Kamis, 31 Januari 2019

INNAD DIINA 'INDALLAHIL ISLAM (QS, ALI IMRAN AYAT 19)

  




SEJAK DARI NABI ADAM SAMPAI DENGAN NABI

 MUHAMMAD HANYA SATU AGAMA YAITU ISLAM.

 DISEBABKAN SENANTIASA DIPELINTIR OLEH 
MANUSIA

 KUTUB QABIL ALLAH MENGUTUS RASUL-RASULNYA

 SILIH BERGANTI

hsndwsp

Acheh - Sumatra

di

Ujung Dunia



Bismillaahirrahmaanirrahiim
Ketika saya menulis tentang kebenaran Jokowi dan Ahok, banyak komen yang perlu saya respon balik. Diantaranya kata mereka wajar calon isteri Ahok memilih jadi Kristen/Nasrani dengan alasan mereka bahwa Kristen/Nasrani lebih baik dari Muslim. Allah berfirman: " ’innad Diina ‘indallahil Islam" (QS, Ali Imran 19). Yang artinya "Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah Islam". Di ayat yang lain Allah berfirman: "Barang siapa mencari agama selain Islam, tidak akan diterima" (QS, Ali Imran 85). Islam adalah agama yang hanya satu-satunya disisi Allah melalui para RasulNya sejak dari nabi Adam hingga nabi Muhammad saww sebagai penutup semua nabi. Adapun Muslim adalah pemeluk Islam dimana kalau ada pengikut non Moslem yang lebih unggul dari Muslim, berarti itu bukan Muslim benaran tetapi Muslim KTP. Persoalannya mereka yang keliru memahaminya berarti belum menemukan "kata kunci". Artinya mereka hanya membandingkan antara Kristen/Nasrani Jimmi dengan Muslim KTP, bukan dengan Muslim benaran/Muslim origine.

Sebagaimana orang Kriten/Nasrani banyak versinya, Muslim juga demikian. Andaikata saya diminta untuk memilih antara Ahok dan Anies Baswedan, saya dapat dipastikan akan memilih Ahok. Realitanya Anies mengaku Muslim tetapi dia tidak memimpin secara Islami sementara Ahok mengaku Kristen/Nasrani tetapi ketika dia memimpin di Belitung dan Jakarta, dia memimpinnya secara Islami, sebagaimana Jokowi memimpin Indonesia. Realitanya Jokowi dan Ahok adalah representant buat Indonesia yang didambakan mayoritas Rakyat Indonesia, sungguhpun dibenci oleh kaum yang radikal, rasis dan arogan.

Perlu digarisbawahi bahwa namun demikian Jokowi dan Ahok masih belum apa- apa jika dibandingkan dengan Mahmoud Ahmadinejad, dimana sungguhpun Jokowi dan Ahok bersih dari praktek korupsi, keduanya masih dalam kondisi kaya dan masih menerima gaji dari kerjanya sebagai Presiden dan Gubernur, sementara Ahmadinejad bukan orang kaya dan juga bukan orang miskin, hanya sekedar berkecukupan. Tetapi hanya Ahmadinejadlah yang mampu meneladani Rasulullah saww, tidak mau menerima gajinya sebagai presiden RII. Sementara rumahnya hanya rumah warisan orangtuanya di kawasan kumuh saat itu, dimana hanya memiliki 2 buah kamar. Saat Ahmadinejad menjadi Presiden, diingatkan para mentrinya agar tidak memperkaya diri dengan jabatan yang dimilikinya:

https://achehkarbala.blogspot.com/2017/04/mahmoud-ahmadinejad-adalah-prototype_27.html

Perlu juga digarisbawahi bahwa betapapun Jokowi dan Ahok adalah representant buat contoh kepemimpinan di Indonesia, semoga Jokowi tetap memimpin Indo nesia kedua kalinya agar membuahkan pemimpin-pemimpin yang representant lainnya dimasa yang akan datang. Betapa ruginya kalau oposisi Jokowi dan Ahok tidak jujur dalam pemilu 2019 ini, hingga posisi Jokowi dan Ahok digeser para oposisi secara zalim. Pengalaman kita di Timur Tengah saja yang paska Revolusi Rakyat, tidak adil dalam pemilihan hingga pemimpin yang didukung Rakyat mayoritas tergeser secara zalim. Secara umum setiap pemilihan di dalam negara yang penduduknya mayoritas Muslim, namun mereka diperintahkan dalam system Thaghut, pemilihan senantiasa tidak adil. Mereka tidak meneladani Rasulullah, Para Imam dan Ulama warasatul Ambya. Panutan mereka adalah Muawiyah bin Abi Sofyan, Yazid bin Muawiyah dan ulama palsu alias Bal'am dalam beragama dan bernegara. Itulah sebabnya kaum mustadhafin senantiasa hidup menderita di dalam negara kaum Muslimin yang bersystem Taghut. Kita bisa melihat realitanya di Timur Tengah dan Indonesia saat dikuasai kaum Qabil (baca sejak Suharto sampai dengan Yudhoyono) dimana kaum Mustadhafin hidup menderita akibat persekongkolan "Fir'un, Karun, Hamman dan Bal'am".

Dari itu kita himbau seluruh rakyat Indonesia agar sadar bahwa kendatipun kita mengaku beriman kepada Allah dan hari Kemudian, kita sesungguhnya belum beriman selagi hak kaum mustadhafin kita abaikan, kita tidak memihak mereka tetapi kita terlanjur "jatuh hati" kepada "pemimpin" yang curang dan korrupt alias manu sia-manusia kutub Qabil.

Terakhir kita tidak boleh lupa bahwa Ahok adalah Non Moslem yang bukan saja baik hubungannya demngan kaum Muslimin tetapi juga memberdayakan kaum Muslimin dan non Muslim saat berkuasa, membangun fasilitas-fasilitas Islam seperti Mesjid-mesjid. Justeru itu keliru 180 derajad para Alim Indonesia yang mengira Ahok masuk fenomena Almaidah 51 (Nasrani Harbi) tetapi Ahok termasuk dalam fenomena Al Maidah 82 (Nasrani Zimmi). Di ayat 82 tersebut Allah tidak mengatakan benarnya agama Nasrani/Kristen tetapi Allah hanya menginfokan kita kaum Muslimin bahwa mereka adalah kaum yang baik hubungannya dengan kita dan tidak menyombongkan diri. Mayoritas non Moslem Zimmi/Jimmi ada di Rusia, China dan benua Amerika Latin (baca negara-negara tersebut dianggap sebagai "halaman belakang" oleh AS namun mereka menjadikan diri mereka sendiri sebagai "halaman samping" bagi Republik Islam Iran, Rusia dan China).
Prediksi saya:

Kembali masalah Ahok. Kabarnya Ahok tamat membaca Qur-an saat dipenjara. Lalu apa hasilnya, kenapa dia tidak menemukan kebenaran hingga masuk Islam kalau memang sudah tamat membacanya? Apanya yang salah? Qur-an itu bukan hanya untuk dibaca doang tetapi sedikitpun tidak bermanfaat kalau tidak dipahami maksud Allah yang sebenarnya. Dari permulaannya Allah telah menginfokan kita bahwa Kitab Al Qur-an itu tidak ada keraguan sedikitpun padanya, adalah sebagai PETUNJUK bagi orang-orang yang taqwa (Hudallinnas). Kalau hanya sekedar membaca telusurilah surah Jum’at ayat 5 s/d ayat 8), dimana Allah menginfokan kita bahwa perumpamaan kaum Yahudi yang dipikulkan kitab Taurah tetapi mereka tidak memikulnya, adalah seperti Keledai yang membawa kitab kitab tebal di padang pasir. Kendatipun kitab-kitab tersebut berhimpitan dengan punggung keledai namun sang keledai tidak pernah mengerti apa yang terkandung dalam kitab-kitab tersebut. Dalam ayat tersebut Allah telah mengkeledaikan orang-orang Yahudi, sayangnya kini geleran kita dikeledaikan Yahudi. Artinya apa bedanya Yahudi yang diumpamakan Allah dalam surah Jum’at tersebut dengan kita kaum Muslimin, dimana kita memang semuanya punya kitab Qur-an masing-masing dirumah tetapi kita tidak "memikulnya" kecuali sekedar membaca-baca saja macam aplikasi Ahok di penjara, hingga mustahil dapat Hidayah Allah swt. Andaikata di rumah kita ada Qur-.an terjemahan, itupun tidak kita baca secara teliti kecuali sekedar baca saja. Logikanya bahwa Qur-an itu berbahasa Arab tetapi mengapa umumnya orang Arab keliru dalam beragama? Kenapa Kerajaan Arab as Saud kena "kutukan Allah" akibat melanggar surah Al Maidah ayat 51? Kenapa kita saat berbicara Arab as Saud tidak mampu memahami hanya gara-gara "Tanah Suci" itu dikuasai mereka yang beraliansi dengan Zionis tetapi menzalimi bangsa Palestina? Kenapa RII yang mati-matian membela Palestina, Al Qud dan Gaza tetapi kita mampu dikecoh oleh fitnah Arab as Saud?

Kesimpulannya kekeliruan para Alim palsulah, dimana-mana hampir diseluruh dunia makanya kita kaum Muslimin dan non Muslim gagal memahami Islam yang sebenarnya. Kita hanya mengaku Allah dan Rasulnya tetapi orang yang ditunjuk Allah dan RasulNya tidak kita ta’ati, tetapi malah kita benci. Sebaliknya kita bersatupadu dengan orang-orang yang beraliansi dalam surah al Maidah 51. Kita terlalu banyak ilmu tetapi sebenarnya kita adalah: "NOL NOL YANG MENGANGA":

https://achehkarbala.blogspot.com/2016/10/puisi-philosofis-4.
html?fbclid=IwAR2JOJ9-hp7UunTpT0kXw7RSqeVHuYbX6rArVH-uZfotCgWiOK3BbzNy854
https://achehkarbala.blogspot.com/2016/10/puisi-philosofis-4.
html?fbclid=IwAR2JOJ9-hp7UunTpT0kXw7RSqeVHuYbX6rArVH-uZfotCgWiOK3BbzNy854

Billahi fisabililhaq
hsndwsp
Di Ujung Dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar