Minggu, 25 Maret 2018

ANTARA PENDAKWAH BERKHIDMAT DAN BERISLAKH





ALLAH SWT MENUNTUT HAMBANYA YANG BERIMAN KEPADANYA, RASULNYA DAN ULILAMRI YANG DIUTUS PASKA KEWAFATAN RASULULLAH UNTUK MENERUSKAN DAKWAH BERISLAKH BAGI SETIAP MANUSIA KUTUB HABIL YANG MEMILIKI KEMAMPUAN AGAR MANUSIA KUTUB QABIL SEGAHAGIANNYA SADAR UNTUK BERPATAH BALIK DAN MENJADI MANUSIA KUTUB HABIL

hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia

*Sepertinya terlalu sedikit dari para Alim di Indonesia yang memahami al Maidah 51 secara benar. Mereka sepertinya tidak pernah melihat ada nya al Maidah 82 yang memperjelas fenomena ayat 51. Ini bukan ke sombongan, bahwa Zakir Naik saja tak paham fenomena al Maidah 51 dan 82 hingga Zakir tanpa menyadari telah menzalimi Ahok yang brillian




Bismillaahirrahmaanirrahiim
Suatu hari ada 4 pendakwah melakukan prakteknya di kalangan masyarakat dan disaksi kan oleh Imam ‘Ali bin Abi Thalib sebagai Amirul Mu'minin saat itu di Kofah, Irak. Pendakwah pertama berceramah hingga mampu membuat pendengar ketawa terba hak-bahak. Adalah hal yang sama dilakukan juga oleh pendakwah kedua dan ketiga. Lalu Imam ‘Ali bangun hingga ketiga pendakwah tadi tau apa yang hendak dilakukan Imam, lalu mereka lari terbirit-birit. Pendakwah keempat bangun dan memberitahukan Imam bahwa dia tidak bersalah dengan alasan belum diberikan kesempatan untuk berceramah. Imampun mempersilakan dia untuk naik panggung.

Tidak seperti ketiga pendakwah tadi, pendakwah keempat ini saat berbicara tentang Neraka mengalir airmatanya hingga pendengarpun ikut menangis. Saat dia berbicara tentang Surga wajahnya mulai berbunga-bunga namun saat dia berbicara perjuangan mulai merah matanya hingga wajahnyapun ikut memerah. Setelah turun panggung, Imam mengatakan bahwa pendakwah keempatlah yang benar-benar sebagai pendakwah yang haq sementara pendakwah yang pertama, kedua dan ketiga adalah tukang san diwara.

Pendakwah yang pertama, kedua dan ketiga adalah pendakwah yang berkhidmat. Pendakwah sema cam itu tidak mencari redha Allah tetapi mencari redha publik atau masyarakat. Pendakwah yang semacam inilah yang disenangi kebanyakan penduduk dunia dewasa ini. Andaikata pendakwah sema cam itu mendapat undangan dari kumpulan wanita yang menga ku beragama Islam tetapi mereka tidak tutup aurat yang berarti tidak beriman kepada kalam Allah surah an Nur 30-31 dan al Ahzab, dapat dipastikan tidak akan pernah menjelaskan apa Kata Allah dalam surah an Nur dan al Ahzab ter sebut, kenapa? Dia khawatir kalau dia sampaikan ayat-ayat tersebut besar kemungkinan tidak akan di undang lagi buat masa-masa berikutnya, dengan demikian dia akan kehilangan amplopnya.

Dizaman Suharto wanita-wanita PKK berpakaian khusus tanpa menutup aurat tetapi kita tidak tau persis apakah wanita PKK sekarang priode Jokowi sudah tutup auratnya atau belum. Disaat itu juga para pendakwah kebanjiran amplop di musim-musim bulan Maulid namun mereka tidak pernah me nyentuh kezaliman penguasa, takut berhadapan dengan penjara. Mereka asik berbicara tentang persoa lan mempelai lelaki pulang kepada mempelai perempuan, hukum mandi wajib dan doa-doa masuk WC, dengan gaya kocak ala Zainuddin MZ dan AA Gym yang membuat partisipan ketawa terbahak-bahak. Itulah yang namanya pendakwah berkhidmat. Mereka berkhidmat kepada penguasa dan masya rakat yang sami’na waata’na kepada penguasa. Sementara kaum mustadhafin tetap menjadi bulan-bu lanan para Bal’am yang bercokol di lembaga MUI.

Adapun pendakwah yang haq disisi Allah serta mendapat redhaNya adalah pendakwah yang beris lakh. Mereka berdakwah bukan untuk menyenangkan masyarakat tetapi untuk memperbaiki kesala han mereka agar menemukan kebenaran sejati bukan kebena ran semu, konon pula membuat mereka ketawa terbahak-bahak. Kalau pendakwah semacam itu mendapat undangan dari Ibu-ibu PKK, dia a kan menyampaikan pesan Allah dalam surah an Nur dan al Ahzab sesuai ‘penyakit’ yang sedang di hinggapi kaum hawa itu serta berpesan kepada mereka agar tahut kepada Allah bukan takut kepada Manusia. Pendakwah semacam itu tidak takut kehilangan isi amplopnya. Dia tidak berdakwah agar di undang lagi waktu-waktu berikutnya. Dia mencari redha Allah bukan sekedar redha manusia.

Kedatangan Raja Arab Saudi yang lalu ke Indonesia membuat kita bertanya-tanya, kenapa rakyat Indonesia tidak berpikir kritis agar terbongkar kezaliman kerajaan tersebut yang meng klaim diri seba gai penganut Islam sementara mayoritas rakyat Arab Saudi hidup morat-marit. Mereka yang kaya aki bat kedekatannya dengan penguasa negara hidup bersenang-senang atas penderitaan kaum mustadh afinnya. Kalau Indonesia berkiblat ke Arab Saudi di zaman Suharto sampai Yudhoyono, bukankah di zaman Jokowi rakyat sudah mulai sadar, benarkah?

Yang namanya Islam itu memang pasti "Kaffah" tetapi kita bersabar bahwa di zaman Jokowi rakyhat sudah mulai merasakan kenikmatannya walaupun belum 100% dan belum sampai keseluruh kawasan termasuk Acheh-Sumatra. Ketika sang Raja Arab itu datang, seharusnya wanita-wanita Indonesia ti dak lagi berpakaian ala putri-putri raja yang tidak Islami tetapi sudah waktunya untuk berkaca dan menelusuri bagaimana pakaian putri kesayangan Rasulullah saww, Fatimah az Zahara. Prototype pakaian Az Zahara dapat anda saksikan pada photo yang terpampang di bawah ini.

Bagi Muslim sejati dituntut Allah agar masuk Islam secara Kaffah, namun kita tetap menghor mati pe nganut agama apapun yang berwawasan kemanusiaan macam Ahok alias Basuki Cahaya Purnama. Sayangnya beliau yang berwawasan kemanusiaan, kerakyatan, pintar, jujur, berani dan bijaksana ser ta mampu memberantas korupsi dan berbagai bentuk jenis kezaliman lainnya di Jakarta, dituduh me nistakan agama. Belum ada seorang pemimpinpun yang mengaku ber KTP Islam di Indonesia, tegas memberantas korupsi dan kezaliman jenis lainnya di kota Jakarta kecuali presiden Jokowi dan Ahok.

Para penghuni di lembaga MUI dulu bersekongkol dengan penguasa di zaman Suharto sampai Yu dhoyono (semoga Yudhoyono bertaubat mendengar keterangan saya ini), sebaliknya mulai bersebe rangan jalan dengan presiden Jokowi dan juga Ahok, kenapa? Sebabnya Presiden Jokowi mulai men jadi pembela Rakyat dan penampilannyapun macam orang biasa. Semoga Presiden Jokowi sadar bahwa MUI harus dibubarkan agar niatnya membela Rakyat tidak terhambat oleh para Bal’am terse but. Alhamdulillah kita memahami esensi Haji dimana antara manusia-manusia yang jahat itu justeru para Bal’amlah yang paling berbahaya bagi kemanusiaan:



Kini saat Ahok berpihak kepada kaum mustadhafin Jakarta serta menyatakan tekatnya untuk mem berantas korupsi, sang Bal’am malah berdaya yupaya untuk menyingkirkan Ahok dengan tuduhan palsu bahwa ahok pendusta agama. Mereka dan pengikutnya tidak sadar bahwa justeru merekalah pe nista agama yang sebenarnya, membiarkan kaum mustadhafin hidup senin-kemis sementara para Bal ’am hidup dengan "sedekah penguasa".

Para Bal’am memang realitanya tidak memahami bahwa Qur-an itu ada hubungan antara satu ayat dengan ayat lainnya. Ayat 51 surah al Maidah memang mutlak dilarang Allah berteman baik dengan Yahudi dan Nasrani yang beraliansi satu-sama lainnya dan siapapun yang tidak menggubris larangan Allah ini, mereka pasti tidak lagi termasuk Muslim disisi Allah swt. Kemudian perlu kita tambahkan bahwa kalau berteman saja dilarang, memilih sebagai pemimpinpun lebih terlarang lagi (So tidak jadi soal, multi terjemahan). Yang musti kita pertanyakan, apakah Allah melarang kaum Muslimin berte man dengan semua Yahudi dan Nasrani? Jawabannya pasti "TIDAK". Ketika kita menggunakan ayat 51 dalam khazanah HUKUM, kita musti lihat ayat lainnya diantaranya ayat 82 surah yang sama. Ahok termasuk fenomena dalam ayat 82 bukan ayat 51;

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berka ta: “Sesungguhnya kami ini adalah Nasrani”. Yang demikian itu disebabkan diantara mereka itu (o rang-orang Nasrani) terdapat Pendeta-pendeta dan Rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri”. (QS, al-Maidah : 82)

Dengan demikian jelaslah benar ucapan Ahok di Pulau Seribu bahwa Ahok tidak menistakan agama sebab beliau masuk dalam kategori ayat 82 bukan ayat 51. Apakah masih terlalu sukar untuk dipa hami?

Kedua Andaikata Allah tidak menurunkan ayat 82 surah al Maidah, Ahokpun tidak boleh dihukum dengan ayat 51, kenapa? Sebab Indonesia bukan Negara Islam tetapi Negara Muslim/orang Islam. Ayat tersebut diturunkan dalam system Islam dan untuk System Islam bukan untuk System Thaghut. Seharusnya andaikata penghuni lembaga MUI bukan Bal’am, mereka tau apa bedanya antara Negara Islam dengan Negara orang Islam/Muslim.

Habib Rezieq seharusnya bertaubat kalau dia masih menginginkan agar FPI tidak dibubarkan peme rintah yang memihak Rakyat sekarang. Sebetulnya kritik ini buat mereka bukan atas dasar benci teta pi atas dasar kewajiban kaum Muslimin saling nasehat-menasehati. Kita pernah dikritisi teman fb bah wa tidak baik kita berulang-ulang atas persoalan yang sama. Kita berkeyakinan bahwa sebelum perso alan tersebut ditindaklanjuti dengan benar, perlu kita kritisi terus menerus hingga berhasil. Bukankah Allah sendiri mengulang berkali-kali terhadap persoalan yang penting di dalam Al Qur-an?



Billahi fi sabilil haq
Angku di Tampokdjok, Awegeutah
Acheh - Sumatra






Tidak ada komentar:

Posting Komentar