HIKMAH DIBALIK GEMPA TEKTONIK DAN GELOMBANG TSUNAMI
26 DESEMBER 2004
hsndwsp
di
Ujung Dunia
VISDOM BAK GEMPA TEKTONIK OG WAVE TSUNAMI
26 DESEMBER 2004
hsndwsp
Rogalan - Norwegia
.
MENELUSURI HIKMAH DIBALIK GEMPA TEKTONIK
DAN GELOMBANG TSUNAMI
26 DESEMBER 2004
SØKER ETTER VISDOM BAK JORDSKJELV TEKTONIK
OG WAVE TSUNAMI
26 DESEMBER 2004
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Takziah untuk semua rakyat Acheh yang mengalami musibah gempa bumi dan tsunami,
semoga Allah membe rikan rahmat kesabaran atas segala ujian Nya. Sympati for
alle mennesker i Acheh de uheldige jordskjelv og tsunami, jeg håper at Gud gir
oss nåde tålmodighet over alle sine eksamener.
Setelah itu kita bangsa Acheh yang mengenal pemimpin kita sendiri sebagaimana
Firman Allah swt: "Atiullah wa atiurrasul, wa ulil amri mingkum",
harus mampu berfikir bahwa musibah yang datang dari Allah itu pasti ada
hikmahnya yang baik bagi bangsa Acheh khususnya dan bagi orang-orang yang mau
berfikir umumnya. Etter at vår nasjons ledere erkjenner at Acheh oss selv som
Guds Ord swt: "Atiullah wa atiurrasul, wa ulil Amri mingkum", bør
være i stand til å tenke at naturen kommer fra Gud er absolutt det hikmahnya
bra for nasjonen Acheh og spesielt for personer generell tenkning. Justru itu
tidaklah menjadi hal yang telak. Dermed ikke bli en telak. Yang menjadi
persoalan yang telak adalah "kedhaliman" yang dicetuskan Indonesia-Jawa
munafiq (penjajahan/penindasan) Som er problemet som er telak
"kedhaliman" som dicetuskan Indonesia-Java munafiq
(colonialism/undertrykk else)
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un". "Inna lillahi wa inna
ilaihi raji'un". Semua insan akan kembali kepada-Nya. Dimanapun
orang-orang yang mati dalam musibah seperti itu ada yang baik disisi Allah dan
ada juga yang tidak baik, yaitu orang-orang yang tidak mengenal pemimpin/imam
yang ditunjukkan Allah untuk diikuti/dita' ati, termasuk orang-orang yang
mencaci pemimpin tersebut, kendatipun mereka tidak tinggal shalat, ken datipun
mereka melakukan amar makruf nahi mungkar, kenapa begitu? Alle mennesker vil
vende tilbake til ham. Uansett hvor folk som dør slik som det er med Allah er
bedre og det er heller ikke bra, de som ikke vet leder / presten at Gud har
vist seg å være fulgt / Dita 'ATI, inkludert de som revile lederne, til tross
for deres ikke leve bønn, til tross for deres vennlighet til Amar nahi mai,
hvorfor gjøre det? Karena mereka itu tidak mengenal pemimpin/imam yang
"haq" diikuti/ditaati, dan "pemimpin/imam" itu paling
menentukan disisi Allah. Fordi de ikke gjenkjenner ledere / prester som
"Haq" fulgt / skal følges, og "leder / imamen" er de mest
utslagsgivende Gud.
Sepanjang sejarah dunia ini dapat kita lihat bahwa kapan saja bangkitnya suatu
bangsa, pasti muncul seorang pemimpin yang sangat menentukan dalam proses
"penyadaran" bangsa tersebut terlebih dahulu. Gjennom hele denne
verden ser vi at når bangkitnya en nasjon, må vise en leder som er i ferd med å
bestemme "penya daran" folket først. Andaikata pemimpin tidak muncul,
massa tetap menjadi korban statusquo. Hvis ledelsen ikke vises, massen forblir
offeret statusquo.
Pertama sekali Allah menjadikan Nabi Adam sebagai wakil Nya di bumi: "Waiz
qala rabbuka lilmalaikati inni ja'ilun fil ardhi khalifah..." Gud skapte
den første profeten Adam som sin representant på jorden, "Waiz qala
rabbuka lilmalaikati inni ja'ilun fil ardhi caliph ..." (QS Al Baqaraah,
2: 30). Setelah Habil di bunuh Qabil, dunia ini dipimpin oleh Qabil yang dhalim
sampai Allah membangkitkan pemimpin lain yang mengikuti garis kepemimpinan
Habil. (QS Al Baqaraah, 2: 30). Etter Habil drept i Qabil, verden er ledet av
Qabil som Gud reiste dhalim til andre ledere som følge ledelsen Habil.
Dalam kesempatan ini saya mengemukakan beberapa contoh saja, yaitu Ibrahim,
Musa, Harun, Isa bin Maryam, Muhammad, Ali bin Abi Thalib dan Hussein bin Ali.
I denne anledning jeg foreslå bare noen eksem pler på Abraham, Moses, Aron,
sønn av Maria, Jesus, Muhammad, Ali bin ABI Talib og Hussein bin Ali. Setelah
itu Allah membangkitkan pemimpin diamana-mana hampir di seluruh dunia. Da Gud
reist ledere diamana nesten overalt i verden.
Pemimpin yang diberikan wahyu memang mudah kita kenali, yang menjadi persoalan
dan perlu kita belajar untuk mengenalnya adalah pemimpin yang mengikuti garis
"kepemimpinan" rasul tersebut di jaman kita ini. Lederne i den
åpenbaring gitt oss lett å kjenne igjen, som er problemet, og vi må lære å vite
hvem lederen er "ledelse" i dagene av apostler oss dette. Diantara
pemimpin-pemimpin itu ada yang berhasil dunia dan akhirat dan banyak juga yang
hanya berhasil diakhirat saja, contohnya nabi Nuh. Blant de lederne som har
lyktes i verden og heretter, og også mange som bare klarte diakhirat, for eksempel
profeten Noah. Artinya Nabi Nuh tetap saja mendapat Syurga seperti Nabi
Muhammad saw, kendatipun misalnya tak seorangpun yang mematuhi apa yang keluar
dari mulut Nabi Nuh. Dette betyr at profeten Noah fortsatt bare få Heaven som
profeten Muhammad så, for eksempel, på tross av ingen som overholder det som er
ut av munnen på profeten Noah.
Begitu jugalah pada jaman sekarang ini, andaikata muncul seorang pemimpin yang
mendapat redha Allah, namun tak ada yang mentaatinya ataupun ada orang yang
mentaatinya akan tetapi lebih banyak orang yang beroposisi, sudah barang pasti
pemimpin tersebut tidak akan berhasil di dunia ini, namun beliau berhasil di
akhirat kelak. Så også i den aktuelle tiden, hvis en leder synes å ha redha
Gud, men ingenting mentaatinya eller har personen som mentaatinya men flere
personer som beroposisi, for å være sikker på at lederne ikke vil bli sendt i
denne verden, men han klarte å heretter snart. Hal seperti ini perlu kita
pikirkan dengan sungguh-sungguh agar tidak mengalami seperti kaum Nabi Nuh yang
tidak menaiki perahunya. Ting som dette må vi vurdere svært alvorlig for ikke å
oppleve som profeten Noah, som ikke klatre perahunya.
Andaikata Nabi Ibrahim tidak muncul, massa rakyat tidak akan terselamatkan dari
api neraka. Hvis profeten Abraham, ikke vises, massen av folket vil ikke
terselamatkan fra brannen. Andaikata Nabi Musa dan Harun tidak muncul, massa
akan mengalami nasib yang sama seperti pengikut Namrud, akan masuk neraka
bersama Firaun. Hvis profeten Moses og Aron ikke vises, massen vil oppleve
samme skjebne som pursuivant Namrud, vil gå til helvete med Farao.
Demikian jugalah andaikata Nabi Muhammad saw tidak muncul, bangsa Arab tetap
saja menjadi jahil sepereti Abu Sofyan, Abu Jahal dan Abu Lahab. Så også om
profeten Muhammad så vises ikke, de arabiske landene er fortsatt å være
uvitende sepereti Abu Sufyan, Abu Jahal og Abu Lahab. Dengan kata lain semua
mereka akan masuk neraka kecuali sedikit yang masih mengikuti agama Nabi
Ibrahim. Med andre ord vil de alle dra til helvete, unntatt de få som fortsatt
følge religionen av profeten Ibrahim.
Andaikata di Acheh tidak muncul pemimpin yang paling menentukan dalam proses
"penyadaran" , bangsa Acheh-Sumatra tetap saja bersekongkol dengan
penjajah Indonesia Jawa dan semua mereka akan masuk neraka bersama
dedengkot-dedengkot Indonesia - Jawa kecuali sedikit, mengapa ? Hvis Acheh ikke
vist at de fleste lederne i ferd med å bestemme "penyadaran, "
nasjon-Acheh Sumatra er fortsatt conspire med kolonister Indonesia Java og de
vil alle gå til helvete med dedengkot-dedengkot Indonesia - Java unntatt noen,
hvorfor? (pakai gaya Ustaz Ahmad Sudirman). (livsstil Ustaz Ahmad Sudirman).
Sebab pemimpin itu adalah "juru selamat". For lederen var "safe
tolk. Pemimpin itu bagaikan "Nakoda" dari suatu "Bahtera",
sementara penumpangnya adalah Ummah yang bersatu padu pada satu poros yang
"haq" (Imamah). Ledere som "Nakoda" fra en
"Bahtera", mens passasjerene er Ummah sammen på en akse av "Haq
(Imamah).
Nilai Imamah sama dengan nilai Ummah disisi Allah. Imamah samme verdi med
verdien Ummah med Allah. Justru itu Ummah tidak boleh sembarangan dalam
kritikannya terhadap Imamah. Dermed Ummah ikke bør uforsiktig i kritikannya mot
Imamah. Sebab yang namanya Imamah pasti lebih mengetahui daripada Ummah. For Imamah
sikkert vet mer enn Ummah.
Pada suatu hari Ibnu Abbas sedang berceramah sampai bintang-bintang mulai
menampakkan dirinya. På en dag Ibn Abbas berceramah er opp til stjernene
begynte å vise seg. Seorang badui berteriak: "Shalat, Ibnu Abbas tetap saja
meneruskan ceramahnya sementara badui tadi mengulangi teriakannya:
"shalat, sampai tiga kali. Ibnu Abbas menanggapi: "Kamukah yang
menganjarkan agama kepadaku atau aku ? Ibnu Abbas bukan Imam, dia hanyalah
Pendakwah. En Bedouin shouting: "Shalat, Ibn Abbas gjenstår det bare frem
ceramahnya Badui tidligere teriakannya gjentar:" bønn, til tre ganger. Ibn
Abbas svare: "dere som menganjarkan religion til meg eller jeg? Imam Ibn
Abbas ikke, han er bare Pendakwah. Ya Allah betapa lugunya sebahagian pembaca
tulisanku ini. O Allah lugunya hvordan denne delen av tulisanku. Mereka tak
mampu memahaminya. De kunne ikke forstå det.
Pembaca yang budiman ! Sapiential lesere!
Untuk lebih jelas marilah kita simak apa yang diFirmankan Allah mengenai
"juru selamat" yang saya paparkan diatas: "Hai orang-orang yang
beriman bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya. Dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam. Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah
akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah,
orang-orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menjelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk"(QS Ali Imran, 3:
102-103) ". For mer klart la oss se hva Gud diFirmankan på "trygg
tolk" Jeg paparkan ovenfor: "O de som tror på Allah bertaqwalah sann
gudsfrykt rett til ham. Og ikke du dø, men i en tilstand av Islam. Og til alle
dere berpeganglah religion of Allah, og ikke bli skilt berai og ni'mat Gud vil
huske deg når du først (perioden jahiliah) bermusuh-musuhan, så Gud forene
hjertet ditt, og du menjadilah fordi ni'mat Gud, mennesker brødrene. Og du er
på randen av Hell, og Gud menjelamatkan du fra ham. Således Allah maketh ren
hans åpenbaringer til dere, så dere kan bli guidet "(QS Ali Imran, 3:
102-103)".
Ketika itu kamu benar-benar berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Da har du virkelig er på randen av Hell
deretter Gud redde deg fra den.
Bagaimanakah Allah menyelamatkan bangsa Arab pada saat itu ? Hvordan er Gud
bevare den arabiske nasjon på den tiden? Dengan membangkitkan seorang
Pemimpin/imam diantara mereka. Med en oppvokst Leader / prester blant dem. Nabi
Muhammad saw lah yang berposisi sebagai juru selamat dalam kontek
ini."Hual lazi baatsa fil ummiyyi rasulam minhum yatlu alaihim ayatihi wa
yuzakkihim wa yuallimuhumul kitaba wal hikmah wa ingkanu ming qablu lafi
dhalalim mubin (QS Al Jumu'ah, 62: 2). Prophet Muhammad så som tolk berposisi
Kontek overlevd i dette. "Hual lazi baatsa fil ummiyyi rasulam minhum
yatlu alaihim ayatihi wa wa yuzakkihim visdom yuallimuhumul kitaba wal wa
ingkanu ming qablu lafi dhalalim Mubin (QS Al-Jumu'ah, 62: 2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar