Selasa, 30 Oktober 2018

HIKAYAT PERANG SABI YANG DI TAKUTI BELANDA DAN PORTUGIS



 



 INI BUKAN AJAKAN UNTUK PERANG SA'AT SEKARANG TETAPI SEBAGAI KENANGAN KAMI BANGSA ACHEH - SUMATRA DENGAN PENJAJAH DULU

hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia




Bismillaahirrahmaanirrahiim
Hikayat Prang Sabi adalah sebuah hikayat yang diciptakan atau dikarang oleh Tgk Chik Pante Kulu yang merupakan sebuah syair ke pahlawanan yang membentuk su atu irama dan nada yang sangat heroik yang mem bangkitkan semangat para pe juang Aceh da ri zaman penjajahan portugis sampai zaman penjajahan Belanda.


Pejuang Acheh

Hikayat Prang Sabi adalah salah satu ins pirator besar dalam menentukan perjua ngan rakyat Aceh.

Memang sejak dulu bangsa Aceh sangat ak rab dengan syair-syair perjuangan Is lam, sajak -sajak akan sebuah hakikat keadilan.

Hikayat ini selalu diperdengarkan ke setiap te linga anak-anak Aceh, laki-laki, pe rempuan, tua muda, besar kecil dari zaman ke zaman dalam sejarah Aceh Sepan jang Abad.

Kalau kita belajar dari sejarah, maka Aceh lah negeri yang paling ditakuti oleh Portugis dan sulit untuk ditaklukkan oleh Belanda sejak ta hun 1873 serta Jepang.
Tgk Uma dan Cutnjak Dhien

Beribu macam taktik perang yang digunakan oleh para penjajah tetapi tidak dapat me nguasai Aceh yang unggul dengan taktik pe rang gerilyanya.

Sejarah mencatat bahwa perang kolonial di Aceh adalah yang paling alot, paling lama, dan paling banyak memakan biaya perang dan korban jiwa penjajah.

Pengaruh hikayat perang sabil hasil karangan nya, telah mampu membangkitkan semangat jihad siapa saja yang membaca ataupun mendengarnya untuk terjun ke medan pe rang melawan penjajahan Belanda ketika itu.

Sehingga Zentgraf dalam bukunya “Aceh” (1983) menulis banyak pemuda yang meman tapkan langkahnya ke medan perang Aceh melawan Belanda karena pengaruh buku hikayat perang sabil yang sengaja ditulis seorang ulama besar Aceh bernama Tgk. Muhammad Pante Kulu.

Menurut Zentgraf, hikayat perang sabil kara ngan ulama Pante Kulu telah menjadi momok yang sangat ditakuti oleh Belanda, sehingga siapa saja yang diketahui menyimpan-apalagi membaca hikayat perang sabil itu mereka akan mendapatkan hukuman dari pemerin tah Hindia Belanda dengan membuangnya ke Papua atau Nusa Kembangan.

Sarjana Belanda ini menyimpulkan, bahwa belum pernah ada karya sastra di dunia yang mampu membakar emosional manusia untuk rela berperang dan siap mati, kecuali hikayat perang sabil karya Pante Kulu dari Aceh.

Kalau pun ada karya sastrawan Perancis La Marseillaise dalam masa Revolusi Perancis, dan karya Common Sense dalam masa pe rang kemerdekaan Amerika, namun kedua karya sastra itu tidak sebesar pengaruh hika yat perang sabil yang dihasilkan Muhammad Pante Kulu.

Para Tokoh Masa Dulu

Itu sebabnya, Ali Hasjmy menilai bahwa hi kayat perang sabil yang ditulis Tgk. Chik Pante Kulu telah berhasil menjadi karya sastra puisi terbesar di dunia.

Menurut Hasjmy, pengaruh syair hikayat pe rang sabil sama halnya dengan pengaruh syair-syair perang yang ditulis oleh Hasan bin Sabit dalam mengobarkan semangat jihad umat Islam di zaman Rasulullah. Atau paling tidak, hikayat perang sabil karya Chik Pante Kulu dapat disamakan dengan illias dan Odys sea dalam kesusastraan epos karya pujangga Homerus di zaman “Epic Era” Yunany sekitar tahun 700-900 sebelum Mesehi.

Mengapa hikayat perang sabil begitu berpe ngaruh dalam membangkitkan semangat ji hat perang orang Aceh melawan Belanda.

Menurut telaahan, hikayat perang sabil yang ditulis Chik Pente Kulu ini terdiri dari empat bagian (cerita).

Barisan Pejuang Acheh

Pertama, mengisahkan tentang Ainul Mardhi ah, sosok bidadari dari syurga yang menanti jodohnya orang-orang syahid yang berpe rang di jalan Allah.

Kedua, mengisahkan pahala syahid bagi orang-orang yang tewas dalam perang sabil.

Ketiga, mengisahkan tentang Said Salamy, seorang Habsi berkulit hitam dan buruk rupa.

Keempat, menceritakan tentang kisah Muda Belia yang sangat mempengaruhi jiwa para pemuda untuk berjihat di medan perang me lawan kezaliman penjajahan Belanda.

Ada dua Versi pendapat tentang Tgk. Chik Pente Kulu dalam mengarang hikayat perang sabil ini.

Sebagian mengatakan, hikayat perang sabil ini dikarang Chik Pante Kulu ketika beliau da lam perjalanan pulang dari Mekkah ke Aceh. Berarti hikayat perang sabil ditulis Chik Pante Kulu di atas kapal selama dalam pelayaran nya dari Arab ke Aceh.

Pendapat lain mengatakan, hikayat perang sabil ini ditulis Chik Pante Kulu adalah atas suruhan Tgk. Chik Abdul Wahab Tanoh Abee yang lebih dikenal Tgk. Chik Tanoh Abee.

Karena, pada waktu Tgk. Muhammad Saman Ditiro meminta izin pada Tgk. Chik Tanoh Abee untuk berperang melawan Belanda.

Maka saat itu Tgk. Chik Tanoh Abee menanya kan pada Tgk. Chik Ditiro: “Soe yang muprang dan soe yang taprang?”. Chik Ditiro menja wab: “Yang muprang Muhammad Saman, yang taprang kafe Belanda”.

Menurut riwayat marga tanoh abee, sekiranya waktu itu Chik Ditiro menjawab, njeng mu prang ureung Islam, njeng taprang Beulanda.

Kemungkinan Tgk. Chik Tanoh Abee tidak me restui Chik Ditiro untuk berperang, sebab ka lau orang Islam yang berperang, di kalangan orang Islam sendiri masih banyak yang harus diperangi, yaitu orang-orang yang bukan Islam sejati.

Tetapi karena jawaban Tgk. Chik Ditiro: yang muprang Muhammad Saman dan yang taprang kafe Belanda, maka Tgk. Chik Tanoh Abee merestui Tgk.
Tgk Chik Ditiro

Chik Ditiro menggerakkan peperangan untuk melawan Belanda. Dalam mendukung gera kan perang ini Tgk. Chik Tanoh Abee menga rang khusus hikayat perang sabil dalam baha sa Arab untuk pimpinan-pimpinan perang.

Sedangkan untuk lasykar perang hikayat pe rang sabilnya dikarang oleh Tgk. Chik Pante Kulu dalam huruf Jawi berhasa Aceh, yang kemudian hikayat perang sabil karangan Tgk. Chik Pante Kulu ini membawa pengaruh luar biasa dalam membangkitkan semangat jihad lasykar Aceh berperang melawan Belanda.

Salah satu bagian paling penting dari Hikayat Prang Sabi adalah pendahuluan atau mukad dimah.

Bagian yang juga berbentuk syair ini menun jukkan secara jelas tujuan ditulisnya Hikayat Prang Sabi, dalam hubungannya dengan pe rang melawan Belanda.

Setelah diawali dengan puji-pujian kepada Allah pencipta semesta alam, syair-syair pada mukadimah berlanjut pada seruan untuk perang Sabil. Juga disebutkan satu pahala yang dapat diperoleh bagi mereka yang berjihad dalam perang Sabil (jalan Allah-Red).

Salah satu pahala yang akan diterima mereka yang mati syahid dalam perang tersebut adalah akan bertemu dengan dara-dara dari surga ( Bidadari ).

HIKAYAT PRANG SABI
“Salam ‘alaikom ‘alaikom teungku meutuah
Katrok neulangkah neulangkah neuwo bak kamoe
Amanah Nabi…ja Nabi hana meu ubah-meu ubah
Sjuruga indah…ya Allah pahla prang sabi….”

“Keu ureueng sjahid la sjahid bek ta kheun matee
Beuthat beutan lee…ja Allah njaweng lam badan
Ban saree keuneng la keuneng seundjata kafee la kafee
Keunan datang le…ya Allah pemuda seudang…”

“Geumat kipaih la kipaih saboh bak djaroe
Jipreh djudo woe ja Allah dalam prang sabi
Gugor disinan-disinan neuba u dalam-uda lam
Neupeuduek sadjan ja Allah ateueh kurusi…”

“Ngen idja puteh la puteh geusampoh darah
Ngen idja mirah…ja Allah geusampoh gaki
Rupa geuh puteh la puteh sang sang buleuen trang di awan
Watee tapandang…ja Allah seunang lam hatee…”

“Darah njeng ha-nji njeng ha-nji gadeh di badan
Geuganto Tuhan…ya Allah deungen kasturi
Di kamoe Atjeh la Atjeh darah peudjuang-peu djuang
Neubi beu majang…ja Allah Atjeh – Suma tra…”

“Subhanallah wahdahu wabihamdihi
Khalikul badri wa laili adza wa jalla
Ulon pudjoe Po sidroe Po sjuko keu Rabbi ja Aini
Keu kamoe Neubri beu sutji Atjeh-Sumatra…”

“Tadjak prang musoh beureuntoh dum sitree Nabi
Njeng meu ungki keu Rabbi keu Po njeng Esa
Soe njeng hantem prang tjitmalang tjeulaka tubuh rugoe rhoh
Sjuruga tan roh rugoe rhoh bala Nuraka…”

“Soe-soe njeng tem prang tjit meunang meutuwah tuboh
Sjuruga that roh njeng leusoh Neubri keugata
Lindong gata sigala njeng mudjahidin Mursalin
Bak djeuet-djeuet Mukim dikirem Atjeh-Suma tra…”

“Njeng mubahgia seudjahtra sjahid dalam prang
Allah Neupulang dendajang Budiadari
Hoka siwah-sirawah sjahid dalam prang dan seunang
Dji peurap ridjang peutameng Sjuruga ting gi…”

“Budiadari meuriti dideng di pandang
Dieu tjut abang njeng meutjang dalam prang sabi
Ho ka djudo tungku-e sjahid dalam prang dan seunang
Dji peurap ridjang peutameng sjuruga tinggi”

Billahi fi sabililhaq
Hsndwsp
Acheh – Sumatra
Di Ujung Dunia


"RENCONG"
Senjata orang Acheh jaman dulu

Tidak mengherankan, Sehingga kemudian pe nyair Taufik Ismail mengabadikan kehebatan hikayat perang sabil karya Tgk. Chik Pante Kulu ini dalam sebuah syair panjangnya ber judul : “Teringat Hamba Pada Syuhada Kita Dihari Kemerdekaan, Musim Haji 1406 H”. Taufik bersyair:…

“Nampakkah olehmu puisi itu?
Diserahkan kepada Teungku Chik Ditiro
Di sebuah desa di dekat Sigli
Dan puisi itu berubah menjadi sejuta Ren cong…

“Terdengarkah olehmu?
Merdunya Al Furqan dinyanyikan
Kemudian puisi perang sabi dibacakan
Yang mendidih darah memanggang udara
Menjelang setiap pasukan terlibat pertempu ran
Mengibarkan Panji fi-sabilillah…

“Hamba menulis puisi juga
Tapi betapa kurus puisi hamba
Kurang sikap ikhlas hamba
Banyak ria dan ingin tepuk tangan…
Apalah artinya dibandingkan puisi Perang sabi Muhammad Pante Kulu …

“Allah, berkahi penyair abad sembilan belas ini
Beri dia firdaus seluas langit bumi…

Begitu hebatnya Tgk. Chik Pante Kulu di mata penyair Taufik Ismail. Sampai-sampai Taufik menilai puisi-puisi yang ditulisnya selama ini belum memiliki arti apa-apa dibandingkan ke besaran syair hikayat perang sabil yang ditulis Tgk. Chik Pante Kulu. Ulama dan pujangga wan kelahiran 1836 M di Desa Pante Kulu, Ke mukiman Titeue, Kota Bakti, Pidie-Sigli ini, telah lama meninggalkan kita.

Namun hikayat perang sabil yang ditinggal kan tetap hidup di jiwa orang yang memang Acheh sebagai hasil karya sastra terbesar yang diakui dunia pada zamannya.

Sumber: Facebook @Aneuk Pasee



2 komentar:

  1. Kalau kita teliti ada juga yang tidak logis, misalnya dikatakan andaikata Tgk Sjik Ditiro menjawab: Njeng meuprang ureung Islam, njeng taprang Beulanda, kemungkinan Tgk. Chik Tanoh Abee tidak merestui Chik Ditiro untuk berperang, sebab kalau orang Islam yang berperang, di kalangan orang Islam sendiri masih banyak yang harus diperangi, yaitu orang-orang yang bukan Islam sejati.

    Realitanya bunyi Syair atau hikayatnya menunjukkan bahwa itu adalah perang antara Islam dan non Islam atau perang antara kaum Muslimin Acheh - Sumatra melawan kafir Belanda. Kemungkinan besar alinia tersebut tidak asli lagi.

    BalasHapus
  2. Selanjutnya coba perhatikan sy'ir berikut ini:

    “Geumat kipaih la kipaih saboh bak djaroe
    Jipreh djudo woe ja Allah dalam prang sabi
    Gugor disinan-disinan neuba u dalam-uda lam
    Neupeuduek sadjan ja Allah ateueh kurusi…”

    Di dalam Surga tidak butuh kipas, Allah swt yang membuat Surga tidak panas dan tidak dingin, buat apa kipas itu?

    BalasHapus