Selasa, 09 Januari 2018

ANTARA IMAM FIQ DAN IMAM DARI PERPANJANGAN KEIMAMAHAN RASULULLAH SAWW




REFLEKSI HSNDWSP:

Dialog Terbuka FKM Jatim vs KH. Said Aqil Siradj- 

Full good willing



Sungguh banyak sekali manfaatnya

 mengkritisi video-video

 Propessor Doctor KH Sayid Aqil Siradj, sama

 halnya saat

 kita mengkritisi video-video Dr Zakir Naik

 India dan

 Filosof Dr Imran Husen, muridnya

 Muhammad Iqbal 

Pakistan.

hsndwsp
di
Ujung Dunia



Kita telah menyaksikan bahwa KH Said Aqil Siradj mampu menjawab kritikan-kritikan para Kiyai Muda Jatim. Kita juga pernah mendengar dan  me nyaksi kan banyak tuduhan-tuduhan negative kepada Kiyai Said Aqil Siradj, namun itu terbukti hanya sebatas tuduhan saja. Kita juga berkesimpulan bahwa diantara Kiyai-kiyai NU di Indonesia, Said Aqil Siradjlah yang terpandai dan memiliki banyak ilmu pengetahuan. Saat menjawab berbagai tuduhanpun beliau mampu menjawab dengan tenang dan santai, tidak emosi sebagai mana para alim lainnya yang terkesan fanatikbuta.

Kita ini Syi’ah Imaiyah 12 atau Islam pengikut Ahlulbayt yang harus meng hargai pribadi manapun yang berwawasan kemanusiaan macam Said Aqil Siradj, namun kita juga haq meluruskannya manakala beliau berbuat kekeliruan. Justeru itu alhamdulillah kita memahami bukan saja keliru Kiyai-kiyai NU lainnya tetapi juga kelirunya Said Aqil Siradj sendiri saat berbicara tentang Syi’ah Imamiyah 12, kecuali kita tidak biasa mengatakan keliru Said Aqil Siradj, kalau memang beliau terpaksa bertaqiyah untuk terus dapat membela keberadaan Syi’ah Imamiyah 12 di Indonesia dari sepakterjang kaum fanatikbuta macam di Sampang, dalam kedudukannya sebagai Ketua PB NU.

Diantar kesalahan-kesalahannya Said Aqil Siradj di video ini:
Beliau mengatakan bahwa Ahlulbayt sibuk dengan politik hingga tidak punya kesempatan untuk mengembangkan bidang keilmuan. Katanya, andaikata tidak sibuk dengan politik, kalah semua Imam Ahlussunnah, Imam Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali termasuk juga Hasan Basri. Beliau tidak sadar bahwa para Imam itu diangkat oleh Allah dan RasulNya, bagaimana mungkin boleh kita sebut dengan kesibukan politik? Ini terindikasi beliau terpengaruh dengan Abdullah bin Umar. Hal ini boleh kita lihat dalam video Riwayat Mokhtar as Saqafi sa’at Mukhtar mengajak Abdullah untuk membela Imam Hussein. Abdullah sangat keliru dalam beragama, sama macam Ayahnya sendiri. Sa’at Yazid bin Muawiyah membunuh Imam Hussein di Karbala, Abdullah bin Umar keluar dari rumah dan berseru kepada masya rakat agar berkumpul untuk membela Imam Hussein. Lalu Yazid juga keluar memegang tangan Abdullah, memapahnya masuk kekamar rumahnya.  Sa’at Yazid mengeluarkan sebuah kofor yang bersegel, sebuah Surat didalamnya yang ditandatangani oleh Abubakar, Umar dan Usman cs, diperlihatkan kepadanya sambil berkata saya melakukannya berdasarkan kesepakatan mereka ini.  Lalu Abdullah serta-merta diam seribu satubahasa, tidak lagi mengajak masyarakat untuk menuntut bela Imam Hussein. Seper tinya Said Aqil Siradj kagum kepada anak Umar yang keliru tersebut.

Selanjutnya mari kita analisa perbandingan Imam 4 yang diangkat manusia dan juga diukagumi Said Aqil Siradj, Abu Hanifah (Nu’man), Maliki, Syafi’I dan Hambali dengan 12 Imam Syi’ah yang diangkat Allah dan Rasulnya. Dalam hal ini kita cukupkan saja dengan Imam ke VI (Imam Ja’far asy Syadiq) untuk mewakili 11 Imam lainnya . Untuk memahami kedua model Imam ini saya kira cukup dengan menganalisa dialog antara Imam Hanafi dan Imam Ja’far asy Syadiq berikut ini:

PERBANDINGAN MAZHAB DALAM ISLAM
"Aku meminta izin untuk berjumpa dengan Imam Ja'far ash Shadiq", begitu Abu Hanifah memulai kisahnya. "tetapi dia tidak memperkenalkanku. Kebetulan  datanglah rombongan orang Kofah meminta izin, dan akupun masuk bersama mereka". Setelah aku berada disisinya, aku berkata:

- Wahai putra Rasulullah, alangkah baiknya jika Anda menyuruh orang pergi ke Kofah dan melarang penduduknya mengecam sahabat Rasulullah saw. Aku lihat disana lebih dari 10.000 orang mengecam sahabat.

+ Mereka tidak akan menerima laranganku.
- Siapa yang berani menolak Anda, padahal Anda putra Rasulullah?
+ Anda orang pertama yang tidak menerima perintahku. Anda masuk tanpa seizinku. Duduk tanpa perintahku. Berbicara tidak sesuai dengan pendapat ku. Telah sampai padaku bahwa anda menggunakan qiyas.
- Benar.

+ Celaka anda, hai Nu'man. Orang yang pertama menggunakan qiyas ialah Iblis, ketika Allah menyuruhnya sujud kepada Adam. Lalu dia menolak dan berkata: "Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan ia dari tanah". Hai Nu'man mana yang lebih besar (dosanya), membunuh atau berzina?
- Membunuh
+ Tetapi mengapa Allah menetapkan dua orang saksi untuk pembunuhan dan empat orang untuk zina. Anda gunakan qiyas disini?
- Tidak

+ Mana yang lebih besar najisnya, kencing atau air mani?
- Kencing
+ Mengapa, untuk kencing diperintahkan wudhuk, tetapi untuk mani diperintahkan mandi. Anda juga gunakan qiyas disini?
- Tidak

+ Mana lebih besar, Shalat atau Shaum?
- Shalat
+ Kenapa wanita haid harus mengkadha shaumnya tetapi tidak harus mengkadha shalatnya. Anda juga gunakan qiyas disini?
- Tidak
+ Mana yang lebih lemah, wanita atau pria
- Wanita
+ Mengapa Allah berikan warisan dua bagian bagi pria dan satu bagian bagi wanita. Apakah anda juga pakai qias disini?
- Tidak

Dialog kita cukupkan sampai disini saja. Menurut riwayat, Imam Abu Hanifah - mujtahid besar Ahlus Sunnah ini - kemudian berguru kepada Imam Jakfar ash Shadiq, imam ke enam dalam mazhab "Syiah Imamiah 12". Terkenal ucapan Abu Hanifah: "Laula sanatan, lahalaka Nu'man" (bila tidak ada dua tahun bersama Ja'far, akan celakalah Nu'man). Yang berguru kepada Imam Ja'far bukan saja Abu Hanifah/Nu’man, tetapi juga Malik bin Anas, Yahya bin Sa'id, Sufyaniun, Ibnu Juraih, Syu'bah dan Ayyub as Sajastani. Tentang gurunya Malik berkata: "Tidak ada yang dilihat mata, yang didengar telinga, lebih utama dari Imam Ja'far ash Shadiq dalam hal keutamaannya, ilmunya, ibadahnya dan wara'nya".

ISLAM AGAMA TAUHID
Kepada Malik berguru Imam Syafi'i, kepada Syafi'i berguru Imam Hanbali. Secara singkat, mazhab-mazhab besar ini semuanya bersumber kepada sumber yang sama. Namun kenapa terjadi perpecahan diantara pengikut mereka? Mengapa pengikut Syafi'i menentang pengikut Abu Hanifah? Mengapa pengikut Hanbali mengecam pengikut Syafi'i? Mengapa ahlus Sunnah mengkafirkan Syi'ah? Bukankah itu bermakna pengikut dari mazhab empat mengkafirkan gurunya? Bagaimana mungkin itu boleh terjadi? Apanya yang salah? Renungkanlah saudaraku (Angku di Awe Geutah, Tampokdjok, Acheh - Sumatra)

Sumber:
1. Abdul Halim Jundi, Al Imam Ja'far ash Shadiq. Kiro: Majlisul 'ala (tanpa tahun)
2. Lihat komentar Ibnu Hajar tentang Ja'far dalam As Sawaiq al Muhriqah, Kairo: Maktabah al Qahirah, 1385

Ternyata ke 4 Imam Sunni mengaku keunggulan ilmu Imam Syi’ah. Mengapa juga Said Aqil Siradj tidak mengakuinya?. Bahkan beliau mengatakan Para Ahlulbayt tidak ada ilmu dengan alasan terlalu sibuk dengan politik. Sadarlah hai Said Aqil Siradj bahwa anda belum memahami hakikat keberadaan para Imam Ahlulbayt. Anda memang hafal nama-nama mereka tetapi anda belum memahami mereka. Seperti kebanyakan orang mengenal, bahwa Fatmah adalah anak Rasulullah namun mereka belum memahami Fatimah. Untuk memahami Fatimah anak Rasulullah kita harus memahami ideology Fatimah yang sama dengan ideologi Ayahnya, Imam Ali dan 11 Imam lainnya. Untuk memahami Fatimah az Zahara lebih mantap, silakan tela’ah buku “Fatimah is Fatimah”, karya Syahid DR Ali Syari’ati.

Kata Said Aqil Siradj bahwa Ilmu diambil ofer oleh mawali (budak) tetapi Ilmu yang bagaimana, ilmu yang berdasarkan pemikiran mereka yang keliru, bukan? Ilmu yang benar diturunkan Allah swt kepada Para RasulNya bersama Hikmahnya (Qur-an surah Jum’at ayat 2). Lalu ilmu dan hikmah tersebut diwariskan kepada para Imam/Ahlulkbayt Rasulullah sendiri untuk ditransfer kepada Mu’min sejati, bukan sembarangan Muslim. Kata Rasulullah: “Aku ini gudang Ilmu dan ‘Ali adalah pintu gerbangnya”. Secara ideologi ilmu yang benar mustilah diambil via pintunya yang ditunjuk Rasulullah. Dipintu Ilmu tertulis secara Ideologis: “Dilarang masuk kecuali orang yang suci” Adapun ilmu Umar, Abubakar dan Usman cs dapat dipastikan seolah-olah benar tetapi keliru, demikian juga ilmu Abdullah bin Umar dan para Mawali/para Budak yang tidak mengikuti Imam Ali sebagai perpanjangan keimamahan Rasulullah agar paska kewafatan Rasulullah, ummah tidak sesat selama-lamanya (baca Hadist Tsaqalain murni) sebagai filter hingga Hadist palsu bisa terfilter dengan Hadist murni tersebut: “Kutinggalkan kepada kalian dua hal besar, Qur-an dan Ittrahku. Kalau kalian berpegang teguh kepada keduanya, kalian tidak akan sesat selama-lamanya sampai menemuiku di pancutan Kautsar”

Andaikata kita memahami istilah “Islam Kaffah”, kita juga memahami kelirunya Said Aqil Siradj.  Islam tanpa politik, bukan Islam Kaffah. Tinggal lagi kita juga harus memahami Politik Islam Murni dimana dulu disebut “Siasah Fatanah”. Kalau kita hanya terbatas melihat politik di Indonesia, pastilah keliru saat kita berbicara Politik.

Komunitas Islam Kaffah pertama pastilah diaplikasikan Rasulullah sendiri. Lalu Islam Kaffah tersebut diwariskan kepada Imam Ali melalui beberapa peristiwa, diantaranya saat perintah Allah untuk menyampaikan dakwah pertama sekali, tidak ada seorangpun yang “menjawab  bersedia” untuk membela perjuangan Rasulullah kecuali Imam Ali.

Kedua, saat Rasulullah Hijrah ke Madinah untuk mendirikan System Islam Kaffah, Imam Ali lah yang disuruh tidur menggantikan beliau di Katilnya. 


Ketiga, Ketika Allah menyuruh semua pintu rumah yang menuju Ka’bah ditutup, kecuali pintu rumah Rasulullah saww dan Imam Ali yang boleh tetap terbuka. 


Keempat, saat Allah menyuruh Rasulullah saww bermubahalah dengan Nasrani Najran, Imam Alilah yang dibawa Rasulullah saww bersama Fatimah, Imam Hassan dan Imam Hussein. 


Kelima Saat Rasulullah mengontrol suatu daerah Imam Alilah sebagai gantinya di Madinah bagaikan Nabi Harun wakil Nabi Musa untuk membimbing Ummatnya saat Nabi Musa pergi. 


Keenam, Sa’at Abubakar hendak membawa Ayat Qur-an kepada suatu Kaum, Allah menegur Rasulullah, mengatakan hanya Imam Alilah yang berhak membawa ayat-ayat tersebut hingga Rasulullah mengambil dari Tangan Abubakar dan diberikan kepada Imam Ali.


Ketujuh saat Rasulullah menyelesaikan Haji Wada’/haji terakhir Malaiikat datang membawa pesan Allah swt bahwa Rasulullah harus mengumumkan penggantinya secara terang. Kalau tidak, kata Allah sama dengan Rasulullah belum menyam paikan Risalahnya. Secara singkat saja, di Ghadirkhum Rasulullah saww mengumumkan pengangkatan Imam Ali sebagai penggantinya.


Sayangnya keinginan Rasulullah saww dihambat oleh Abubakar, Umar dan Usman cs dengan membuat rapat gelap dibelakang Ka’bah. Padahal saat semua orang menjabat tangan Imam Ali sebagai bai’at kepemimpinan kaum Muslimin dan Muslimat, Umar tidak hanya menjabat tangan Imam Ali tapi juga berkata: “Tahniah ya Abbal Hasan, anda sudah menjadi pemimpin kaum Muslimin dan Muslimat”. Ironisnya Umar juga yang mem buat rapat gelap dibelakang Ka’bah bersama Abubakar dan Usman cs untuk menying kirkan Imam Ali dari pengganti Rasulullah. Umar jugalah yang menghambat Rasulullah saww menulis wasiat saat beliau sakit di katilnya. Saat Rasulullah memerintahkan Abu bakar dan Umar untuk meninggalkan Madinah, berperang dibawah kepemimpinan Usamah bin Ziad, mereka berdua tidak patuh perintah Rasul, malah Umar mengatakan: “Bagai mana Rasulullah mengangkat anakmuda yang jenggot saja belum tumbuh, sebagai koman dan perang?”. Rasulullah sengaja mengangkat yang lebih muda dari mereka berdua, se bab Umar dan Abubakar menolak kepe mimpinan Imam Ali dengan alasan beliau terlalu muda. Seolah-olah mereka berdua lebih tau dari Rasulullah, alih-alih bersikap sami’na wa ata’na sebagaimana layaknya bagi mu’min benaran. Terindikasi bagi kaum yang mau ber afala ta’qilun dan afala yatazakkarun bahwa Mereka berdua tidak percaya apapun yang dilakukan Rasulullah pasti berasal dari Allah sendiri, (Qur-an).

Andaikata pengangkatan Imam Ali sebagai Khalifah Rasulullah saww tidak dihalangi oleh Abubakar, Umar dan Usman cs yang dianggap kebanyakan orang sebagai Khalifatur Ra syidin, Muawiyah tidak punya kesempatan untuk memerangi Imam Ali secara licik bersama politikus jahat, yakni Amru bin ‘Ask. Imam Ali taupasti kelicikan Amru dan sang gup mengatasinya tetapi pengikut Imam Ali yang mudah tertipu, hingga akhirnya Imam Ali dibunuh Abdur Rahman bin Muljam di mesjid Kofah, sa’at shalat Subuh.

Andaikata Abubakar, Umar dan Usman cs tidak menghalangi Rasulullah, Imam Mahdi al Muntazhar tidak perlu ghaib sampai sekarang ini. Andaikata Imam Mahdi tidak dighaib kan Allah, sudah dibunuh atau diracun oleh Bani Umaiyyah atau bani Abbaisiyah sebagai mana terjadi terhadap 11 Imam sebelumnya. Allah menyelamatkan Imam Mahdi dengan Ghaib Kubra sebagaimana menyelamatkan Nabi ‘Isa bin Maryam dengan ghaib kubra juga. Semoga Allah segera menampilkan mereka berdua agar dunia tidak lagi dipenuhi kepalsuan, penipuan, kekerasan, kezaliman dan ketidakadilan sebaliknya melalui mereka berdua dunia penuh keadilan, kebenaran dan kenyamanan. Sa’at itu kaum fanatik buta baru tau mereka keliru dalam beragama, menganggap pengikut Ahlulbayt sesat, alih-alih bertabayyun agar mendapat hidayah Allah swt.
'
Dalam sebuah hadist berbunyi: “Rasulullah adalah al Qur-an berjalan”. Ini ma’nanya Rasulullah saww tau persis seluruh isi Qur-an. Rasulullah saww adalah pendamping Qur’an. Qur-an itu terdiri dari ayat muhkamat/qat’I, ayat mutasyabihat, ayat Mansukh-mansikh dan sebagainya, tetapi tidak semua ayat Qur-an mampu dipahami oleh ahli tafsir yang tidak mengikuti para Imam. Sebab yang memahami persis seluruh al Qur-an setelah Nabi adalah para Imam 12. Merekalah sebagai Hujjatullah di kolong langit, merekalah sebagai pendamping Qur-an sebagaimana dinyatakan Rasulullah dalam Hadist Tsaqalain murni: “Kutinggalkan kepada kalian dua hal besar, Qur-an dan Ittrahku. Kalau Kalian berpegang teguh kepada keduanya, tidak akan sesat selama-lamanya sampai mene muiku di pancutan Kautsar”. Ittrah Nabi adalah para Imam plus Fatimah az Zahara. Mereka itu seperti Perahu Nabi Nuh, siapa yang naik selamat dan yang tidak naik celaka macam salah seorang anak Nabi Nuh sendiri.

Dari itu jangan heran kalau kebanyakan kaum muslimin percaya bahwa barangsiapa mati tanpa mengenal Imam sama dengan mati Jahiliah. Sayangnya sa’at kita tanyakan mana Imamnya, mereka menunjukkan Imam 4 (yang diangkat manusia bukan yang diangkat Allah dan RasulNya). Imam 4 itu, imam Fiq sedangkan Imam 12 dari Allah dan Rasulnya Imam Kaffah, memahami semua aspek agama dan mampu mendirikan system Allah/system Islam/Negara Islam macam Rasulullah saww sendiri. Sayangnya semua mereka dibunuh dan ada juga yang diracun, makanya System Allah tidak sempat mereka dirikan kecuali Imam Ali dan Imam terakhir nanti bersama Nabi Isa al Masih. Mereka adalah perpanjangan keimamahan Rasulullah sendiri agar paska kewafatan Rasulullah, ummah tidak akan sesat selama-lamanya, bukan sekedar tau ilmu Fiq saja.

Ilmu para Imam Ahlulbayt tidak berbeda sedikitpun diantara ke 12 mereka, merekapun tidak belajar pada siapa-siapa kecuali hanya pada ayah-ayah mereka sendiri. Sedangkan ilmu fiq para Imam 4, berbeda satu sama lainnya, sungguhpun mereka semua pernah belajar pada Imam Ja’far asy Syadiq sebagaimana dalam dialog tersebut diatas namun dalam aplikasinya mereka menggunakan pikiran sendiri yang penuh kontraversi sesama mereka.

Sepertinya Said Aqil Siradj menganggap para Ulama lebih tinggi ilmunya dari para Imam, apalagi Ulama yang beliau maksudkan tidak mengikuti para Imam 12. Hal ini terin dikasi sa’at beliau mengatakan bahwa para Ahlulbayt /para Imam sibuk dengan politik hingga ilmu diambil ofer oleh para Ulama. Sayang sekali dalam hal tersebut beliau keliru 180 derajat, mudah-mudahan beliau melihat tanggapan kita ini agar beliau dapat memperbaiki pemahaman Islamnya. Ulama warasatul Ambya adalah ulama yang mengikuti para Imam. Ulama yang tidak mengikuti para Imam 12 adalah Bal’am, bukan ulama benaran. Justeru itulah Islam yang rahmatan lil’alamin tidak akan exist kalau posisi Ulama benaran didominasi oleh para Bal’m. Ulama warasatul Ambya mendapat transfer Ilmu dan Hikmah dari Rasulullah saww. Para Ulama yang tidak mendapat transfer Ilmu dan Hikmah dari para Imam tidak mampu memahami ayat-ayat Muta syabihat. Mereka tidak memahami kenapa Allah menggunakan kata “bihablillah”, bukan kata bidinillah dalam ayat persatuan. Mereka tidak tau kata “wa ulil amri mingkum” sa’at Allah menga takan: ”Ati’ullah wa ati’urrasul wa ulil amri mingkum”. Mereka tidak tau saat Allah menyu ruh Rasulullah bermubahalah dengan Nasrani Najran, kenapa Rasulullah hanya membawa, Imam Ali, Fatimatuz Zahra, Imam Hasan dan Imam Hussein saja, hingga Nasrani Najran memohon kepada Rasulullah saww untuk membatalkan mubahalah agar laknatullah tidak menimpa mereka semuanya.   
         
Mereka tidak tau kalau semua amalan akan sirna kalau amalan melepaskan kaum mus tadhafin dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk mereka (QS,7:157 & QS, 90:12-18), mereka abaikan, malah mereka menjauhkan kaum mustadhafin dari pembendaharaan dunia dan mereka asik dengan Ibadah ritual. Mereka tidak sadar bahwa Islam itu agama 2 dimensi, hablum minallah wa hablum minannas, Vertlcal dan horizontal, namun Allah Tuhannya kaum mustadhafin tidak menerima hablum minallah mereka tanpa diiringi dengan hablum minannas.

Terakhir sekali mari kita analisa sa’at para Kiyai itu mempersoalkan tentang Muhammad bin Abibakar. Kita sudah seringkali mendengar perdebatan mereka tentang pembunuhan Usman bin Affan, namun entah kenapa baru kali ini kita mendapat kesempatan untuk meluruskannya. Muhammad bin Abubakar memang secara darah anak Abubakar namun secara ideoloigy beliau anak buah Ali bin Abi Thalib. Saat Usman mengangkat semua pe jabat negara dari keluarganya belaka, Imam Ali menasehati agar tidak melakukan politik nepotisme. Namun realitanya hanya saat Imam Ali menasehati Usman agar tidak me ngangkat gubernur Mesir dari kalangan keluarganya, sepertinya Usman menerima dan bertanya siapa yang harus saya angkat. Prediksi Usman, Imam Ali akan mengangkat anaknya tetapi Imamlah namanya yang tau persis bagaimana yang seharusnya. Imam Ali menunjukkan kepada Usman agar mengangkat Muhammad bin Abubakar.

Saat rombongan Muhammad bin Abubakar berangkat ke Mesir, mereka berhasil menang kap salah seorang pembawa berita ke Gubernur mesir dan mengaku sebagai utusan Usman. Mereka menyita sepucuk surat yang isinya, perintah Usman kepada gubernur lama untuk memenggal semua rom bongan Muhammad bin Abibakar. Justeru itu iring-iringan tersebut berpatahbalik ke Madinah untuk menemui Usman tetapi Usman tidak mengaku bahwa surat tersebuat buatannya. Marwan bin Hakam adalah menantu Usman. Dialah yang membuat surat tersebut. Muhammad meminta Usman agar menghukumnya dengan hukuman yang setimpal perbuatannya, nyaris membunuh seluruh rombongan Mu hammad. Ironisnya Usman masih berkilah: “Memang Marwan telah melakukan kesalahan tetapi tidak perlu melakukan hukuman seberat itu”.  Untuk menyingkatkan kisah ini, Muhammad bin Abu bakar beserta Rombongannya tidak beranjak dari rumah Usman, mereka mulai mengepungnya, hingga kaum fanatikbuta di zaman sekarang menganggap Muhammad sebagai pemberontak. Namun kita yang tidak fanatikbuta sadar bahwa memberontak terhadap kezaliman yang hampir membunuh seluruh kaum muslimin, iri ngan Muhammad adalah haq disisi Allah.

Ada beberapa hal yang perlu kita luruskan disini.
Pertama, Para fanatikbuta ngotot bahwa yang membunuh Usman bukan Muhammad. Kemungkinan besar mereka berpendapat demikian, anggapan mereka Usman itu Khali faur Rasyidin yang benar sepakterjangnya walaupun Usmanlah yang mengaplikasikan nepotisme dalam sejarah Islam. Ketika Usman kehabisan air, berteriak dari anjung rumahnya: Adakah ‘Ali diantara kalian, tolong sampaikan bahwa kami kehabisan air. Wa laupun mereka “pemberontak” enggan memenuhi permintaan Usman, akhirnya diketahui juga oleh Imam Ali, lalu beliau memerintahkan Imam Hasan dan Imam Hussein untuk membawa 2 kantong air. Lalu pemberontak memanah mereka berdua hingga jari-jari Imam Hussein terluka. Muhammad berkata: “Kalau sempat korban salah satu saja, usaha kita akan gagal”. Lalu Muhammad memerintahkan 2 orang pendampingnya untuk mene robos kamar Usman. Saat Muhammad memegang jenggot Usman, beliau luluh, sebab Usman mengingatkannya akan ayah Muhammad, Abubakar. Lalu 2 orang sahabatnya menendang Qur-an dari tangan Usman. Sa’at mereka membu nuhnya dihambat oleh Isteri Usman hingga tangan isteripun ikut terpotong, tangan tersebut dimanfaatkan Muawiyah bin Abi Sofyan dan Amru bin Ask untuk menipu pengikutnya bahwa Imam Ali terlibat dalam pembunuhan Usman. Kalau anda menyaksikan sepakterjang politikus ja had yang masih mengaku dirinya beragama Islam di zaman kita ini, itulah prototypenya.

Kini kita tanya balik, siapakah pembunuh Usman?  Apakah bukan Muhammad bin Abuba kar? Betapa lugunya orang yang mengatakan, bukan Muhammad bin Abubakar. Logikanya, pimpinan pemberontakan tersebut adalah Muhammad bin Abubakar dan beliau tidak bersalah dalam hukum Islam murni. Fenomena ini teringat kita bahwa kaum fanatik buta juga berkilah bahwa yang membunuh Imam Hussein di Karbala bukan Yazid. Logika absurd ini tidak usah sekolah kepeguruan tinggi untuk memahaminya, pakek bahasa Filosof Imran Husen. Logiskah kalau anda katakan bangunan di West Papua yang merebak selama ini bukan kerjanya Presiden Jokowi tapi tukang bangunan?. Kalau tidak ada perintah dari Jokowi, maukah tukang bangunan membangunnya?. Kita Muslim benaran jangan sampai dibohongi pakek istilah khalifatur rasyidin, Yang rasyidin bena ran disitu hanya Imam Ali, pintu ilmunya Rasulullah. Sebaliknya kita harus kritis terhadap fenomena apapun yang melintas di depan kita. Itu adalah perintah Allah yang sangat penting agar kita menemui kebenaran sejati.



Kalau ada yang tidak sependapat, mohon tidak ditanggapi secara emosi. Tanyakan balik agar kita jelaskan seperlunya. Literatur tersebut terdiri dari beberapa sumbernya yang saya pelajari sejak tahun 1965, hingga tidak ingat lagi secara mendetil nama sumbernja, diantaranya silakan baca buku “Sejarah Ahlulbayt” (karangan HMH al Hamid al Husaini), seorang yang bermazhab Sunni, kala itu.

Billahi fi sabililhaq 
      hsndwsp
di Ujung Dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar