Sungguh banyak sekali manfaatnya
mengkritisi video-video
mengkritisi video-video
Propessor Doctor KH Sayid Aqil Siradj, sama
halnya saat
halnya saat
kita
mengkritisi video-video Dr Zakir Naik
India dan
India dan
Filosof Dr Imran Husen,
muridnya
Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal
Pakistan.
hsndwsp
di
Ujung Dunia
hsndwsp
di
Ujung Dunia
Kita telah menyaksikan bahwa KH Said Aqil Siradj mampu
menjawab kritikan-kritikan para Kiyai Muda Jatim. Kita juga pernah mendengar
dan me nyaksi kan banyak tuduhan-tuduhan
negative kepada Kiyai Said Aqil Siradj, namun itu terbukti hanya sebatas
tuduhan saja. Kita juga berkesimpulan bahwa diantara Kiyai-kiyai NU di
Indonesia, Said Aqil Siradjlah yang terpandai dan memiliki banyak ilmu
pengetahuan. Saat menjawab berbagai tuduhanpun beliau mampu menjawab dengan
tenang dan santai, tidak emosi sebagai mana para alim lainnya yang terkesan
fanatikbuta.
Kita ini Syi’ah Imaiyah 12 atau Islam pengikut
Ahlulbayt yang harus meng hargai pribadi manapun yang berwawasan kemanusiaan
macam Said Aqil Siradj, namun kita juga haq meluruskannya manakala beliau
berbuat kekeliruan. Justeru itu alhamdulillah kita memahami bukan saja keliru
Kiyai-kiyai NU lainnya tetapi juga kelirunya Said Aqil Siradj sendiri saat
berbicara tentang Syi’ah Imamiyah 12, kecuali kita tidak biasa mengatakan
keliru Said Aqil Siradj, kalau memang beliau terpaksa bertaqiyah untuk terus
dapat membela keberadaan Syi’ah Imamiyah 12 di Indonesia dari sepakterjang kaum
fanatikbuta macam di Sampang, dalam kedudukannya sebagai Ketua PB NU.
Diantar kesalahan-kesalahannya Said Aqil Siradj di
video ini:
Beliau mengatakan bahwa Ahlulbayt sibuk dengan politik
hingga tidak punya kesempatan untuk mengembangkan bidang keilmuan. Katanya,
andaikata tidak sibuk dengan politik, kalah semua Imam Ahlussunnah, Imam
Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali termasuk juga Hasan Basri. Beliau tidak
sadar bahwa para Imam itu diangkat oleh Allah dan RasulNya, bagaimana mungkin
boleh kita sebut dengan kesibukan politik? Ini terindikasi beliau terpengaruh
dengan Abdullah bin Umar. Hal ini boleh kita lihat dalam video Riwayat Mokhtar
as Saqafi sa’at Mukhtar mengajak Abdullah untuk membela Imam Hussein. Abdullah
sangat keliru dalam beragama, sama macam Ayahnya sendiri. Sa’at Yazid bin
Muawiyah membunuh Imam Hussein di Karbala, Abdullah bin Umar keluar dari rumah dan
berseru kepada masya rakat agar berkumpul untuk membela Imam Hussein. Lalu
Yazid juga keluar memegang tangan Abdullah, memapahnya masuk kekamar
rumahnya. Sa’at Yazid mengeluarkan sebuah
kofor yang bersegel, sebuah Surat didalamnya yang ditandatangani oleh Abubakar,
Umar dan Usman cs, diperlihatkan kepadanya sambil berkata saya melakukannya
berdasarkan kesepakatan mereka ini. Lalu
Abdullah serta-merta diam seribu satubahasa, tidak lagi mengajak masyarakat
untuk menuntut bela Imam Hussein. Seper tinya Said Aqil Siradj kagum kepada
anak Umar yang keliru tersebut.
Selanjutnya mari kita analisa
perbandingan Imam 4 yang diangkat manusia dan juga diukagumi Said Aqil Siradj,
Abu Hanifah (Nu’man), Maliki, Syafi’I dan Hambali dengan 12 Imam Syi’ah yang
diangkat Allah dan Rasulnya. Dalam hal ini kita cukupkan saja dengan Imam ke VI
(Imam Ja’far asy Syadiq) untuk mewakili 11 Imam lainnya . Untuk memahami kedua
model Imam ini saya kira cukup dengan menganalisa dialog antara Imam Hanafi dan
Imam Ja’far asy Syadiq berikut ini:
PERBANDINGAN MAZHAB DALAM ISLAM
"Aku meminta izin untuk
berjumpa dengan Imam Ja'far ash Shadiq", begitu Abu Hanifah memulai
kisahnya. "tetapi dia tidak memperkenalkanku. Kebetulan datanglah rombongan orang Kofah meminta izin,
dan akupun masuk bersama mereka". Setelah aku berada disisinya, aku
berkata:
- Wahai putra Rasulullah,
alangkah baiknya jika Anda menyuruh orang pergi ke Kofah dan melarang
penduduknya mengecam sahabat Rasulullah saw. Aku lihat disana lebih dari 10.000
orang mengecam sahabat.
+ Mereka tidak akan menerima
laranganku.
- Siapa yang berani menolak Anda,
padahal Anda putra Rasulullah?
+ Anda orang pertama yang tidak
menerima perintahku. Anda masuk tanpa seizinku. Duduk tanpa perintahku.
Berbicara tidak sesuai dengan pendapat ku. Telah sampai padaku bahwa anda
menggunakan qiyas.
- Benar.
+ Celaka anda, hai Nu'man. Orang
yang pertama menggunakan qiyas ialah Iblis, ketika Allah menyuruhnya sujud
kepada Adam. Lalu dia menolak dan berkata: "Engkau ciptakan aku dari api
dan Engkau ciptakan ia dari tanah". Hai Nu'man mana yang lebih besar (dosanya), membunuh
atau berzina?
- Membunuh
+ Tetapi mengapa Allah menetapkan
dua orang saksi untuk pembunuhan dan empat orang untuk zina. Anda gunakan qiyas disini?
- Tidak
+ Mana yang lebih besar najisnya, kencing atau air
mani?
- Kencing
+ Mengapa, untuk kencing
diperintahkan wudhuk, tetapi untuk mani diperintahkan mandi. Anda juga gunakan
qiyas disini?
- Tidak
+ Mana lebih besar, Shalat atau
Shaum?
- Shalat
+ Kenapa wanita haid harus mengkadha shaumnya tetapi
tidak harus mengkadha shalatnya. Anda juga gunakan qiyas disini?
- Tidak
+ Mana yang lebih lemah, wanita atau pria
- Wanita
+ Mengapa Allah berikan warisan dua bagian bagi pria
dan satu bagian bagi wanita. Apakah anda juga pakai qias disini?
- Tidak
Dialog kita cukupkan sampai
disini saja. Menurut riwayat, Imam Abu Hanifah - mujtahid besar Ahlus Sunnah
ini - kemudian berguru kepada Imam Jakfar ash Shadiq, imam ke enam dalam mazhab
"Syiah Imamiah 12". Terkenal ucapan Abu Hanifah: "Laula sanatan,
lahalaka Nu'man" (bila tidak ada dua tahun bersama Ja'far, akan celakalah
Nu'man). Yang berguru kepada Imam Ja'far bukan saja Abu Hanifah/Nu’man, tetapi juga
Malik bin Anas, Yahya bin Sa'id, Sufyaniun, Ibnu Juraih, Syu'bah dan Ayyub as
Sajastani. Tentang gurunya Malik berkata: "Tidak ada yang dilihat mata,
yang didengar telinga, lebih utama dari Imam Ja'far ash Shadiq dalam hal
keutamaannya, ilmunya, ibadahnya dan wara'nya".
ISLAM AGAMA TAUHID
Kepada Malik berguru Imam Syafi'i, kepada Syafi'i
berguru Imam Hanbali. Secara singkat, mazhab-mazhab besar ini semuanya
bersumber kepada sumber yang sama. Namun kenapa terjadi perpecahan diantara
pengikut mereka? Mengapa pengikut Syafi'i menentang pengikut Abu
Hanifah? Mengapa pengikut Hanbali mengecam pengikut Syafi'i? Mengapa ahlus
Sunnah mengkafirkan Syi'ah? Bukankah itu bermakna pengikut dari mazhab empat
mengkafirkan gurunya? Bagaimana mungkin itu boleh terjadi? Apanya yang salah?
Renungkanlah saudaraku (Angku di Awe Geutah, Tampokdjok, Acheh - Sumatra)
Sumber:
1. Abdul Halim Jundi, Al Imam Ja'far ash Shadiq. Kiro:
Majlisul 'ala (tanpa tahun)
2. Lihat komentar Ibnu Hajar tentang Ja'far dalam As
Sawaiq al Muhriqah, Kairo: Maktabah al Qahirah, 1385
Ternyata ke 4 Imam Sunni mengaku keunggulan ilmu Imam
Syi’ah. Mengapa juga Said Aqil Siradj tidak mengakuinya?. Bahkan
beliau mengatakan Para Ahlulbayt tidak ada ilmu dengan alasan terlalu sibuk
dengan politik. Sadarlah hai Said Aqil Siradj bahwa anda belum memahami hakikat
keberadaan para Imam Ahlulbayt. Anda memang hafal nama-nama mereka tetapi anda
belum memahami mereka. Seperti kebanyakan orang mengenal, bahwa Fatmah adalah
anak Rasulullah namun mereka belum memahami Fatimah. Untuk memahami Fatimah
anak Rasulullah kita harus memahami ideology Fatimah yang sama dengan ideologi
Ayahnya, Imam Ali dan 11 Imam lainnya. Untuk memahami Fatimah az Zahara lebih
mantap, silakan tela’ah buku “Fatimah is Fatimah”, karya Syahid DR Ali
Syari’ati.
Kata Said Aqil Siradj bahwa Ilmu
diambil ofer oleh mawali (budak) tetapi Ilmu yang bagaimana, ilmu yang
berdasarkan pemikiran mereka yang keliru, bukan? Ilmu yang benar diturunkan
Allah swt kepada Para RasulNya bersama Hikmahnya (Qur-an surah Jum’at ayat 2).
Lalu ilmu dan hikmah tersebut diwariskan kepada para Imam/Ahlulkbayt Rasulullah
sendiri untuk ditransfer kepada Mu’min sejati, bukan sembarangan Muslim. Kata
Rasulullah: “Aku ini gudang Ilmu dan ‘Ali adalah pintu
gerbangnya”. Secara ideologi ilmu yang benar mustilah diambil
via pintunya yang ditunjuk Rasulullah. Dipintu Ilmu tertulis secara Ideologis: “Dilarang masuk kecuali orang yang suci”
Adapun ilmu Umar, Abubakar dan Usman cs dapat dipastikan seolah-olah benar
tetapi keliru, demikian juga ilmu Abdullah bin Umar dan para Mawali/para Budak
yang tidak mengikuti Imam Ali sebagai perpanjangan keimamahan Rasulullah agar
paska kewafatan Rasulullah, ummah tidak sesat selama-lamanya (baca Hadist
Tsaqalain murni) sebagai filter hingga Hadist palsu bisa terfilter dengan
Hadist murni tersebut: “Kutinggalkan
kepada kalian dua hal besar, Qur-an dan Ittrahku. Kalau kalian berpegang teguh
kepada keduanya, kalian tidak akan sesat selama-lamanya sampai menemuiku di
pancutan Kautsar”
Andaikata kita memahami istilah “Islam Kaffah”, kita juga memahami kelirunya
Said Aqil Siradj. Islam tanpa politik,
bukan Islam Kaffah. Tinggal lagi kita juga harus memahami Politik Islam Murni
dimana dulu disebut “Siasah Fatanah”.
Kalau kita hanya terbatas melihat politik di Indonesia, pastilah keliru saat
kita berbicara Politik.
Komunitas Islam Kaffah pertama pastilah diaplikasikan Rasulullah sendiri.
Lalu Islam Kaffah tersebut diwariskan kepada Imam Ali melalui beberapa
peristiwa, diantaranya saat perintah Allah untuk menyampaikan dakwah pertama
sekali, tidak ada seorangpun yang “menjawab
bersedia” untuk membela perjuangan Rasulullah kecuali Imam Ali.
Kedua, saat Rasulullah Hijrah ke Madinah untuk mendirikan System Islam Kaffah, Imam Ali lah yang disuruh tidur menggantikan beliau di Katilnya.
Ketiga, Ketika Allah menyuruh semua pintu rumah yang menuju Ka’bah ditutup, kecuali pintu rumah Rasulullah saww dan Imam Ali yang boleh tetap terbuka.
Keempat, saat Allah menyuruh Rasulullah saww bermubahalah dengan Nasrani Najran, Imam Alilah yang dibawa Rasulullah saww bersama Fatimah, Imam Hassan dan Imam Hussein.
Kelima Saat Rasulullah mengontrol suatu daerah Imam Alilah sebagai gantinya di Madinah bagaikan Nabi Harun wakil Nabi Musa untuk membimbing Ummatnya saat Nabi Musa pergi.
Keenam, Sa’at Abubakar hendak membawa Ayat Qur-an kepada suatu Kaum, Allah menegur Rasulullah, mengatakan hanya Imam Alilah yang berhak membawa ayat-ayat tersebut hingga Rasulullah mengambil dari Tangan Abubakar dan diberikan kepada Imam Ali.
Ketujuh saat Rasulullah menyelesaikan Haji Wada’/haji terakhir Malaiikat datang membawa pesan Allah swt bahwa Rasulullah harus mengumumkan penggantinya secara terang. Kalau tidak, kata Allah sama dengan Rasulullah belum menyam paikan Risalahnya. Secara singkat saja, di Ghadirkhum Rasulullah saww mengumumkan pengangkatan Imam Ali sebagai penggantinya.
Kedua, saat Rasulullah Hijrah ke Madinah untuk mendirikan System Islam Kaffah, Imam Ali lah yang disuruh tidur menggantikan beliau di Katilnya.
Ketiga, Ketika Allah menyuruh semua pintu rumah yang menuju Ka’bah ditutup, kecuali pintu rumah Rasulullah saww dan Imam Ali yang boleh tetap terbuka.
Keempat, saat Allah menyuruh Rasulullah saww bermubahalah dengan Nasrani Najran, Imam Alilah yang dibawa Rasulullah saww bersama Fatimah, Imam Hassan dan Imam Hussein.
Kelima Saat Rasulullah mengontrol suatu daerah Imam Alilah sebagai gantinya di Madinah bagaikan Nabi Harun wakil Nabi Musa untuk membimbing Ummatnya saat Nabi Musa pergi.
Keenam, Sa’at Abubakar hendak membawa Ayat Qur-an kepada suatu Kaum, Allah menegur Rasulullah, mengatakan hanya Imam Alilah yang berhak membawa ayat-ayat tersebut hingga Rasulullah mengambil dari Tangan Abubakar dan diberikan kepada Imam Ali.
Ketujuh saat Rasulullah menyelesaikan Haji Wada’/haji terakhir Malaiikat datang membawa pesan Allah swt bahwa Rasulullah harus mengumumkan penggantinya secara terang. Kalau tidak, kata Allah sama dengan Rasulullah belum menyam paikan Risalahnya. Secara singkat saja, di Ghadirkhum Rasulullah saww mengumumkan pengangkatan Imam Ali sebagai penggantinya.
Sayangnya keinginan Rasulullah
saww dihambat oleh Abubakar, Umar dan Usman cs dengan membuat rapat gelap
dibelakang Ka’bah. Padahal saat semua orang menjabat tangan Imam Ali sebagai
bai’at kepemimpinan kaum Muslimin dan Muslimat, Umar tidak hanya menjabat
tangan Imam Ali tapi juga berkata: “Tahniah
ya Abbal Hasan, anda sudah menjadi pemimpin kaum Muslimin dan Muslimat”.
Ironisnya Umar juga yang mem buat rapat gelap dibelakang Ka’bah bersama Abubakar
dan Usman cs untuk menying kirkan Imam Ali dari pengganti Rasulullah. Umar
jugalah yang menghambat Rasulullah saww menulis wasiat saat beliau sakit di
katilnya. Saat Rasulullah memerintahkan Abu bakar dan Umar untuk meninggalkan
Madinah, berperang dibawah kepemimpinan Usamah bin Ziad, mereka berdua tidak
patuh perintah Rasul, malah Umar mengatakan: “Bagai mana Rasulullah mengangkat anakmuda yang jenggot saja belum
tumbuh, sebagai koman dan perang?”. Rasulullah sengaja mengangkat yang lebih
muda dari mereka berdua, se bab Umar dan Abubakar menolak kepe mimpinan Imam Ali
dengan alasan beliau terlalu muda. Seolah-olah mereka berdua lebih tau dari Rasulullah,
alih-alih bersikap sami’na wa ata’na sebagaimana layaknya bagi mu’min benaran.
Terindikasi bagi kaum yang mau ber afala ta’qilun dan afala yatazakkarun bahwa
Mereka berdua tidak percaya apapun yang dilakukan Rasulullah pasti berasal dari
Allah sendiri, (Qur-an).
Andaikata pengangkatan Imam Ali
sebagai Khalifah Rasulullah saww tidak dihalangi oleh Abubakar, Umar dan Usman
cs yang dianggap kebanyakan orang sebagai Khalifatur Ra syidin, Muawiyah tidak
punya kesempatan untuk memerangi Imam Ali secara licik bersama politikus jahat,
yakni Amru bin ‘Ask. Imam Ali taupasti kelicikan Amru dan sang gup mengatasinya
tetapi pengikut Imam Ali yang mudah tertipu, hingga akhirnya Imam Ali dibunuh
Abdur Rahman bin Muljam di mesjid Kofah, sa’at shalat Subuh.
Andaikata Abubakar, Umar dan
Usman cs tidak menghalangi Rasulullah, Imam Mahdi al Muntazhar tidak perlu
ghaib sampai sekarang ini. Andaikata Imam Mahdi tidak dighaib kan Allah, sudah
dibunuh atau diracun oleh Bani Umaiyyah atau bani Abbaisiyah sebagai mana terjadi
terhadap 11 Imam sebelumnya. Allah menyelamatkan Imam Mahdi dengan Ghaib Kubra
sebagaimana menyelamatkan Nabi ‘Isa bin Maryam dengan ghaib kubra juga. Semoga
Allah segera menampilkan mereka berdua agar dunia tidak lagi dipenuhi
kepalsuan, penipuan, kekerasan, kezaliman dan ketidakadilan sebaliknya melalui
mereka berdua dunia penuh keadilan, kebenaran dan kenyamanan. Sa’at itu kaum
fanatik buta baru tau mereka keliru dalam beragama, menganggap pengikut
Ahlulbayt sesat, alih-alih bertabayyun agar mendapat hidayah Allah swt.
'
'
Dalam sebuah hadist berbunyi: “Rasulullah adalah al Qur-an berjalan”. Ini ma’nanya Rasulullah
saww tau persis seluruh isi Qur-an. Rasulullah saww adalah pendamping Qur’an. Qur-an
itu terdiri dari ayat muhkamat/qat’I, ayat mutasyabihat, ayat Mansukh-mansikh
dan sebagainya, tetapi tidak semua ayat Qur-an mampu dipahami oleh ahli tafsir
yang tidak mengikuti para Imam. Sebab yang memahami persis seluruh al Qur-an
setelah Nabi adalah para Imam 12. Merekalah sebagai Hujjatullah di kolong
langit, merekalah sebagai pendamping Qur-an sebagaimana dinyatakan Rasulullah
dalam Hadist Tsaqalain murni: “Kutinggalkan
kepada kalian dua hal besar, Qur-an dan Ittrahku. Kalau Kalian berpegang teguh
kepada keduanya, tidak akan sesat selama-lamanya sampai mene muiku di pancutan
Kautsar”. Ittrah
Nabi adalah para Imam plus Fatimah az Zahara. Mereka itu seperti Perahu Nabi
Nuh, siapa yang naik selamat dan yang tidak naik celaka macam salah seorang
anak Nabi Nuh sendiri.
Dari itu jangan heran kalau kebanyakan kaum muslimin
percaya bahwa barangsiapa mati tanpa mengenal Imam sama dengan mati Jahiliah.
Sayangnya sa’at kita tanyakan mana Imamnya, mereka menunjukkan Imam 4 (yang
diangkat manusia bukan yang diangkat Allah dan RasulNya). Imam 4 itu, imam Fiq
sedangkan Imam 12 dari Allah dan Rasulnya Imam Kaffah, memahami semua aspek
agama dan mampu mendirikan system Allah/system Islam/Negara Islam macam
Rasulullah saww sendiri. Sayangnya semua mereka dibunuh dan ada juga yang
diracun, makanya System Allah tidak sempat mereka dirikan kecuali Imam Ali dan Imam terakhir
nanti bersama Nabi Isa al Masih. Mereka adalah perpanjangan keimamahan
Rasulullah sendiri agar paska kewafatan Rasulullah, ummah tidak akan sesat
selama-lamanya, bukan sekedar tau ilmu Fiq saja.
Ilmu para Imam Ahlulbayt tidak berbeda sedikitpun
diantara ke 12 mereka, merekapun tidak belajar pada siapa-siapa kecuali hanya
pada ayah-ayah mereka sendiri. Sedangkan ilmu fiq para Imam 4, berbeda satu
sama lainnya, sungguhpun mereka semua pernah belajar pada Imam Ja’far asy
Syadiq sebagaimana dalam dialog tersebut diatas namun dalam aplikasinya mereka
menggunakan pikiran sendiri yang penuh kontraversi sesama mereka.
Sepertinya Said Aqil Siradj menganggap para Ulama
lebih tinggi ilmunya dari para Imam, apalagi Ulama yang beliau maksudkan tidak
mengikuti para Imam 12. Hal ini terin dikasi sa’at beliau mengatakan bahwa para
Ahlulbayt /para Imam sibuk dengan politik hingga ilmu diambil ofer oleh para
Ulama. Sayang sekali dalam hal tersebut beliau keliru 180 derajat, mudah-mudahan
beliau melihat tanggapan kita ini agar beliau dapat memperbaiki pemahaman
Islamnya. Ulama warasatul Ambya adalah ulama yang mengikuti para Imam. Ulama
yang tidak mengikuti para Imam 12 adalah Bal’am, bukan ulama benaran. Justeru
itulah Islam yang rahmatan lil’alamin tidak akan exist kalau posisi Ulama
benaran didominasi oleh para Bal’m. Ulama warasatul Ambya mendapat transfer Ilmu dan Hikmah dari Rasulullah saww.
Para Ulama yang tidak mendapat transfer Ilmu dan Hikmah dari para Imam tidak
mampu memahami ayat-ayat Muta syabihat. Mereka tidak memahami kenapa Allah
menggunakan kata “bihablillah”, bukan kata bidinillah dalam ayat persatuan.
Mereka tidak tau kata “wa ulil amri mingkum” sa’at Allah menga takan: ”Ati’ullah
wa ati’urrasul wa ulil amri mingkum”. Mereka tidak tau saat Allah menyu ruh
Rasulullah bermubahalah dengan Nasrani Najran, kenapa Rasulullah hanya membawa,
Imam Ali, Fatimatuz Zahra, Imam Hasan dan Imam Hussein saja, hingga Nasrani
Najran memohon kepada Rasulullah saww untuk membatalkan mubahalah agar laknatullah
tidak menimpa mereka semuanya.
Mereka tidak tau kalau semua amalan akan sirna kalau
amalan melepaskan kaum mus tadhafin dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk
mereka (QS,7:157 & QS, 90:12-18), mereka abaikan, malah mereka menjauhkan
kaum mustadhafin dari pembendaharaan dunia dan mereka asik dengan Ibadah
ritual. Mereka tidak sadar bahwa Islam itu agama 2 dimensi, hablum minallah wa
hablum minannas, Vertlcal dan horizontal, namun Allah Tuhannya kaum mustadhafin
tidak menerima hablum minallah mereka tanpa diiringi dengan hablum minannas.
Terakhir sekali mari kita analisa sa’at para Kiyai itu mempersoalkan tentang Muhammad bin Abibakar. Kita sudah seringkali
mendengar perdebatan mereka tentang pembunuhan Usman bin Affan, namun entah
kenapa baru kali ini kita mendapat kesempatan untuk meluruskannya. Muhammad bin
Abubakar memang secara darah anak Abubakar namun secara ideoloigy beliau anak buah
Ali bin Abi Thalib. Saat Usman mengangkat semua pe jabat negara dari
keluarganya belaka, Imam Ali menasehati agar tidak melakukan politik nepotisme.
Namun realitanya hanya saat Imam Ali menasehati Usman agar tidak me ngangkat
gubernur Mesir dari kalangan keluarganya, sepertinya Usman menerima dan
bertanya siapa yang harus saya angkat. Prediksi Usman, Imam Ali akan mengangkat
anaknya tetapi Imamlah namanya yang tau persis bagaimana yang seharusnya. Imam
Ali menunjukkan kepada Usman agar mengangkat Muhammad bin Abubakar.
Saat rombongan Muhammad bin
Abubakar berangkat ke Mesir, mereka berhasil menang kap salah seorang pembawa
berita ke Gubernur mesir dan mengaku sebagai utusan Usman. Mereka menyita
sepucuk surat yang isinya, perintah Usman kepada gubernur lama untuk memenggal
semua rom bongan Muhammad bin Abibakar. Justeru itu iring-iringan tersebut
berpatahbalik ke Madinah untuk menemui Usman tetapi Usman tidak mengaku bahwa
surat tersebuat buatannya. Marwan bin Hakam adalah menantu Usman. Dialah yang
membuat surat tersebut. Muhammad meminta Usman agar menghukumnya dengan hukuman
yang setimpal perbuatannya, nyaris membunuh seluruh rombongan Mu hammad.
Ironisnya Usman masih berkilah: “Memang Marwan telah melakukan kesalahan tetapi
tidak perlu melakukan hukuman seberat itu”.
Untuk menyingkatkan kisah ini, Muhammad bin Abu bakar beserta
Rombongannya tidak beranjak dari rumah Usman, mereka mulai mengepungnya, hingga
kaum fanatikbuta di zaman sekarang menganggap Muhammad sebagai pemberontak.
Namun kita yang tidak fanatikbuta sadar bahwa memberontak terhadap kezaliman
yang hampir membunuh seluruh kaum muslimin, iri ngan Muhammad adalah haq disisi
Allah.
Ada beberapa hal yang perlu kita
luruskan disini.
Pertama, Para fanatikbuta ngotot
bahwa yang membunuh Usman bukan Muhammad. Kemungkinan besar mereka berpendapat
demikian, anggapan mereka Usman itu Khali faur Rasyidin yang benar
sepakterjangnya walaupun Usmanlah yang mengaplikasikan nepotisme dalam sejarah
Islam. Ketika Usman kehabisan air, berteriak dari anjung rumahnya: Adakah ‘Ali
diantara kalian, tolong sampaikan bahwa kami kehabisan air. Wa laupun mereka “pemberontak”
enggan memenuhi permintaan Usman, akhirnya diketahui juga oleh Imam Ali, lalu
beliau memerintahkan Imam Hasan dan Imam Hussein untuk membawa 2 kantong air.
Lalu pemberontak memanah mereka berdua hingga jari-jari Imam Hussein terluka.
Muhammad berkata: “Kalau sempat korban salah satu saja, usaha kita akan gagal”.
Lalu Muhammad memerintahkan 2 orang pendampingnya untuk mene robos kamar Usman.
Saat Muhammad memegang jenggot Usman, beliau luluh, sebab Usman mengingatkannya
akan ayah Muhammad, Abubakar. Lalu 2 orang sahabatnya menendang Qur-an dari
tangan Usman. Sa’at mereka membu nuhnya dihambat oleh Isteri Usman hingga
tangan isteripun ikut terpotong, tangan tersebut dimanfaatkan Muawiyah bin Abi
Sofyan dan Amru bin Ask untuk menipu pengikutnya bahwa Imam Ali terlibat dalam
pembunuhan Usman. Kalau anda menyaksikan sepakterjang politikus ja had yang
masih mengaku dirinya beragama Islam di zaman kita ini, itulah prototypenya.
Kini kita tanya balik, siapakah
pembunuh Usman? Apakah bukan Muhammad
bin Abuba kar? Betapa lugunya orang yang mengatakan, bukan Muhammad bin
Abubakar. Logikanya, pimpinan pemberontakan tersebut adalah Muhammad bin
Abubakar dan beliau tidak bersalah dalam hukum Islam murni. Fenomena ini
teringat kita bahwa kaum fanatik buta juga berkilah bahwa yang membunuh Imam
Hussein di Karbala bukan Yazid. Logika absurd ini tidak usah sekolah kepeguruan
tinggi untuk memahaminya, pakek bahasa Filosof Imran Husen. Logiskah kalau anda
katakan bangunan di West Papua yang merebak selama ini bukan kerjanya Presiden
Jokowi tapi tukang bangunan?. Kalau tidak ada perintah dari Jokowi, maukah
tukang bangunan membangunnya?. Kita Muslim benaran jangan sampai dibohongi
pakek istilah khalifatur rasyidin, Yang rasyidin bena ran disitu hanya Imam Ali,
pintu ilmunya Rasulullah. Sebaliknya kita harus kritis terhadap fenomena apapun
yang melintas di depan kita. Itu adalah perintah Allah yang sangat penting agar
kita menemui kebenaran sejati.
Kalau ada yang tidak sependapat,
mohon tidak ditanggapi secara emosi. Tanyakan balik agar kita jelaskan
seperlunya. Literatur tersebut terdiri dari beberapa sumbernya yang saya
pelajari sejak tahun 1965, hingga tidak ingat lagi secara mendetil nama sumbernja,
diantaranya silakan baca buku “Sejarah Ahlulbayt” (karangan HMH al Hamid al
Husaini), seorang yang bermazhab Sunni, kala itu.
Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
hsndwsp
di Ujung Dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar