Ketika filosof Sunni tersebut mengatakan
bahwa Bangsa Arab dihancurkan, bendera Islam tidak lagi dikibarkan oleh bangsa
Arab tetapi non Arab. Beliau tidak menye
butkan bangsa mana yang mengibarkan bendera Islam. Berdasarkan dalil naqli dan
‘aqli itu sangat jelas bahwa bangsa Parsilah yang mengibarkan bendera Islam. :
Surat
Al Jumu'ah Ayat 3
dan
(juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka.
Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS, Jum'at 03)
Surat
Al Jumu'ah Ayat 4
Demikianlah
karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah
mempunyai karunia yang besar.(QS, Jum'at 04)
Sepertinya
inilah yang belum diketahu filosof tersebut. Saat ayat itu diturunkan, pa ra
sahabat bertanya siapakah mereka itu, ya Rasulullah? Rasulullah menempatkan
tangannya diatas kepala Salman al Farisi seraya mengatakan: "Golongan
inilah, walaupun Iman itu berada di
bintang Surayya, namun mereka sanggup mengga pai nya". Ayat sebelumnya
(ayat 2) Allah membicarakan bangsa Arab. Ayat 3, Allah membicarakan bangsa
Parsi dimana Imam Hussein (Arab/cucu Rasulullah) kawin dengan Shahbanu, putri
Iran/Parsi hingga menuaikan cikal-bakal bangsa Iran/Parsi di kemudian hari
sebagaimana kita saksikan dewasa ini. Hanya mereka inilah satu-satunya di Dunia
kini yang mampu mendirikan Negara Islam/Islam State/Daulah Is lamiyah/Republik
Islam Iran/Power of Zulkarnain/Power of Imam Mahdi al Muntazhar.
Filosof
Sunni itu benar saat menjawab pertanyaan tentang Iran bahwa Ahmadine jad sangat
dicintai mu’min seluruh dunia tetapi sebahagian muslim tidak sependa pat
dengannya. Kita tidak tau kenapa beliau tidak menjelaskan kondisi Iran secara
agak mendetail. Mungkin saja beliau benar harus bersikap demikian, mengingat
dewasa ini kebanyakan kaum muslimin salah sangka terhadap Republik Islam Iran.
Perlu kita jelaskan bahwa memang masih banyak orang-orang yang keliru dalam
biokrasi Iran hingga mereka tidak sependapat dengan Ahmadinejad yang brillian
itu, tetapi disebabkan System negara Iran menganut system "Wilayatul
Fakih" dimana lembaga Negara yang tertinggi adalah "Imam" baru
kemudian disusul oleh Wilayatul Fakih (baca 12 orang Ulama yang memahami ilmu
Dunia dan Akhirat). Ba rulah kemudian disusul oleh lembaga Parlemen dan
Presiden. Kendatipun presiden paska Ahmadinejad tidak sebaik Ahmadinejad, kalau
tidak kita katakan bertolak belakang sepakterjangnya, Republik Islam Iran tidak
akan mengalami setback, se bab wewenang tertinggi tidak berada ditangan
Presiden tetapi ditangan Imam (baca Ayatullah Ali Khameney). Hal ini sudah
dijawab oleh sang filosof dengan baik sekali dimana power militer tidak berada
dibawah presiden tetapi dibawah Aya tullah Ali Khamenei yang baik.
Filosof
tersebut keliru saat mengatakan bahwa 4 Khalifah paska kewafatan Rasul Allah
adalah benar sebagai khalifah rasyidin. Nampaknya beliau meyakinkan publik
secara emosi agar publik meyakini pernyataannya tersebut, sama emosinya ketika
mengatakan agar publik tidak mengkritik diktator Gaddafi (lihat video beliau
lain nya). Memang pada permulaan kekuasaannya Gaddafi menentang AS, namun
akhirnya beliau tunduk pada AS hingga petro dolarpun diizinkan AS untuk menge
lolanya. Perlu kita kritisi beliau bahwa Basyar Assad tidak pernah sama dengan
Mu ammar Ghaddafi yang sama despotiknya dengan Saddam Irak, Sha Reza Palevi
Iran, Raja Arab Saudi, Raja Bahren, raja
Emirat Arab, raja Brunai Darus salam, Suharto di Indonesia dan sebagainya.
Hsndwsp
memprediksi beliau tidak paham Hadist Tsaqalain murni yang membicara kan Ittrah
Nabilah sebagai pendamping Qur-an. Dua belas Imam paska kewafatan Nabi tidak
termasuk Abubakar, Umar dan Usman. Ahlulbayt Rasulullahlah yang diangkat Allah
dan Rasulnya sebagai pemimpin kaum Muslimin tetapi dihambat oleh Abubakar, Umar
dan Usman cs. Padahal saat Rasulullah mengangkat Imam Ali di Ghadirkhum, Umar
bukan saja membai’at Imam Ali tetapi juga mengucapkan: "Tahniah ya Abbal
Hassan, anda telah men jadi pemimpin kaum muslimin dan musli mah".
Ironisnya dia pula yang berani menghambat Rasulullah untuk menulis wasiat nya
saat beliau sakit di Katilnya. Umar juga bersama Abu bakar yang menolak
perintah Rasulullah untuk bergabung dibawah kepemimpinan Usamah untuk berpe
rang. Masih banyak lagi pelanggaran yang mereka lakukan terhadap Rasulullah
namun kita cukupkan saja disini. Apakah prototype seperti itu layak mendapat
gelar Khalifah Rasyidin? Bukankah apa saja yang dilakukan Rasulullah kaum
mu'min harus sami'na waata'na disebabkan apa yang dikatakan dan dilakukan
Rasulullah berasal dari Allah secara pasti. Lalu kini kaum muslimin yang mengikuti
ketiga penentang diatas itu masih berstatus mu'minkah? Harap dijawab walau
pahit
Ahlulbayt
Rasulullah tau persis seluruh isi Qur-an termasuk ayat Mutasyabihat yang sering
dipelintirkan tafsirnya oleh muslim yang non Ahlulbayt dan pengikut mereka
sampai zaman kita ini berlanjut terus. Hal ini meyakinkan kita bahwa beliau
(Filosf tersebut) menggunakan hadist palsu made in Abu Hurairah cs yang
terdapat dalam kitab Bukhri dan Muslim. Beliau belum tau bahwa setelah Bukhri
dan Muslim, terma suk Abu Daud menjeleksi hadist – hadist palsu dari satu juta
lebih (product priode Muawiyah bin Abi Sofyan/Bani Umaiyyah), masih saja
terdapat hadist palsu di kitab-kitab mereka, seperti hadist Malaikat ditampar
Nabi Musa hingga hilang satu mata nya, batu melarikan pakaian Nabi Musa hingga
Nabi Musa mengejarnya dalam kea daan telanjang, Nabi muhammad menempatkan
Aisyah diatas kuduk agar dapat melihat suatu pertunjukan duniawi, Hadist lalat
punya obat disalah satu sayapnya dan masih banyak lagi hadist palsu lainnya di buku
Bukhari dan Muslim (disebut memang hadist sahih tetapi realitanya banyak yang
tidak sahih)
Ketika
Iran (Parsi) baru saja melepaskan diri dari raja despotic (prototype pax Ameri
kana), dibawah pimpinan Imam Khomaini, Syahid DR Ali Syariati dan Murtadha
Mutahhari cs (prototype Zulkarnain), Pax Amerikana berdaya upaya menghancur kan
"Zulkarnain" via diktator Saddam Irak tetapi Allah menyelamatkan
bangsa Parsi hingga justeru Irak dan tangan-tangan Amerikanalah yang collaps.
Bangsa
Parsi berasal dari ras unggul Jerman (bangsa Aria). bertemu dengan bangsa Arab
(baca perkawinan Imam Hussein dengan Syahbanu, putri Raja Parsi) hingga
melahirkan cikal bakal sampai hari ini bisa kita saksikan di RII. Ketika
filosof tersebut membicarakan ‘Negara Khalifah’, publik hanya bisa memahami
secara teori, semen tara realita atau fenomenanya tidak beliau tunjuk secara
konkrit. Beliau
hanya mampu menunjukkan Rusia dan Cina plus negara-negara Amerika Latin, tanpa
ko munitas Islam Murni. Memang benar Rusia, Cina dan negara-negara Amerika
Latin komunitas yang tidak arogan dan bersahabat karib dengan kaum Muslimin
tetapi kaum Muslimin yang bagaimana, belum beliau paparkan dengan jelas agar
saya tidak perlu mengkritisinya, kalau komunitas muslim yang ditunjuk itu benar
adanya.
