SEJAK
DARI NABI ADAM SAMPAI DENGAN NABI
MUHAMMAD HANYA SATU AGAMA YAITU ISLAM.
DISEBABKAN SENANTIASA DIPELINTIR OLEH
MANUSIA
KUTUB QABIL ALLAH MENGUTUS RASUL-RASULNYA
SILIH BERGANTI
MUHAMMAD HANYA SATU AGAMA YAITU ISLAM.
DISEBABKAN SENANTIASA DIPELINTIR OLEH
MANUSIA
KUTUB QABIL ALLAH MENGUTUS RASUL-RASULNYA
SILIH BERGANTI
hsndwsp
Acheh
- Sumatra
di
Ujung
Dunia
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Ketika
saya menulis tentang kebenaran Jokowi dan Ahok, banyak komen yang perlu saya
respon balik. Diantaranya kata mereka wajar calon isteri Ahok memilih jadi
Kristen/Nasrani dengan alasan mereka bahwa Kristen/Nasrani lebih baik dari
Muslim. Allah berfirman: " ’innad Diina ‘indallahil Islam" (QS, Ali
Imran 19). Yang artinya "Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah
Islam". Di ayat yang lain Allah berfirman: "Barang siapa mencari
agama selain Islam, tidak akan diterima" (QS, Ali Imran 85). Islam adalah
agama yang hanya satu-satunya disisi Allah melalui para RasulNya sejak dari
nabi Adam hingga nabi Muhammad saww sebagai penutup semua nabi. Adapun Muslim
adalah pemeluk Islam dimana kalau ada pengikut non Moslem yang lebih unggul
dari Muslim, berarti itu bukan Muslim benaran tetapi Muslim KTP. Persoalannya mereka yang keliru
memahaminya berarti belum menemukan "kata kunci". Artinya mereka
hanya membandingkan antara Kristen/Nasrani Jimmi dengan Muslim KTP, bukan
dengan Muslim benaran/Muslim origine.
Sebagaimana orang Kriten/Nasrani
banyak versinya, Muslim juga demikian. Andaikata saya diminta untuk memilih
antara Ahok dan Anies Baswedan, saya dapat dipastikan akan memilih Ahok.
Realitanya Anies mengaku Muslim tetapi dia tidak memimpin secara Islami
sementara Ahok mengaku Kristen/Nasrani tetapi ketika dia memimpin di Belitung
dan Jakarta, dia memimpinnya secara Islami, sebagaimana Jokowi memimpin
Indonesia. Realitanya Jokowi dan Ahok adalah representant buat Indonesia yang
didambakan mayoritas Rakyat Indonesia, sungguhpun dibenci oleh kaum yang
radikal, rasis dan arogan.
Perlu digarisbawahi bahwa namun
demikian Jokowi dan Ahok masih belum apa- apa jika dibandingkan dengan Mahmoud
Ahmadinejad, dimana sungguhpun Jokowi dan Ahok bersih dari praktek korupsi,
keduanya masih dalam kondisi kaya dan masih menerima gaji dari kerjanya sebagai
Presiden dan Gubernur, sementara Ahmadinejad bukan orang kaya dan juga bukan
orang miskin, hanya sekedar berkecukupan. Tetapi hanya Ahmadinejadlah yang
mampu meneladani Rasulullah saww, tidak mau menerima gajinya sebagai presiden
RII. Sementara rumahnya hanya rumah warisan orangtuanya di kawasan kumuh saat
itu, dimana hanya memiliki 2 buah kamar. Saat Ahmadinejad menjadi Presiden,
diingatkan para mentrinya agar tidak memperkaya diri dengan jabatan yang
dimilikinya:
https://achehkarbala.blogspot.com/2017/04/mahmoud-ahmadinejad-adalah-prototype_27.html
https://achehkarbala.blogspot.com/2017/04/mahmoud-ahmadinejad-adalah-prototype_27.html
Perlu juga digarisbawahi bahwa
betapapun Jokowi dan Ahok adalah representant buat contoh kepemimpinan di
Indonesia, semoga Jokowi tetap memimpin Indo nesia kedua kalinya agar
membuahkan pemimpin-pemimpin yang representant lainnya dimasa yang akan datang.
Betapa ruginya kalau oposisi Jokowi dan Ahok tidak jujur dalam pemilu 2019 ini,
hingga posisi Jokowi dan Ahok digeser para oposisi secara zalim. Pengalaman
kita di Timur Tengah saja yang paska Revolusi Rakyat, tidak adil dalam
pemilihan hingga pemimpin yang didukung Rakyat mayoritas tergeser secara zalim.
Secara umum setiap pemilihan di dalam negara yang penduduknya mayoritas Muslim,
namun mereka diperintahkan dalam system Thaghut, pemilihan senantiasa tidak
adil. Mereka tidak meneladani Rasulullah, Para Imam dan Ulama warasatul Ambya.
Panutan mereka adalah Muawiyah bin Abi Sofyan, Yazid bin Muawiyah dan ulama
palsu alias Bal'am dalam beragama dan bernegara. Itulah sebabnya kaum
mustadhafin senantiasa hidup menderita di dalam negara kaum Muslimin yang
bersystem Taghut. Kita bisa melihat realitanya di Timur Tengah dan Indonesia
saat dikuasai kaum Qabil (baca sejak Suharto sampai dengan Yudhoyono) dimana
kaum Mustadhafin hidup menderita akibat persekongkolan "Fir'un, Karun,
Hamman dan Bal'am".
Dari itu kita himbau seluruh rakyat
Indonesia agar sadar bahwa kendatipun kita mengaku beriman kepada Allah dan
hari Kemudian, kita sesungguhnya belum beriman selagi hak kaum mustadhafin kita
abaikan, kita tidak memihak mereka tetapi kita terlanjur "jatuh hati"
kepada "pemimpin" yang curang dan korrupt alias manu sia-manusia
kutub Qabil.
Terakhir kita tidak boleh lupa bahwa
Ahok adalah Non Moslem yang bukan saja baik hubungannya demngan kaum Muslimin
tetapi juga memberdayakan kaum Muslimin dan non Muslim saat berkuasa, membangun
fasilitas-fasilitas Islam seperti Mesjid-mesjid. Justeru itu keliru 180 derajad
para Alim Indonesia yang mengira Ahok masuk fenomena Almaidah 51 (Nasrani
Harbi) tetapi Ahok termasuk dalam fenomena Al Maidah 82 (Nasrani Zimmi). Di
ayat 82 tersebut Allah tidak mengatakan benarnya agama Nasrani/Kristen tetapi
Allah hanya menginfokan kita kaum Muslimin bahwa mereka adalah kaum yang baik
hubungannya dengan kita dan tidak menyombongkan diri. Mayoritas non Moslem
Zimmi/Jimmi ada di Rusia, China dan benua Amerika Latin (baca negara-negara
tersebut dianggap sebagai "halaman belakang" oleh AS namun mereka
menjadikan diri mereka sendiri sebagai "halaman samping" bagi
Republik Islam Iran, Rusia dan China).
Prediksi saya:
Kembali masalah Ahok. Kabarnya Ahok
tamat membaca Qur-an saat dipenjara. Lalu apa hasilnya, kenapa dia tidak
menemukan kebenaran hingga masuk Islam kalau memang sudah tamat membacanya?
Apanya yang salah? Qur-an itu bukan hanya untuk dibaca doang tetapi sedikitpun
tidak bermanfaat kalau tidak dipahami maksud Allah yang sebenarnya. Dari
permulaannya Allah telah menginfokan kita bahwa Kitab Al Qur-an itu tidak ada
keraguan sedikitpun padanya, adalah sebagai PETUNJUK bagi orang-orang yang
taqwa (Hudallinnas). Kalau hanya sekedar membaca telusurilah surah Jum’at ayat
5 s/d ayat 8), dimana Allah menginfokan kita bahwa perumpamaan kaum Yahudi yang
dipikulkan kitab Taurah tetapi mereka tidak memikulnya, adalah seperti Keledai
yang membawa kitab kitab tebal di padang pasir. Kendatipun kitab-kitab tersebut
berhimpitan dengan punggung keledai namun sang keledai tidak pernah mengerti
apa yang terkandung dalam kitab-kitab tersebut. Dalam ayat tersebut Allah telah
mengkeledaikan orang-orang Yahudi, sayangnya kini geleran kita dikeledaikan
Yahudi. Artinya apa bedanya Yahudi yang diumpamakan Allah dalam surah Jum’at
tersebut dengan kita kaum Muslimin, dimana kita memang semuanya punya kitab
Qur-an masing-masing dirumah tetapi kita tidak "memikulnya" kecuali
sekedar membaca-baca saja macam aplikasi Ahok di penjara, hingga mustahil dapat
Hidayah Allah swt. Andaikata di rumah kita ada Qur-.an terjemahan, itupun tidak
kita baca secara teliti kecuali sekedar baca saja. Logikanya bahwa Qur-an itu
berbahasa Arab tetapi mengapa umumnya orang Arab keliru dalam beragama? Kenapa
Kerajaan Arab as Saud kena "kutukan Allah" akibat melanggar surah Al
Maidah ayat 51? Kenapa kita saat berbicara Arab as Saud tidak mampu memahami
hanya gara-gara "Tanah Suci" itu dikuasai mereka yang beraliansi
dengan Zionis tetapi menzalimi bangsa Palestina? Kenapa RII yang mati-matian
membela Palestina, Al Qud dan Gaza tetapi kita mampu dikecoh oleh fitnah Arab
as Saud?
Kesimpulannya
kekeliruan para Alim palsulah, dimana-mana hampir diseluruh dunia makanya kita
kaum Muslimin dan non Muslim gagal memahami Islam yang sebenarnya. Kita hanya
mengaku Allah dan Rasulnya tetapi orang yang ditunjuk Allah dan RasulNya tidak
kita ta’ati, tetapi malah kita benci. Sebaliknya kita bersatupadu dengan
orang-orang yang beraliansi dalam surah al Maidah 51. Kita terlalu banyak ilmu
tetapi sebenarnya kita adalah: "NOL NOL YANG MENGANGA":
https://achehkarbala.blogspot.com/2016/10/puisi-philosofis-4.
html?fbclid=IwAR2JOJ9-hp7UunTpT0kXw7RSqeVHuYbX6rArVH-uZfotCgWiOK3BbzNy854
https://achehkarbala.blogspot.com/2016/10/puisi-philosofis-4.
html?fbclid=IwAR2JOJ9-hp7UunTpT0kXw7RSqeVHuYbX6rArVH-uZfotCgWiOK3BbzNy854
Billahi fisabililhaq
hsndwsp
Di Ujung Dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar