Jumat, 29 Maret 2019

PERBEDAAN ANTARA ULAMA DAN ILMUWAN





MENYOROTI HUBUNGAN ANTAR AGAMA DAN NEGARA 
SERTA SEPAKTERJANG PARA ILMUWAN DAN ULAMA PALSU 
DALAM
SYSTEM TAGHUT DESPOTIC DAN KORRUPT
hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Andaikata di suatu negara yang mayoritas penduduknya muslim tapi hukum Allah terabaikan dan kaum Dhu'afa hidup menderita, para ulama atau fukaha Islam harus mengambil alih kekuasaan baik secara damai maupun secara paksa (Revolusi) Apabila para ulama dan fukaha tidak mengambil alih kepemimpinan di negara tersebut, terindikasi bahwa di negara tersebut tidak ada ulama dan fukaha kecuali lebih tepat disebut Ilmuan. Para Ulama dan Fukaha Islam tugasnya sama dengan tugas Para Rasul dan para Imam untuk membebaskan kaum mustadhafin dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk mereka (QS,7:157&QS,90:12-18)

Para Rasul, Imam, Ulama dan Fukaha adalah ideolog, yaikni manusia-manusia representant yang berwajah ”merah” sementara para propessor, doktor dan semacamnya adalah ilmuwan, ya'ni manusia-manusia yang berwajah ”pucat” Para Rasul, Imam, Ulama dan Fukaha adalah wakil Tuhan untuk merealisasikan hukumNya di muka Bumi agar manusia benar-benar tunduk-patuh kepadanya. Hukum Allah mustahil exist dalam system Taghut. Justru itu tugas para Rasul, Imam, Ulama dan Fukahalah yang bertindak untuk mengambil alih kepemimpinan andaikata negara dikuasai para tiran yang despotik. Untuk urusan tersebut mereka tidaklah melakukan Revolusi secara semborono kecuali pengikutnya siap untuk hal tersebut. Siap disini bukanlah dalam arti banyaknya pengikut tapi setelah berdaya upaya terlibat dalam proses kaderisasi. Imam Hussein di Karbala hanya memiliki 73 pengikutnya, namun siap melawan kezaliman agar penduduk Dunia memahami bahwa Yazid itu bukan pemimpin Islam tetapi penguasa Taghut zalim dan hipokrit.

Pertanyaannya apakah orang-orang yang tidak mengikuti Imam Hussein termasuk orang Islam? Jawabannya secara syar’i adalah Islam tetapi secara filosofis dan Ideologis mereka bukan orang Islam. Andaikata mereka itu orang Islam benaran, otomatis menjadi pengikut Imam dan Yazid yang zalim dan hipokrit pasti tumbang. Timbul pertanyaan lagi buat apa Imam melakukan revolusi sementara pengikutnya seperti hanya untuk dikorbankan saja didepan kekuasaan yang tirani dan despotik?

Sebelum Imam Hussein pergi kekarbala bersama keluarga dan semua pengikut setianya, Ibnu Abbas (Abdullah bin Abbas) membujuk Imam untuk tidak pergi ke Karbala (Kofah). Dia mengatakan bahwa penduduk Kufah yang telah memintanya datang adalah terkenal jahat dan tidak dapat dipercaya. Dia memintanya agar pergi saja ke Yaman. Disana Imam Hussein mempunyai ramai pengikut sehingga dia boleh hidup dengan aman. Imam Hussein mengatakan bahwa Ibnu Abbas dan juga adiknya Muhammad Hanafiah telah berkata yang benar. Beliau melanjutkan: "Saya juga tahu bahwa saya tidak akan mencapai apa-apa kuasa sebab saya pergi bukan untuk penaklukan dunia. Saya pergi hanya untuk dibunuh. Saya berharap bahwa melalui penderitaan yang saya tanggung dari penindasan ini, dapat mencabut keluar asas bagi segala kekejaman dan kezaliman. Saya berjumpa dengan datuk, Nabi Allah di dalam mimpi memberi tahu saya agar membuat perjalanan ke Irak. Allah swt mahu melihat saya dibunuh". Muhammad Hanafiah dan Ibnu Abbas berkata: "Jika begitu kenapa membawa anak-anak dan wanita bersama kamu?". Imam menjawab: "Datuk saya mengatakan bahwa Allah mahu melihat mereka ditawan. Saya membawa mereka sesuai arahan Nabi Allah"

Itu semuanya merupakan sebagai proklamasi kepada manusa bahwa Negara dibawah kekuasaan Yazid adalah Taghut yang zalim. Imam Ali as mengatakan bahwa kekuasaan ditangan Muawiyah bagaikan perahu terbalik, yang menumpahkan segala isinya. Secara Ideology kita pasti mampu memahami fenomena Negara dibawah kekuasaan type Muawiyah (yang meracuni Iman Hassan, cucu Rasulullah) dan Yazid bin Muawiyah (pembantai keluarga Rasulullah di Karbala).

Disebabkan penulis adalah orang Acheh - Sumatra pastinya sangat logis untuk menyoroti Negara Indonesia dimasa lampau, dimana bukan saja menjadi penindas terhadap kaum mustadhafin di Tanah Rencong tetapi juga penindas terhadap kaum mustadhafin di pulau Jawa itu sendiri. Siapapun yang berani berbicara Negara Islam atau revolusi, pasti ditindak oleh penguasa Indonesia secara otoriter- Kondisi semacam ini juga kita saksikan melalui lembaran sejarah di dalam kekuasaan Muawiyah dan Yazid, anaknya. ”Ulama” dalam pemerintahan despotik tersebut diam seribu satu bahasa ketika menyaksikan perlakuan semena-mena terhadap rakyat jelata (baca kaum mustadhafin), bahkan mere ka diperintahkan Muawiyah untuk berfungsi sebagai ”mesin” pemalsuan Hadist Rasulullah dan inilah yang paling berbahaya hingga perpecahan Ummat Muhammad, kita saksikan sekarang ini, mulai dengan pemalsuan Hadist Shaqalain dan seterusnya.

”Ulama” dalam system Hindunesia juga diam seribu satu bahasa ketika menyaksikan perlakuan semena-mena terhadap kaum mustadh'afin Acheh - Sumatra dan kaum mustadhafin Hindunesia itu sendiri. Para ”ulama” tersebut juga menggunankan Hadist made in Abu Hurairah cs sebagai alasannya untuk tidak melawan penguasa yang masih melakukan salat 5 waktu. Untuk hal ini mereka tegamak dengan melakukan doa tolakbala hanya melalui peragaan tangannya terlungkup di setiap Mesjid dan lembaga agama manapun dalam system Hindunesia.

Justru itu saya haqqul yakin bahwa di Indonesia dan Acheh - Sumatra sekarang ini tidak ada lagi ula ma benaran kecuali bal-am alias ulama palsu. Argument saya ini sangat kuat mengingat sepakterjang mereka tidak berbeda dengan sepakterjang ulama palsu di jaman Muawiyah dan Yazid bin Mua wiyah, sementara penguasa Hindunesia sejak dari Suharto sampai Yudhoyono sama dengan sepak terjang Muawiyah dan Yazid, pembantai keluarga Rasulullah saww.

Ulama adalah panutan rakyat dan juga siapapun yang mengaku beragama Islam. Dari itu kalau fungsi Ulama di tempati para ”Bal’am”, sirnalah Esensi Islam dan sirna jugalah Aqidah Ummat. Mereka hanya mengetahui bahwa Allah Tuhan yang haq disembah tetapi mereka tundukpatuh kepada ”Yazid-yazid” modern. Bagaimana mungkin kita disatu sisi tunduk patuh kepada penguasa zalim sementara pengakuan lidah kita justru perintah Tuhanlah yang harus diutamakan.

Allah berfirman: ” . . . . . . .waman lam yahkum bima an zalallah, faulaika humul kaafirun. . . . . . . .” (QS, al Maidah, 44) (. . . . . . .dan barang siapa yang tidak menghukum dengan hukum yang diturunkan Allah, mereka itulah yang kafir. . . . . . .)

Anda orang Indonesia atau Jawa tidak beralasan sakit hatinya kepada saya. Yang perlu bagi anda menelusuri pengikut-pengikut ”Imam” Kanto Suwiryo dan Muhammad Nasir serta ulama-ulama yang terikat dengan Piagam Jakarta, dimana belakangan disulap oleh Soekarno menjadi Pancasila alias Puncasilap. Jadi disini jelas kendatipun Soeharto terbaca lebih zalim dari Soekarno, namun secara ideologis justru Soekarnolah puncanya silap orang-orang yang bersatupadu dalam system Hindunesia alias System Pancasila atau Puncasilapnya made in Soekarno cs.