Kalau kita mampu mengamati kondisi Timur
Tengah sekarang secara mantap, kita akan melihat secara jelas bahwa "Power
Zulkarnain" dimainkan oleh RII, Hisbullah Libanon, Rusia, Cina dan
Negara-negara Amerika Latin, sedangkan musuh Zulkar nain dimainkjan oleh Zionis,
AS, Nato dan Arab Saudi cs (baca Turki, Quwait, Qatar, Libya, Mesir, Emirat
Arab dan sebagainya). Penjokong "Zulkarnain" masih banyak lagi
termasuk Amerika Latin dimana Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad bersaha bat
karib dengan Hugo Charves. Agaknya Indonesia masih kabur pendiriannya, hal ini
dapat kita lihat memang merapatkan barisan dengan RII tetapi juga dengan Turki.
Namun betapapun Indonesia sekarang lebih baik daripada Malaysia yang benci
terhadap pengikut Ahlulbayt Rasulullah saww.
Hsndwsp gagal memahami pernyataan Imran
Hussein bahwa beliau masih fokus pada mata uang Dirham dan Dinar. Beliau juga
fokus pada Jenggot dan pakaian. Secara hakikat kita tidak musti meniru gaya
kehidupan dimasa lalu asal saja tidak bertentangan dengan sunnatullah dan
Rasulnya. Yang penting bagi kita bukan jenggot dan pakaiannya tetapi
pikirannya, apakah kita mengikuti pikiran Rasulullah atau pikiran musuh
Rasulullah saww. Dewasa ini memang kita saksikan kebanyakan kaum muslimin yang
sudah merasakan berilmu, menggunakan jenggot yang pan jang tak terurus,
bersurban dan pakaian yang terkesan alim bagi kaum yang tidak mau berfikir
kritis. Apa artinya disisi Allah kalau isi kepalanya bertentangan dengan isi
kepala Rasulullah saww?. Justeru itulah hsndwsp tidak lagi berjenggot dan berto
pi sekarang, biarlah hsndwsp berpenampilan macam orang biasa saja.
Bukankah bahasa Inggeris itu bahasanya
Pax Britaniana dan pax Amerikana, kena pa Imran Hussein tidak menggunakan
bahasa Arab saja, berpakaian orang Arab dan uang Arab? Padahal Arab sekarang
bukan lagi Arab Nabi Muhammad tetapi Arabnya Abu Lahab. Berbicara soal uang
adalah soal pertukaran barang dengan barang dimana untuk memudahkan disepakati
dengan uang dan ini tidak mungkin dilakukan oleh sipil tetapi pemerintah yang
berkuasa. Di Arab di gunakan Dinar dan Dirham. Apakah mata uang tersebut
mulanya digunakan Rasulullah atau jauh sebe lumnya. Imran Hussein mengatakan andaikata Indonesia menggunakan Dinar
dan Dirham tidak akan miskin seperti sekarang ini, benarkah?
Paska
kewafatan Rasulullah kebanyakan kaum muslimin miskin dan malah di zaman Nabipun
banyak yang miskin, hanya saja orang miskin mendapat perhatian serius dari
Rasulullah dan Imam Ali as. Tanah Fadak milik Fatimah Az Zahara digunakan un
tuk menolong fakir miskin, sayangnya disita oleh Abubakar dari tangan Fatimah
as hingga masyarakat mendekati Abubakar, lari dari keluarga Rasulullah saww
(baca sejarah tanah Fadak milik Fatimah yang disita Abubakar cs). Di priode
Usman bin Affan kemiskinan bertambah parah disebabkan Usman mengelola kekayaan
nega ra macam mengelola kekayaan moyangnya. Kenapa Imran tidak kritis, padahal
beliau menganjurkan publik agar menjadi pemikir yang kritis, afala
yatazakkarun?
Demikian juga di Indonesia sejak Suharto
berkuasa rakyat secara mayoritas hidup menderita. Kondisi seperti itu berjalan
terus sampai priode Yudhoyono. Baru seka ranglah kemunculan Jokowi dan Ahok
Rakyat mulai menikmati kekayaan negara kendatipun belum sampai ke Acheh
Sumatra, Papua dan kawasan jauh lainnya. Pertanyaan
kepada Imran Hussein, apakah Indonesia sekarang menggunakan ma ta uang Dinar
dan Dirham? Bukankah kemiskinan itu
terjadi disebabkan kekayaan negara dikuasai penguasa untuk koleganya saja
dimana Rakyat tidak mendapat kan haknya? Bukankah penguasa yang korup senantiasa
dibarengi dengan meraja lelanya para koruptor bagaikan tikus menghabiskan
kekayaan negara?
Andaikata
Imam Mahdi sudah Muncul, barulah kemiskinan, penindasan dan kezali man jenis
lainnya akan hilang, bukan mata uang yang signifikan fungsinya dibicara kan.
Soal uang non dirham dan dinar berakomulasi dengan riba, memang benar adanya.
Hal ini memang sudah dinyatakan Allah dan RasululNya sendiri bahwa se belum
dunia kiamat Allah akan memunculkan kembali Imam Mahdi al Muntazhar yang akan
membawa kedamaian dunia seluruhnya, dimana sebelumnya dunia dipenuhi dengan
kezaliman yang teramat sangat. Imam Mahdilah satu-satunya Imam yang tidak
dibunuh atau diracun dari 12 Imam penerus kepemimpinan Rasu lullah saww.
Sedangkan Nabi ‘Isa bin Maryam
dimunculkan kembali disebabkan ummatnya me nuhankannya dan mengira beliau yang
disalib hingga mereka termasuk Kristen Ortodox menggunakan symbul palang salib.
Padahal murid Nabi ‘isa yang munafiqlah yang dimiripkan Allah macam Nabi ‘Isa
hingga musuh menya lipnya.
Andaikata
pemimpin paska kewafatan Rasulullah tidak digeser oleh mereka yang ambisius
kepemimpinan, kaum muslimin akan hidup aman sentosa dan keadilan sosi al merata
diseluruh negara. Kalau begitu kondisinya Imam Mahdipun tidak per lu gha ib
Syughra dan Kubra.
Setelah
berakhirnya kepemimpinan Imam Mahdi, barulah berlaku pemilihan, tidak lagi
membutuhkan wasiat. Saat itu setelah 250 tahun dipimpin oleh para Imam yang
diutus Allah dan Rasulnya, barulah rakyat secara mayoritas memahami persis type
pemimpin yang bagaimana yang harus mereka pilih hingga system demokrasi baru
bisa diberlakukan. Namun bayangkan di zaman Umar bin Khattab, seorang yang
memiliki tanggungan seorang pria dalam keluarganya mendatangi Umar dan bertanya
apakah dibenarkan Allah pemuda yang berada dalam tanggungan sa ya tidur bersama
isteri saya secara bergeleran dengan saya sebab saya belum mampu mengawininya?
Apakah dalam kondisi rakyat yang sedungu itu, pemimpin layak dipilih oleh
rakyat banyak, bukan wasiat Rasulullah yang berlaku? Adapun wasiat umpama
seorang guru (baca Rasulullah) yang harus bepergian jauh (baca wafat) saja,
tidak layak menyerahkan kepemimpinannya kepada muridnya untuk dipilih sebab
sang gurulah yang paling tau persis mana muridnya yang memiliki kesamaan dengan
beliau untuk memimpin. Ironisnya para ambisius kepemimpinan meninggal kan nas
demi tercapai ambisius mereka. Itulah sebabnya kaum muslimin yang tidak
mengikuti para Imam yang ditunjuk Allah dan RasulNya saling berbeda pikiran
sampai saling bermusuhan sesamanya.
Sepertinya
Iran Hussein tidak jeli melihat penampilan Putin, presiden Rusia dan sege nap
ja jarannya. Bukankah mereka semua berdasi? Kendatipun sesekali hsndwsp
menggunankan Jas tanpa dasi dan juga salut kepada pemimpin Iran yang pakai Jas
tanpa dasi, hsndwsp juga tidak alergi melihat pemimpin Rusia yang berdasi, juga
pemimpin negara-negara Amerika Latin. Yang penting pemimpin Rusia, Cina dan
Amerika Latin memihak kepada kaum Muslimin (baca "Zulkarnain" dan
Imam Mahdi al Muntazhar).
Di
video lainnya Imran Hussein mengatakan semua kita dipimpin oleh non Moslem
termasuk Iran, benarkah? Yang saya yakini memang semua kita dipimpin oleh kaum
munafiqun kecuali Republik Islam Iran. Kalau Imran Hussein mengatakan termasuk
Iran disebabkan Iran masuk aggota PBB, Imran tidak memahami kalau RII terpaksa
bertaqiyyah, kalau tidak memabahayakan negaranya disebabkan musuh terlalu be
sar. Disamping itu RII berjiwa ksatria dimana mereka bagaikan orang yang punya
obat kebal hingga mampu masuk ke sarang tawon, sebagaimana Ahmadinejad pergi ke
gedung PBB menggoyangkan forum tersebut, bukan men jauhkan diri dari PBB macam
orang yang tidak punya kawi dan nyali. Lalu ban dingkan dengan Brunai
Darussalam, dimana Rajanya menyimpan 13 orang gundik secara rahasia na mun
orang-orang bijak mengetahuinya, kendatipun orang tolol berkutat pada pen
diriannya yang fanatikbuta bahwa itu negara Islam.Yang pen ting sekedar nama
atau substantifnya?
Sepertinya
dilain sisi Imran terfokus pikirannya hanya pada nama saja, bukan sub
stantivnya. Walaupun Iran menamakan diri Republik tetapi diperjelaskan oleh
kata Islam (baca Republik Islam Iran). Kenapa RII menamakan republik, hemat
saya dise babkan pemimpinnya dipilih bukan wasiat macam pengangkatan Imam Ali.
Na mun Abubakar menafikan wasiat Nabi hingga menamakan dirinya sebagai Khali
fah (Wakil Rasulullah). Sementara pemilihanpun tidak sah sebab tidak diikuti
seluruh rakyat pemilih terutama sekali bani Hasyim. Dikalangan merekapun,
belakangan tidak menggunakan aplikasi
Abubakar tetapi Syuronya Umar. Kalau
Abubakar ha nya menggunakan sebahagian rakyat untuk memilihnya, Umar hanya meng
gu nakan 6 orang. Ironisnya justeru Abdurrahman bin Awwuf yang mempermainkan
syu ra tersebut. Padahal hanya Imam Ali yang berbicara secara benar dan tran
sparan dalam majelis tersebut. Untuk lebih jelas simaklah video al Nebras
berikut ini:
Hsndwsp
menghormati Imran Hussein, semoga kritik saya ini menambah kesem purnaan isi
Video - videonya. Betapapun beliau benar adanya secara kontekstual, hanya
secara tekstual saja yang perlu kita kritisi sedikit agar lebih sempurna. Mu
dah-mudahan pembaca memahami kalimat hsndwsp ini.
Filosof
Sheikh Imran Hosein memang termasuk orang pintar macam Dr Zakir Naik. Malah
sepertinya lebih enak mendengar ceramahnya disebabkan bahasa Inggeris nya yang
mantap dan fasih.
Namun
keduanya keliru saat berbicara persoalan Pengikut Ahlulbayt dan Sunni. Imran mengakui adanya Syi'ah dan Sunni tetapi
Zakir berkeyakinan bahwa Syi'ah dan Sunni tidak ada dalam Qur.-an, yang ada
hanya Muslim. Disinilah kekeliruan mereka.
https://www.youtube.com/watch?v=3PkwzMDekJ8
Kata
Imran Husen negara khalifah sekarang ini tidak ada di Rusia, Arab dan ju ga di
Iran. Benar tidak ada di Rusia dan Arab tetapi hanya ada di Iran (Republik
Islam Iran).
Mengapa
Imran Husen yang saya hormati disebabkan banyaknya ilmu yang dia miliki tetapi
bisa keliru dalam hal negara Islam yang beliau namakan "Negara
Khalifah" Hal ini disebabkan beberapa hal yang dapat saya telusuri.
Pertama
beliau sangat terikat dengan istilah negara Khalifah. Istilah Khalifah yang
digunakan Allah saat pertama sekali kepada Nabi Adam as adalah bahasa Sym bolic
bukan bahasa Expose. Bahasa symbolic memiliki banyak makna (kaya mak na).
Contohnya bahasa Puisi Iqbal, gurunya Imran Husen, menggunakan bahasa symbolic
hingga puisi tersebut masih relefan sampai sekarang ini, tidak kehilangan
makna. Imran Husen terikat hanya dengan kata Khalifah saja, dimana akibatnya
dia hilang konsentrasinya saat negara Khalifah yang beliau maksudkan menggu nakan
istilah lainnya seperti Republik Islam, Negara Islam, System Islam, Negara yang
berkedaulatan Allah dan sebagainya.
Kedua,
Imran Husen juga hilang konsentrasinya saat melihat Republik Islam Iran. Fokus
Imran hanya pada kata "republik" dimana alasan be liau semua negara
yang definisinya "dari Rakyat, oleh Rakyat dan untuk Rakyat".
Terindikasi Imran juga hilang konsentrasi, tidak dapat mem bedakan antara
"Republik Sekuler" dengan "Republik Islam", atau an tara
Republik Islam Iran dengan Republik Islam Pakistan yang tidak Is lami. Adapun Republik Indonesia atau Negara
Pancasila memang bukan negara Islam tetapi negara orang Islam. Artinya negara tersebut tidak menggunakan Un dang-undang yang
diturunkan Allah tetapi menggunakan KUHP (yang sekuler)
Ketika
Imran melihat sepakterjang Republik Islam Pakistan yang tidak Islami, boleh
jadi beliau mengira Republik Islam Iran tidak berbeda de ngan Republik Islam
Pakis tan. Realitanya Pakistan memang tidak Islami tetapi Republik Islam Iran
adalah satu satunya di zaman kita ini Negara Islam/System Islam/negara yang
berkedaulatan Allah. Kalau negara Republik Sekuler, Presiden memiliki wewenang
tertinggi (baca Presiden til Kabinet) atau Parlemen yang memiliki wewenang
tertingga (baca Parle menter Kabinet) tetapi Republik Islam wewe nang tertinggi
adalah milik Allah. Kalau dulu diwakili oleh para Nabi, lalu dilanjutkan oleh
para Imam, kini diwakili oleh Ula ma Warasatul Ambia. Hal ini dapat kita de
teksi di Republik Islam Iran (Teori Wilaya tul Fakih Imam Khomaini).
Diatas
Presiden dan Parlemen masih ada 2 tingkat lagi yang paling berwewenang. Pertama
diatas sekali "Imam". Kedua, 12 Ulama/Fakih, ba rulah dibawahnya
Parle men dan Presiden. Anda bisa melihat saat ada kunjungan presiden negara
lain ke Teheran. Mereka bertemu dengan Imam (baca dulu Imam Khomaini, sekarang
Sa yed Ali Khamenei).
Walaupun
pelaksanaannya dilakukan oleh Parlemen dan Presiden te tapi yang pe gang kunci
systemnya adalah Imam dan 12 Ulama Fakih. Misalnya pembua tan Undang-Undang
yang konsekwen dengan Al Mai dah ayat 44, 45 dan 47 ("..... waman
lamyahkum bima anzalallah faulaika humul kaafirun"). Mula-mula parlemen
membuat Undang-un dang atau peraturan lalu diserahkan keatas (12 U lama Fakih)
untuk diteliti apakah bertentangan dengan Qur-an dan Hadist atau tidak. Andai
kata bertentangan setelah dicoret yang salah di kembalikan kepada Parle men un
tuk diperbaiki. Andaikata kali kedua masuk pada Ulama Fakih masih juga salah,
ba rulah diperbaiki oleh Ulama Fakih. Lalu kemudian setelah ditanda tangani
para Ulama Fakih, barulah diserahkan kepada Presiden untuk dilaksanakan apli
kasinya.
Republik Islam Iran sudah benar system
Islamnya. Andaikata dibirokrasi masih ada kekurangan maklum Iran sudah lama
dikuasai para Taghut dan Bal’am. Lalu ban dingkan dengan negara dulu diba
wahpimpinan Abubakar, Umar dan Usman yang dibanggakan Imran Husen, secara jujur
Republik Islam Iran jauh lebih unggul disege nap lembaga negara nya. Dizaman
Imam Ali sama persis macam dizaman Rasulul lah sendiri. Semua ketimpangan
dizaman 3 orang Khalifah sebelumnya sanggup di kembalikan Imam Ali macam
aplikasi Rasulullah sendiri. Sebagai con toh, kebiasaan Umar memberikan
kelebihan gaji terhadap para senior dan diteruskan oleh Usman tetapi dibagi sama dizaman Imam Ali, hing ga ke
biasaan Talhah dan Zuber cs me nerima kelebihan dizaman Umar dan Usman tanpa
disadari dikembalikan Imam Ali ke system yang diba ngunkan Rasulullah sendiri,
membuat Talhah Dan Zuber cs me nentang Imam Ali hingga terjadinya perang Jamal
yang sangat menyayat hati orang beriman kala itu.
Secara Islami kepemimpinan dalam Islam
saat itu bukan dipilih oleh Rakyat tetapi masih berlaku system Wasiat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar