kesalahan fatal. Pertama mereka yang bersatupadu dalam system despotik yang menzalimi kaum mustadfhafin (baca penduduk Indonesia yang hidup mela rat di bawah titi kota Metropolitan, di gubuk-gubuk derita dan di kawasan-kawasan kumuh lainnya), lebih sesat dari pihak yang dituduh sesat.

Kedua Islam agama yang benar tidak dibenarkan menzalimi pihak non moslem, a palagi Ahmadiah bukan non moslem. Hal ini berdasarkan ayat Allah dalam surah al Kafirun diatas. Kalau begitu kenapa Islam mayoritas di Indonesia resah berhada pan dengan Ahmadiah, Al-Qiyadah dan Syiah? Untuk ini silakan simak jawaban yang diberikan pemimpin Al-Qiyadah bahwa mereka resah disebabkan tidak pu nya konsep yang benar dalam beragama. Silakan saksikan di video ini:



https://www.youtube.com/watch?time_continue=1&v=trQua-Anvdc






http://sunanmhakam.blogspot.com/2012/09/nama-nama-12-imam-dari-jalur-ahlul-bait.html