Anda Ilmuwan Hindunesia dicetak dalam dapur taghut Hindunesia. Kendatipun anda belajar agama di pesantren-pesantren dan lembaga agama manapun, anda telah merusak esensi Agama Muhammad saww yang murni hingga bercampur bawur dengan agama ”Ewuhpakewuh” atau Empu Tantular yang berbau ketoprak itu. Jangan kan ilmuwan di pulau Jawa, ilmuwan di Tanah Rencong saja, dimana Islam datang melaui Semenan jung Acheh, bisa dekaden dan bahkan memihak penguasa yang notabenenya adalah wakil majikan mereka dari Jakarta.

Padahal ilmuwan itu adalah pribadi-pribadi yang berilmu, kenapa mereka tidak mampu memahami untuk apa mereka mencari ilmu dari pesantren dan perguruan tinggi? Untuk perutkah, untuk keluarga sajakah? Mereka punya potensial untuk membela kaum mustadhafin dengan pengetahuan yang mereka miliki. Kenapa mereka tidak membentuk kelompok untuk melawan tirani dan despotik di negaranya masing-masing? Bukankah itu perintah Allah yang utama sebagai proses Esensi kemanusiaan?

Disinilah terbukti kata DR Ali Syariati, ahli fikir yang belum ada duanya sampai sekarang ini , bahwa Propessor, Doctor dan graduasi lainnya adalah ilmuan yang berwajah ”pucat” Sementara para Rasul, para Imam dan para Ulama warasatul Ambiya adalah Ideolog yang berwajah ”merah”. Mereka yang terakhir inilah yang dapat diharapkan untuk membebaskan kaum mustadhafin dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk merka (QS,7:157&QS,90:12-18). Sementara para ilmuan asik mengharapkan gaji yang tinggi dari majikannya (baca penguasa zalim) Mereka tabu untuk kita bicarakan bahwa sesungguhnya mereka sudah sirna Aqidahnya, kendatipun di mulut mereka berkomat-kamit dengan kalimah Syahadah.

Sekali lagi, di Indonesia tidak ada ulama kecuali sekelompok orang fanatikbuta melaku kan teror dimana-mana. Kalau di Palestina adanya kelompok bunuh diri, itu adalah dalam kontek perang melawan kezaliman kaum Zionis Israel. Mereka tidak mendapat bantuan sementara disekeliling mereka adalah negara-negara jenis yang sama dengan Hindunesia, secara sembunyi tapi nyata bagi kaum hypocrite itu, berpihak kepada Zionis itu sendiri. Sementara kaum teroris di Hindunesia, dengan siapa mereka berperang? Ironisnya mereka hanya berpenampilan pakaian Rasulullah tapi tidak mengikuti jejak Rasulullah.

Tulisan saya ini saya buat untuk mengundang pihak ilmuwan yang bersatupadu dalam system Hindunesia agar berpikir bagaimana sebenarnya mereka harus berkiprah untuk membebaskan kaum nustadhafin di dalam sys tem Taghut Hindunesia itu. Dengan cara demikianlah mereka terbebas dari Api Neraka bukan hanya asik beribadah ritual doang. Tauhid dan keadilan adalah dua sisi dari mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu-sama lainnya. Keadilan bersumber dari Tauhid dan Tauhid merupakan hubungan manusia dengan Tuhannya (hablum minal Allah) diwujudkan dalam keadilan sosial berhubungan antar sesama manusia (hablum minan naas).

Perlu juga dipahami bahwa menurut Imam Khomeini, Ulama atau fuqaha bukan hanya ahli di bidang hukum Islam saja atau hanya merupakan tokoh spriritual. Fuqaha yang Paripurna harus juga ahli di bidang-bidang lainnya, semisal filsafat, politik, sosial dan ekonomi. Apabila kita menemukan fenomena yang demikian macam di RII sekarangt ini ,bermakna kita telah menemukan realitanya: "Ulama yang intelektual dan Intelektual yang Ulama." Itulah Fuqaha yang Paripurna menurut Imam Khomaini, dimana kehadirannya bermanfaat buat pembebasan kaum mustadhafin.

Billahi fi sabililhaq
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra

KWALITAS UMMAH DAN IMAMAH SANGAT MENENTUKAN KEBERLANSUNGAN SUATU REVOLUSI




BETAPA SERING SUATU REVOLUSI "MEMAKAN ANAK - ANAKNYA" SENDIRI
"KUMAN" YANG TERPENDAM DI BAWAH TANAH MENJADI "KEPOMPONG"
TEMANMU YANG DULU MELAMBAIKAN TANGAN
BERPATAH BALIK MENGEPALKAN TINJU 
JUSTERU ITU WASPADALAH
hsndwsp
Acheh - Sumatra


Bismillaahirrahmaanirrahiim 
Dulu ada revolusi Perancis yang terkenal dengan renaissance yang bermakna "kembali". Dibawah pimpinan Mrtin Luther, mereka menemu kan kembali jalan yang benar dalam hidup di Dunia kendatipun belaka ngan Kembali mengalami dekaden sebagaimana kita saksikan di Eropa dan Amerika Serikat dimana mereka kembali tenggelam dalam sepak terjang "Kapitalisme" yang sangat merugikan kemanusiaan. 99 % rakyat AS dan Eropa pada umumnya sekarang menjadi korban kapitalisme yang di mainkan fenomena 1 % (baca kapitalis):

https://www.youtube.com/watch?v=un3v6qbZw9o


https://www.youtube.com/watch?v=DxvVZe2fnvI 



https://www.youtube.com/watch?v=AmRSZpIveN0


Revolusi Perancis terjadi akibat sepakterjang ulama-ulama palsu plus penguasa yang korup, menampilkan spakterjang yang hipokrit. Mereka senantiasa mengatakan bahwa untuk menjadi manusia yang saleh, kita tidak boleh kawin supaya cinta kita semata-mata kepada Tuhan. Untuk itu mareka juga mengatakan bahwa manusia tidak boleh makan bina tang berdarah. Alasannya akan memicu sexualitas hingga cinta kita bera lih kepada lawan jenis. Mereka menganjurkan agar manusia makan bu ah-buahan, sayur-sayuran dan telur-teluran. Ironisnya para agamawan tersebut makan daging secara sembunyi-sembunyi. Akibatnya mereka juga berzina direlung-relung gereja.

Akibat sepakterjang yang hipokrit itu, para intelektual akhirnya berontak. Sebahagian mereka beralih kepada Markist Sosialis atau Atheis, sementara yang lainnya tetap percaya pada Tuhan. Mereka pada mulanya menemui ajaran 'Isa bin Maryam murni dibawah pimpinan Martin Luther. Komunitas pence tus Revolusi Perancis tersebut terkenal denga is tilah 'Kristen Protestant'. Para intelektual yang man tap Ideology itulah yang mencetuskan Revolusi.

Menarik sekali ketika kita mempelajari revolusi Islam Iran dimana para ulama ideolog dan intelektual yang Ulama (baca Imam Khomaini dan DR Ali Syariati), menggerakkan roda revolusi yang diikuti oleh segenap la pisan masyarakat. Keberhasilan revolusi Iran bukan saja sekedar menum bangkan rezim Syah Redha Palevi yang diktator dan korup tetapi juga berhasil membangun system yang belum ada duanya dewasa ini, yakni "Wilayatul Fakieh", dimana sungguhpun dikepalai oleh seorang Presiden sebagai mandataris MPR, para Ulama (Fakieh) adalah pemegang kunci systemnya. Dengan kata lain diatas kedudukan Presiden dan DPR masih ada lembaga tertinggi negara lainnya yaitu 12 orang Ulama Fakieh. Dia tasnya masih ada satu tingkat lagi yang disebut "Imam", dimana dulunya ditempati Imam Khomaini dan sekarang digantikan oleh Ayatullah Say yed Ali Khamenei.

Untuk memahami Wilayatul Fakieh silakan klik disini: 
https://www.youtube.com/watch?v=zCKQlFWU1q4

https://www.youtube.com/watch?v=RjgR_TZrpi8

https://www.youtube.com/watch?v=ArW8BGv1RyM

Latar belakang revolusi Islam Iran:
Iran jaman Syah Rezda Palevi juga memiliki "Ulama" sebagai supporter nomor wahid, dimana sepak termjang ulama ini bukan untuk membimbing rakyat jelata agar tidak sesat dalam hidup di Dunia sebagai mana tugas Ulama Warasatul Ambya, melainkan untuk melanggengkan kekuasaan "Majikan nya". Fenomena ini dapat dilacak di Saudi Arabya, Mesir, Libya dan hampir seluruh negara di Timur Tengah. Mungkin anda masih ingat ketika "ulama" Saudi Arabya berfatwa bahwa haram hukumnya melawan Muammar Gaddafi. Apabila kita menganalisa bagaimana sepak terjang ulama di Saudi Ara bya, kita mampu menarik kesimpulan bahwa fenomena ulama yang demikian bukan saja di Arab Saudi tetapi juga diseluruh negara yang penduduknya beragama Islam mayority. Apabila anda hanya terbatas pada para ulama di Saudi Arabya saja, dapat dipastikan anda belum mampu memahami feno mena secara ideology. Anda memahami bahwa ulama Saudi Arabya tidak benar hanya setelah men dengar langsung pernyataan ulama yang malang itu tetapi anda tidak mampu menemukan fenomena lain dimana memiliki "anatomi" yang sama dalam perspektif ideology.

Akibat menyaksikan sepak terjang penguasa zalim plus ulama palsu demikian menyebalkan, mem buat mereka (baca sebahagian rakyat Iran) berkesimpulan justru Markis Sosialislah yang benar, bu kan Islam. Mereka tidak mampu memahami bahwa itu bukan Ulama dan bukan penguasa Islam tetapi ulama dan penguasa yang sekedar mengaku beragama Islam dengan hanya bermodalkan ucapan "Dua Kalimah Syahadah" tanpa memahami esensinya. Justru itu negara manapun yang dikepalai penguasa dengan dukungan ulama palsu alias ulama "Bal'am", kehidupan rakyatnya lebih buruk dari negara-ne gara yang dikepalai oleh non Islam. Untuk lebih jelas lihatlah Indonesia pra Jokowi yang dikepalai oleh jenis "manusia" seperti itu, dimana sejak dari Soekarno sampai Yudhoyono, rakyat jelata senan tiasa menderita hidupnya, sementara sebahagian yang lainnya yang berpendidikan sampai kepergu ruan tinggi tetap shaja terlena oleh sepak terjang ulama pensupport penguasa hipokrit tadi.

Ketika sebahagian rakyat Iran menyaksikan fenomena yang merugikan rakyat jelata, mereka berdu yun-duyun masuk Komunis atau Atheis, tetapi alhamdulillah kemunculan Ayatullah Imam Khomaini dan DR Ali Syari'ati,  untuk mendefinisikan Islam kembali atau menampilkan Islam yang originier, membuat mereka kembali menjadi Monotheis setelah terlanjur masuk Atheis beberapa lama. Sehu bungan dengan persioalan ini lihat dan telesurilah di literatur  "Esensi Haji" I, II, III dan IV: https://achehkarbala.blogspot.com/2009/06/esensi-haji-1.html
https://achehkarbala.blogspot.com/2009/06/esensi-haji-1.html

Pembaca yang mulia!
Betapa anehnya kita yang menyaksikan revolusi rakyat sedunia sekarang ini yang dimulai dari Tuni sia hingga terinspirasi ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, bahkan sampai ke Amerika Serikat dan sebahagian besar kawasan Eropa dan Asia, masih saja terlena. Apa yang membuat kita terlena? Ketika kita analisa kenapa suatu komunitas manusia terlena dalam hidupnya, kita menemukan bahwa masalah yang paling fundamental adalah ketidak benaran tujuan hidup kita. Memang kita mengaku beragama Islam, memang kita mengucapkan dua kalimah syahadah tetapi pemahaman agama kita sebatas ritual saja, yaitu Mengucapkan dua kalimah syahadah, shalat, Shaum dan naik haji yang bertu juan sekedar mendapat ampunan dosa. Pemahaman agama semacam itu sangat menguntungkan penguasa zalim plus ulama palsunya. Islam satu dimensi adalah Islamnya orang awwam. Mereka berkemungkinan besar dimaafkan Allah disebabkan alasan-alasan yang dibenarkan Allah sebagaima na Allah swt memasukkan anak yang mati sebelum baligh ke dalam Surga walaupun anak orang mu nafiq sekalipun apalagi anak orang non Islam

Perlu juga kita perjelas bahwa revolusi rakyat berkemungkinan berhasil dengan alasan bersatu padu dalam fenomena 99 % rakyat di Dunia yang sama sama menderita ekonomi dibawah dominasi kaum kapitalis yang berjumlah hanya 1 %. Fenomena ini masih merupakan langkah pertama. Betapa sering suatu revolusi memakan "anak-anaknya" sendiri. Betapa sering setelah tumbangnya kekuasaan despotik, kuman-kuman yang terpendam dibawah "permukaan tanah", menjadi "kepompong" untuk selanjutnya berpatah balik menyerang "esensi" revolusi dengan telak sekali hingga kezaliman dalam bentuk lain menjelma tanpa disadari, sudah berada dalam kondisi seperti yang dialami sebelumnya. Sahabat yang dulu melambaikan tangan sekarang berpatah balik, mengacungkan tinjunya. Apabila tujuan hidup mayoritas ummah belum benar menurut "kaca mata" Allah swt sebagai Pemilik Alam Semesta, besar kemungkinan revolusi akan menemui kegagalan. Memang kita telah mengalahkan musuh tetapi kita berhadapan dengan teman kita sendiri yang tidak memiliki tujuan hidup untuk mencari redha Allah. Tujuan hidup mereka untuk mencari kesenangan Dunia semata-mata, demi tercapai tujuannya mereka halalkan apa saja.  Dari itu waspadalah...........  



Billahi fi sabililhaq

hsndwsp

di Ujung Dunia

REVOLUSI ISLAM NABI YOUSUF JUGA
SANGAT CEMERLANG TETAPI BANYAK ORANG 
KITA MELUPAKANNYA.
https://www.youtube.com/watch?v=r-nHSrhuQgs&t=1657s
https://www.youtube.com/watch?v=P8x4C1jvRTs

https://www.youtube.com/watch?v=w4oRx_5b0bw


https://www.youtube.com/watch?v=dwXNKML1PZY&t=328s
http://www.presstv.ir/live/
http://www.presstv.ir/live.html

Selasa, 12 Maret 2019

"BARANGSIAPA MATI TANPA MENGENAL IMAM YANG DIUTUS ALLAH PASKA KEWAFATAN RASULULLAH SAWW SAMA DENGAN MATI JAHILIAH"

PENGANGKATAN IMAM ALI SEBAGAI PENERUS KEIMAMAHAN 
NABI MUHAMMAD DI GHADIRKHUM  
 IMAM ALI MEMILIKI BANYAK NAMA
BENDERA KERAJAAN SYI'I DI PERLAK (ACHEH - SUMATRA
hsndwsp di Ujung Dunia





IMAM KHOMEINI, SANG SUFI YANG REVOLUSIONER
MENGENAL SALAH SATU CUCU BAGINDA NABI SAW (ZAINAL ABIDIN)
Teologi Transendental Mulla Sadra
WAHABI MENUDUH SYI’AH MEMBENTUK ISIS
WAHABI RADIKALISME TAK BERWAWASAN TIMBULKAN KONFLIK UMMAT ISLAM
MATI TANPA IMAM ADALAH MATI JAHILIYAH
Maret 11, 2016 by ARTICLE




Bismillaahirrahmaanirrahiim
Page ini pernah memosting tentang kebingungan para ulama tasannun untuk menentukan siap 12 khalifah, sementara di kalangan syi’ah sendiri amatlah sangat jelas apa yang di maksud 12 khalifah dan siapa mereka serta seperti apa mereka, apakah ada syarat-syarat tertentu yang dimiliki oleh para imam yang di maksud. Dengan merujuk pada khasana sumber-sumber islam yang kaya ini mazhab syi’ah tidak mengalami kebingunangan.

Kepemimpinan dalam islam adalah hal yang wajib.

Ibn Abu Asim di dalam kitab al-Sunnah, halaman 489 meriwayatkan hadis ini:
من مات وليس عليه إمام مات ميتة جاهلية
Barangsiapa yang mati tanpa memiliki Imam, maka matinya adalah mati Jahiliyyah.
al-Albani di dalam komentarnya tentang hadis ini, menulis:
إسناده حسن ورجاله ثقات
Isnadnya hasan dan semua perawinya Tsiqah.
Ibn Hibban juga meriwayatkan di dalam Sahihnya, jilid 7 hlm 49:
من مات بغير إمام مات ميتة جاهلية
Barangsiapa mati tanpa Imam, matinya adalah mati Jahiliyyah.
Imam Muslim meriwayatkan di dalam sahihnya, kitab al Imarah:
“Barangsiapa mati sedangkan di lehernya tak ada bai’ah (kepada Khalifah) maka dia mati dalam keadaan mati jahiliyah.”
Maka, hadis ini adalah hadis yang sahih dan dipersetujui oleh semua kelompok Islam.

Allah SWT berfirman:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: ” (Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”.
QS. al-Baqarah (2) : 124
Dalam ayat yang kami bawakan ini, jelas, Imam tidak bisa disandang oleh mereka yang zalim, itu janji Allah.
Imamah adalah satu janji Allah, dikurniakanNya hanya kepada orang yang adil, zuhud dan suci maksum. Andai para Imam tidak memiliki ciri ciri kemaksuman ini, pastilah mereka terdedah pada kesalahan dan akan menjerumuskan umat pada kesalahan juga. Ini bertentangan dengan firman Allah yang berikut:


a) Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.
QS. Hud (11) : 113

b) Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka.
QS. al-Insan (76) : 24

Dalam kedua dua ayat di atas, Allah telah memerintahkan kita agar jangan cenderung pada orang yang zalim dan jangan mengikuti orang yang berdosa. Maka, tanggapan kelompok jumhur bahawa para Khalifah wajib ditaati tanpa bantahan adalah bertentangan dengan perintah Allah dalam ayat ayat di atas.

Andaikata Imam bisa melakukan kesalahan, umat sendiri akan turut melakukan kesalahan kerana mengikuti Imam yang salah. Hal seperti ini tidak bisa diterima memandangkan kepatuhan dalam dosa adalah suatu dosa, dilarang dan bertentangan dengan syariah. Tambahan pula, Imam akan dipatuhi dan diingkari pada masa yang sama dan ini adalah mustahil.

Kepercayaan kelompok Jumhur bahawa umatlah yang memilih pemimpin atau Imam juga adalah bertentangan dengan firman Allah berikut:

a) Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilih-Nya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).
QS. al-Qashash (28) : 68

b) Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.
QS. al-Anbiya (21) : 73

c) Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.
QS. as-Sajdah (32) : 24

Ayat ayat di atas dengan jelas membuktikan bahawa para pemimpin atau Imam adalah dipilih oleh Allah sendiri, dan ini berlawanan dengan kepercayaan jumhur.
Lalu siapakah para Imam yang Allah pilih ini yang jika kita tidak mengenalnya, maka mati kita adalah matinya jahiliyah?

Mari kita telusuri hadis suci Nabi saaw untuk mendapatkan gambaran jelas tentang hal ini.
الْأَئِمَّةُ مِنْ قُرَيْشٍ .

“ Para imam itu dari suku Quraisy.”
Hadits di atas (Al-a`immatu min Quraisy) diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dalam Al-Musnad (11859) dari Anas bin Malik dan Abu Barzah Al-Aslami (18941); An-Nasa`i dalam As-Sunan Al-Kubra (5942); Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf dari Anas (54/8) dan Ali bin Abi Thalib (54/17); Abdurrazaq dalam Al-Mushannaf dari Ali (19903); Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (7061) dari Ali; Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir dari Anas (724) dan dalam Ash-Shaghir dari Ali (426); Al-Baihaqi dalam Ma’rifatu As-Sunan wa Al-Atsar dari Anas (1595); Ath-Thayalisi dalam Al-Musnad (957) dari Abu Barzah dan Anas (2325); Al-Khallal dalam As-Sunnah (34) dari Salman Al-Farisi dan Ali (64); Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah (929) dari Anas dan Abu Barzah (934); Ar-Ruyani dalam Al-Musnad (746, 750) dari Abu Barzah; Abu Ya’la Al-Maushili dalam Al-Mu’jam (155); Ibnul A’rabi dalam Al-Mu’jam (2259) dari Ali; Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq (4635) dari Anas; dan Ibnu Adi dalam Al-Kamil (biografi Ibrahim bin Athiyah Al-Wasithi) dari Anas.

Tentang sanadnya, Imam Al-Haitsami berkata, “Diriwayatkan Ahmad, Abu Ya’la, Ath-Thabarani dalam Al-Awsath, dan Al-Bazzar ( Dalam riwayat Al-Bazzar dengan lafal, “Al-Mulku fi Quraisy.”)
Para perawi Ahmad adalah orang-orang tsiqah (terpercaya)” (Majma’ Az- Zawa`id (8978).
Al-Hafizh Al-Iraqi berkata, “Diriwayatkan An-Nasa`i dan Al-Hakim dari hadits Anas dengan sanad shahih” (Takhrij Ahadits Al-Ihya` (3711).

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, “Diriwayatkan An-Nasa`i dari Anas, Ath-Thabarani dalam Ad-Du’a`, dan Al-Bazzar serta Al-Baihaqi dengan beberapa jalur periwayatan dari Anas. Saya katakan, sungguh saya telah mengumpulkan jalur-jalur riwayat hadits ini dalam satu juz tersendiri dimana ia diriwayatkan oleh hampir empat puluh orang sahabat. … Dan sanadnya hasan” (At-Talkhish Al-Habir (1987).

Syaikh Syu’aib Al-Arna`uth berkata, “Hadits shahih dengan berbagai jalur periwayatan dan hadits-hadits lain yang menguatkannya” (Musnad Ash-Shahabah fi Al-Kutub At-Tis’ah (527).
Syaikh Al-Albani berkata, “Shahih, diriwayatkan dari sejumlah sahabat, di antaranya yaitu: Anas bin Malik, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Barzah Al-Aslami” (Irwa` Al-Ghalil (520). Al-Albani juga menshahihkan hadits ini dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir (4523 dan 4524) dan dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib (2188 dan 2259).

Secara ringkas, demikian para ulama lain yang menshahihkan hadits ini; Imam Al-Munawi ( Faidh Al-Qadir (3108).
Syaikh Muhammad Ja’far Al-Kattani ( Nuzhum Al-Mutanatsir min Al-Hadits Al-Mutawatir (175).
Al-Ajluni (Kasyfu Al-Khafa` (850), Al-Burhanfuri (Kanzu Al-‘Ummal (1649, 14792, 23800) dan lain lain

Maka dari hadis ini kita tahu bahawa para Imam itu adalah dari Quraisy. Namun, berapa ramaikah mereka ini? Hadis berikut menjelaskannya

Jabir bin Samurah berkata: “Aku mendengar Rasulullah saaw bersabda: “Islam akan senantiasa kuat di bawah 12 Khalifah”. Baginda kemudian mengucapkan kata kata yang tidak aku fahami, lalu aku bertanya bapaku apakah yang dikatakan oleh Rasulullah saaw. Beliau menjawab: “Semuanya dari Quraisy” (Muslim. Sahih, jilid VI, hlm 3, Bukhari, Sahih, jilid VIII, hlm 105, 128)
Apakah semua yang berstatus Quraisy layak menyandang gelaran Imam atau Khalifaf ini? Hadis berikut pula merincikan siapakah para Imam atau Khalifah yang berjumlah 12 orang itu
Nabi saaw bersabda: “Setelahku akan ada 12 Khalifah, semuanya dari Bani Hasyim” (Qunduzi Hanafi, Yanabi’ al Mawaddah, jilid III, hlm 104)

Mungkin ada di kalangan yang berpenyakit dalam hati akan menyanggah hadis ini dan mengatakan ianya tidak sahih. Jika demikian, kami persilakan anda teruskan membaca hadis berikutnya pula
Dari Zaid bin Tsabit RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian dua Khalifah yaitu Kitab Allah yang merupakan Tali yang terbentang antara bumi dan langit, serta KeturunanKu Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan berpisah sampai menemuiKu di Telaga Surga Al Haudh. (Hadis Ini diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam Musnad Ahmad jilid 5 hal 182, Syaikh Syuaib Al Arnauth dalam Takhrij Musnad Ahmad menyatakan bahwa hadis ini shahih. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir jilid 5 hal 154, Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid jilid 1 hal 170 berkata “para perawi hadis ini tsiqah”. Hadis ini juga disebutkan oleh As Suyuthi dalam Jami’ Ash Shaghir hadis no 2631 dan beliau menyatakan hadis tersebut Shahih.)

Maka, jika kita menyusun kembali semua premis premis yang dibawakan di atas, kita bisa menyimpulkan seperti berikut:
1. Sepeninggalan Rasul saaw, ada pengganti beliau yang dipanggil Imam/ khalifah
2. Imam/Khalifah ini berjumlah 12 orang
3. Kesemua mereka adalah dari Quraisy
4. Kesemua mereka adalah dari Bani Hasyim
5. Kesemua mereka adalah Ahlul Bayt Nabi as
Maka dengan ini, siapapun selain dari Ahlul Bayt as yang mendakwa diri mereka sebagai Khalifah atau Imam umat, dakwaan mereka tertolak. Hujjah yang kami bawakan di atas tidak membuka ruang walau sekecil apapun untuk memberikan jabatan Khalifah/ Imamah pada selain Ahlul Bayt as

JUMLAH HADITS

Tidak kurang dari 270 hadits tentang kedatangan 12 Imam atau 12 pemimpin atau 12 emir atau 12 khalifah sepeninggal Rasulullah. Jumlah yang persis 12 dan diulang-ulang itu tentu saja bukan sembarang angka yang tidak ada maknanya. Mengabaikan angka itu sama dengan mengabaikan risalah Islam yang disampaikan oleh Rasulullah. Rasulullah telah mewanti-wanti kita bahwa jumlah mereka yang 12 itu akan memimpin umat Islam sampai akhir zaman. Beberapa dari hadits-hadits tersebut ialah sebagai berikut:

1. Shahih al-Bukhari, vol. 4, halaman 168

Jabir berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 pemimpin dan khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak bisa kudengar. Ayahku berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Qurays’”

(Lihat Kitab al-Ahkam, Mesir 1351, no. 6682; lihat juga Shahih Muslim, Kitab al-‘Imarah, no. 3393, 3394, 3395, 3396, dan 3397; juga Sunan at-Turmudzi, Kitab al-Fitan, no. 2149; juga Sunan Abi Dawud, Kitab al-Mahdi, no 3731 dan 3732; juga Musnad Ahmad, Musnad al-Basyiryin, no. 19875, 19901, 19920, 19963, 20017, 20019, 20032, dan 20125)

2. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 4 (Syarh Nawawi)

Rasulullah saw telah bersabda, “Agama ini akan tetap berdiri sampai 12 khalifah, yang semuanya dari golongan Qurays, memerintah atas kamu.”

(Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398)

3. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 3

Jabir meriwayatkan, “Aku dan ayahku pergi menemui Rasulullah saw. Kami mendengarnya bersabda, ‘Persoalan ini (khilafah) tidak akan berakhir sampai datang 12 khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak kudengar. Aku menanyakan pada ayahku apa yang Rasulullah saw sabdakan. Beliau saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Qurays’”

(Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398, Mesir 1334)

4. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 3

Jabir meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah saw yang agung bersabda, “Islam akan selalu besar hingga datang 12 Imam.” (Jabir berkata), “Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti. Aku bertanya pada ayahku, ‘Apa yang beliau katakana?’ Ia menjawab, ‘Semuanya dari golongan Qurays.’”

(Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398)

5. Shahih at-Tirmidzi, vol. 2, halaman 45

Jabir berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 Imam dan pemimpin setelahku.’ Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tidak dapat kumengerti. Aku menanyakan pada seseorang di sampingku tentang itu. Ia berkata, ‘Semuanya dari golongan Qurays.’”

(Lihat cetakan New Delhi (tahun 1342), no. 2149. Tirmidzi menulis tentang hadits ini, “Hadits ini baik dan shahih, diriwayatkan oleh Jabir dari jalur sanad yang berbeda. Hal yang sama dikutip dari Jabir dalam ‘Shahih Abi Daud’, vol. 2, cet. Matba’a Taziyah, Mesir. Kitab al-Manaqib halaman 207 no. 3731)

6. Musnad Ahmad, vol. 5, hal. 106

Rasulullah bersabda, “Terdapat dua belas khalifah untuk umat ini”

Catatan: Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnad mengutip hadits tentang persoalan ini dalam tiga puluh empat rantai hadits yang berlainan dari Jabir.

(Lihat: Matba’a Miymaniyyah, Mesir 1313, Musnad al-Basriyyin, no. 19944)


7. Shahih Abu Daud, vol. 2, hal. 309

“Agama ini akan tetap agung sampai datang dua belas Imam.” Mendengar hal ini, orang-orang mengagunkan Allah dengan berkata, “Allahu Akbar” (Allah maha besar) dan menangis keras. Kemudian beliau mengatakan sesuatu dengan suara yang pelan. “Aku bertanya pada ayahku, ‘Apa yang beliau katakan?’ ‘Mereka semua dari golongan Qurays,’ jawabnya.”

Catatan: Hakim Naysaburi meriwayatkan hadits ini dengan sanad yang berbeda dari yang sebelumnya disebutkan.

(Lihat: Edisi pertama dari ‘Dar- Al-Fikr, 1334)

APA KATA AHLU SUNNAH MENGENAI HADITS-HADITS TENTANG 12 IMAM YANG ADA DI DALAM KITAB MEREKA?

Para ulama Ahlussunnah memiliki pendapat yang beraneka-ragam mengenai hal ini. Mereka sama sekali tidak bisa menolak keberadaan dan kesahihan dari hadits-hadits tersebut karena saking banyak jumlahnya dan saking sahih sanad yang dilalui oleh hadits-hadits itu. Mau tidak mau mereka juga mencoba untuk menyusun daftar para pemimpin atau khalifah atau amir atau imam yang menurut mereka cocok dengan risalah Nabi itu. Berikut nama ulama Ahlussunnah dan daftar-daftar yang telah mereka buat:

Menurut Ibnu Katsir:

“Mereka adalah keempat khalifah awal, lalu Umar ibn Abdul Aziz, dan sebagian khalifah dari dinasti Abbasiyah, di mana Imam Mahdi yang dijanjikan berasal dari mereka. Menurut Ibnu Katsir Imam Mahdi bukan berasal dari Bani Hasyim melainkan Bani Umayyah.”

Menurut Qadhi Damaskus:

“Mereka adalah Khulafa’ Rasyidin, Muawiyah, Yazid ibn Muawiyah, Abdul Malik ibn Marwan dan keempat anaknya (Walid, Sulaiman, Yazid dan Hisyam), dan diakhiri oleh Umar ibn Abdul Aziz. Di sini tidak ada Imam Mahdi yang dijanjikan.”

Menurut Waliyyullah:

seorang Ahli Hadis dalam kitab Qurratul ‘Ainain, sebagaimana dinukil dalam kitab ‘Aunul Ma’bud: “Mereka adalah empat khalifah pertama muslimin, Abdul Malik ibn Marwan dan keempat anaknya, Umar ibn Abdul Aziz, Walid ibn Yazid ibn Abdul Malik. Kemudian Waliyyullah menukil dari Malik ibn Anas seraya memasukkan Abdullah ibn Zubair ke dalam dua belas orang tersebut, akan tetapi dia menolak perkataan Malik dengan dalil riwayat dari Umar dan Ustman dari Rasulullah saw. yang menunjukkan bahwa pemerintahan yang dipimpin oleh Abdullah ibn Zubair adalah sebuah bencana dari sederet malapetaka yang diderita umat Islam. Ia juga menolak dimasukkannya Yazid dan menegaskan, bahwa dia adalah sosok yang berperilaku bejat.”

Menurut Ibnu Qayim Jauzi:

“Sedangkan jumlah khalifah itu dua belas orang; sekelompok orang yang di antaranya; Abu Hatim, Ibnu Hibban dan yang lain mengatakan bahwa yang terakhir dari mereka adalah Umar ibn Abdul Aziz. Mereka menyebut khalifah empat pertama, Muawiyah, Yazid ibn Muawiyah, Muawiyah ibn Yazid, Marwan ibn Hakam, Abdul Malik ibn Marwan, Walid ibn Abdul Malik, Sulaiman ibn Abdul Malik, dan khalifah yang kedua belas Umar ibn Abdul Aziz. Khalifah yang terakhir ini wafat pada tahun seratus Hijriyah; di abad pertama dan paling awal dari abad-abad kalender Hijriah manapun, pada abad inilah agama berada di puncak kejayaan sebelum terjadi apa yang telah terjadi”.

Menurut Nurbasyti:

”Cara terbaik memaknai hadis ini adalah menerapkan maknanya pada mereka yang adil, karena pada dasarnya merekalah yang berhak menyandang gelar sebagai khalifah, dan tidak mesti mereka memegang kekuasaan, karena yang dimaksud dari hadis adalah makna metaforis saja. Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Mirqat”.

Dan menurut Maqrizi:

Jumlah dua belas imam adalah khalifah empat pertama dan Hasan cucunda Nabi saw. Ia mengatakan: “Dan padanya (Imam Hasan a.s.), masa khalifah rasyidin pun berakhir”. Maqrizi tidak memasukkan satu pun dari penguasa dinasti Umawiyah. Masih menurut penjelasannya, khilafah setelah Imam Hasan a.s. telah menjadi sistem kerajaan yang di dalamnya telah terjadi kekerasan dan kejahatan. Lebih lanjut, ia juga tidak memasukkan satu penguasa pun dari dinasti Abbasiyah, karena pemerintahan mereka telah memecah belah kalimat umat dan persatuan Islam, dan membersihkan kantor-kantor administrasi dari orang Arab lalu merekrut bangsa Turki. Yaitu, pertama-tama bangsa Dailam memimpin, lalu disusul bangsa Turki yang akhirnya menjadi sebuah bangsa yang begitu besar. Maka, terpecahlah kerajaan besar itu kepada berbagai bagian, dan setiap penguasa suatu kawasan mencaplok dan menguasainya dengan kekerasan dan kebrutalan.”

Dengan demikian, tampak jelas bagaimana kebingungan madrasah Khulafa’ (Ahli Sunnah) dalam menafsirkan hadis tersebut; mereka tidak sanggup keluar dari keadaan ini selagi berpegang pada tafsir futuralistik itu.

Dalam kitab Al-Hawi lil Fatawa, As-Suyuthi mengatakan:

”Sampai sekarang, belum ada kesepakatan dari umat Islam mengenai setiap pribadi dua belas imam.”

Dengan itu maka, saudara-saudara kita dari golongan Ahlussunnah telah tersandera oleh ketidak-pastian tentang siapakah yang akan dirujuk dan dijadikan anutan untuk mendapatkan bimbingan dan pertolongan mengingat manusia itu memerlukan petunjuk Tuhan agar hidupnya senantiasa berjalan di atas kebenaran menuju kebahagiaan yang memang telah dijanjikan Tuhan.

Kaum Ahlussunnah akan senantiasa bertikai memperebutkan hak kepemimpinan karena mereka satu sama lain akan berlainan pendapat mengenai siapakah yang harus mereka ikut hingga akhir zaman. Kasus Ahmadiyyah adalah salah satu contoh klasik dimana ada kelompok yang tidak setuju dengan penafsiran siapakah yang disebut dengan IMAM MAHDI itu? Kaum Ahmadiyyah telah menentukan IMAM MAHDINYA sementara kelompok yang berseberangan memiliki IMAM MAHDI sendiri yang sampai saat ini masih mereka cari atau mungkin sebagian besar dari mereka tidak peduli.

Padahal hadits-hadits tentang 12 Imam yang ditutup oleh Imam Mahdi itu sangat shahih dan tak bisa dibantah keberadaannya. Mana mungkin mereka mendapatkan petunjuk kalau mereka tidak atau belum menentukan siapakah imam-imamnya secara pasti. Padahal mengenali Imam zamannya dan mengikuti bimbingan dan petunjuknya serta patuh dan taat padanya adalah bagian penting dari risalah suci ini. Rasulullah telah tiada meninggalkan kita, dan beliau mewariskan 12 pemimpin itu untuk kita ikuti bersama. Melupakan hadits-hadits suci itu sama saja dengan mengkhianati Nabi. Mengkhianati Nabi sama saja dengan keluar dari Islam dan hidup sebagai orang murtad. Pantas saja Nabi mewanti-wanti agar kita mengenali Imam kita. Lihatlah hadits-hadits berikut ini.

BAGAIMANA KATA HADITS TENTANG KEWAJIBAN MENGIKUTI PEMIMPIN?

Berikut beberapa hadits tentang kewajiban untuk memiliki, mengikuti dan mentaatipemimpin atau imam.

1. “Barangsiapa mati tanpa imam, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah”

(lihat Majma’ az-Zawa’id, jilid 5, halaman 218; lihat juga Abu Dawud, Musnad, halaman 259 dari jalur ‘Abdullah bin Umar dan ditambahkan: “Dan barangsiapa menolak untuk taat, maka pada hari kiamat ia tidak punya hujjah, pembelaan”)

2. “Barangsiapa mati tanpa berbai’at maka ia meninggal dalam keadaan jahiliyah”

(lihat Shahih Muslim, jilid 6, halaman 22; lihat juga Baihaqi, Sunan, jilid 8, halaman 156; kemudian Ibnu Katsir dalam Tafsir, jilid 1, halaman 517; Al-Haitsami dalam Al-Majma’, jilid 5, hal. 218)

3. “Barangsiapa meninggal dan tiada ketaatan (kepada imam), maka ia telah meninggal dalam keadaan jahiliyah”

(lihat Imam Ahmad dalam Musnad, jilid 3, hal. 446; Haitsami dalam al-Majma’, jilid 5, hal. 223)

4. “Barangsiapa meninggal dan tidak mengetahui imam zamannya, maka ia meninggal dalam keadaan jahiliyah”

(lihat Al-Taftazani, Syarh al-Maqashid, jilid 2, hal. 275. Ia mengeluarkan hadits ini dalam hubungan ayat (QS. An-Nisaa: 59) yang saya kutipkan di atas. Syaikh ‘Ali al-Qari, Al-Marqat fi Khatimah al-Jawahir al-Madhiyah, jilid 2, hal. 509, dan pada hal. 457 tatkala mengutip Shahih Muslim yang berbunyi: “Barangsiapa meninggal dan tidak mengetahui imam zamannya, maka ia meninggal dalam keadaan jahiliyah”, ia menambahkan bahwa arti hadits tersebut adalah: “seseorang yang tidak mengetahui bahwa ia wajib mengikuti tuntunan imam pada zamannya.

http://tourmazhab.blogspot.com/…/12-khalifahimam-dalam-hadi…

https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=1652441058364048&id=1640138756260945

SYARAT MENJADI IMAM HARUS MAKSUM DAN TDK ZALIM ”
(https://www.facebook.com/photo.php?fbid=722720604496297&set=a.124174854350878.16003.100002750936047&type=3&theate

(1) – Dan ( ingatlah) ketika ibrahim d uji tuhannya dgn beberapa kalimat ,lalu ibrahim menunaikannya.

Allah berfirman : Sesungguhnya aku akn menjadikanmu imam bg seluruh manusia ibrahim pun berkata : ( mohon juga) dari
keturunaanku ,Ya Allah.

Allah berfirman” Janjiku (ini) tdk mengenai
orang orang yg zalim. (Qs albaqarah ayt
124)

(Penjelasaan)
permohonan ibrahim utk keluarganya agr d
jadikan imam adalah permohonaan seorang nabi utk keluarganya.

(Refrensi kitab kejadiaan)
mk ismael itupun tlh ku luluskan
permintaanmu : bhw sesungguhnya aku tlh
memberkati akn dia dan membiarkan dia .
Amat sangat dan 12 raja raja akn berpencar
daripadanya ,dan aku akan jadikan dia satu
bangsa yg besar .( kitab kejadiaan 17:20
pengantar terjemah alquraan defag)

Dari dua penjabaraan nb ibrahim utk keturunaannya menjadi imam maanusia dan satu bangsa yg besar, di teruskan dgn keinginan rosul muhamnad saww utk keturunannya menjadi sumber ilmu, dan hikmah, serta rasa aman bg umat , inilah perujudan sholawat tercurah utk nb ibrhm dan muhammad serta atas keluarganya / keturunannya mereka berdua yg sering terucap d dalam bacaan sholat, sampai cahaya yg kita nanti dtng imam manusia a(al mahdy) dari keturunan ibrahim…….ismail……muhammad……fatimmah + Ali……….al mahdy yg semua golongan meyakini.sebagai juru selamat manusia yg akn meratakan keadilan di muka bumi ini dan akan mengangkat derajat islam dan memenangkan islam dari kendali para zionisme penjajah dunia zionisme amerika dan israel.

TANBAHAN :
Dari hasil penelitiaan redaksi ayat al quran dan kitab kejadiaan di atas itu bhw yg di Jadikan Imam Imam atau pemimpin (raja-raja) itu dari keturunaan ibrahim adalah ismael. Dari keturunaan ismail lah keturunaan imam imam itu akan muncul dan akn menjadi pemimpin seluruh umat manusia.

Pertanyaanya….
Siapakah imam imam yg dari keturunan ibrahim itu???
Kalau kita telisik sejarah bhw keturunaan ibrahim itu, seluruhnya menjadi nabi.. terakhir keturunaan nabi Ibrahim itu adalah nabi ismail dari keturunaan ismail yg terakhir adalah nabi muhammad Saww.
Jadi siapakah imam imam itu yg d janjikan Tuhan yg akn menjadi imam dlm satu bangsa yg besar??

Rupanya ayat ini mempunyai makna tersirat bhw akn ada imam imam dari keturunan nabi ibrahim as, – nabi ismail as – nabi muhamad saww, dlm satu bangsa yg besar yg akn menjadi imam seluruh manusia.

Setelah wafatnya nabi saww ” Akn ada 12 imam yg harus di taati sesuai dgn sabda sabda nabi saww ” SETELAH AQ AKAN ADA 12 IMAM SEMUA DARI QURAIS “…….?!

(2)- Coba simak sabda nabi muhammad saww di bawah ini :

ﻭَ ﻣِﻤَّﻦْ ﺧَﻠَﻘْﻨﺎ ﺃُﻣَّﺔٌ ﻳَﻬْﺪُﻭﻥَ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﻭَ ﺑِﻪِ ﻳَﻌْﺪِﻟُﻮﻥَ “Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.”(al-A’raf ayat 181).Rasulullah.saww bersabda, “Umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan. Tujuh puluh dua golongan akan masuk neraka, sedangkan satu golongan akan masuk surga. Mereka adalah engkau dan pengikutmu, wahai Ali, karena engkau tidak pernah berpisah dari kebenaran dan mereka tidak berpisah darimu. Karena itu, mereka senantiasa bersama kebenaran.” [ Ta’wil al-Ayat, jil. I, hal. 190 hadis ke-38; Kitab Sulaim, hal
169-332; al-Wasail, jil. XXVII, hal. 50 hadis ke-33180 ]

“SETELAH WAFATNYA NABI SAWW ADA 12 IMAM SEMUA KETURUNAAN NABI MUHAMMAD SAWW YG MENYAMBUNG NASABNYA SAMPAI KPD NABI ISMAEL DAN NABI IBRAHIM ITU.

Aku berkata, “Wahai Rasulullah! Kami telah kenal Allah dan RasulNya. Akan tetapi siapakah Ulil Amr yang ketaatan kepadanya dihubugkan dengan ketaatan (kepada) Anda?Beliau menjawab ,” Hai Jabir! Mereka adalah para khalifah (penggantiku) dan pemimpin umat Islam setelahku. Yang pertama (1)Ali bin Abi Thalib, kemudian (2)Hasan dan (3)Husain, kemudian (4)Ali bin Husain, kemudian (5)Muhammad bin Ali, yang dalam Taurat dikenal dengan al Baqir dan kamu, hai Jabir, akan menemuinya. Jika kamu menjumpainya, sampaikan salamku atasnya! Kemudian (6)ash Shidiq Ja`far bin Muhammad, kemudian (7)Musa bin Ja`far, Kemudian (8)Ali bin Musa, kemudian (9)Muhammad bin Ali, kemudian (10)Ali bin Muhammad, kemudian (11)Hasan bin Ali, kemudian yang kauniyahnya sama denganku, ia adalah al Hujjah (bukti) Allah di bumi Nya, peninggalan Nya di kalangan (di antara) hamba-hamba Nya, ia adalah (12) Putra Hasan bin Ali, Allah akan menaklukan Timur dan Barat melalui tangannya, ia menghilang dari syiah dan orang-orang yang mencintainya, sehingga tidak akan meyakini imamahnya dengan teguh kecuali orang yang hatinya telah diuji oleh Allah (dan berhasil dengan) keimanan.Jabir berkata, `Aku berkata : “Wahai Rasulullah, apakah pengikut-pengikut (syiah)-nya dapat mengambil manfaat darinya pada masa ghaibnya??
Beliau menjawab “ Demi Dzat yang membangkitkanku (mengutusku) dengan kenabian, mereka akan bersinar dengan sinar cahayanya dan mengambil manfaat dengan wilayahnya pada masa ghaibnya, sehingga manusia menarik manfaat dari matahari ketika ditutupi awan tebal.”

[41]Selain riwayat-riwayat yang telah kami sebutkan di atas, masih banyak riwyat lain yang senada dan memuat kandungan serupa. Jumlah hadis tersebut mencapai ratusan, oleh sebab itu tidak mungkin kami sebut semuanya dalam tulisan ini, bagi yang berminat dapat merujuknya langsung ke buku2 yang secara khusus membahas masalah-masalah tersebut, seperti : Muntakab al Atsar, karya Luftullah as Shafi al Guybaygani, al Mahdi karya as Sayyid Shadruddin ash Shadr, dan al Imam al Mahdi karya Muhammad Ali Dukhayyil.[41] Ikmaluddin, I/365, Ilzam An Nashib, 55; Yanabi al Mawaddah, 465..dll..

(3) – COBA KALIAN BAYANGKAN.
IBRAHIM ITU ADALAH SEORANG NABI DAN KETIKA ALLAH INGIN MENGANGKAT DERAJAT IMAM BG SELUURUH MANUSIA IBRAHIM DI UJI DGN BEPERAPA UJIAAN YG SANGAT BERAT.
SALAH SATUNYA UJIAN YG BEGITU BERAT ADALAH MENYEMBLIH ANAKNYA KESAYANGANNYA ISMAEL.

AYAT DI ATAS MENERANGKAN JUGA, BHW DERAJAT IMAM LEBIH TINGGI DARI KENABIAAN.
TERKECUALI NABI MUHAMMAD SAWW.KERENA NABI MUHAMAD ADALAH NABI SEKALIGUS IMAM.
KERENA GELAR NABI MUHAMMAD SAWW MENCAKUP SELURUH GELAR PARA NABI DAN PARA IMAM.(SAYIDUL WUJUD MANUSIA PALING SEMPURNA).


SOURSE:   

https://hadrianoromero.wordpress.com/2016/03/11/mati-tanpa-imam-adalah-mati-jahiliyah/

https://hadrianoromero.wordpress.com/2016/03/11/mati-tanpa-imam-adalah-mati-jahiliyah/




Kamis, 07 Maret 2019

FENOMENA HISZBULLAH (TENTARA - TENTARA ALLAH) SEKJEND HIZBULLAH, SAYED HASSAN NASRULLAH






”………..ULAAIKA HIZBULLAH, ALA INNA HIZBALLAAHI HUMUL MUFLIHUN”
(QS. Al Mujadalah 22)
".......MEREKA ITULAH TENTARA-TENTARA ALLAH,
TIDAKKAH (KAMU KETAHUI HAI MUHAMMAD)
SESUNGGUHNYA TENTARA-TENTARA ALLAH ITULAH
YANG MENDAPAT KEMENANGAN"
(QS, AL MUJADALAH 22)



 Bismillaahirrahmaanirrahiim
Party of God atau Hisbullah kiranya layak mendapat tempat tersendiri dalam catatan emas pergerakan Dunia Islam di abad ke-21 ini. Keunikan, kekuatan, serta kaderisasi yang dimiliki Hisbullah, terlebih setelah mengalahkan Zionis-Israel dalam perang satu bulan yang berlangsung di wilayah Lebanon Selatan pada 12 Juli 2006 sampai 14 Agustus 2006. Hisbullah awalnya merupakan satu partai politik Syiah di Lebanon dan secara ideologis sangat dekat dengan Iran yang didirikan pada tahun 1982. Bahkan secara ideologis pula, Hisbullah mengacu pada ajaran Walayat al-Faqih yang dikembangkan Imam Khomeini, pemimpin revolusi syiah Iran. Bahkan banyak kalangan menyatakan, jika ingin melihat ruh dari Hisbulah, lihatlah perjuangan syiah Khomeini di Iran.

Di awal pendiriannya, Hisbullah sudah menyatakan sebagai kelompok yang akan mengusir penjajahan Zionis-Israel di Lebanon Selaran. Namun secara resmi, Hisbullah baru dideklarasikan pada 16 Februari 1985 saat Syaikh Ibrahim al-Amin menyatakan membentuk satu kelompok tersendiri. Sebagai sebuah partai politik, Hisbullah ikut memainkan peran yang cukup besar dalam peta politik di Lebanon. Dari hasil pemilu 2005, Hisbullah berhasil memboyong 14 kursi dari 128 kursi yang ada. Berarti mendapat kursi lebih dari 10%.

Fenomena Hisbullah.
Banyak pengamat terkaget-kaget ketika usai menang melawan Zionis-Israel, di mana ribuan rumah penduduk selatan Lebanon hancur, belum lagi kehancuran yang mendera infrastruktur umum seperti jalan raya, gedung rumah sakit, perkantoran, jembatan, pasar, dan sebagainya, kepada setiap kelapa keluarga yang rumahnya hancur, Hisbullah memberi uang kontan yang cukup besar dalam waktu singkat, sehingga keluarga-keluarga tersebut bisa membangun kembali rumah-rumahnya yang lebih layak. Sesuatu hal yang pemerintah Hindunesia saja tidak mampu. Dari hal ini jelas, pemerintah Hindunesia jauh lebih miskin ketimbang milisi bernama Hisbullah. Jika dibanding pemerintah taghut Hindunesia saja Hisbullah jauh lebih makmur, apatah lagi dibandingkan dengan partai-partai politik dalam system taghut Hindunesia masih saja menadahkan tangan mereka kepada pemerintah agar selalu dikucurkan uang operasional dalam jumlah “recehan”.

Kekuatan Hisbullah dalam bidang finansial inilah yang membuat partai ini mampu untuk melebarkan sayap ke berbagai bidang, dari urusan sosial-pendidikan, hingga militer, dari urusan mencetak buku-buku dan koran hingga membangun stasiun televisi satelit empat bahasa yang daya pancarnya sudah melampaui antar benua. Kekuatan keuangan yang dimiliki Hisbullah ini tidak serta merta memabukkan para pemimpinnya untuk hidup dalam kemewahan. Walau sangat kaya raya sebagai partai politik, para pemimpin Hisbulah hidup sesuai dengan apa yang dibutuhkan, bukan sesuai dengan apa yang diinginkan. Jihad merupakan satu kata yang paling sering dilontarkan para pimpinan partai fenomenal ini. Tentu saja, yang dimaksud adalah jihad dalam bentuk perang melawan Zionis-Israel. Dan tidak ada satupun qiyadah di Hisbullah yang menganjurkan agar anggotanya banyak-banyak jalan ke mall.

Salah satu kampanye utama Hisbullah sejak awal berdirinya hingga hari ini adalah kampanye Jihad Al-Bina, yaitu gerakan untuk membangun perekonomian umat seca ra bersama-sama, nyata, dan kongkrit, dimana Hisbullah menyediakan anggaran fi nansil yang tidak sedikit yang bisa dipinjam oleh rakyat Lebanon yang ingin membu ka atau mengembangkan usahanya. Gerakan ini sangat kongkrit dan langsung me nyentuh lapisan akar rumput sehingga partai Hisbullah kian lama kian besar bahkan perannya sekarang mampu menyaingi kinerja pemerintah Lebanon yang resmi. Jadi bukan sebatas anjuran di mimbar-mimbar, bukan sebatas tausiah di pertemuan-per temuan. Hisbullah bukan Multi Level Marketing (MLM) di mana ciri yang paling ka sat mata dari sistem ini adalah para pemimpinnya kaya raya, sejahtera, dan makmur, hasil dari perjuangan dan kerja para anggota di bawahnya yang hidupnya tetap saja berkubang dalam kemiskinan.

Salah satu yang mendasari gerakan Jihad Al-Bina ini adalah kenyataan di lapangan, di mana banyak rakyat Lebanon menderita akibat perang dan konflik yang berke panjangan. Sebagai sebuah partai dakwah, Hisbullah tergerak untuk membangunkan umat agar mampu menjadi umat yang kuat dan mandiri. Sebab itu, Hisbullah sangat konsern dengan pembangunan di bidang perekonomian umat, bukan perekonomian kapitalistis yang secara sangat jelas bisa dilihat dalam sistem MLM.

(kutipan dari Era Muslim) Diarsipkan di bawah: Tak Berkategori Tagged

Satu Tanggapan: hsndwsp, Acheh - Sumatera, di/pada Januari 11th, 2009 pada 9:49 am.

Dikatakan: Saya belum membaca tulisan ini secara keseluruhannya kecuali hanya melihat judulnya saja. Tapi bagi saya melihat judul saja sepertinya telah membaca ke seluruhannya. Hal ini tidak lain disebabkab Hizbullah memangnya benar-benar “ten tera Allah”. Allah berfirman:”………..Ulaaa ika hizbullah, alaa inna hiballaahi humul muflihuun” (QS. Al Mujadalah 22)

(hsndwsp, Acheh – Sumatra)

Balas Angku di Awegeutah, di/pada Juni 20th, 2009 pada 10:28 am

Dikatakan:
Puluhan tahun kalau tidak kita katakan ratusan, Israel tidak terkalahkan. Padahal mereka sangat sedikit dibandingkan dengan komunitas “Islam” disekitarnya (baca Saudi Arabia, Mesir, Yordania, Irak Saddam, Libiya, dsb), namun baru sekarang Is rael men dapat pukulan yang telak dari komunitas kecil. Siapa lagi kalau bukan “tentara-tentara” Allah (Hizbullah). Yang mengherankan saya kenapa pihak Sunni ti dak mampu berpikir bahwa betapa sering golongan yang kecil mengalahkan golo ngan yang “ku at”. Hal ini disebabkan golongan yang sedikit itu benar-benar beriman kepada Allah.

Saya kira sudah waktunya Sunni bersatu dan belajar pada Syiah, pecinta keluarga Ra sulullah saww. Yazid adalah pembantai keluarga Rasulullah tetapi pihak wahabi ma sih saja menganggap mereka Islam. Kerajaan Saudi Arabia itu secara historis adalah Yaziddin. Justeru itulah mereka melalui lobby AS sebetulnya berpihak kepada Yahu di Is rael. Anehnya mereka menuduh Syiah berasal dari Yahudi, betapa lugunya itu orang.

Angku di Awegeutah
(Acheh – Sumatra)




Diposting oleh ACHEH - KARBALA di 11.41
Label: HSNDWSP42. BBC JOURNEY INTO HIZBULLAH'S WORLD (TWO VIDEOS)
2 komentar:

ACHEH - KARBALA1 Juli 2011 00.53
Bagi yang tidak senang terhadap kemunculan Hizbullah (Tentera-tentera Allah)di Libanon Selatan, silakan tunjuk komunitas mana yang benar menurut anda. Yang pasti Zionis Israel dan antek-anteknyalah yang tidak senang terhadap Fenomena Hizbullah. Mereka itu adalah kaum wahabi Saudi Arabia dan rezim-rezim zalim di Timur Tengah yang sedang digulingkan oleh rakyat mereka sendiri secara damai alias tangan kosong...

Balas

ACHEH - KARBALA1 Juli 2011 01.03
Sungguh aneh kebanyakan manusia yang mengaku beragama Islam bermusuhan dengan komunitas Islam Murni seperti Hizbullah. Orang yang demikian sepak terjangnya adalah kaum hypocrite. Apabila mereka memiliki power, mereka arogan, sadis, brutal dan kerap menyerang komunitas minority, sungguhpun Allah swt menyatakan: "Lakum diinukum waliadin" (Bagimu agamamu dan bagiku agamaku". Musuh kami orang Islam murni bukan orang yang berbeda agama dengan kami tetapi kaum munafiqun, kaum az Zalimun dan kaum menzalimi kaum mustadh'afin.




https://www.youtube.com/watch?v=kkeNlPIOr0w