BASYAR
ADALAH MAKHLUK YANG TIDAK BERBULU DI TELAPAK TANGANNYA.
ANDAIKATA
BERBULU BERARTI MAWAS ATAU GORILLA
BASYAR
ADALAH MAKHLUK YANG SEKEDAR EXIST DI PLANET BUMI INI MEREKA TAKPERNAH BERESENSI
KENDATIPUN
MEREKA ITU PINTAR DAN BERKEDUDUKAN TINGGI DALAM SYSTEM YANG MENZALIMI KAUM
MUSTADH'AFIN
hsndwsp
Acheh
- Sumatra
di
Ujung Dunia
Bismillaahirrahmaan
irrahiim
Ketika AS
melemparkan isu teroris, kita masih mampu berfikir justru AS lah teroris yang
sebenarnya tetapi disebabkan AS memiliki "co rong terbesar" Dunia
sekarang ini, dengan mudahnya menuduh pihak lain sebagai teroris. Andaikata AS
itu memanfaatkan Power yang mereka miliki, benar-benar untuk membebaskan
komunitas-komunitas yang terzalimi di seluruh pelosok Dunia seperti West Papua,
Republik Maluku Selatan dan Acheh - Sumatra, serta ko munitas-komunitas lainnya
seperti komunitas Kurdistan, Moro di Pilipina, Palestina di Timur tengah dan
komunitas-komunitas lain nya di benua Afrika, barulah benar AS dan penduduk
Duniapun akan salut kepada AS sebagai Polisi Dunia. Sayangnya realita tidaklah
demikian. Mereka telah melukai komunitas Afganistant, Irak dan tidak bersikap
jujur terhadap Republik Islam Iran, dimana yang terakhir ini sepertinya akan
mampu menempatkan dirinya sebagai pengundang Imam Akhir Zaman untuk meluluh
lantakkan segala bentuk kezaliman dipermukaan Bumi ini sebelum tiba masanya
Kiamat Dunia.
Yang ingin penulis
ingatkan, kenapa ketika kita saksikan orang-orang yang mendekam dalam penjara,
kita tidak mampu berfikir bahwa sesungguhnya persekongkolan antar
"Fir'un", "Karun" dan "Bal'am" dalam suatu system
yang despotic itu jauh lebih zalim da ripada pribadi manapun yang dijebloskan
dalam penjara kecuali koruptor kelas monster di priode Suharto sampai
Yudhoyono. Bu kankah kezaliman yang dibuat pribadi-pribadi tersebut akibat
ulahnya penguasa despotic itu sendiri? Andaikata mereka tidak menzalimi bangsa
Acheh - Sumatra, Acheh - Sumatra akan merde ka. Ketika Acheh - Sumatra telah
merdeka, pemerintah Acheh - Sumatra akan mengembalikan harta yang dianugerahkan
Allah dalam perut Bumi Tanah Rencong itu kepada pemiliknya (baca siapapun
mereka yang mendiami bumi Acheh - Sumatra) Andai kata realita ini dapat kita
saksikan, tidak ada lagi orang Acheh - Sumatra yang mendekam dalam
penjara-penjara di Tanah Ren cong. Seluruh penduduk Acheh - Sumatra akan
menggapai finan sialnya.
Persoalan yang utama
sekali manusia adalah finansialnya. Pabila pribadi yang diamanhkan Allah
menduduki jabatan Top Leader nya, pribadi tersebut takut kepada Allah. Pribadi
tersebut akan menunaikan kewajibannya sebagaimana diamanahkan Allah. Pertama
sekali yang dia lakukan adalah berdaya upaya untuk me raih finansialnya bagi
seluruh penduduknya. Namun kenapa feno mena tersebut hanya kita saksikan di
Norwegia sekarang ini? Apa kah orang non Islam lebih baik daripada orang Islam?
Bukan. Jus teru disinilah kita menemukan kuncinya bahwa penguasa dalam system
despotic beserta pribadi-pribadi yang bersekongkol dalam nya sesungguhnya bukan
orang Islam tetapi munafiq. Maaf, ”Qulil haq walaukana murra”, kata Rasulullah
saww.
Lihatlah di Acheh -
Sumatra, mengapa mayoritas penduduknya tidak berilmu? Pastinya disebabkan
mereka jangankan untuk me neruskan pendidikannya sampai kepeguruan Tingi,
mencari sesu ap nasi buat kehidupan keluarganya saja sepertinya mereka tak
mampu. Jadi yang sampai keperguruan Tinggi justru anak orang orang dimana orang
tua mereka memiliki harta untuk menyekolah kan anak mereka. Selebihnya adalah
anak orang-orang yang ber sekongkol dalam system Taghut hingga mereka dengan
mudah meraih finansialnya serta sanggup menyekolahkan anakanak me reka sampai
keperguruan Tinngi bahkan ke luar negeri.
Kalau kita mampu
membuka cakrawala berfikir, siapakah pemilik harta yang terkandung dalam Bumi
Acheh - Sumatra sesungguh nya? Orang-orang yang pintar dan teguh Iman akan
menjawab nya bahwa pemiliknya adalah seluruh manusia yang mendiami Tanah
Rencong. Tetapi kenapa mereka lantas menjadi bodoh terus-menerus hingga setiap
5 tahun sekali mereka hanya tergiring kekancah sandiwara yang tidak lucu itu?
Sekarang kita ulang kem bali siapakah sesungguhnya yang lebih zalim, penghuni
penjara kah atau penguasa despotic?
Justeru itulah
sering kita katakan bahwa para Ilmuwan, propessor, doktor dalam system Taghut
yang zalim, hipokrit dan korrupt ada lah pribadi- pribadi yang "berwajah
pucat". Sepertinya mereka ti dak mampu berpikir ketika berhadapan dengan
gagasan-gaga san para Ideolog yang "berwajah merah". Betapa banyak
dosen-dosen di perguruan tinggi Banda Acheh? Bagaimanakah sepak terjang mereka?
Bukankah setiap pribadi yang berilmu diamanah kan Allah swt untuk melepaskan
kaum mustadhafin dari belenggu yang menimpa kuduk- kuduk mereka? (QS, QS.7:157
& QS, 90:12-18).
'Bukankah semua
kerja mereka sia-sia saja andaikata mereka ti dak berdaya upaya untuk
melepaskan kaum yang tertindas eko nominya dimana-mana, di Acheh - Sumatra dan
bahkan di West Papua dan Ambon dimana mereka dilestarikan tubuhnya dalam
keadaan telanjang oleh para Basyar didikan Belanda? Masihkah kita membanggakan
diri sebagai pribadi-pribadi Muslim? Tidak pa hamkah kita bahwa 'Aqidah kita
sudah sirna begitu kita berga bung dalam system zalim, hipokrit dan korrupt?
Kenapa kita asik memfokuskan 'aqidah pada rumusan dua kata, "Lailaha
illallah, Muhammadur Rasulullah" sementara esensinya kita tak paham?
Bagaiman kita mendefinisikan Iman yang sesungguhnya? Masih kah kita
mengandalkan hadist-hadist palsu untuk membela diri sebagai pribadi-pribadi
Muslim?
ITU ADALAH BASYAR, BUKAN MANUSIA BERIMAN.
Yang namanya manusia difasilitasi Allah dengan alat
fikir di kepa lanya masing-masing. Apabila manusa tidak tundukpatuh kepada
Allah yang menjadikan Alam semesta serta diri mereka sendiri, mereka akan sesat
selama-lamanya biarpun rajin shalat, puasa, zakat, naik haji dan sebagainya.
(Kecuali mereka itu termasuk o rang awwam yang masih berkemung kinan besar
untuk diampuni Allah dosanya). Type makhluk seperti itu disebut Basyar, pinjam
isti lah DR Ali Syariati, ahli fikir yang belum ada duanya di jaman kita ini.
Basyar adalah
makhluk yang tidak berbulu ditangannya. Andai kata berbulu, berarti mawas atau
gorilla. Basyar makhluk yang sekedar exist di Dunia ini. Mereka tidak pernah
beresensi. Kendati pun mereka pintar dan berkedudukan sebagai Dosen atau maha
guru sekalipun, konon pula kalau mereka hanya sebagai warta wan, pegawai negeri
yang hanya berfungsi sebagai ”Pak Turut”, berbicara tentang kezaliman namun
tidak pernah sadar dimana mereka sendiri termasuk bahagian dari kezaliman itu
sendiri. Me reka terbuai dengan prestis: "Ah saya kan dosen, saya kan
jurnalis independent, saya kan khatib mesjid sebagai corang para muta kabbirun,
saya kan doktor bedah agar "penyakit" rakyat dapat saya
keluarkan"?
Perlu digaris
bawahi bahwa manusia memecahkan persoalan dengan pikiran yang dianugerahkan
Allah kepadanya, sedang kan basyar cendrung kepada prilaku binatang buas dengan
me nampilkan "Hukum Rimba" sebagaimana sepak terjang ”serigala –
serigala” haus darah dalam system despotic. Ini bukan pernyata an emosionil,
tetapi realita. Pernyataan saya ini memang pahit dan lebih pahit dari pil
Knine, namun itulah yang dapat menjem buhkan "penyakit malarianya"
bagi orang - orang yang bersekong kol dalam system thaghut despotic. Siapakah
diantara kita yang mampu menelan "pil pahit" ini? Siapakah yang mampu
berpatah balik sebagaimana Hurr bin 'adiy berpatah balik untuk memihak kepada
Imam Hussein di medan Karbala ?
Mampukah kita
menderita dalam Islam sebelum existnya system yang rahmatan lil 'alamin? Mampukah
kita mengikuti jejak Abu Dzar Ghifari sebagai prototype kaum mustadhafin yang
sadar apa sesungguhnya tujuan hidup di Dunia yang akan fana ini? Per nahkah
kita renungkan, kemana orang-orang yang hidup mewah dalam system yang menzalimi
kaum mustadhafin sekarang ini?
Mereka sedang
menjalankan siksaan Qubur sebelum di jebloskan ke dalam Neraka. (Na'uzu billahi
min dzalik). Berapa lamakah mereka menikmati hidup bahagianya? Hanya sebentar
saja, sementara dalam Neraka kekal selama-lamanya.
Model Abu Dzar Ghifari
dan Hur bin 'Adiy itulah yang termasuk manusia brillian, mampu melawan segala
fasilitas gemerlap yang di tawarkan penguasa zalim di zamannya, demi
keselamatan Akhi ratnya. Abu Dzar Ghifari memilih menderita dan mati di Hava dhah,
tempat terpencil akibat melawan penguasa zalim dimasa nya. Sementara Hur
memilih syahid bersama cucu Rasulullah saww, Imam Hussein bin 'Ali karamallahu
wajhah. Kalau anda bera sal dari anak orang yang bersekongkol dalam system yang
menza limi kemanusiaan itu, saya tidak terlalu fokus, tetapi betapa sa yangnya
anda-anda yang sampai kepeguruan Tinggi dari orang tua yang membiayai anda
dengan harta dari hasil keringatnya sendiri yang sah disisi Allah, berkesudahan
sama kelak dalam kea daan menyesali diri sendiri dihadapan Allah swt.
TINJAUAN FENOMENA
ALAM
Manusia hidup di
Dunia ini penuh dengan ujian dan tantangan untuk menuju tempatnya semula (baca
tempat Adam bersama Siti Hawa) Andaikata tidak berhasil, mereka akan masuk
Neraka dan kekal selama-lamanya. (na'uzu billahi min zalik). Hal ini dapat kita
analisa proses tumbuh-tumbuhan sebagai "ayat" Allah yang alami.
Ambillah contoh pokok kelapa dimana setiap tungkulnya bisa berbunga
lebih-kurang seribu bakal buah. Namun yang sem pat menjadi putik lebih-kurang
lima puluh buah. Lalu putik tersebut mampu menjadi kelapa siap pakai
lebih-kurang 25 buah (kelapa muda), itu pun masih teruji lagi dengan gangguan
tupai sehingga tinggal hanya lebih-kurang 10 buah yang dapat bermanfa'at un tuk
manusia.
Kemudian kita lihat contoh yang lain dari pohon Durian
yang representant, mampu berbunga satu milyar calon buah. Dari
satu milyar itu yang sempat jadi putik lebih-kurang satu juta. Dari satu juta
itu yang berhasil untuk melawan ujian sengatan serangga, hembusan angin,
guyuran hujan dan sebagainya lebih kurang 5 ratus buah. Dari 5 ratus buah itu
masih mengalami ujian jenis lainnya seperti kalong, tupai dan penjakit alami
lainnya yang membuat buah itu tawar rasanya. Akhirnya yang dapat berman faat
untuk manusia atau memenuhi standar durian sekitar lebih-kurang 200 buah saja.
Demikianlah
gambaran manusia ini. Pertama kita ambil saja yang telah berikrar untuk
mengucap dua kalimah syahadah di Tanah Rencong. Lalu di uji lagi yang ada
melakukan Shalat, Puasa dan membayar Zakat. Lalu di uji lagi dengan beramar
makruf nahi mungkar. Akhirnya diuji dengan "Bahtera" yang kita naiki,
apakah bahtera yang tunduk patuh kepada Allah atau kepada Thaghut, apakah
mereka termasuk orang-orang yang bersatupadu untuk membela kaum mustadhafin,
melepaskan beban yang menimpa kuduk-kuduk mereka (QS.7:157 & QS,90:12-18)
atau egois dan bangga sebagai dosen dalam system Thagut yang zalim, hipokrit
dan korrupt, maha guru, Propessor, Doktor, Direktur suatu surat kabar,
sementara semua mereka itu hanya mementingkan diri dan keluarganya
masing-masing.
Akhirnya penganut
Islam di Dunia yang lebih kurang 2 milyar, tinggal yang benar-benar beriman
mungkin hanya sekitar ratusan juta saja yang redha Allah. Bayangkan berapa
jumlahnya yang termasuk benar-benar beriman dari orang-orang yang ada di Dunia
termasuk pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan West Papua?
Sekarang kita
bertanya pada diri kita masing-masing adakah saya ini termasuk dalam bilangan
orang-orang yang benar-benar beri man, sehingga terbebas dari siksaan api
Neraka ? Jawabannya marilah kita berusaha dan berdoa sesuai dengan petunjukNya
sebagaimana yang diaplikasikan para Rasul, Imam - Imam dan Ulama warasatul
ambia, bukan ulama gadongan. Andaikata kita termasuk orang yang terlanjur
berada dalam system yang men zalimi kaum mustadhafin, cepatlah berpatah balik
sebelum terlam bat. Disinilah gunanya tulisan saya yang tidak bermaksud untuk
menyakiti hati siapapun tetapi demi menyelamatkan manusa dari bahtera Namrud ke
bahtera Ibrahim, dari bahtera Fir’un ke bah tera Musa dan Harun, dari bahtera
Kaisar-kaisar di Rhoma ke bahtera ’Isa bin Maryam, dari bahtera Abu Sofyan ke
bahtera Muhammad saww, dari bahtera Muawiyah ke bahtera Imam ’Ali bin Abi
Thalib, dari bahtera Yazid bin Mu’awiyah ke bahtera Imam Hussein, dari bahtera
Syah Reza Palevi ke bahtera ”Imam” Kho maini, dan seterusnya.
Nah persoalan yang
terjadi diantara orang - orang yang berse kongkol dalam system thaghut despotic
dan orang - orang yang antithesis dengannya juga merupakan proses ujian Allah
untuk me nentukan kemenangan atau kekalahan Akhiratnya, kendatipun kebanyakan
manusia enggan melihat persoalan kenegaraannya dengan kacamata Al Qur-an.
Akibatnya mereka cenderung me nampilkan "hukum Rimba", Yang kuat
memakan yang lemah, yang kaya memperbudak yang miskin, yang pintar
membodoh-bodohi kaum mustadhafin.
Billahi fi
sabililhq
hsndwsp
di Ujung Dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar