KEPEMIMPINAN YANG
BENAR SEBAGAIMANA DI REPUBLIK ISLAM IRANLAH YANG DAPAT MEMPERSATUKAN BUKAN SAJA
ANTAR SYIAH DAN SUNNAH TETAPI BAHKAN ANTAR ISLAM DAN KRISTIAN SERTA NON ISLAM
LAINNYA
hsndwsp
Acheh - Sumatra
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Menarik juga kita simak "Tantangan Pendekatan Mazhab
dan Persatuan Islam" yang ditulis oleh Pena sehat Sekjen Forum
Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam, Hujjatul Islam Mir Aghaei.
Hujjatul Islam ini telah membahas panjang lebar, tantangan
pendekatan Mazhab-mazhab Islam. Semoga berkenan menerima komen kita ini yang
tidak bertujuan untuk mendiskreditkannya, melainkan bertujuan untuk menambah
kuat persepsi kita dalam memahami kondisi Ummah dan Imamah di zaman kita yang
terakhir ini, semoga Allah swt berkenan memunculkan Imam Akhir zaman di zaman
kita ini, Muhammad al Mahdi al Muntazhar dan Nabi Isa bin Maryam as.
Pada prinsipnya saya setuju sebagaimana yang telah diurai
jelaskan oleh Hujjatul Islam ini, namun izin kanlah saya menyampaikan sedikit
tambahan, dimana barangkali bermanfaat buat kita sekalian.
Pertama sekali saat kita analisa lembaran-lembaran sejartah,
baik sejarah perjuangan Rasulullah, Nabi Muhammad saww sendiri maupun sejarah
perjuangan Imam-Imam yang ditunjukkan Allah dan Rasul Nya secara kwnatitas
sangat minim tetapi sangat mengagumkan secara kwalitasnya. Banyak penulis se
jarah berpendapat bahwa jaman kegemilangan Islam adalah jaman "Khalifaur
Rasyidin", sebaliknyakita berkeyakinan bahwa Jaman kegemilangan itu adalah
jaman Rasulullah sendiri dan jaman Imam Ali bin Abi Thalib, bukan jaman
"khalifaurr Rasyidin". Keyakinan kita ini berdasarkan kwalitas bukan
kwanti tas. Di jaman Nabi suci, Muhammad saww mendapat pengakuan Allah sendiri
saat Nabi Suci mengangkat Imam Ali as sebagai Maulanya atau perpanjangan
keimamahan Rasulullah sendiri agar manusia yang ingin mengikuti agama yang
benar mengikuti Imam yang diumumkan Nabi sendiri di Ghadir khum.
Pengakuan Allah swt ini terbukti dengan turunya ayat
terakhir: "حرمت عليكم الميتة والدم
ولحم الخنزير وما أهل
لغير الله به والمنخنقة
والموقوذة والمتردية والنطيحة وما
أكل السبع إلا
ما ذكيتم وما
ذبح على النصب
وأن تستقسموا بالأزلام
ذلكم فسق اليوم يئس
الذين كفروا من دينكم
فلا تخشوهم واخشون
اليوم أكملت لكم دينكم
وأتممت عليكم نعمتي ورضيت
لكم الإسلام دينا
فمن اضطر في
مخمصة غير متجانف لإثم
فإن الله غفور
رحيم"
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang
sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi
nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir
telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut
kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kita tidak sedang membahas ayat terakhir ini disebabkan
terlalu banyak pendapat yang kerap membuat kita confused. Yang hendak kita
sampaikan hanya agama dibawah panduan Nabi terakhir dinyatakan Allah sempurna
dengan pengumuman Imam Ali sebagai perpanjangan keimamahan Nabi suci. Kalau ada
pihak yang tidak sependapat adalah wajar dan itu adalah hak mereka. Namun
sangat disayangkan Imam Ali tidak diberikan kesempatan oleh mayoritas
"kaum Muslimin" saat itu bersama pemimpin yang mereka percaya,
kecuali setelah berakhirnya kepemimpinan Usman bin Affan.
Lalu kita bertanya-tanya dalam hati kalau Rasulullah sudah
menetapkan penggantinya kenapa ada alternatif lain bagi kebanyakan
"Ummah" kala itu? Bukankah "haq" hukumnya untuk tunduk
patuh kepada Nabi yang semua kita tau bahwa apa saja yang ditentukan Nabi pasti
berasal dari Allah?. Berdasarkan argumen ini berarti siapapun yang tidak
mengikuti atau tidak tunduk patuh kepada Nabi sama dengan tidak tuduk patuh
kepada Allah sendiri. Lalu kita bertanya-tanya kepada orang-orang yang mengaku
tokoh Islam sekarang ini, apakah orang seperti itu masih dianggap sebagai orang
beriman walaupun mereka sendiri mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad tetapi
menolak ketetapan Nabi Suci? Di jaman kita ini persoalan yang begini dianggap
mnyelimet, padahal sangat mudah dipahami asalkan kita tidak termasuk type orang
fanatik buta. Namun demikian kalau ada pembaca yang belum mampu memahaminya
silakan baca di http berikut ini:
http://achehkarbala.blogspot.no/2013/05/yang-benar-tetap-benar-walau-keluar.html
http://achehkarbala.blogspot.no/2013/05/yang-benar-tetap-benar-walau-keluar.html
Banyak tokoh kita takut membicarakan persoalan dialinia
diatas dengan alasan akan menuai perpe cahan antara Syiah dan Sunni. Hemat saya
tidaklah demikian. Sunni memang berbeda dengan Syiah Imamiah 12 (maaf saya
tidak bermaksud Syiah lainnya yang non Imamiah 12. Malah di Syiah Ima miah 12
juga tidak kita ikutkan syiah yang sudah dekaden). Perlu digaris bawahi bahwa
perbedaan antara Islam dengan Kristian lebih besar lagi tetapi kenapa antara
Orang Islam dan orang Kristian dapat bersatu di Republik Islam Iran dan di
Libanon? Pertanyaan saya ini sangat mudah dipahami, tidak mnyelimet. Perpecahan
antar mazhab Islam bukan disebabkan kita tidak menyembunyikan kom
ponen-komponen yang berbeda di kalangan mazhab Islam tetapi pemimpin yang tidak
layak disebut pemimpin tetapi lebih tepat kita katakan "penguasa". Penguasa
hanya ingin menguasai rakyatnya bukan mempersatukannya.
Yang namanya pemimpin memang tugas utamanya memimpin
rakyatnya kearah persatuan melalui ditegakkannya "Keadilan". Bukan
saja keadilan ekonomi tetapi juga keadilan sosial dan politik. Demi kianlah
mayoritas pemimpin di Republik Islam Iran sekarang ini di bawah kepemimpinan
Mahmoud Ahmadinejad dan Sayed Ali Khamenei atau Rahbar. Di Republik Islam Iran
bukan saja sama kepedulian pemimpin terhadap komunitas Islam Sunni tetapi juga
sama kepeduliannya terhadap komu nitas Kristian dan non Islam lainnya. Lalu
kita pertanyakan sekali lagi apakah yang membuat Syiah dan Sunni bentrok di
Saudi Arabya dulu? Jawabannya adalah ulah penguasa yang hypocrite.
Alhamdulillah Syiah dan Sunni yang sadar sekarang di Saudi Arabya bersatu
melawan kesewenang-wenangan rezim despotik, bukan? Siapakah yang membuat syiah
dan Sunni bentrok sejak dulu sampai kini di Indonesia? Jawabannya penguasa.
Siapakah yang membuat Syiah dan Sunni bentrok di Mesir, Libya dan Irak dulu? Jawabannya
pasti penguasa. Penguasa berdaya upaya untuk mengu asai rakyatnya agar
kekuasaan mereka tetap langgeng. Salah satu fenomena yang fital adalah
menciptakan perpecahan antar rakyat yang berbeda mazhab dan agama agar tidak
bersatu, kendatipun di mulut penguasa senantiasa digembar-gemburkan persatuan.
Itu adalah "hikayat Musang" yang hanya mampu mengelabui jenis orang
"Pak turut" tetapi tidak berdaya kepada rakyat yang sudah sadar.
Penguasa despotik berkuasa dengan keutuhan 3 entas (baca trinitas), Entas
"Fir'un" (presiden atau raja dengan segenap jenjangannya), entas
"Karun" (bendaharawan Negara) dan entas "Bal'am" (Menteri
agama beserta jenjangnnya sampai ke Kabupaten - kabupaten dan lembaga "Ulama"). Ini memang termasuk
persoalan yang mnyelemet. Untuk ini silakan analisa di http berikut ini:
http://achehkarbala.blogspot.com/2009/06/esensi-haji-3.html
http://ismail-asso.blogspot.com/2009/06/esensi-haji-3.html
http://suaramuslimpapua.blogspot.com/2011/04/esensi-haji-3.html
Selanjutnya mari kita analisa satu saja diantara point-poin
yang dipaparkan hujjatul Islam kita, yaitu
6. Kebijakan imperialisme dan arogansi
Apa yang diurai jelaskan ini benar adanya tetapi perlu kita
pertanyakan, mana yang lebih produktif buat komunitas kita, menyalahkan musuh
atau kelemahan kita sendiri. Hemat saya apabila kita fokuskan pada kesalahan
musuh, yang namanya musuh memang wajar hendak melemahkan komunitas kita. Itu
memang tugas mereka sebagai ujian bagi orang-orang yang beriman. Bagi orang yang
benar imannya keberadaan musuh sama dengan keberadaan Syaitan. Secara syar'i
memang tidak mampu kita terima tetapi secara filosofis dan ideologis wujud
Syaithan dan musuh adalah "haq" sebagai ujian Allah buat manusia.
Andaikata kita fokuskan pada kesalahan musuh sama dengan kita bertanya pada
Allah swt: "Ya Allah kenapa Engkau jadikan Syaithan hingga mereka telah
menipu hambamu yang baik" Padahal yang namanya hamba Allah yang baik
mustahil dapat ditipu Syaithan. Atau seperti orang alergi melihat kerumunan
ulat lalu berkata: Ya Allah, kenapa Engkau jadikan Ulat yang membuat hati kami
ngeri saat melihatnya. Padahal secara filosofis tanpa dijadikan ulat, Dunia ini
akan penuh dengan bangkai-bangkai. Kalau kita sudah sampai klimaksnya berpikir
baru kita sadari bahwa semua makhluk yang dijadikan Allah, tidak ada satupun
yang sia-sia. Sebaliknya sampai Syaithanpun atau jin bermanfaat bagi manusia.
Maaf bukan secara syar'i tetapi melalui kacamata Filosofis dan ideologis.
Andaikata Allah tidak menjadikan Jin, sampai hari ini hanya Nabi Adam dan Hawa
saja berdua menikmati fasilitas yang surgawi di dalam Surga. Logikanya Allah
membuat sesuatu via hubungan sebab akibat. Turunya Hujan memang urusan Malaikat
sebagai aparat Allah. Tetapi tidaklah hujan itu dituangkan begitu saja
kepermukaan Bumi melainkan melalui proses deltilasi, dipanaskan air laut oleh
matahari, lalu membubung naik ke angkasa, menjadi awan, dihembus angin ke
gunung. Makanya hujan lebat banyak pegunungan:
http://achehkarbala.blogspot.no/2009/06/puisi-filosofis.tml
Demikian juga proses Nabi Adam dan Hawa sebelum diangkat
Allah sebagai wakilNya di Bumi. Silakan telusuri di http ini:
http://achehkarbala.blogspot.com/2009/06/puisi-filosofis.html. Ada suatu hal
yang kita lupa bahwa Allah sendiri telah memberitahukan manusia bahwa akan
mengembalikan Imam Muhammad al Mahdi al Muntazhar di akhir kehidupan Dunia ini,
dimana sebelumnya Dunia dipenuhi dengan kezaliman (baca betapa sering yang
"haq" dikalahkan oleh yang "bathil" disebabkan banyaknya
"manusia" yang bathil hingga membuat orang yang lemah iman terpedaya
dengannya). namun saat Imam Mahdi dimunculkan kembali Dunia menjadi aman dan
penuh keadilan dibawah pimpinan sang Imam. Dari itu kalau kawasan di Timur
Tengah dikuasai oleh rezim-rezim despotik dalam kurun waktu yang demikian lama
tidaklah menjadi hal yang aneh bagi kita hingga menyalahkan pihak Barat yang
mesupport rezim-rezim despotik hampir seluruh Dunia. Dengan kesadaran rakyat di
Timur tengah bersatu bukan saja antar Syiah dan Sunni tetapi juga antar Islam
dan Kristian sampai ke Amerika dan Eropa. Semoga Allah memunculkan Imam zaman
di akhir tahun 2012 ini, yang sekarang sedang dalam keadaan "Ghaib
Kubra". AAmin ya Rabbal aa'lamin.
Baarakallah li walakum
(angku di Awegeutah),
Acheh – Sumatra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar