Selasa, 20 Maret 2018

MENELUSURI PERANG KARBALA DAN MODEL PEMERINTAHAN IMAM ALI/SYSTEM ISLAM MURN MUKHTAR TSAQAFI II




DAKWAH ITU ADA DUA KATAGORIE, BERKHIDMAD DAN BERISLAKH
BERKHIDMAD JUGA ADA DUA, MEMBUAT MASSA KETAWA TERBAHAK-BAHAK DAN MEMBUAT MASSA SERIUS TETAPI SAMA DENGAN STATUSQUO BERKHIDMAT KEPADA PENGUASA DESPOTIC.
PENDAKWAH BERISLAKH MEMPERBAIKI BENAR-BENAR BERPEDOMAN PADA RASULULLAH DAN IMAM ALI. MENYAMPAIKAN YANG SEBENARNYA WALAUPUN PAHIT
(KREATIF, OPTIMIS,DINAMIS DAN SYSTEMATIS)



Bismillaahirrahmaanirrahiim


Film Perang Karbala Riwayat Mukhtar 12

KERAJAAN ABDULLAH BIN ZUBEIR MACAM TAHTA NABI SULAI MAN
Orang yang pertama ditemui Mukhtar setelah Muhammad al Hanafiah ada lah iparnya, Abdullah bin Umar. Mukhtar mengajak Abdullah untuk bangkit membela kesyahidan Imam Hussein. Tetapi Abdullah keliru dalam memahami perjuangan yang menentukan Akhirat kelak. Walaupun Abdullah bin Zubeir mengaku di rinya sebagai Khalifah, masih saja merayu orang-orang cacat untuk menggunakan Kuli pemikul tandu miliknya. Ketika pengabdi Abdullah, Ibnu Munthi mengucapkan selamat atas kedatangan Kesatria Tsaqafi, Mukh tar justeru me nanyakan kenapa politikus Mekkah semuanya bernama Abdul lah. Ketika pelayan tersebut mengatakan makruh menutupi muka di Ka’bah, mukhtar langsung menyindir pedas, bahwa dia takut kepada hamba setan yang menyebut dirinya pelayan Ka’bah (Abdullah bin Zubeir). Ibnu Munthi menjawab sindiran Mukhtar dengan gaya "hikayat musqang". Kemudian Mukhtar disambut pengabdi Abdullah bin Zubeir lainnya yang juga menggu nakan gaya "hikayat musang" yang membuat Mukhtar muak dalam hatinya. Kata Mukhtar, dia ingin bertemu dengan orang yang punya banyak gelar itu.

Lalu "Tahta Sulaiman" pun muncul, hampir saja mengenai kepala Mukhtar. Abdullah bin Zubeir mengucapkan selamat kepada Mukhtar tetapi Mukhtar justeru ketawa yang membuat Abdullah juga ketawa. Ketika Abdullah mena nyakan kenapa ketawa, kata Mukhtar, sungguh konjol, ini menggelikan tam bahnya lagi. Abdullah bin Zubeir adalah Khalifah yang tidak berbeda sepak terjangnya dengan kerajaan tetapi Mukhtarlah namanya yang demikian be rani mengkritik Abdullah. Ikutilah perdebatan antara Mukhtar dengan Khali fah Bani Zubeir ini via video 12 ini.

Dalam pertemuan pertam antara Abdullah dan Mukhtar tidak membuahkan hasil yang menyenangkan bagi Abdullah. Bahkan Abdullah sempat mengan cam Mukhtar untuk membunuhnya, demikian kasar dan kejam, penentang Imam Ali dan bahkan Ayahnya sendiri via kedekatannya dengan Aisyah bin Abubakar. Sebentar kemudian Mukhtar benjumpa dengan orang Irak, Hani bin Jubbah Wada’i. Mukhtar memintanya membantu perjuangan menghan curkan Ibnu Marjanah, anak pelacur yang diangkat Yazid sebagai Gubernur Kofah, dan juga mengabarinya kepada ke luarganya di Irak.

Kemudian Mukhtar pergi menemui Ibunya di Thaif. Kepungan tak kasat mata bani Zuber terus saja memonitor gerak Mukhtar hingga membutnya tidak da pat bertindak apapun. Pertemuan Abu Ishaq (sebutan kehormatan Mukhtar) dengan teman-temanyapun diketahui klan Zuber. Beruntung Mukhtar memili ki Ibu yang sangat pintar dan juga bijak, mampu menasehati anaknya seca ra benar. Anda dapat menyaksikan di video ini dialog Mukhtar dengan Ibun da tersayangnya. Memang banyak orang mengira Mukhtar keliru menggu nakan Irak sebagai imbalannya membai’at Abdullah bin Zuber bin Awwam. Mereka belum mampu memahami tingkat pengetahuan Mukhtar tentang politik. Mukhtar meyakini dengan memiliki kekuasaan di Iraklah, mampu mem bunuh semua tokoh Bani Umaiyah yang terlibat dalam pembantaian Imam sahabat setia dan keluarganya. Berbeda dengan Sulaiman yang hanya me nangis dan mengharapkan kesyahidan serta pengampunan dari kesalahan nya tidak membantu Imam Hassan dan bahkan Imam Hussein setelah me ngundangnya ke Kofah.

Setelah klan Zuber mengetahui Yazid akan menyerangnya dibawah koman do Hushain bin Numair Syakuri, mereka berdaya uopaya untuk membujuk A bu Ishaq untuk membai’atnya supaya dapat menghadapi gempuran pasu kan Syam yang sudah dekat. Klan Zuber memberikan perintah kepada Ibnu Munthi dan Ibnu Sahl untuk membujuk Mukhtar lagi walaupun pernah terlan jur ucapannya mengancam, akan membunuh Mukhtar saat pertemuan per tama. Terjadi dialog antara Ibnu Sahl dengan Mukhtar yang tidak segan-se gan mengucapkan yang kalimat pedas kepada Ibnu Sahl disebabkan keke liruan klan Zuber dan juga mengganggu shalatnya. Sahl minta Muk htar ja dikan dirinya sebagai perantara dengan khalifahnya. Mukhtar menanyakan saat beliau meminta imbalan kenapa Abdullah menolak. Dalam dialog tersebut Mukhtar mengancam klan Zuber, apakah bersedia memberikannya Irak sebagai syarat atau tidak mendapat bai’atnya.

Pertemuan kedua, Abdullah meminta Mukhtar duduk bersamanya dalam kursi putar. Setelah berkomat-kamit Abdullah menguklurkan tangan untuk di bai’at tetapi Mukhtar acuh saja dan berkata: "Sebaiknya sebelum aku mun tah dan mengotori tempat suci ini, perintahkan untuk menghentikan korsi putar ini”. Abdullah masih berargumen tetapi Mukhtar lagi-labi berani menga takan yang pedas: "Sungguh terkutuk setan, anda salah membandingkan”, sambil melompat keluar dari korsi. Mukhtar berkata: "Pada dasarnya aku me nentang segala hal yang memusingkan”, lalu pergi. "Kau menang Mukhtar” kata Ibnu Zuber.  Akhirnya klan Zuber terpaksa menyetujui syarat Mukhtar wa lau ditambah 2 syarat lagi, yaitu Abdullah harus bermusyawarah dengan Mukhtar a papun masalah negara dan Mukhtar bebas menemui Abdullah kapanpun dia perlu tanpa melalui prosedur apapun.

Film Perang Karbala Riwayat Mukhtar 13

Dizaman kita inipun terlalu banyak manusia yang menuhankan atasan ma cam Umar bin Sa’at bin Umar ini. Padahal dia tau bahwa Ayahnya Sa’at bin Abi Waqas dibunuh oleh isteri Mu’awiyah dengan racun setelah dibunuh Ib nu Umair dan Asy’at, ayah dari isteri Imam Hassan. Padahal Ibnu Umair dan Asy’at bersekongkol dengan Syimir untuk merayu Ja’dah isteri Imam untuk meracuni suaminya.

Para musuh Imampun sampai dizaman kita ini juga menuduh pengikut Ahlul bayt, menuhankan Imam Ali, Imam Hassan, Imam Hussein dan 9 Imam lanjut annya. Kalau kita memiliki Ideology Islam Murni, sadar bahwa siapapun yang taat kepada para Imam setelah Rasulullah, bukanlah menuhankan mereka melainkan menta’ati Allah sendiri. Sebab Allahlah yang menyuruh hamba Nya untuk menta’ati para Imam setelah Rasulullah agar manusia tidak sesat paska kewafatan Rasulullah saww. (Ati’ullah wa ati’ur Rasul, wa ulil amri ming kum) dan juga kata Rasulullah yang membuat istilah “Ulil amri mingkum jelas bagi manusia yang mau berfikir ” : “Kutinggalkan kepada kalian dua hal, al Qur-an dan Ittrahku agar kalian tidak sesat selama-lamanya sampai menemuiku di pancutan Kautsar”. Sayangnya Hadist ini, sebagai filtur juga di palsukan, kata Ittrahku digantikan dengan kata Sunnahku.

Logikanya kalau Rasulullah mewajibkan kita menta’ati Orang tua, kecuali orangtua kita sesat, apakah kita menuhankan orangtua? Andaikata Rasu lullah juga mewajibkan menta’ati orangtua kita walaupun zalim, barulah namanya menuhankan orangtua. Demikian juga saat kita mentaati pengu asa yang zalim, kita telah menuhankan penguasa dan kelak Allah akan me masukkan kita kedalam Neraka bersama penguasa zalim tersebut (Na’uzu billahi min zalik).

Dalam sejarah Perjuanagn Imam Ali, Imam Hassan dan Imam Husseinpun be gitu banyak manusia yang menuhankan atasan demi memperoleh Syurga dunia, pastinya mereka akan mendapat Neraka di Akhirat. Sekarang kita tiba pada sepakterjang manusia-manusia yang menuhankan atasan, mengikuti agama para Bal’am atau agama para manusia kutub Qabil. Antara agama Islam kutub Qabil dan kutub Habil, jelas sekali perbedaannya bagi manusia yang memahami istilah “wa ulil amri mingkum dalam Qur-an” sebab diperjelaskan oleh Hadist Tsaqalain untuk mengikuti Al Qur-an dan Ittrah Nabi suci, bukan mengikuti sunnah yang telah dipalsuikan. Disitulah kuncinya kita memahami kebenaran diantara sekian banyak kepalsuan yang membuat manusia masuk perangkap para Bal’am yang diyakinia sebahgai Ulama be naran.

Lihatlah bagaimana Umar bin Sa’at bin Abiwaqas, menuhankan Ubaidillah bin Ziyat yang telah menuhankan Mu’awiyah bin Abu Sofyan dan Yazid bin Muawiyah. Mereka tidak segan-segan memuji atasan demi memperoleh Syurga dunia. Sementara Mukhtar juga dituduh Abdullah bin Zuber tidak ada beda dengan dirinya sebab Mukhtar meminta syarat bai’at untuk memiliki kekuasaan di Irak. Mereka yang tidak mampu memahami Ideology Mukhtar, tidak mampu berpikir bahwa tanpa kekuasaan Mukhtar mustahil menghabisi semua  pembantai Imam Hussein, keluarganya dan para sahabat setianya di Karbala. Sebelum Mukhtar berangkat ke Mekkah, beliau tidak mampu mela wan Gubernur pasukan penyembah kekuasaan sebab Mukhtar belum memi liki power/kekuasaan. Mukhtar terpaksa memilih masuk penjara di Kofah, agar pengikutnya selamat untuk kemudiannya mengalahkan mereka yang telah menzalimi Imam Hussein.

Kini Mukhtar sedang bersiap untuk membuat pasukan Yazid yang hendak me nyerang Ka’bah, bertekuk lutut dan membuat Abdullah bin Zuber cs terpana atas kehebatan Mukhtar. Sebelumnya Ubaidillah meyakini pengikutnya bah wa dia tau betul menghadapi Mukhtar cs, namun apa yang diyakini Ubaidil lah keliru 180 derajat. Disinilah terbukti kepiawiyan Mukhtar dalam berpolitik dengan Ibnu Zuber dan Ibnu Marjanah. Sementara di Mekkah Ibnu Zuber se dang memuji Mukhtar selangit. Mus’ab dan adik-adiknya tidak setuju kepada Mukhtar dijadikan panglima perang namun semua keresahan mereka dapat dipatahkan abangnya, Abdullah bin Zuber. Pengaruh Mus’ab yang anti Mukhtar, Abdullah sempat mengusulkan pada Mukhtar agar bertahan dalam Ka’bah, namun Mukhtar dapat mematahkan argumen Abdullah agar tidak berperang dalam Ka’bah.



Film Perang Karbala Riwayat Mukhtar 14

KA’BAH DISERANG TENTARA YAZID DENGAN KETAPEL API, ADULLAH BIN ZUBER MEMBIARKAN HINGGA MUKHTAR MENCELANYA-

Ibnu Sahl, pembantu Abdullah bin Zuber coba melakukan lelucon terhadap ketua kaum Khawarij. Najdah bin Amir. Ketua Khawarit demikiann kagum saat melihat korsi putar milik Klan Zuber. Lalu dia menanyakan apakah korsi itu bisa terbang? Setelah berdialog dengan ketua Khawarij, Ibnu Sahl menekan tombol kursi hingga membuat ketua Khawarij mekkah ketakutan sampai membaca surah Annas. Lalu Mukh tar muncul dengan mengatakan Ahlan wasahlan yang membuat ketua kaum Khawarit beertambah takut. Mukhtarpun ketawa, keheranan melihat penampilan ketua Khawarij. Mukhtar juga memperlakukan ketua Khawarij dengan lucu juga. Lalu Mukhtar memperkenalkan dirinya sebagai Panglima, dan terjadilah kesepakatan untuk memerangi klan Yazid bin Muawiyah. Abdullah bin Zuber heran bagaimana Mukhtar bisa menarik hati klan Khawarij sementara dia pening berhadapan dengan kaum khawarij.

Ketika pasukan Ka’bah dibawah pimpinan Mukhtar berhadapan dengan pasukan Syam, Husyain bin Numair berorasi dengan tepat sekali terlepas klan Yazidpun sama menyimpang  dari petunjuk Allah dengan klan Zuber. Mus’ab minta pada Abdullah untuk menjawab klan Umayyah tetapi Abdullah me larangnya sebab Mus’ab panglima sayap kanan. Lalu Munzar muncul untuk menjawab tantangan. Disaat itu kita menyaksikan isteri Munzar yang memperbudak manusia yang dulunya sudah dihapus Oleh Nabi Yusuf di Mesir dan diperjelas kembali oleh Rasulullah, utusan terakhir. Tandu boleh digunakan untuk menolong orang lemah dan orang sakit. Ini sisi lainnya memperlihatkan kita kesesatan klan Zuber macam kerajaan Fir’un di zaman pra Nabi Yusuf as.

Munzar putra Zuber bin Awwam yang ke 4 berorasi dengan garangnya, hingga salah seorang pasukan Syam diperintahkan untuk menjawab orasi Munzar dengan duel satu lawan satu.  Singkat ceritanya keduanya gugur dalam duel tersebut hingga Mus’ab menangis. Selanjutnya Mukhtar tampil untuk berduel hingga pihak Syam memunculkan petarung yang menakutkan. Tubuhnya demikian besar dan kekar, berorasi: “dengan apa kau mau mati nak?, aku lebih suka menelan saja” . Tetapi saksikanlah bagaimana Mukhtar merobohkan monster dari Syam itu dengan hanya sekali tebas.  Lalu Hushain bin Numair meminta Mukhtar agar tidak bergabung dengan klan Zuber yang penipu.  Akibat pukulan Mukhtar yang membuat hadirin terpana, Numair mengumumkan penghentian perang.

Diwaktu malam saat Mukhtar merenungkan untuk menghukum pembunuh rombongan Imam Husein di Nainawa, pasukan Syam melontarkan ketapel api kepasukan Mukhtar yang sedang tidur. Mukhtar berteriak keras untuk menyelamatkan pasukannya dari ketapel api. Peristiwa tersebut terkenal dalam sejarah kezaliman bani Umaiyah yang sempat membuat Ka’bah terbakar. Abdullah bin Zubeir tidak berusaha untuk mencegah kebakaran Ka’bah, dia malah menginginkan agar Ka’bah terbakar. Dia mengira dengan terbakarnya Ka’bah, manusia tau bahwa pasukan Yazid sama dengan tentara Abrahah yang hendak menghancurkan Ka’bah di zaman Abdul Muthallib, kakeknya Rasulullah saww.

Menyaksikan sepakterjang Abdullah dan Mus’ab  yang enggan membantu Mukhtar untuk memadam kan api, Mukhtar mulai hilang kepercayaannya terhadap klan Zuber sampai mengeluarkan kata-kata: “Manusia macam apa kalian, yang rela Ka’bah terbakar? ”.  Dengan pimpinan Mukhtar, ka’bah selamat dari kebakaran kecuali hanya kain penutup saja yang sempat terbakar.


Perang Karbala Riwayat Mukhtar 15

Setelah api padam, muncullah berita kematian Yazid bin Muawiyah. Baik diantara kalangan pasukan Syam dan pasukan  Mekkah muncul juga berma cam spekulasi atas kematian Yazid. Dikalangan pasukan Syam bertekat untuk menghentikan peperangan, hingga pasukan Mekkahpun tidak perlu melanjutkan perang lagi. Seluruh kota di semenanjung Arab, Syam dan Irak bergolak dengan kematian Yazid tetapi kota Kufah lebih bergolak dibanding kota-kota lainnya. Hal ini disebabkan orang-orang Kufah menganggap mere ka terlibat dalam peristiwa Karbala dan paling layak disalahkan. Ketika berita kematian Yazid  bin Muawiyah sampai di Kofah, Ubaidillah bin Ziyad berada di Basrah. Ketidak hadirannya membuka jalan bagi oposisi untuk mengambil alih kota Kofah. Dalam kesempatan tersebut Sulaiman yang tidak hadir membantu Imam Hussein setelah mengundangnya ke Kofah, mengibar kan bendera perlawanan terhadap bani Umaiyah. Dalam hal ini wakilnya mulai berorasi sebagai Tawwabin:......

Disisi lainnya Syimir yang menggorok leher Imam Hussein, mendorong Umar bin Sa’at bin Abi Waqas untuk mengambil alih mimbar mesjid Kofah sebagai pengganti Ubaidillah yang sedang berada di Basrah.  Ketika Umar bergegas mendekati mimbar, dia  jatuh dihadang oleh sekelompok wanita Kofah. Salah seorang dari mereka berorasi dan mencela mereka yang terlibat dalam pembunuhan Imam Hussein. Syimir coba membela Umar tetapi wanita itu demikian berani meluluhlantakkan Syimir dan pengi kutnya. Kerumunan wanita itu berhasil menghalau Syimir dan Umar, menyerang dengan lemparan bebatuan.

Kemudian dalam keadaan menangis cengeng, Sulaiman mulai buka mulut kembali, menyatakan kesalahannya terhadap Imam Hussein, tidak membantu setelah mengundangnya. Kalau Mukhtar tidak hadir membela Imam disebabkan beliau telah dipenjara gubernur Kofah, yang pada hakikatnya Mukhtar dipersiapkan Allah untuk menuntaskan pembunuh-pembunuh Imam Hussein, yang akan kita saksikan nanti. Kiyan dan Bin Kamil  hadir saat Sulaiman berorasi sambil menangis, lalu Kiyan mengatakan andaikata Mukhtar ada di Kofah. Bin Kamil menanyakan apa yang meragukan anda, Kiyan? Kiyan menjelaskan bahwa dia khawatir semangat yang dibakar Sulaiman dan wakilnya tidak akan berlangsung lama. Ingatkah anda peristiwa Muslim bin ‘Aqil?,  orang Kofah bagaikan semak kering yang mudah terbakar dan mudah padam. Andaikata Abu Ishaq ada disini beliau mampu menghimpun orang-orang yang lebih baik , imbuhnya.

Sementara di Mekkah Mukhtar dengan sembunyi-sembunyi dari mata-mata Klan Zuber, menemui Muhammad al Hanafiah bin Ali. Dari pertemuan ini mereka membahas situasi saat itu dan yang terpenting membahas bagaimana sepakterjang Abdullah bin Zber, dimana Abdullah dan pengikutnya lebih berbahaya daripada bani Umaiyah. Abdullah bin Zuber bertekat untuk berdamai dengan Pasukan Ibnu Numair yang berjanji membai’at Ibnu Zuber. Mukhtar berpendapat menghukum ibnu Numair yang telah membakar Ka’bah tetapi muncul politikus dari Abdullah bin Zuber membantah pendapat Mukhtar.  Mukhtar diberitahukan Najdah bin Amir bahwa Klan Zuber telah mengumpulkan kayu bakar di suatu lembah untuk membakar semua Bani Hasyim................................................

Saya sependapat dengan apa yang dikatakan Muhammad al Hanafiah bin Ali dan Mukhtar Tsaqafi. Menurut saya Bani Umaiyah  dan bani Zuber perbandingannya macam orang kafir Harbi dengan kaum munafiqun. Kalau orang kafir Harbi, anak SLTA saja tau bahwa itu adalah kafir tetapi kaum Munafiqun mengumumkan dirinya sebagai Muslim, berpenampilan macam orang Alim, berjenggot tetapi otak mereka adalah typikal zionis. Kaum munafiqun menggunting dalam lipatan, hingga mereka dengan mudah menipu kaum awwam. Dizaman kita ini kaum munafiqun yang berpenam pilan Muslim terlalu banyak dan merekapun beraliansi dengan kaum Harbi diseluruh dunia. Yang paling menyakitkan lagi mereka gemar mengumbar fitnah terhadap Muslim benaran/Mu’min.

Disebabkan mereka menguasai Makkah macam Klan Zuber di Zaman Mukhtar, mayoritas muslim non Ideology tanpa mereka sadari beraliansi dengan kaum Harbi tersebut. Secara syar’i, orang mengata kan perang antar Muslim benaran dengan Muslim munafiqun adalah perang saudara tetapi secara ideologi tidak pernah terjadi perang saudara antar Muslim. Perang antara Imam Ali dengan Muawiyah, antara Imam Hassan dengan Muawityah, antara Imam Hussein dengan Yazid, antara Mukhtar Tsaqafi dengan Klan Abdullah bin Zuber dan Klan Yazid bin Muawiyah adalah perang antara Muslim dengan kaum munafiqun. Semua manusia yang Menentang Rasulullah baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi bahkan mengaku sahabat Rasulullah tetapi tidak ta’at sepenuhny terhasdap Rasulullah, adalah bukan mu’min. Demikian juga yang menentang para Imam sebagai perpanjangan keimamahan Rasulullah paska kewafatan Rasulullah sampai zaman kita ini adalah bukan mu’min tetapi secara syar’i masih dipanggil Muslim. Dari itu kita musti paham bahwa setiap Mu’min adalah Muslim tetapi tidak setiap Muslim sama dengan Mu’min.

Dalam hal ini kita juga perlu menggarisbawahi bahwa diantara non Muslim ada yang dekat hubu ngannya dengan kaum muslim sejati. Sebagai bukti pertama silakan buka sejarah disaat Rasulullah, keluarganya dan sahabat setianya disekap di lembah Syi’it/lembah Abu Thalib selama 3 tahun yang cukup menderita. Siapakah yang membantu Rasulullah saat sebahagian sahabatnya tidak berbuat apapun untuk kebebasann Rasulullah tetapi merasa aman tinggal di kota? Non Moslemlah yang membantu Rasulullah. Telusurilah 2 sumber berikut ini:

https://achehkarbala.blogspot.no/2012/02/buktinya-beriman-seseorang-tidak-cukup.html
https://achehkarbala.blogspot.no/2012/02/maaf-belum-ada-judulnya-yang-tepat-ii.html

Saat sahabat Rasulullah hijrah ke negara Habsyi, disebabkan penganiayaan kaum Quraisy yang Harbi, Raja Najasyi yang non Moslem melindungi mereka walau difitnah oleh kaum Harbin disana. Atas kebaikan Najasyi, Allah memberikan hidayah kepadanya hingga beliau masuk Islam yang terbukti Rasulullah memerintahkan shalat ghaib untu Najasyi. Disaat keluarga Imam Hussein menderita kelaparan dalam perjalanan yang dipaksakan kaum pembunuh Imam Hussein, non Moslem jugalah yang memberikan roti kepada mereka. Dalam surah Baqarah, Allah menyatakan: “Sama saja (hai Muhammad) kamu beri poeringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tetap tidak beriman”. Pernyataan Allah ini hanya menyangkut kafir Harbi. Banyak kaum muslimin yang keliru memahami pernyataan Allah tersebut. Mereka tidak mampu berpikir bahwa andaikata Allah bermaksud semua non Moslem, pastilah tidak ada orang kafir yang masuk Islam. Realitanya banyak juga orang Kafir yang masuk Islam. Mereka itulah yang dinamakan Kafir Zimmi.

Dizaman kita sekarang masih banyak orang yang mengaku beragama Islam dan malah bertitel Kiyai, Teungku dan sebagainya namun belum memahami persoalan yang paling penting ini. Sebagai contoh di Indonesia, dimana para Alimpalsu beraliansi dengan politikus yang anti Jokowi untuk memfitnah Basuki Cahaya Purnama yang mampu memimpin Jakarta secara Islami, sementara semua gubernur pra Jokowi tidak ada yang mampu memimpin Jakarta secara Islami. Mengapa para Alim yang berco kol di lembaga Mui tidak mampu berpikir bahwa Basuki alias Ahok tidak masuk fenomena ayat al Maidah 51 tetapi masuk al Maidah 82? Sebabnya mereka itu bukan Ulama benaran tetapi Bal’am/ ulama gadongan/Alim palsu. Mengapa mereka mengundang Zakir Naik dari India untuk membuat fitnah mereka final hingga Ahok dimasukkann dalam penjara? Zakir Naik juga pintar tetapi mengga pai kebenaran itu tidak cukup dengan hanya pintar saja.

Zakir Naik memang banyak membuat non Moslem masuk Islam dengan ceramahnya dan dapat dilihat di Youtube tetapi beliau keliru 180 derajat disebabkan tidak dapat memahami al Maidah 51 secara benar. Allah tidak melarang kaum muslimin agar tidak mengambil semua non Muslim dalam ayat 51 sebagai teman setianya. tetapi masih ada non Muslim yang dekat hubungannya dengan kaum muslimin benaran. Hal itu dinyatakan Allah dalam al Maidah 82, dimana mereka tidak seperti non Moslem di ayat 51 yang bealiansi satu sama lainnya untuk memusuhi kaum Muslimin benaran.

Non Moslem yang membantu Rasulullah di lembah Abu Thalib, non Moslem yang membantu sahabat Rasulullah saat dianianya di Mekkah dan non Moslem yang membantu keluarga Rasulullah di Naina wa adalah fenomena di surah Al Maidah ayat 82. Dizaman kita sekarang fenomena non Moslem yang demikian dapat disaksikan di Rusia, Cina dan Amerika Latin. Mereka bersahabat setia dengan Repu blik Islam Iran dan Hizbullah Libanon. Sementara Arab Saudi beraliansi dengan Zionis dan Kaum arogan Dunia lainnya dan gemar melancarkan fitnah terhadap Republik Islam Iran, Hizbullah Libanon dan pengikut Ahlulbayt di seluruh dunia. Lalu renungkanlah mana komunitas muslim benaran, Arab Saudi atau Republik Islam Iran dan Hizbullah Libanon.  Renungan ini menentukan pembaca bagaima na kelak di Akhirat, masuk Syurga atau Neraka (Nauzubillahi min zalik)

Mengapa kebanyakan kaum muslimin dapat terkecoh dengan Arab Saudi walaupun Arab Saudi beraliansi dengan Zionis?  Sebabnya mereka hanya memfokuskan agamanya dengan Syar’i saja. Mereka tidak memiliki Ideology hingga agama yang mereka tampilkan adalah agama Islam kebudayaan bukan agama Islam Ideology. Agama Islam yang ditampilkan Klan Zuber adalah agama Islam kebudayaan sedangkan yang ditampilkan Mukhtar Tsaqafi adalah agama Islam Ideology.

Bukankah mereka yang hanya fokus pada Syar’i mengira rugi besar Nabi Adam dan Hawa memakan buah Khuldi, nama yang diberikan Syaithan? Bukankah mereka mengira andaikata Adam dan Hawa tidak makan buah tersebut semua kita dalam Syurga? Tidakkah mereka berpikir bahwa tanpa memakan buah kearifan, nama yang diberikan kaum Ideolog, Hanya Adam dan Hawa saja yang ada di Syurga tanpa manusia lainnya? Bukankah di Syurga hanya tempat bersenang-senang dan tidak boleh beranak-pinak? Bukjankah andaikata di Syurga boleh beranak-pinak, kita masih harus bekerja minimal untuk memapah bayi-bayi yang baru lahir sementara kata Allah Syurga itu tempat mengambil hasilnya, bukan tempat berusaha/bekerja?  Bukankah sebelumnya Allah telah mengatakan bahwa Dia akan menjadikan Khaifah di Bumi, bukan di Syurga? Siapakah yang akan dipimpin Adam dalam Syurga, yang hanya mereka berdua? Bukankah di Syurga tak butuh pimpinan sebab tak ada Syaithan yang menggoda? Bukankah hanya di bumi Adam memimpin keluarganya? Secara syar’i Adam dirayu Syaithan memakan buah Khuldi tetapi secara Ideology, mungkinkah seorang Rasul sanggup digoda Syaithan? Makanya secara Ideology Adam sengaja memakan buah ke’arifan demi kemanusiaan. Hal ini sama dengan Nabi Ibrahim secara syar’i dimasukkan Namrud dalam api tetapi secara Ideology Nabi Ibrahim sendiri yang masuk dalam api Fir’un, agar padam hingga kaum mustadhafin selamat dari api fir’un. Bukankah Ibrahim taupersis bahwa melawan penguasa zalim sama dengan bermain api?

Pengorbanan Adam memakan buah kearifan demi kita. Andaikata Adam tidak memakan buah kearifan, kita mustahil ada di palanet Bumi ini. Bukankah pengorbanan Adam dan Hawa sangat kita harapkan? Tidakkah kita yakini bahwa semua Rasul Allah dan para Imam, perpanjangan keimamahan Rasulullah adalah para Ideolog yang merah wajahnya, sementara para Ilmuwan, Ulama gadongan/ Bal’am dan Intelektual yang berjingkrak-jingkrak di menara gading, sebagai manusia kutup Qabil yang pucat wajahnya? Kalau agama Adam dan Hawa dipelintir oleh anaknya sendiri yang bernama Qabil, agama Allah paska Adam senantiasa dirusak oleh manusia-manusia munafiqun, berbaju Islam, yang secara Ideology tepatnya disebut manusia-manusia kutup Qabil?
15


https://achehkarbala.blogspot.no/2009/07/tanpa-system-islam-akan-mengalami_09.html

Perang Karbala Riwayat Mukhtar 15

Setelah api padam, muncullah berita kematian Yazid bin Muawiyah. Baik diantara kalangan pasukan Syam dan pasukan  Mekkah muncul juga bermacam spekulasi atas kematian Yazid. Dikalangan pasukan Syam bertekat untuk menghentikan peperangan, hingga pasukan Mekkahpun tidak perlu melanjutkan perang lagi. Seluruh kota di semenanjung Arab, Syam dan Irak bergolak dengan kematian Yazid tetapi kota Kufah lebih bergolak dibanding kota-kota lainnya. Hal ini disebabkan orang-orang Kufah menganggap mereka terlibat dalam peristiwa Karbala dan paling layak disalahkan. Ketika berita kematian Yazid  bin Muawiyah sampai di Kofah, Ubaidillah bin Ziyad berada di Basrah. Ketidak hadirannya membuka jalan bagi oposisi untuk mengambil alih kota Kofah. Dalam kesempatan tersebut Sulaiman yang tidak hadir membantu Imam Hussein setelah mengundangnya ke Kofah, mengibarkan bendera perlawanan terhadap bani Umaiyah. Dalam hal ini wakilnya mulai berorasi sebagai Tawwabin:......

Disisi lainnya Syimir yang menggorok leher Imam Hussein, mendorong Umar bin Sa’at bin Abi Waqas untuk mengambil alih mimbar mesjid Kofah sebagai pengganti Ubaidillah yang sedang berada di Basrah.  Ketika Umar bergegas mendekati mimbar, dia  jatuh dihadang oleh sekelompok wanita Kofah. Salah seorang dari mereka berorasi dan mencela mereka yang terlibat dalam pembunuhan Imam Hussein. Syimir coba membela Umar tetapi wanita itu demikian berani meluluhlantakkan Syimir dan pengi kutnya. Kerumunan wanita itu berhasil menghalau Syimir dan Umar, menyerang dengan lemparan bebatuan.

Kemudian dalam keadaan menangis cengeng, Sulaiman mulai buka mulut kembali, menyatakan kesalahannya terhadap Imam Hussein, tidak membantu setelah mengundangnya. Kalau Mukhtar tidak hadir membela Imam disebabkan beliau telah dipenjara gubernur Kofah, yang pada hakikatnya Mukhtar dipersiapkan Allah untuk menuntaskan pembunuh-pembunuh Imam Hussein, yang akan kita saksikan nanti. Kiyan dan Bin Kamil  hadir saat Sulaiman berorasi sambil menangis, lalu Kiyan mengatakan andaikata Mukhtar ada di Kofah. Bin Kamil menanyakan apa yang meragukan anda, Kiyan? Kiyan menjelaskan bahwa dia khawatir semangat yang dibakar Sulaiman dan wakilnya tidak akan berlangsung lama. Ingatkah anda peristiwa Muslim bin ‘Aqil?,  orang Kofah bagaikan semak kering yang mudah terbakar dan mudah padam. Andaikata Abu Ishaq ada disini beliau mampu menghimpun orang-orang yang lebih baik , imbuhnya.

Sementara di Mekkah Mukhtar dengan sembunyi-sembunyi dari mata-mata Klan Zuber, menemui Muhammad al Hanafiah bin Ali. Dari pertemuan ini mereka membahas situasi saat itu dan yang terpenting membahas bagaimana sepakterjang Abdullah bin Zuber, dimana Abdullah dan pengikutnya lebih berbahaya daripada bani Umaiyah. Abdullah bin Zuber bertekat untuk berdamai dengan Pasukan Ibnu Numair yang berjanji membai’at Ibnu Zuber. Mukhtar berpendapat menghukum ibnu Numair yang telah membakar Ka’bah tetapi muncul politikus dari Abdullah bin Zuber membantah pendapat Mukhtar.  Mukhtar diberitahukan Najdah bin Amir bahwa Klan Zuber telah mengumpulkan kayu bakar di suatu lembah untuk membakar semua Bani Hasyim................................................

Saya sependapat dengan apa yang dikatakan Muhammad al Hanafiah bin Ali dan Mukhtar Tsaqafi. Menurut saya Bani Umaiyah  dan bani Zuber perbandingannya macam orang kafir Harbi dengan kaum munafiqun. Kalau orang kafir Harbi, anak SLTA saja tau bahwa itu adalah kafir tetapi kaum Munafiqun mengumumkan dirinya sebagai Muslim, berpenampilan macam orang Alim, berjenggot tetapi otak mereka adalah typikal zionis. Kaum munafiqun menggunting dalam lipatan, hingga mereka dengan mudah menipu kaum awwam. Dizaman kita ini kaum munafiqun yang berpenam pilan Muslim terlalu banyak dan merekapun beraliansi dengan kaum Harbi diseluruh dunia. Yang paling menyakitkan lagi mereka gemar mengumbar fitnah terhadap Muslim benaran/Mu’min.

Disebabkan mereka menguasai Makkah macam Klan Zuber di Zaman Mukhtar, mayoritas muslim non Ideology tanpa mereka sadari beraliansi dengan kaum Harbi tersebut. Secara syar’i, orang mengata kan perang antar Muslim benaran dengan Muslim munafiqun adalah perang saudara tetapi secara ideologi tidak pernah terjadi perang saudara antar Muslim. Perang antara Imam Ali dengan Muawiyah, antara Imam Hassan dengan Muawityah, antara Imam Hussein dengan Yazid, antara Mukhtar Tsaqafi dengan Klan Abdullah bin Zuber dan Klan Yazid bin Muawiyah adalah perang antara Muslim dengan kaum munafiqun. Semua manusia yang Menentang Rasulullah baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi bahkan mengaku sahabat Rasulullah tetapi tidak ta’at sepenuhny terhasdap Rasulullah, adalah bukan mu’min. Demikian juga yang menentang para Imam sebagai perpanjangan keimamahan Rasulullah paska kewafatan Rasu lullah sampai zaman kita ini adalah bukan mu’min tetapi secara syar’i masih dipanggil Muslim. Dari itu kita musti paham bahwa setiap Mu’min adalah Muslim tetapi tidak setiap Muslim sama dengan Mu’min.

Dalam hal ini kita juga perlu menggarisbawahi bahwa diantara non Muslim ada yang dekat hubu ngannya dengan kaum muslim sejati. Sebagai bukti pertama silakan buka sejarah disaat Rasulullah, keluarganya dan sahabat setianya disekap di lembah Syi’it/lembah Abu Thalib selama 3 tahun yang cukup menderita. Siapakah yang membantu Rasulullah saat sebahagian sahabatnya tidak berbuat apapun untuk kebebasann Rasulullah tetapi merasa aman tinggal di kota? Non Moslemlah yang membantu Rasulullah. Telusurilah 2 sumber berikut ini:
https://achehkarbala.blogspot.no/2012/02/buktinya-beriman-seseorang-tidak-cukup.html
https://achehkarbala.blogspot.no/2012/02/maaf-belum-ada-judulnya-yang-tepat-ii.html

Saat sahabat Rasulullah hijrah ke negara Habsyi, disebabkan penganiayaan kaum Quraisy yang Harbi, Raja Najasyi yang non Moslem melindungi mereka walau difitnah oleh kaum Harbin disana. Atas kebaikan Najasyi, Allah memberikan hidayah kepadanya hingga beliau masuk Islam yang terbukti Rasulullah memerintahkan shalat ghaib untu Najasyi. Disaat keluarga Imam Hussein menderita kelaparan dalam perjalanan yang dipaksakan kaum pembunuh Imam Hussein, non Moslem jugalah yang memberikan roti kepada mereka. Dalam surah Baqarah, Allah menyatakan: “Sama saja (hai Muhammad) kamu beri poeringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tetap tidak beriman”. Pernyataan Allah ini hanya menyangkut kafir Harbi. Banyak kaum muslimin yang keliru memahami pernyataan Allah tersebut. Mereka tidak mampu berpikir bahwa andaikata Allah bermaksud semua non Moslem, pastilah tidak ada orang kafir yang masuk Islam. Realitanya banyak juga orang Kafir yang masuk Islam. Mereka itulah yang dinamakan Kafir Zimmi.

Dizaman kita sekarang masih banyak orang yang mengaku beragama Islam dan malah bertitel Kiyai, Teungku dan sebagainya namun belum memahami persoalan yang paling penting ini. Sebagai contoh di Indonesia, dimana para Alimpalsu beraliansi dengan politikus yang anti Jokowi untuk memfitnah Basuki Cahaya Purnama yang mampu memimpin Jakarta secara Islami, sementara semua gubernur pra Jokowi tidak ada yang mampu memimpin Jakarta secara Islami. Mengapa para Alim yang berco kol di lembaga Mui tidak mampu berpikir bahwa Basuki alias Ahok tidak masuk fenomena ayat al Maidah 51 tetapi masuk al Maidah 82? Sebabnya mereka itu bukan Ulama benaran tetapi Bal’am/ ulama gadongan/Alim palsu. Mengapa mereka mengundang Zakir Naik dari India untuk membuat fitnah mereka final hingga Ahok dimasukkann dalam penjara? Zakir Naik juga pintar tetapi untuk menggapai kebenaran itu tidak cukup dengan hanya pintar saja.

Zakir Naik memang banyak membuat non Moslem masuk Islam dengan ceramahnya dan dapat dilihat di Youtube tetapi beliau keliru 180 derajat disebabkan tidak dapat memahami al Maidah 51 secara benar. Allah tidak melarang kaum muslimin agar tidak mengambil semua non Muslim dalam ayat 51 sebagai teman setianya. tetapi masih ada non Muslim yang dekat hubungannya dengan kaum muslimin benaran. Hal itu dinyatakan Allah dalam al Maidah 82, dimana mereka tidak seperti non Moslem di ayat 51 yang bealiansi satu sama lainnya untuk memusuhi kaum Muslimin benaran.

Non Moslem yang membantu Rasulullah di lembah Abu Thalib, non Moslem yang membantu sahabat Rasulullah saat dianianya di Mekkah dan non Moslem yang membantu keluarga Rasulullah di Naina wa adalah fenomena di surah Al Maidah ayat 82. Dizaman kita sekarang fenomena non Moslem yang demikian dapat disaksikan di Rusia, Cina dan Amerika Latin. Mereka bersahabat setia dengan Repu blik Islam Iran dan Hizbullah Libanon. Sementara Arab Saudi beraliansi dengan Zionis dan Kaum arogan Dunia lainnya dan gemar melancarkan fitnah terhadap Republik Islam Iran, Hizbullah Libanon dan pengikut Ahlulbayt di seluruh dunia. Lalu renungkanlah mana komunitas muslim benaran, Arab Saudi atau Republik Islam Iran dan Hizbullah Libanon.  Renungan ini menentukan pembaca bagaima na kelak di Akhirat, masuk Syurga atau Neraka (Nauzubillahi min zalik)

Mengapa kebanyakan kaum muslimin dapat terkecoh dengan Arab Saudi walaupun Arab Saudi beraliansi dengan Zionis?  Sebabnya mereka hanya memfokuskan agamanya secara Syar’i saja. Mereka tidak memiliki Ideology hingga agama yang mereka tampilkan adalah agama Islam kebudayaan bukan agama Islam Ideology. Agama Islam yang ditampilkan Klan Zuber adalah agama Islam kebudayaan sedangkan yang ditampilkan Mukhtar Tsaqafi adalah agama Islam Ideology.

Bukankah mereka yang hanya fokus pada Syar’i mengira rugi besar Nabi Adam dan Hawa memakan buah Khuldi, nama yang diberikan Syaithan? Bukankah mereka mengira andaikata Adam dan Hawa tidak makan buah tersebut semua kita dalam Syurga? Tidakkah mereka berpikir bahwa tanpa memakan buah kearifan, nama yang diberikan kaum Ideolog, Hanya Adam dan Hawa saja yang ada di Syurga tanpa manusia lainnya? Bukankah di Syurga hanya tempat bersenang-senang dan tidak boleh beranak-pinak? Bukankah andaikata di Syurga boleh beranak-pinak, kita masih harus bekerja minimal untuk memapah bayi-bayi yang baru lahir sementara kata Allah Syurga itu tempat mengambil hasilnya, bukan tempat berusaha/bekerja?  Bukankah sebelumnya Allah telah mengatakan bahwa Dia akan menjadikan Khaifah di Bumi, bukan di Syurga? Siapakah yang akan dipimpin Adam dalam Syurga, yang hanya mereka berdua? Bukankah hanya di bumi Adam memimpin keluarganya? Secara syar’i Adam dirayu Syaithan memakan buah Khuldi tetapi secara Ideology, mungkinkah seorang Rasul sanggup digoda Syaithan? Makanya secara Ideology Adam sengaja memakan buah ke’arifan demi kemanusiaan. Hal ini sama dengan Nabi Ibrahim secara syar’i dimasukkan Namrud dalam api tetapi secara Ideology Nabi Ibrahim sendiri yang masuk dalam api Fir’un, agar padam hingga kaum mustadhafin selamat dari api fir’un. Bukankah Ibrahim taupersis bahwa melawan penguasa zalim sama dengan bermain api?

Pengorbanan Adam memakan buah kearifan demi kita. Andaikata Adam tidak memakan buah kearifan, kita mustahil ada di palanet Bumi ini. Bukankah pengorbanan Adam dan Hawa sangat kita harapkan? Tidakkah kita yakini bahwa semua Rasul Allah dan para Imam, perpanjangan keimamahan Rasulullah adalah para Ideolog yang merah wajahnya, sementara para Ilmuwan, Ulama gadongan/ Bal’am dan Intelektual yang berjingkrak-jingkrak di menara gading, sebagai manusia kutup Qabil yang pucat wajahnya? Kalau agama Adam dan Hawa dipelintir oleh anaknya sendiri yang bernama Qabil, agama Allah paska Adam senantiasa dirusak oleh manusia-manusia munafiqun, berbaju Islam, yang secara Ideology tepatnya disebut manusia-manusia kutup Qabil?


Perang Karbala Riwayat Mukhtar 16

Di ujung video 15 pembaca jangan lupa menyaksikan rahasia terpen dam tentang kezaliman Klan Zuber sebagaimana info dari Najdah bin Amir kepada Mukhtar. Renungkanlah betapa zalimnya Abdullah bin Zuber terhadap bani Hasyim. Kata Abdullah, Bani Hasyim adalah orang-orang congkak. Dia  sampai tidak mau menyebut nama Rasulul lah dalam pidatonya dengan alasan khawatir sukunya akan membusung kan dada dan membanggakan diri. Lalu hukuman kepada mereka diba kar hidup-hidup. Apa yang dikatakan Abdullah bin Zuber tidak berbe da dengan apa yang dikatakan Ubaidillah gubernur Yazid di Kofah, hingga dengan mantap dibantah oleh Maitsam yang buta matanya tetapi terang hatinya.
Bukankah Abdullah bin Zuber yang sebenar congkak? Tetapi kaum yang anti Ahlulbayt Nabi itu tidak pernah sadar sebagaimana kaum fanatikbuta menuduh Syi’ah sesat, mereka juga tidak pernah sadar kalau merekalah yang sesat sebenarnya. Bayangkan bagaimana cong kaknya Abdullah, Nabi saja tidak mau disebut, disebabkan demikian benci terhadap Ahlulbayt Rasulullah saww. Apakah masih perlu titel dari universitty untuk memahami bahwa Abdullah bin zuber tidak termasuk orang beriman? Apakah hanya dia saja yang masuk neraka? Tidak, seluruh pengikutnya masuk Neraka. Tidakkah jelas apa yang Allah katakan bahwa semua manusia akan dibangkitkan bersama Imamnya? Bukankah Allah juga mengatakan setiap orang tergantung Imam yang mereka ikut? Kalau Imamnya Benar masuk Syurga, kalau Imamnya zalim masuk neraka.

Di Kofah sekarang giliran Ibnu Huraisy, coba menaiki mimbar sebagai ganti Ubaidillah. Begitu dia beranjak langsung ditegur Amir bin Mas ’ud. Ikutilah bagaimana perdebatan antar Amir bin Mas’ud dan Ibnu Huraits. Setelah Amir memilih diam, Ibnu Huraits bergegas ambil kesempatan tetapi dihadang pengikut Abdullah bin Zuber: “Yazid sudah mampus, tapi anjing-anjingnya masih mengganggu”. Padahal pengikut klan Zuber macam anjing juga yang berebut tulang tetapi tidak pernah sadar .Lalu Ibnu Huraits diserbu klan zuber dengan batu. Penyerbu sepakat mengangkat Amir bin Mas’ud sebagai guber nur. Kemudian terjadilah kerusuhan antara klan Umaiyah dengan klan Zuber.

Kerusuhan Kofah tercium oleh Abdullah bin Zuber dan mereka sepa kat untuk mengangkat Mukhtar sebagai Gubernur Kofah. Semua pembesar klan Zuber sangat antusias terhadap Mukhtar tetapi Mukhtar sendiri menolak dengan alasan yang mantap. Sebetulnya Mukhtar sudah memahami tidak boleh bekerjasama dengan Klan Zuber yang tidak berbeda zalimnya dengan klan Umaiyah.

Kalau kita tau bagaimana kasarnya sepakterjang Muawiyah dengan ba wahan-bawahannya, sepakterjang Abdullah bin Zuber juga demi kian kasar. Saksikanlah bagaimana dia membuat bawahannya terhina dan mengancam menyangkut masalah Mukhtar. Itu adalah kesombongan, kecongkakan, bagaimana mungkin dia memfitnah Bani Hasyim sebagai congkak?  Ketika bawahannya mengatakan bahwa hanya mereka ber dua yang tau rahasia itu, sampai Allahpun Abdullah tidak percaya, khawatir seolah-olah Allah akan membuka rahasia mereka berdua. Andaikata pembaca jeli, bukti ini saja sudah cukup bahwa klan Zuber bukan mu’min tetapi munafiqun, demikian juga klan Umaiyah. Apakah terlalu sukar untuk dipahami?

Sementara di Kofah, Sulaiman mulai cengeng lagi berorasi sambil me nangis. Kiyan dan bin Kamil merasa muak mendengar orasi Ismail Kha zai. Sulaiman hanya menghendaki untuk Syahid padahal secara Ideo logy masa mengharapkan kesyahidan sudah berakhir bersama Syahid nya Imam Hussein, keluarga dan para sahabat setianya. Imam Hussein dan Imam Hassan adalah 2 orang ketua pemuda di Syurga, dari itu mu’min yang syahid bersama mereka berdua adalah mu’min yang dekat dengannya di Syurga. Lalu paska kesyahidan Imam Hussein adalah sa ’at-sa’at berdaya upaya untuk membela darah Imam Hussein, keluarga dan sahabat setianya, sebagaimana Ideology yang dimiliki Mukhtar Tsaqafi yang mendapat keredhaan Allah swt.

Di Istana Kofah Amir bin Mas’ud mulai menarik perhatian masyarakat, termasuk Syimir dan Umar bin Sa’at bin Abi Waqas. Akhirnya kedua manusia yang sangat terkutuk ini, membai’at Amir bin Mas’ud atas na ma klan Zuber. Sementara itu Sulaimanpun tidak tinggal diam untuk terus berorasi. 

Di Mekkah mukhtar bertemu dengan Hani bin Jubbah setelah menye lesaikan tawafnya. Mereka sejenak berbincang-bincang, namun Hani ti dak tau kalau Mukhtar sangat terjepit dari pengawasan mata-mata Klan Zuber, hingga Mukhtar tidak menjawab pertanyaan Hani yang se benarnya, khawatir mata-mata lagi nguping. Janda Mus’ap hendak dikawinkan dengan Ja’far, adik Abdullah yang ke 2. Lugunya janda ini mengharapkan kematian Mukhtar sebagai maharnya, pada Ja’far. Se pertinya akhirnya Ja’far menyetujuinya. Kendatipun Mukhtar diawasi dengan ketat, namun Mukhtar berhasil menemui Muhammad al Hana fiah bin Ali untuk menyampaikan rencana “Kebangkitannya di Kofah”. Ketika Mukhtar minta izin untuk bangkit, Hanafiah tidak menjawab langsung tetapi menyampaikan firman Allah: “Kami akan membalas keja hatan para penjahat”. Mukhtar mampu menangkap maksud Hanafiah sebagai persetujuannya (As Sajdah: 22).

Begitu Mukhtar keluar dari tempat Hanafiah, Ja’far menguntitnya da ri belakang tetapi secepat kilat Mukhtar kabur dan loloslah dari pe rangkap klan Zuber untuk membunuhnya. Abdulklah bin Zuber sangat kecewa hingga mengutuk bawahannya sebagaimana lazimnya sepak terjang Muawiyah bin Abu Sofyan. Saat itu Ja’far mengira Mukhtar ada di Taif. Abdullah menyuruhnya ke Taif bila tidak ada Mukhtar menyanderakan Ibu Mukhtar untuk menangkaop anaknya. Sekembali nyan Ja’far dari taif dengan tangan kosong, Abdullah tambah kecewa, mulai menyalahkan bin Sahl lagi dengan kata kasar bahwa bin Sahl be gitu dungu, katanya.

Akhirnya Abdullah bin Zuber memerintahkan Ibnu Yazid dan Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah ke Kofah secepatnya untuk menghalangi Mukhtar, agar tidak mempengaruhi warga Kofah. Di Kofah Sulaiman terus berorasi, sementara Bin Kamil mendekati Kiyan, meminta info baru. Kiyan menginfokan bahwa Mukhtar berhasil kabur dari cengkera man klan Zuber. Mereka berdua berusaha untuk menyebarluaskan pe nyambutan Mukhtar sebagai pahlawan Ka’bah.



Perang Karbala Riwayat Mukhtar 17

Mukhtar berbicara dengan kuda kesayangnnya: “Ayo sobat, malam ini kita jadi tamu Dulham. Dia memang tak ada tapi tempat ini penuh dengan kenangan dirinya”. Tiba-tiba muncul suara: “Selamat datang sang penuntut balas. Harapanku sudah tercapai”. Berbaringan dengan kemunculan sosok Dulham, dia berkata lagi: “Aku tahu kau akan kembali dari Haji. Aku tinggalkan kemah ini untuk tempatmu berma lam”. Lalu kuda Mukhtar dipacu Dulham. Mukhtar bertanya: “Mau kemana”, sambil mengejarnya. “Kemana kau bawa kudaku. Aku tak bisa sampai ke Kofah tanpa tunggangannya”. Bukan dari arah yang dikejar Mukhtar tetapi dari belakangnya muncul suara Dulham: “Inikah melempar jemarah itu, Mukhtar? Apa yang kau lakukan di Ka’bah sela ma ini? Tekatmu masih lemah. Andaikann kau sudah menjadi pecinta sejati, engkau akan sampai ke Kofah dalam sekejap mata”. Lalu Dul ham menghilang dari pandangan Mukhtar. Mukhtar berpikir dalam hati: “Dirikulah syaithan yang harus dilempari. Aku sendiri syaithan itu”. Kemudian kuda Mukhtar muncul kembali, sambil mengulas sungunya berkata kepada Kudanya: “Kita harus berpisah, sobat. Per gilah, aku akan tinggal disini”. Setelah dia cium kudanya, dia berkata lagi: “Aku harus tetap disini sampai Allah merahmatiku. Aku butuh kesendirian, bantulah aku dan pergilah. Tiga tahun aku di dekat Bai tullah tetapi Syaithan masih bercokol dalam hatiku. Allah marah kepadaku. Aku dibiarkanNya sendiri, pergilah”. Kuda itu tetap tidak pergi, lalu Mukhtar menanyakan kuda, kenapa dia tidak mau mengerti: “Selama ini kau ditunggangi Syaithan”. Sambil membentak sedikit, baru kuda itu pergi.

Kemudian sosok Dulham muncul lagi dan berkata: “Mukhtar, takperlu hati gelisah untuk menjadi penuntut balas darah Hussein. Selama kaki mu masih dilumpur, kau takbisa berjuang dibarisann Hussein”. Men dengar ucapan tersebut, Mukhtar lemah dan terjerembab ke tanah. Dulham mengingatkan Mukhtar perjuangan Wahab, Nasrani yang menjadi Muslim setelah menyaksikan keteladanan Imam Hussein yang luarbiasa. Dulham mengingatkan Mukhtar untuk meneladani jalan Wa hab agar memahami “jalan cinta”.

Pembaca! Saksikanlah bagaimana Wahab Nasrani menempuh Jalan hi dupnya setelah bertemu dengan Imam. Padahal perkawinannya belum sampai 20 hari, sanggup meninggalkan isterinya, untuk pergi ke alam Malakut. Isterinya minta syarat sambil menangis agar suaminya dibe narkan ikut Imam. Mendengar hal itu ibunya resah, khawatir syarat yang diajukan menantunya, bisa terhambat Wahab untuk ikut ber sama Imam, menuju Malakut. Setelah isteri Wahab meyakinkan mertuanya bahwa syarat yang akan diajukan itu tidak mengganggu kepergian Wahab untuk ikut bertempur di Nainawa. Sang isteri berkata: “Berjanjilah kau akan memberiku di Akhirat nanti apa yang tidak kau berikan di Dunia. Ber janjilah di hari Kiamat nanti kau akan mengajak ku pergi kemanapun sebagai mempelaimu”. Wahab terkesima janji yang diutarakan isteri nya. Wahab bertanya kalau aku pergi ke Neraka apakah kamu mau bersamaku juga. Sang Isteri menjawab dengan mantap: “Pintu Neraka tertutup bagi pembela Hussein”. Lalu mertua memuji syarat yang diajukan sang menantu sebagai syarat yang luar biasa. Selanjutnya saksikanlah bagaimana hebatnya Wahab dalam pertempuran.  Pertama satu lawan satu, kemudian musuh menye rang Wahab secara beramai-ramai, namun banyak yang gugur di tangan Wahab, sebelum Wahab di eksekusi dalam keadaan koma.

Mukhtar bangun dari alam bawahsadarnya dan menyaksikan pasukan Imam Hus sein sesayup-sayup mata memandang. Diapun lari ingin bergabung dengannya. Ternyata itu hanya fatamorgana. Lalu mukhtar terjerembab lagi sampai sadar saat mendengar suara kudanya. Dulham muncul menunggangi kuda Mukhtar dan ber kata: “Semoga Hajimu mabrur, wahai sang penuntut balas. Bangkitlah Kofah me nantimu”. Mendengar pernyataan Dulham Mukhtar bangkit sambil tersenyum, me nemui kudanya, lalu memacu sampai tiba diladangnya, dimana iste rinya sedang menanti sambil menanam bersama buruhnya. Saksikan apa yang terjadi dengan anak Mukhtar dari Umrah, isterinya yang kedua: ......................................

Kiyan dan Bin Kamil tidak sabar lagi menanti orang yang mereka kagu mi. Yang le bih galau adalah Kiyan yang memberitahukan Ben Kamil be lum pernah demikian lama saya berpisah dengan Mukhtar, sahabat se perjuangannya. "Beruntunglah kau Kiyan, selalu memiliki panutan yang kau cintai", kata Bin Kamil. Tiba-tiba Mukh tar muncul pada saat yang mencapai klimaksnya mereka merindukan dan membuthkannya untuk kebangkitan. Bin Kamil memberitahukan Kiyan bahwa orang yang di tunggu-tunggu sudah muncul dibelakangnya, agar Kiyan memutar kan badannya. Lalu Kiyan berlari untuk memeluk "Sang Rustamnya". Bin Kamil ber canda dengan Kiyan untuk menghibur sosok yang didambakan.

Saksikanlah, Syi’ah Imam Ali ikut memeriahkan dalam penyambutan Mukhtar Tsa qafi. Sambil makan sesama pengikutnya, Mukhtar berbin cang-bincang dengan Kiyan dan Bin Kamil tentang rencana mereka di Kofah sebelum saat Kebang kitannya tiba. Rencana Kiyan dan bin Ka mil saat pertama mendapat info kepula ngan sang pemimpin yang tangguh ke Kofah, membuat acara penyambutan yang meriah agar disaksikan masyarakat Kofah dimana sebelumnya mereka di landa perpecahan. Hal ini disebabkan tidak ada pemimpin yang mampu memper satukan mereka dalam menggapai jalan cinta.

Pembaca dari pengikut Ahlulbayt tidak asing lagi kalau dikatakan "Jalan Cinta". Mungkin bagi non pengikut Ahlulbayt perlu mendapat gambaran yang agak jelas apa itu jalan cinta. Kalau kita baca buku-buku falsafat memang ada yang benar tetapi banyak juga yang keliru. Misalnya saat mereka berbicara cinta, dimana me reka menggam barkan cinta yang merasuk dihati anak adam sesamanya. Hal ini se ring mereka gambarkan kisah yang dipaparkan Ibnu ‘Arabi dimana kisah cinta antara Laila dan Majnnun menjadi klimaksnya cinta. Bagi saya yang telah meng geluti pikiran Rausyanfir dari Parsi berkesim pulan yang dipaparkan Ibnu Ara bi bu kan cinta tetapi dagang. Adapun cinta sejati adalah cintanya Kupu-kupu terha dap nyala lilin, walaupun badanya terbakar dan abunya beterbangan, entah ke mana. Mungkin Puisi berikut ini dapat memberikan gambaran bagaimana cinta yang ti dak mengharapkan pamrih:

Suatu hari Propessor Nitche yang diwaktu mudanya sangat mem banggakan kekuasaan, suatu hari melihat seekor kuda yang terjerem bab dalam parit dimana pedati yang dibawanya penuh dengan muatan kayu-kayu besar. Sang petani me mukul kuda tersebut dengan kuatnya. Kuda tersebut pernah bangkit dari parit tetapi disebabkan beratnya beban, dia jatuh lagi. Nitche menasehatkan sang pe tani agar bebanya dikurangi dulu agar kuda tersebut mampu naik kembali ke atas badan jaølan. Sayangnya sang petani tidak menggubrisnya. Nitche memegang ke rah baju di leher sang petani sambil berkata: “Tidak kubiarkan engkau mengania nya binatang yang malang itu”. Namun sang petani yang masih muda dan kekar badannya, dengan mudah melepaskan ceng kraman tangan Nitche, lalu memu kulnya hingga taksadarkan diri, hingga akhirnya meninggal dunia.

Tindakan Nitzche adalah diluar logika. Logika terlalu sempit untuk dapat membenar kannya. Tindakannya adalah tindakan murni berda sarkan cinta sebagai esensi kesadarannya. Namun jika cinta diambil untuk mengabdi suatu kepentingan pri badi, untuk memenuhi suatu keinginan untuk memuaskan suatu harapan, itu bukan cinta. Itu adalah dagang. Cinta adalah memberi, bukan mengambil atau kompen sasi. Cinta adalah memilih dirinya mati agar yang lain bisa hidup, agar suatu cita-cita menang, agar suatu impian menjadi kenyataan. Ini adalah makna sesungguh nya dari i-thar  yang berarti mengorbankan nyawa nya sendiri agar yang lain da pat hidup, memilih yang lain hidup sebagai ganti dirinya, dan mengor bankan dirinya supaya yang lain bisa hidup. Jika ia mengetahui bahwa kematiannhya akan menyelamatkan suatu kehidupan atau cita-cita, ia memilih mati, agar yang lain bi sa hidup, ia akan memilih kematian dirinya, kematian kepentingannya, namanya, kekayaannya, segala yang ia miliki-agar supaya yang lain dapat disela matkan.

https://achehkarbala.blogspot.no/2017/04/filsafat-logis-illogis-dan-alogis.html

Film Perang Karbala Riwayat Mukhtar 18

Sebelum kebangkitan Mukhtar Tsaqafi, Kofah saling cakar.-cakaran antara Tawwa bin dan pengikut klan Zuber. Ibnu Yazid, politikus dari klan Zuber tiba di Kofah untuk menggantikan Amir, gubernur sebelumnya. Umar bin Sa’at mulai memuji badot-ba dot tersebut sebagai orang yang cocok menduduki tahta Gubernur Kofah. Badot-badot tersebut tidak segan-segan berbohong untuk membela darah Imam Hussein agar Tawwabin mempercayai sepakterjangnya bersama Ibrahim anak Talhah yang dulu pernah menyakiti hati Rasulullah, bercanda dengan Aisyah, hingga Allah me nurunkan ayat Larangan mengawini janda Rasu lullah sepeninggalnya.

Sementara itu Mukhtar mulai mendatangi tokoh-tokoh Syi’ah untuk pertemuan pen ting dalam rangkan kebangkitan. Orang yang pertama ditemuinya adalah Abu Ubaidah yang banyak mengalami kegalaunnya tanpa Mukhtar. Lalu Mukhtar me nemui Ismail untuk rapat kebangkitan dan tokoh ke 3 adalah Abdurrahman bin Syuraih. Selanjutnya tokoh ke 4 adalah Sha’ib bin ....Lebih-kurang ada 10 tokoh yang ditemui untuk kebangkitan. Saksikanlah bagaimana masyarakat Kofah me nyam but Mukhtar dengan gembira-ria. Mukhtar menemui Ibunya tercinta, anak lelakinya, Isteri pertamanya, Narieh dan Nailah, anak perempuan dari Isteri perta manya itu.

Dalam pertemuan pertama dengan tokoh-tokoh Syi’ah, Mukhtar membacakan su rat dari Muhammad al Hanafiah. Semua percaya kepada Mukhtar kecuali Abdur rahman bin Syuraih. Secara syar’i memang Mu hammad al Hanafiah tidak membu at surat itu, tetapi Mukhtar mampu memahami secara ideologi. Bukankah Sulaiman kosong Ideology hingga saat Muslim bin ‘Aqil mengajaknya membela Hani, meno laknya dengan alasan makruh berjihat sebelum kedatangan Imam? Lalu apa yang terjadi akibat penolakan Sulaiman? Mukhtar membeberkan persoalan tersebut saat Abdurrahman bin Syuraih meragukan surat yang diperli hatkan Mukhtar.

Mukhtar membeberkan peristiwa yang lalu akibat kekonyolan pikiran Sulaiman, hingga Muslim bin ‘Aqil terbunuh tanpa ada yang bela. Sepertinya  Mukhtar me nyindir Abdurrahman dengan sindiran pedas, dima na keluguan Abdurrahman sa ma dengan keluguan Sulaiman. Abdurrah man membela diri dengan mengatakan sudah puas jika kebangkitan itu bergantung pada para Ulama Syi’ah. Dizaman kita begitu banyak ulama yang lugu nmacam Abdurrahman dan Sulaiman walaupun mereka bera gama Islam Syi’ah. Bukankah di Iran juga sampai hari ini masih banyak ulama Akkhun? Mengapa Iran Sudah menjadi System Islam tetapi masih banyak para Alim yang akkhund? Jawabannya, apakah mereka itu harus dibunuh atau di musnahkan semua? Mungkinkah? Mana mungkin, di zaman Nabi pun banyak para Alim yang lugu macam itu, apakah Rasulullah membasmi mereka? Bolehkah hu kum Islam membasmi orang macam itu? Pasti tidak walaupun Rasulullah sendiri tau bahwa merekalah kelak yang merusak agama Allah, menjadi agama ala Qabil bin Adam.

Kalau Rasulullah kita yakini sebagai teladan kita mu’min, bagaimana mungkin Ayatullah Ali Khamenei membasmi para Ulama Akkhund itu? Kaum Muslimin yang bergurun pada Ulama Akkhund kerap tertipu dengan titel Ulama. Mereka tidak mampu membedakan mana Ulama benaran (Ulama warasatul Ambya), mana ulama gadongan alais Bal’am. Kemudian mereka juga mengira para Ulama gado ngan itu lebih tinggi kedudukannya daripada Pemimpin di sisi Allah. Kalau yang mereka sebutkan itu pemimpin yang zalim, boleh jadi tetapi menyangkut pemimpin yang Islami macam Imam Ali dan 11 Imam lainnya pastilah diatas para Ulama kedudukannya disisi Allah, walaupun Ulama wara satul Ambya sekalipun, dimana para Ulama Warasatul Ambyapun pastilah tunduk dibawah kepemimpinan para Imam. Hanya para ulama gadonganlah yang berani bertolak-beklakang dengan para Imam dan bahkan berani melawan sebahagian perintah Rasulullah sendiri. Na mun Rasulullah tidak membasmi mereka kendatipun tau bahwa mere kalah yang akan merusak agamanya paska kewafatannya, layaknya macam Qabil bin Adam merusak agama ayahnya.

Abdurrahman saat ini belum mengenal, siapa Mukhtar itu yang seharusnya mentaa tinya sebagai pemimpin yang Islami macam kepemimpinan para Imam, sebab Mukhtar memahami persis kedudukan para Imam sebagai perpanjangan keimama han Rasulullah sendiri. Saat 9 tokoh lainnya meminta untuk membai’at Mukhtar, beliau tidak lang sung menerimanya tetapi berpikir sejenak lalu menengadah ke Langit, seolah-olah meminta keredhaan Allah swt. Lalu semua tokoh tersebut mem bai’at Mukhtar kecuali Abdurrahman. Perlu digarisbawahi kita tidak boleh me ngambil kesimopulan dulu bahwa 9 tokoh yang bai’at Mukhtar lebih baik darin Abdurrahman. Mungkin saja nanti dalam perjalanan kebangkitan, Abdurrahman lebih baik dari sebahagian tokoh yang 9 itu.

Sa’at Ibunda Mukhtar melihat pembai’atan 9 tokoh kepada Mukhtar, langsung me nengadahkan tangannya keatas minta keredhaan Allah dan hidayahNya kepada anaknya untuk menuntut balas darah putra Nabi. Beruntunglah Mukhtar memiliki Ibu yang pintar dan Shaleh, macam Ibunda Wahab yang menuntun anaknya me menuhi undangan Malakut di Nainawa.

Sementara itu di Istana Kofah, “Musang berbulu ayam” mulai memuntahkan Hika yat musangnya, untuk menipu masyarakat Kofah. Selepas itu mengunjungi komu nitas Sulaiman untuk mengelabuinya. Sepertinya Sulaiman berhasiln ditipunya. Da lam pertemuan ke 2, Mukhtar membe berkan sepakterjang rubah licik (Ibnu Yazid) tersebut lebih berba hanya dibandingkan sepak terjang Ibnu Ziyad terhadap Mus lim. Seba gaimana dalam pertemuan pertama sebelumnya, Abu Ubaidah memiliki pendapat yang mantap walaupun sebelumnya dia semopat bergaul dengan alko hol, hingga Mukhtar mampu membimbingnya kembali. Tiba-ti ba Mukhtar mena nyakan kemana Abdurrahman tidak nampak. Kata Is mail, Abdurrahman pergi ke Mekkah untuk Umrah tetapi punya kepen tingan lain, hendak menjumpai Muham mad al Hanafiah untuk memastikan suarat tersebut.

Mukhtar sedikit resah, khawatir kalau Hanafiah tidak membenarkan kebangkitan nya, walaupun ketika menemuinya Mukhtar yakin bahwa firman Allah yang diang kat al Hanafiah untuk menjawab permintaan Mukhtar adalah sebagai persetujuan nya. Kegalaun Mukhtar wajar, se perti kita berdo’a pada Allah, kita khawatir tidak diterima namun mengharapkan sangat untuk diterima. Keyakinan Mukhtar terbuk ti setelah kepulangan Abdurrahman, mengabarkan persetujuan Muhammad al Hanafiah. Hikmahnya kepergian Abdurrahman menemui al Hanafiah, membuat Ibrahim bin Malik al Asytar bersedia membai’at Mukhtar setelah mendengar ketera ngan Abdurrahman.

Sementara itu Sulaiman berbincang-bincang dengan tangan kananya. Seperti nya Tangan kanannya lebih paham tentang kebenaran kepemimpinan Mukhtar dari pada Sulaiman. Dia mengajak Sulaiman mengun dang Mukhtar agar kekuatan ber lipat ganda tetapi Sulaiman berdalih seolah-olah Mukhtar sombong. Kemudian Ru bah licik, gubernur Kofah mengunjungi Sulaiman di markasnya, membawa kepi ngan uang logam un tuk pasukan tawwabin, agar mudah tertipu. Tetapi kali ini Su laiman mampu membuat rubah licik itu tak berkutik lagi. Uang itu diminta Sulaiman untuk disedekahkan saja kepada masyarakat Kofah yang miskin.

Lalu Sulaiman perintahkan pasukannya mematahkan sarung pedangnya agar pedang selalu terhunus dan juga perintah untuk bercukur. Seper tinya Sulaiman meniru perintah Imam Ali kepada kaum Muhajirin dan Anshar untuk menemuinya pagi-pagi benar dengan sebilah pedang dan rambutnya dalam keadaan tercukur. Duklu ketika Rasulullah melihat kebanyakan pasukannya lari kebelakang dalam perang Hunain, mengam bilkan segenggam pasir lalu melemparkan ke arah musuh hingga serta merta musuh tersentak sampai terbalik justeru pasukan Rasulullah yang mengalahkan musuh. Hal yang demikian dicontohkan Aisyah da lam perang Jamal tetapi Aisyah tetap kalah, kenapa?

Persoalannya kita  harus memahami anatominya secara seksama, dimana kesala han kita. Hal ini membuat saya teringat  beberapa insiden di mana suatu komunitas Muslim menantang komunitas Muslim lainnya untuk bermubahalah, meniru apa yang pernah dilakukan Rasulullah terhadap komunitas Nasrani Najran. Realitanya walaupun mereka sudah bermubahalah, tidak terjadi apapun paska mubahalah tersebut, tidak ada komunitas yang dimusnahkan Allah, kenapa? Dulu Rasulullah adalah komunitas yang haq, sedangkan Nasrani Najran adalah komunitas yang bathil. Andaikata Nasrani Najran tidak meminta Rasulullah untuk membatalkan mubahalah, pasti mereka akan dimusnahkan Allah secara sangat mengerikan. Sedangkan komunitas yang meniru mubahalah Rasulullah, keduanya komunitas yang belum benar imannya, bagaimana mungkin Allah menerima permintaan mereka. Dalam konteks ini marilah kita sadari bahwa setiap Mu’min pasti Muslim tetapi tidak setiap Muslim sama dengan Mu’min. Artinya andaikata komunitas Mus lim benaran bermubahalah dengan komunitas Muslim klan Zuber atau Muslim klan Umaiyah, barulah akan terjadi kemusnahan paska mubahalah.


http://firdausi.yolasite.com/resources/saqifah-suksei%20sepeninggalan%20Rasul.pdf

Perang Karbala Riwayat Mukhtar 19

Tawwabin dibawah pimpinan Sulaiman bin Shurad Khazai mematahkan sarung-sarung pedang. Kata nya agar pedang selalu terhunus. Rambut juga dicukur semuanya. Disebabkan keluguan mereka, dengan mudah ditipu oleh Klan Zuberir dibawah penguasa Gubernur Kofah bin Yazid (musang berbulu ayam). Ibrahim wakilnya lebih tajam pandangan politik jahatnya, mengusulkan agar Mukhtar dipenjara.

Sepakterjang Sulaiman Khazai menjadi renungan bagi kita sekarang, dimana mereka asik menangis dan mendambakan kesyahidan. Ketika Sulaiman mengun dang Imam Hussein, Sulaiman tidak bertang gungjawab, membelakangi Muslim bin ‘Aqil duta Imam Hussein. Muslim mengajak Sulaiman untuk membela Hani yang telah dizalimi Ibnu Ziyad, tetapi dalih Sulaiman, makruh sebelum datang Imam. Akibatnya Muslim sendirian dibantai oleh pasukan Ibnu Ziayd. Ketika Imam Hussein dibantai klan Umaiyahpun, Sulaiman dan pengikutnya tidak hadir untuk mem pertanggungjawabkan atas keluguannya mengundang Imam Hussein. Kini setelah Muslim bin ‘Aqil dan Imam syahid, baru mereka menyesal hingga ingin menebus kesalahannya, dibantai oleh pasukan Ibnu Ziyad dibawah penipuan klan Zuber. Apakah Allah akan memaafkan Sulaiman serta pengikutnya?  Persoalan seperti ini hanya Allahlah yang tau.

Penangkapan Mukhtar juga ada sebab-musababnya dengan Sulaiman. Andaikata mereka mampu berpikir secara benar, Mukhtarlah yang harus mereka bai’at untuk menuntut darah Imam Hussein, bukan mengikuti Sulaiman yang cengeng. Sulai man mengirim surat kepada Mukhtar, minta bantuan. Mukhtar berpikir, kalau pengi kut Mukhtar tidak memenuhi permintaan  Sulaiman, Syia’ah akan pecah menjadi 2 komu nitas. Justeru itu Mukhtar menarik kembali bai’at yang dibe rikan kepadanya, agar pengikutnya dapat membantu Sulai man. Ubaidah memberitahukan Mukhtar agar tidak tinggal sendirian di Ko fah. Mungkin ada hikmahnya Mukhtar tetap ting gal di Kofah. Terbukti lagi kemunafikan  gubernur Kofah yang dimulutnya bersatu dengan Syi’ah untuk menuntut balas darah Imam Hussein. Politik busuk Ibrahim wakil gubernur bin Yazid menangkap Mukhtar yang lagi sendirian dan  Tawwabin pun dibiarkan dihancurkan pasukan Syam.  Inilah kemunafikan klan Zuber yang ka tanya tidak main-main menuntut balas darah Imam Hussein.

Tepat sekali kata Ubaidah, Sulaiman selalu lambat sadar, aki batnya kaum Syi’ah selalu menjadi korban dari terlambatnya kesadaran Sulaiman cs. Pertempuran kali pertama pasukan Syam dika lahkan pasukan Tawwabin dan Ubaidillah bin Ziyad yang selalu membanggakan diri kali ini terpaksa berlindung dibawah perut unta. Tetapi pertempuran selanjutnya terbalik hingga Sulaiman gugur dalam pertempu ran tersebut. Kemu dian pengikut Sulaiman berbai’at kepada Mukhtar. Mulai saat itu Syi’ah berada dibawah pimpinan Tunggal, Mukhtar Tsaqafi yang brilliant. Kalau kita baca keyakinan sebahagian Sunni bahwa Syi’ahlah yang membunuh Imam Hussein, dari sinilah persoalannya. Keluguan Sulaiman cs lah yang membuat mere ka salah paham persoalan kesyahidan Imam Hussein.

Di penjara, untuk kedua kalinya sepupu Mukhtar pura-pura bertengkar dengan Mukhtar hingga Mukhtar lagi-lagi dapat keluar dari penjara dengan bantuan surat Abdullah bin Umar. Walaupun Abdullah bin Umar lugu dalam beragama, kita pa tut berterimakasih atas bantuannya terhadap perjuangan Mukhtar.

Sampai disini, marilah kita renungkan di zaman kita ini, kenapa di Timur Tengah dari dulu hingga se karang, asik ber perang sesama Muslim?  Abdullah bin Umar berte riak histeris saat mendengar Imam Hussein dibantai Pasukan Yazid di Kar bala tetapi begitu Yazid memperlihatkan Naskah yang ditanda tangani Abubakar, Umar dan Usman cs, dengan serta merta Abdullah terdiam. Imam Hussein adalah lanjutan kepemimpi nan Rasulullah  saww, yang dimulai oleh Imam Ali sesuai pengumuman Rasulullah di Ghadirkhum. Paska Haji wada’ Malai kat memberitahukan Rasulullah bahwa Allah swt memberita hukannya supaya Rasulullah saww mengumum kan penggantinya secara terang-terangan. Andai kata Rasulullah tidak mengumum kan siapa penggantinya, berarti beliau belum menyampaikan Risalahnya. Secepat itulah Rasulullah memanggil kembali para sahabat yang telah melewati Gha dir khum dan yang belum sampaipun diminta segera datang ke Ghadir khum.

Singkat kisah, setelah Rasulullah bekhutbah dan memperke nalkan Imam Ali sebagai penggantiunya serta berdo’a kepada Allah agar melindungi siapapun yang mengikuti Imam Ali dan melaknat siapa pun yang membenci Imam. Setelah itu semua hadirin membai’at Imam. Yang menarik sekali Umar bin Khattab disam ping menyalami Imam juga berkata: "Tahniah ya Abbal Hassan, anda telah menjadi pemimpin kaum Muslimin dan kaum Muslimat". Ironisnya setelah itu Abu bakar, Umar dan Usman cs membuat rapat gelap di belakang Ka’bah, hingga lahirlah Surat bersegel yang diperlihatkan Yazid kepada Abdullah bin Umar. Dari sinilah persoalan pertama, kenapa mayoritas kaum Muslimin tidak mengikuti Imam yang ditunjuk Rasulullah di Ghadirkhum. Dari sinilah muncul informasi bahwa keba nyakan kaum Muslimin berpatahbalik paska kewa fatan Rasulullah saww. Ironisnya kaum fanatik buta dizaman kita ini tidak mautau kalau persoalan perpecahan aki bat penolakan sebahagian sahabat terhadap keputusan Rasulullah di Ghadirkhum. Orang jahiliah pra Islam senantiasa me ngikuti golongan yang ramai. Agama Islam murni berkeya kinan kuat bahwa kebenaran itu bukan milik orang ramai tetapi milik Allah senbdiri. Dari sinilah kita saksikan kenapa Muslim yang setia kepada Imam Ali haqqul yakin merekalah yang benar agamanya.

Ketika orang non Syi’ah mendengar penjelasan seperti itu, seharusnya mencaritau tentang kebenaran ini, bukankah   Qabil yang secara syar’i/darah adalah anaknya sendiri tetapi secara ideology, Qabil bukan anak Nabi Adam. Secara Ideology anak Nabi Nuh hanya yang ikut beliau dalam bahteranya. Adapun anaknya yang tenggelam, hanya sebagai anaknya secara darah saja.  Isteri Nabi Luth tidak beri man kepadanya, justeru itu hanya secara syar’I merupakan Isteri nya sedangkan secara Ideology, bukan Isterinya. Muhammad bin Abubakar secara Ideology adalah anaknya Imam Ali. Imam Alilah yang mengawinkan dengan Syahbanan Parsi dan Imam Ali pulalah yang menunjukkannya sebagai Gubernur Mesir tetapi diselewengkan oleh Marwan bin Hakam, hingga hampir saja lehernya dan leher rombongannya putus. Ironisnya Usman masih saja menganggap perbuatan Mar wan sebagai kesalahan kecil. Dari sinilah terjadinya pemberontakan perta ma da lam Agama Nabi Muhammad yang dipimpin oleh Mu hammad bin Abubakar.

Pembaca yang mulia! Kalau kita sudah mampu berpikir penting sekali kita memaha mi persoalan secara Ideology, me nyangkut Qabil, anak Nabi Nuh, Isteri Nabi Luth dan Muham mad bin Abubakar, barulah kita memahami bahwa secara Ideology tidak pernah terjadi perang antar sesama muslim, kecuali kita berbicara secara ba sa-basi. Secara basa-basi, umumnya di Timur Tengah adalah Negara Islam tetapi secara Ideology semua itu bukan Negara Islam tetapi Negara Muslim. Hanya Re publik Islam Iranlah satu-satunya yang menggunakan Al Qur-an sebagai UUD nya (Baca Wilayatul Fakih). Imam Ali tidak melawan Abubakar cs, sebab beliau patuh petunjuk Allah dan RasulNya. Rasulullah berkata Ke pada Imam: “Andaikata anda memiliki pengikut 40 orang lawanlah mereka tetapi apabila tidak punya pengikut sebanyak itu, jagalah darah anda dan darah keluarga anda.

Suatu malam Imam Ali bersama Fatimah az Zahara menelu suri semua rumah kaum Muhajirin dan Angsar, sebahaian besar dari mereka mengetahui pengumuman Rasulullah di Ghadirkhum dan berjanji akan datang besok pagi-pagi benar dengan masing-masing, rambutnya dalam keadaan tercukur dan sebilah pedang, sesuai perintah Imam. Namun realitanya dipagi tersebut hanya 4 orang saja yang hadir, yaitu Abu Dzar Ghifari, Salman al Farisi, al Miqdad dan Zuber bin Awwam. Justeru itulah Imam Ali membai’at Abubakar secara terpaksa, sesuai tuntunan Rasulullah saww.

Ketika seseorang mendengar keterangan seperti itu, seba hagian orang yang fanatikbuta, langsung marah dan meng hujad Syi’ah. Padahal kalaulah orang tersebut tidak mau berpikir kecuali sesuai apa yang diterima dari sang gurunya, minimal betanya apakah mereka itu sama disisi Allah seperti kaum Muslimin yang mengikut orang ramai dulu? Tentunya tidak sama. Sesatnya orang dulu tidak mendapat ampunan Allah, sebab sa’at itu masih Ada Rasulullah tempat bertanya, minimal dapat bertanya pada para sahabat yang benar-benar taat kepada Rasulullah, yaitu Ittrahnya Nabi, saat mereka berhadapan dengan fenomena yang meragukan. Sedangkan kaum Muslimin yang tidak mengikuti para Imam, sebagai per panjangan keimamahan Rasulullah di zaman kita ini, tidak ada Rasulullah dan Ittrahnya tempat bertanya, kecuali kemana dibawa guru mereka yang tidak menimba Ilmu dari jalur yang ditunjuki Rasulullah saww. Andaikata mereka toleran dengan pemgikut Ahlulbayt Rasulullah, kemungkinan besar mereka mendapat ampunan Allah kelak di Akhirat. Contoh orang yang toleran terhadap pengikut Ahlul bayt Rasulullah saww di Indonesia adalah Propessor Doctor KH Said ‘Aqil Siradj dan Propessor Doktor Haidar Bagir.

Ironisnya kaum yang fanatik buta menuduh siapapun yang menyatakan toleran nya terhadap Syi’ah Imamiah secara te rang-terangan adalah Syi’ah juga hingga mereka kaum fana tikbuta menghujad mereka seperti mereka menghujad Haidar bagir dan ‘Aqil Siradj. Kaum fanatikbuta itu bukan saja orang awwam atau para murid tetapi juga yang sudah bertitel KH dan juga Doktor. Andaikata mereka orang berilmu, seharus nya mereka mempelajari dulu Syi’ah Imamiyah 12 dari jalur asli bukan dari orang yang juga fanatikbuta, gemar memfit nah Syi’ah via internet. Banyak kitab Syi’ah Imamiyah 12 dipalsukan di Internet dan juga kitab Imam Kho maini sendiri. Dengan kitab yang palsu itulah merekan berargumen seperti argu men Ustad Somad yang dengan bangga memfitnah Pe ngikut Ahlulbayt. Misalnya beliau mengatakan bahwa Syi’ah memiliki Qur-an yang 3 kali lebih tebal dari Qur-an mushaf Usman. Yang dia maksudkan mushaf Fatimah az Zahara, anak kesaya ngan Rasulullah saww. Ustad Somad tidak tau bahwa Mushaf Fatimah, bukan Qur-an tetapi Tulisan Imam Ali yang dicatat dari pertemuan Malaikat dengan Fatimah Az Zahara. Fatimah demikian pilu saat kewafatan Rasulullah, hingga Malaikat, atas perintah Allah menghibur Fatimah dalam bebe rapa kali pertemuan hingga pan jang sekali. Imam Ali menca tat semuanya. Itulah yang diberi nama dengan Mushaf Fati mah az Zahara.

Perlu digaris bawahi bahwa mereka yang tidak mengikuti para Imam, tidak mungkin betanya pada Hadis sebagai ganti Rasulullah, sebab hadist pun sudah dipalsukan, sampai sejuta lebih. Walaupun Bukhari dan Muslim telah mensortirnya, na mun masih banyak di Bukhari dan Muslim yang palsu. Contoh nya hadist lalat mempunyai obat disayab sebelahnya, hadis Nabi Musa menampar Malaikat, Hadist Allah menaruh tela pak kakinya diatas Neraka, sebab minta banyak penghuninya, Hadist Rasulullah menaikkan Aisyah keatas kuduknya agar dapat melihat pertunjukan kaum Quraisy, dan masih banyak yang lainnya.



Perang Karbala Riwayat Mukhtar 20

SIASAT PAMUNGKAS
"Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.(QS, Ali Imran 54)

Di penjara Mukhtar menulis surat kepada Abdullah bin Umar.  Walaupun Abdullah bin Umar lugu dalam beragama, kita pa tut berterimakasih atas bantuannya terha dap perjuangan Mukhtar. Ketika Zaidah, sepupunya dan juga kepala penjara me nanyakan Mukhtar kenapa tidak kabur saja, Mukhtar menjawab: “Ini permainan terakhir, Zaidah. Kalau aku kabur klan Zuber akan tau rencana kebangkitanku. Akhir nya seisi dunia pun tau apa yang ada dibenakku”. Zaidah terkesima dengan politik pamungkas Mukhtar Tsaqafi.

Sepintas memang kita heran kenapa Mukhtar selalu lolos dari bahaya. Kenapa dulu Yazid bin Muawiyah percaya kepada surat Abdullah bin Umar? Demikian juga Bin Yazid, Gubernur Abdullah bin Zuber, kenapa percaya kepada keterangan Ab dullah bin Umar bahwa Mukhtar tidak terlibat? Pada hakikat nya, inilah yang namanya bantuan Allah bagi perjuangan yang benar karena Allah. Inilah bukti kebenaran Mukhtar. Inilah bukti kebenaran Syi’ah mayoritas dibawah pimpinan Mukhtar Tsaqafi. Dari perspektif ini terindikasi kepalsuan agama Sunni dibawah pimpinan Yazid bin Muawiyahn dan Abdullah bin Zuber bin Awwam.

Dizaman itu komunitas Muslim hanya 3, komunitas Sunni Ya zid bin Muawiyah, komu nitas Sunni Abdullah bin Zuber dan komunitas Syi’ah Mukhtar Tsaqafi. Islam agama pasti, siapa pun yang berpihak kepada Yazid bin Muawiyah sudah ber imam kepada imam yang batil/zalim. Semua mereka adalah penghuni Neraka. Demikian juga siapapun yang berimam kepada Abdullah bin Zuber adalah penghuni Neraka juga sedangkan yang mengikuti Mukhtar Tsaqafi umpama pohon Durian yang rindang dan terpelihara dengan rapi tetapi masih ada yang gugur, dimakan tupai, kalong dan jenis penyakit lainnya yang membuat buahnya tawar. Pertanyaan, bu kankah semua pengikut Imam yang haq semuanya masuk Syurga? Jawabannya benar, tetapi apakah semua mereka benar-benar mengikuti Imam yang Haq? Bu kankah dikalangan pengikut Rasulullah dulu ada juga yang munafiq? Konon pula yang ikut Mukhtar yang bukan Rasul dan bukan Imam tetapi Mukhtar berimam ke pada Imam Ali Zainal Abidin bin Hussein. Justeru itu pengikut Mukhtar pada umum nya juga pengikut Imam Ali Zainal Abidin (Syi’ah Imamiyah 12/Muslim pengikut Ahlul bayt Rasulullah saww). Secara ideology Mukhtar adalah "Imam" kaum Muslimin sa at itu macam Ayatullah Komaini dan Ayatullah Ali Khamenei sekarang di Republik Islam Iran.

Syi’ah murni di zaman kita sekarang ini juga perlu filtur. Perta ma adalah Muslim yang benar-benar mengikuti Imam yang haq. Artinya tidak termasuk mereka yang mengaku Syi’ah te tapi mereka munafiqun. Kaum munafiqun sepakterjangnya memfitnah Muslim pengikut Ahlulbayt dan Systemya. Mereka itu adalah buatan Zionis dan AS serta Arab Saudi. Sepakter jangnya juga memalsukan literatur-literatur Syi’ah murni. Mereka layaknya macam ISIS dikalangan Sunni. Justeru itu hati-hatilah bagi orang-orang yang belajar Syi’ah di internet agar tidak masuk perangkap Syi ’ah palsu.

Secara Ideology masih ada lagi golongan yang sudah dekaden. Mereka ini disebut Syi’ah Savawi atau Syi’ah hitam. Sedang kan Syi’ah murni adalah Syi’ah merah/Syi’ah revolusioner/ Syiah Alawi. Perlu digaris bawahi bahwa nama saja tidak cu kup bagi kita untuk mengenal komunitas yang haq. Realita nya ada juga komunitas yang menamakan diri Syi’ah Alawit tetapi bukan Syi’ah Alawi yang sesungguhnya. Perlu juga digarisbawahi bahwa Syi’ah Imamiyah 12 dan murni mustahil tidak toleran dengan Syi’ah manapun yang lainnya kecuali Syi’ah yang beraliansi dengan musuh-musuh Islam yang aro gan yang Allah swt telah melarang kita beraliansi dengan mereka di Surah al Maidah 51 dan juga di Surah lain nya. Syi ‘ah murni juga mustahil tidak toleran dengan pemeluk agama manapun yang tidak anarkhis, tidakn radikal dan arogan.

http://aceh-darussalam.blogspot.no/2013/05/yang-bernama-aceh.html

Perang Karbala Riwayat Mukhtar 21

DULDUL NAMA KUDA IMAM ALI AS
Mukhtar tidak pernah mengalami kegalauan seperti sekarang ini. Menarik sekali kata Isterinya bahwa walaupun Mukhtar jauh darinya, dapat diketahui saat bermasalah dengan mem perhatikan keadaan Duldul, kuda putih mereka. Mereka sem pat bertengkar saat itu disebabkan Mukhtar enggan memberi tahukan apa masalah yang sedang dihadapinya. Itulah yang menyebabkan Isterinya sedikit marah kepada Suaminya. Juste ru itu Mukhtar terpaksa memberitahu Isterinya apa yang se dang dia alami hingga demikian galau. Begitu diberitahukan, sang Isteri langsung berobah menjadi akur kembali.

Mukhtar khawatir Abdurrahman yang sedang menemui Mu hammad al Hanafiah untuk membuktikan kebenaran surat ku asa untuk kebangkitan Mukhtar. Walaupun Mukhtar yakin persetujuan Hanafiah untuk kebangkitannya. Hal ini wajar sa ja sebagaimana kita berdo’a pada Allah dengan khusyu’. Kita khawatir do’a kita tidak diterima tetapi mengharapkan sangat agar diterima.

Ketika Abdurrahman yang curiga kepada Mukhtar menanya kan pada Al Hana fiah, apakah benar anda telah memberikan kuasa kepada Mukhtar untuk bangkit? Al Hanafiah menjawab “petanyaan macam apa ini. Apakah ketika Sulaiman bangkit menerima surat kuasa dari seseorang?  Memerangi para pem bunuh sauda raku adalah sebuah kewajiban, kewajiban yang gugur dari padaku dan kepona kanku As Sajjad”. Abdurrahman menjawab bahwa dia berkesimpulan, Mukhtar itu pembohong dan pemalsu. Abdurrahman ini type manusia yang lugu lainnya. Dia tidak mampu berpikir bahwa Syi’ah Irak dalam keadaan bahaya dari permainan 2 komunitas muslim yang munafiq, Klan Yazid dan Klan Zuber. Andai kata Abdurrah man bukan type manusia yang lugu, buat apa dia mencurigai Mukhtar saat tokoh-tokoh Syi’ah yang lain sudah membai’at kepada Mukhtar. Sayangnya Abdurrah man beserta pengikut nya sampai buang-buang waktu ingin membuktikan kebena ran Mukhtar kepada Muhammad Al Hanafiah, pamannya I mam al Sajjad.

Sebelum menjawabnya al Hanafiah memohon kepada Allah agar jawabannya sesuai dengan kehendakn Allah swt. Al Hanafiah mengatakan: “Bantulah Mukhtar agar Allah membantu kalian”. Dengan jawaban al Hanafiah itu barulah Abdurrah man percaya kebenaran Mukhtar hingga berjanji untuk mencium tangan Mukhtar sepulang dari pertemuannya dengan Muhammad al Hanafiah bin ‘Ali as.

Zaidah menemui Mukhtar atas perintah gubernur baru untuk menemuinya. Zaidah sepertinya dia khawatir nanti Mukhtar akan dipenjarakan lagi sebagaimana politikus jahat dan hypo crite lainnya. Lalu Zaidah membaca ayat Allah: “Dan (ingat lah) ketika orang-orang kafir memikirkan tipu muslihat terha dapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu, memnunuh mu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya” (Al Anfal:30). Begitu Zaidah habis membaca ayat tersebut, Mukhtar langsung menggigil hingga menunda kepergiannya.

Selanjutnya perhatikanlah Ibrahim bin Malik al Asytar, fan be rat lainnya yang tidak ikut ke Nainawa dengan alasan kakinya sakit, duduk dalam keadaan menggigil, terbayang seolah-olah Abbas mengatakan tidak patut putra Malik Asytar tertinggal dari kafilah Nainawa. Lalu memintakan Ibrahim mengulurkan tangannya. Ketika Ibrahim mengulurkan tangannya, dia terja tuh dalam sungai. Pembantunya cepat memberikan pertolo ngan hingga mereka kembali kerumah.

Begitu tiba dirumah komunitasnya menemuinya dan berkata bahwa mereka pe muda-pemuda Nakha’i, bukan musuh:  “Ka mi datang minta kejelasan”. Kata Ibra him, mintalah pada sesepuh: “Sesepuh minta kami untuk mengembala dan berta ni”, jawab mereka. Ibrahim merespon balik: “Bagus. Berkah terda pat di tanaman dan ternak”. Mereka mengatakan bahwa semua orang Syi’ah kofah sudah siap tempur, pantaskah para pemuda Nakha’i puas bertani dan beternak?

Rupanya Ibrahim sama lugunya dengan Abdurrahman bahwa perang tidak diper bolehkan tanpa izin Imam Sajjad. Ketika para pemuda Nakha’i mendesaknya, Ibra him marah sambil memegang kerah baju ketua pemuda dan menolaknya hingga terjatuh, tetapi Ibrahim juga menggigil kembali hingga Isteri menolongnya.

Lalu Zaidah dan temannya datang menemui Ibrahim atas pe rintah gubernur baru. Ibrahim berjanji untuk menemui sang gubernur. Tetapi tokoh-tokoh Syi’ah mendahu lui niat Ibrahim dan meminta Ibrahim untuk ikut melawan musuh Syi’ah. Ibrahim se tuju dengan syarat menjadikannya sebagai pemimpin. Tokoh-tokoh itu menjawab bahwa mereka sudah mem bai’at Mukhtar.

Kemudian kabilah Abdurrahman menemui Mukhtar, hingga kegalauan Mukhtar langsung hilang. Abdurrahman langsung meminta maaf pada Mukhtar, pergi dan datang tidak membe ritahukan Mukhtar. Sa’at Tawaf Abdurrahman berdo’a pada Allah agar diberikan keberanian untuk bertatap muka dengan Mukhtar. Kata Ab durrahman selanjutnya, telah berjanji untuk mencium tangan Mukhtar setelah Ta waf, lalu mencium ta ngan Mukhtar. Apa-apaan ini kata Mukhtar, apa yang kau la kukan. Setelah Abdurrahman mengakui kesalahannya, mencu rigakan Mukhtar, Mukhtar mengucapkan Allahuakbar 2 x dan Subhanalklah 1x. Lalu berkata: “Beliau adalah putra Imam Ali. Jika kukatakan bahwa yang menandatangani surat itu dan menyetujuinya Imam Ali, apakah kamu percaya?”. Abdurrahman menjawab: “Aku tetap percaya padamu walaupun kamu katakan shalat Dhuhur adalah malam hari”.

Ah ah ah, begitulah Abdurrahman yang dulunya enggan membai’at Mukhtar teta pi sekarang berbalik 180 derajat. Bahkan Abdurrahman sangat taat kepada Mukh tar hingga keduanya shahid bersama.

Sementara itu Abu Qud sedang merayu Ibrahim untuk beker jasama dengan guber nur baru. Ketika Ibrahim hendak menggantikan pakaiannya, Isterinya seperti meng hambatnya. Rupa nya Isterinya paham betul kekeliruan suaminya. Masih berun tung bagi Ibrahim dengan kedatangan rombongan Mukhtar ke rumahnya saat itu juga. Mula-mula Ibrahim ragu kebena ran izin Muhammad al Hanafiah tetapi sete lah Abdurrahman menyampaikan pengalamannya yang mencurigakan Mukhtar semula, tetapi ternyata Mukhtar benar mendapat dukungan Imam as Sajjad dan pamanya, al Hanafiah. Ketika Mukhtar memberikan ketegasannya, lalu beranjak dari tempat duduk nya, Ibrahim sadar kekeliruannya hingga minta Mukhtar mengu lurkan tangan untuk dibai’at.

Sejak hari itu 2 fan berat Syi’ah itu bahu-membahu dalam ke bangkitannya. Saksikanlah bagaimana Mukhtar dan Ibrahim memacu kudanya di awal kebangkitan.


Perang Karbala Riwayat Mukhtar 22

KEBANGKITAN MUKHTAR ( 1)
Bermula dari rumah Isteri Mukhtar pertama, Nariyah. Isteri Mukhtar kedua, Umrah diperintahkan tinggal di rumah Nari yah. Umrah mengucapkan salam lalu memeluk mertuanya dan juga memeluk madunya, yang langka terjadi di zaman kita ini. Lalu mereka saling berbincang tentang kebangkitan Mukhtar. Lalu mereka mulai me nyiapkan makanan buat para pejuang. Disitu terlihat jelas anaknya Mukhtar,Tsabit, Kiyan dan pejuang-pejuang lainnya. Mereka makan dalam satu talam sekitar 7 orang. Itu budaya muslim saat itu. Mukhtar berbincang dengan Ibrahim, bagaima na cara meminimalkan korban.

Di istana gubernur klan Zuber menyampaikan “hikayat musangnya” kepada pengi kut klan zuber dan klan Yazid. Umar bin Abi Waqas menghujat gubernur dan akhir nya pergi meninggalkan rapat. Shabas munafiqun lainnya minta izin gubernur untuk membujuk Umar tetapi tidak berhasil.

Akhirnya Gubernur Kofah membuka kedok sendiri, beraliansi dengan pembunuh Imam Hussein di Karbala untuk melawan kebangkitan Mukhtar. Kata Ibrahim, dia sudah lama menanti saat seperti itu dan berjanji dengan izin Allah untuk melenyap kan durjana seperti Umar bin Saat bin Abi Waqas dan Shimir di Kofah.

Kemudian saksikanlah sepakterjang anak Umar yang tidak bermoral, berani me ngancam untuk membunuh Ibu kandungnya sendiri (model anak durhaka). Jariyah isteri Umar itu berhasil menembusi segala rintangan untuk meminta suaka politik pa da Mukhtar bagi keluarganya yang tidak terlibat menentang Mukhtar saat itu.

Rencana kebangkitan sebelumnya tanggal 14 tetapi Ayaz panglima perang musuh menghadang Ibrahim, panglima pasu kan rahasia Mukhtar, hingga mustahil dapat ditembusi andaikata Ibrahim tidak membunuh Ayaz dengan meminjam tombak Abu Qud, yang dulu pernah merayu Ibrahim agar ti dak bergabung dengan Mukh tar. Andaikata Ibrahim tidak membunuh panglima Ayaz, kemungkinan besar Ibra him akan dipenjara yang berujung hambatan bagi kebangkitan. Justeru itu Mukh tar mampu berpikir bahwa itu pertanda baik hingga kebangkitan harus di deklarasi kan malam itu juga, tgl 12 Rabbi’ul Awwal.

Jariah berbincang-bincang masalah yang akan terjadi malam itu dengan Umrah, madunya. Jariah senantiasa dalam kegalauan. Dia tidak secerdik madunya, Um rah. Sementara Ubaidah merasa sangat bahagia malam itu. Katanya belum per nah merasakan sebelumnya seindah malam itu, malam kebangki tan. Lalu Ubaidah melaungkan selogan: “Tuntut balas darah Hussein”  yang disambut para pecinta Imam Hussein dengan gemuruh, bagaikan pengumuman buat musuh2 mereka.

Mukhtar mengucapkan kebiasaan ucapan mu’min: “La haula wa la quwwata illa billah”. Lalu memerintahkan untuk dinya lakan api di atap-atap rumah penduduk Kofah sebagai hari kebangkitan. Ketika itu mereka menggaungkan selogan lain nya: “Ya mansyur, amit” (Wahai Sang Penakluk, hancurkan musuh), Holu, pemban tu Mukhtar kagum melihat gemuruh api di rumah-rumah. Ibu Mukhtar mengucap kan puji syukur dapat menyaksikan kebangkitan anaknya. Sementara Mukh tar me nuju Ibunya bersama anaknya Tsabit Ishaq.Tsabit seba gai astronot memberitahu Mukhtar bahwa tadi dia menero pong sebuah bintang yang diberi nama Mukhtar, dan malam itu bintang tersebut lebih bercahaya dari sebelumnya. Lalu keduanya menghadap Ibu Mukhtar, Ibu Tsabit dan Um rah. Mukhtar berkata: “Ibu saat dijanji kan telah tiba”. Ibunya menjawab: “Majulah nak atas nama cinta ‘Ali”. Selanjutnya saksikanlah bagaimana gemuruhnya kota Kofah mulai saat i tu.......


Abubakar pemimpin yang dipilih oleh sebahagian kaum musliminsedangkan Imam Ali pemimpin yang dipilih Allah dan Rasulnya. Semua kaum muslimin termasuk Abu bakar, Umar dan Usman ikut membai'at Imam Ali tetapi mereka bertiga mence derai bai'atnya, yang secara logika berarti tidak taat kepada Rasulullah sendiri. Mereka membuat rapat gelap dibelakang Ka'bah paska pembai'atan Imam di Ghadirkhum. Alasan mereka Imam Ali masih terlalu muda untuk jadi pemimpin.


Kedua mereka tidak setuju kalau kepemimpinan kaum muslimin berkisar dalam satu keluarga saja. Alasan pertama telah dijawab langsung oleh Rasulullah yang me ngangkat Usamah sebagai panglima perang dan diperintahkan Abbakar dan U mar berperang dibawah pimpinan Usamah. Realitanya keduanya masih belum pa tuh terhadap Rasulullah. Kata Umar: "Bagaimana Rasulullah mengangkat panglima yang kumispun belum tummbuh. Alasan kedua, yang dikhawatiri Abubakar dan U mar justeru kepemimpinan kaum muslimin, akibat perilaku Abubakar dan Umar, diambil alih oleh Bani Umaiyah dan merobah komunitas Islam menjadi kerajaan. (Ini akibat perbuatan Abubakar dan Umar). 

Kalau kita mampu menggunakan pikiran, Bukankah apa saja yang ditentukan Rasu lullah, pasti berasal dari Allah. Lalu bagaimana kalau ada ummat Muhammad yang melanggar ketentuannya, masihkah termasuk orang beriman? Kalau kita fanatikbuta, mustahil memahami pertanyaan diatas. Andaikata pengangkatan Imam Ali tidak dilanggar Abubakar dan Umar, dapat dipastikan Kaum Muslimin ti dak akan pecah sampai hari ini. Bukankah yang pertama membuat perpeca han Abubakar dan Umar sendiri?

Ketika Nabi sakit di Katilnya, meminta "kertas dan alat tulis" untuk menulis wasiat agar kaum muslimin tidak sesat paska kewafatannya, tetapi lagi-lagi dihambat oleh Umar dan Abu bakar. "Rasulullah sedang mengingau, tidak perlu kertas dan alat tulis, kita punya  al Qur-an sebagai pedoman?". Akibat pertengkaran yang dilaku kan Umar dan Abubakar, akhirnya Rasulullah mengatakan: "Enyahlah  kalian dari si ni". Semua mereka keluar kecuali Bani Hasyim.

Ironisnya ketika Abubakar mau meninggal dunia, beliau lang sung menunjukkan U mar sebagai gantinya. Adakah orang yang waras membenarkan bahwa Abubakar punya hak untuk menunjukkan penggantinya, sedangkan hak Rasulullah, diabai kan/dilanggar mereka?

Demi Allah saya mengatakan yang sebenarnya, anda tidak boleh bertanya pada guru pesantren anda, sebab merekapun tidak mampu berpikir fenomena macam ini. Banyak sekali bukti kekeliruan mereka berdua tetapi kita cukupkan sampai disini saja.


Perang Karbala Riwayat Mukhtar 23

KEBANGKITAN MUKHTAR (2)
Pasukian Mukhtar memasuki gerbang Istana.  Nariah dan Um rah berbincang-bin cang tentang kebangkitan, Nariah khawatir penduduk Kofah akan meninggalkan nya seperti mereka me ninggalkan Muslim bin ‘Aqil tetapi Umrah optimis, Mukhtar akan menang. Kemudian wanita yang pernah mempermalu kan Umar bin Sa’at bin Abi Waqas, menyampaikan kabar gem bira atas gegap gempita pasukan Mukhtar. Menarik sekali dialog antara isteri pertama Mukhtar dengan Isteri kedua. Saksi kanlah, wanita itu mengaku kesalahannya dulu hingga menghantui pikirannya, pe ngakuannya. Umrah sangat bijak hingga mampu menenangkan wanita tersebut.


Pertempuran dimulai, Syimir panglima musuh memberi perin tah para pemanah siap siaga di atas gedung. Ibrahim pemim pin pasukan rahasia memberi perintah kepada Abdurrahman untuk melumpuhkan pasukan pemanah tersebut. Saksikan lah bagaimana Ibrahim mengatur strategi.  Ibrahim demikian lin cahnya bertempur macam ayahnya Malik al Asytar.

Sha’ib, Kiyan, Abdullah bin Kamil dan lainnya juga bertempur dengan hebatnya tidak kalah dengan kehebatan Ibrahim. Walaupun pasukan musuh 3 kali lipat, namun dengan mudah diporak-porandakan oleh pasukan Mukhtar, Ibrahim dan pejuang tangguh lainnya. Syimir dan Syabats terpaksa kabur lagi, lalu meng hadap Gubernur yang mulai galau: “Seha rusnya saya tidak mengandalkan orang lemah seperti kalian. Seharusnya saya menghadapi Mukhtar dengan sikap lembut. Benca na ini ada lah akibat pertemanan dengan para pembunuh Hus sein”,katanya.

Abu Qud memberi saran kepada gubernur untuk kabur dengan menggunakan pa kaian wanita, setelah pasukan Mukh tar membuat pasukan musuh tak berdaya, memberikan pengampunan umum. Syabats yang munafiq itu menuju jamaah Mukhtar yang lagi shalat dan meminta untuk membai’at kepa da Mukhtar. Rom bongan Mukhtar menuju Istana dan menyuruh petugasnya untuk memindahkan kursi tahta Istana dan menggantikannya dengan korsi sederhana. Sa’at mereka sedi kit berbeda persepsi, Kiyan tampil meyakini Ibrahim, katanya Abu Ishaq tidak akan duduk di korsi yang berbau Ibnu Marjanah. Dengan penjelasan Kiyan, Ibrahim yakini keputusan Abu Ishaq.

Sekarang mari kita renungkan secara ideology. Apakah perang antara Mukhtar dan Ibnu Munthi benar sebagai perang saudara? Kalau kita gunakan bahasa intelektual menaraga ding secara basa-basi, iyya. Tetapi secara Ideology, bukan pe rang saudara tetapi perang antara yang haq dan bathil, antara Qabil dan Habil. Darisanalah, mulanya manusia terbelah dua, manusia kutub Qabil dan ma nusia Qutub Habil. Kalau kita berbicara dengan Bahasa Agama, komunitas Mukh tar mengaku sebagai kaum Muslimin dan komunitas musuh-musuh Mukhtarpun (baca klan Zuber dan Umaiyah), mengklaim diri sebagai kaum Muslimin juga. De ngan Bahasa agama, intelektual menara gading mengklaim bahwa itu perang saudara.

Bagaima mungkin disebut perang saudara? Bukankah manu sia ditentukan oleh pemimpin yang mereka ikut setelah Allah dan Rasulnya? Hur bin Yazid al Riyahi pada mulanya adalah musuh Imam Hussein tetapi 2-3 hari setelah itu memohon ma ‘af kepada Imam atas kesalahannya dan Imampun mema’af kannya. Hur satu-satunya yang mampu “keluar” dari Neraka menuju Syurga. Apakah yang membuat Hur mampu keluar dari neraka ke syurga? Apakah dalam tempo 2-3 hari itu beli au telah belajar pada guru tertentu hingga mampu berpatah balik? Apakah dalam tempo super singkat itu falsafahnya telah berobah?

Tidak. Beliau hanya mampu “membaca”, siapa Imam Hussein itu, disa’at komunitas klan Umaiyah di  Karbala meyakini ko munitas Imam Hussein sebagai pemberontak yang keji dan pantas dihabisi. Yang membuat Hur pindah dari Neraka ke Syurga adalah pertukaran kepemimpinannya. Imam Hussein lah yang menyebabkan Hur masuk Syurga. Hur mampu meng gunakan alat pikirnya sebagai fasilitas terpenting manusia untuk keluar dari masalah apa saja. Bukankah Allah berkali-kali mengulang dalam al Qur-an, Afala ta’qilun dan afala yatazakkarun?

Lihatlah dizaman kita sekarang betapa jelas antara komunitas muslim yang haq dan komunitas muslim yang bathil tetapi mengapa mereka tidak mampu mengak tifkan alat fikirnya? Apakah yang menghambat mereka untuk berfikir aktif? Fana tikbuta. Ya, fanatikbutalah yang menghambat mereka hingga Allah tidak memberi kan hidayahNya.  Pengikut Abdullah bin Zuber dan Yazid bin Muawiyah tidak memi liki pikiran yang waras tetapi, ironisnya mereka menuduh Imam Ali, Imam Hassan, Imam Hussein dan Mukhtar, tidak waras. Komunias yang bathil senantiasa lebih ba nyak daripada komunitas yang haq. Komunitas Imam Ali, Imam Hassan, Imam Hussen dan Mukhtas Tsaqafi lebih kecil dibandingkan komunitas Muawi yah, Yazid dan klan Zuber.

Mereka yang mengandalkan “Demokrasi” mendasarkan kebe naran pada orang ramai, bukan pada Allah dan Rasulnya. An daikata Nabi Muhammad dulu dipilih secara demokrasi, dapat dipastikan hanya memiliki suara 1-2 orang saja (baca suara Bunda Khadijah dan Imam Ali). Suara lainnya dimiliki oleh Musailamatul Kaz zab, Tulaihatul Asadi dan .......(saya lupa yang ke 3 nya). Ironisnya dizaman kita ini, apakah intelektual menara gading yang kesuruk-suruk dalam pemerintahan ala Muawiyah atau orang biasa dan orang awwam, ikut-ikutan berbicara “demokrasi ”. Sungguh langka sekali orang yang mendasari kebenaran itu kepada Allah dan RasulNya.

Demikianlah fanatikbutanya komunitas klan Zuber dan Klan Umaiyah, tidak mampu berfikir untuk menggapai jalan hidup yang haq, jalan hidup Rasulullah dan Ittrahnya, yang dimulai di Ghadhirkhum. Darimana munculnya petaka itu?

Abubakar pemimpin yang dipilih oleh sebahagian kaum muslimin sedangkan Imam Ali pemimpin yang dipilih Allah dan Rasulnya. Semua kaum muslimin termasuk Abu bakar, Umar dan Usman cs ikut membai'at Imam Ali tetapi mereka bertiga mence derai bai'atnya, yang secara logika berarti tidak taat kepada Rasulullah sendiri. Mereka membuat rapat gelap dibe lakang Ka'bah paska pembai'atan Imam di Ghadirkhum. Ala san mereka pertama, Imam Ali masih terlalu muda untuk jadi pemimpin kaum Muslimin. Kedua mereka tidak setuju kalau kepemimpinan kaum mus limin berkisar dalam satu keluarga saja (baca Ittrah Rasulullah).

Alasan pertama telah dijawab langsung oleh Rasulullah yang mengangkat Usamah sebagai panglima perang dan memerin tahkan Abbakar dan Umar, berperang dibawah pimpinan Usa mah. Realitanya keduanya masih belum patuh terhadap Rasu lullah. Kata Umar: "Bagaimana mungkin Rasulullah mengang kat panglima yang jenggotpun belum tumbuh”. Apakah kedua orang itu lebih tau daripada Rasulullah? Silakan gunakan alat pikirnya. Jangan biarkan berlalu begitu saja, yang menyebab kan hidayah Allah tertutup buat kita.

Alasan kedua, yang dikhawatiri Abubakar dan Umar cs  kepe mimpinan kaum muslimin berkisar pada satu keluarga saja, justeru akibat perilaku Abubakar dan Umar, diambil alih oleh keturunan Muawiyah (Bani Umaiyah) bahkan merobah komu nitas Islam dari system Nubuah dan Ittrahnya menjadi kera jaan. Apakah Ini bukan akibat perbuatan Abubakar dan Umar cs? Apakah penjelasan seperti ini dianggap menghujat Abuba kar dan Umar cs?  Kalau kita mengaku sebagai orang beriman mungkinkah harus kita lupakan persoalan yang mengakibat kan perpecahan sampai ke zaman kita ini? Ini sejarah disana terpampang mana yang haq, mana yang bathil untuk kita iku ti.

Kalau kita mampu menggunakan pikiran, Bukankah apa saja yang ditentukan Rasulullah, pasti berasal dari Allah. Lalu bagaimana kalau ada ummat Muhammad yang melanggar ketentuannya, masihkah termasuk orang beriman? Kalau kita fanatikbuta, mustahil memahami pertanyaan diatas. Andaika ta pengangkatan Imam Ali tidak dilanggar Abubakar dan Umar, dapat dipastikan Kaum Muslimin tidak akan pecah sam pai hari ini. Bukankah yang pertama membuat perpecahan Abubakar dan Umar sendiri, hingga memungkinkan Muawi yah yang zalim dapat menduduki mimbar Nabi?

Ketika Nabi sakit di Katilnya, meminta "kertas dan alat tulis" untuk menulis wasiat agar kaum muslimin tidak sesat paska kewafatannya, tetapi lagi-lagi dihambat oleh Umar dan Abu bakar. Katanya: "Rasulullah sedang mengingau, tidak perlu kertas dan alat tulis. Al Qur-an sudah cukup bagi kita". Akibat pertengkaran yang dilaku kan Umar dan Abubakar dihadapan Nabi, akhirnya Rasulullah mengatakan: "Enyah lah  kalian dari sini". Semua mereka keluar kecuali Bani Hasyim. Mampukah kita membedakan antara hujatan dan pelurusan sejarah?

Ironisnya ketika Abubakar mau meninggal dunia, beliau langsung menunjukkan U mar sebagai gantinya. Adakah orang waras yang membenarkan bahwa Abubakar punya hak untuk menunjukkan penggantinya, sedangkan hak Rasulullah, diabai kan/dilanggar mereka?

Demi Allah saya mengatakan yang sebenarnya, anda tidak boleh bertanya pada guru pesantren anda, sebab merekapun tidak mampu berpikir fenomena macam ini. Banyak sekali bukti kekeliruan mereka berdua tetapi kita cukupkan sampai disini saja. Pentingnya kita analisa fenomena ini agar kita tidak menyesal di Akhirat nanti. Rasulullah mengatakan: “Qulil haq walau kana murra”.

https://achehkarbala.blogspot.no/2009/10/dalam-rentangan-sejarah-yang-benar-kita_5339.html



 Perang Karbala Riwayat Mukhtar 24

KEKUASAAN KONSTITUSI
Mukhtar mulai berpidato untuk pertama kalinya di Mimbar Mesjid sebagai “pidato kenegaraan”. Sungguh mantap sekali pidatonya itu. Saya hanya menggarisbawahi satu kalimat pida tonya saja: “Kita berhadapan dengan dua kelompok sesat dan menyesatkan, yang telah merampas kekhalifahan dan menin das kita atas nama agama”. Dua kelompok di zaman Mukhtar adalah klan Yazid dan klan Zuber. Ironis nya dizaman kita ini pengikut-pengikut dari kedua klan tersebut justeru menuduh pe ngikut Ahlulbayt yang sesat.

Klan Zuber dan klan Yazid/Bani Umaiyah, keduanya menuduh komunitas Mukhtar yang sesat. Sementara Mukhtar dalam pidato kenegaraannya menjelaskan bahwa kedua klan terse butlah yang sesat. Lalu komunitas manakah yang tidak sesat? Pas tilah komunitas Mukhtar. Sebab kedua komunitas yang lainnya mengabaikan ketentuan Rasulullah yang telah menun juk Imam Ali di Ghadirkhum sebagai peng gantinya/Khalifah nya. Bagaimana mungkin Klan Zuber, Bani Umaiyah (klan Yazid saat itu) dan Bani Abbaisiyah meyakini Abubakar punya haq untuk menunjuk Umar sebagai gantinya, sedangkan Rasulullah tidak punya haq?

Adakah orang waras yang haqqul yakin logika seperti itu? Tidak perlu bertahun-tahun menimba ilmu di Dayah (Sunni) dan Pesantren (Hindu) untuk memperoleh ti tel Kiyai dan Tgk,  bahkan titel Doktor dan Philosof dari perguruan tinggi untuk me mahami logika yang aneh bin ajaib itu. Kalau mayoritas orang dulu lebih percaya kepada Para sahabat daripada Rasulullah sendiri dan mengklaim para pengikut Ittrah Nabi orang sesat, sebagaimana klaim pengikut klan Zuber dan klan Yazid bahwa pengikut Imam Ali, Imam Hussein dan Mukhtar Tsaqafi sesat?  Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Sebab mereka fanatikbuta, itulah penyakitnya. Apakah ali nia ini masih belum cukup buat kita untuk membuka “minda kita” hingga sadar kekeliruan kita selama ini?

Setelah Mukhtar menyusun konstitusinya, muncul kelompok radikalis dan membu nuh 2 orang warga yang baru saja pulang dari Istana, dengan tuduhan keduanya dulu musuh Imam Ali. Lalu keduanya dibunuh. Kiyan muncul menangkap mereka membawa ke hadapan Mukhtar. Keputusan Mukhtar, diperin tahkan kepada Kiyan supaya mereka dipenjara semuanya. Rufa’ah adalah tangan kanan Sulaiman yang gugur ditangan pasukan Syam di Ainul Wardah. Dia berani menentang kepu tusan Mukhtar yang menghukum gerombolan pembunuh dua orang warga Kofah. Dia bukan saja menentang tetapi juga berani menghujat Mukhtar. Seharusnya dia sebagai bawahan Mukhtar bertanya, bukan menghujat.

Mukhtar merespon dengan tegas sosok yang extrem macam Rufa’ah tersebut. Mukhtar terpaksa membeberkan keterliba tan Rufa’ah hingga Muslim bin ‘Aqil te was. Rufa’ahlah model nya ulama gadongan yang gemar mengeluarkan fatwa me nyesatkan. Rufa’ah mengaku diri Syi’ah Ali tetapi sepakterjangnya sangat me nyebalkan kaum muslimin benaran. Setelah merespon tegas terhadap Rufa’ah, Mukhtar pergi mening galkan semua bawahannya. Rufa’ah menanyakan pada bawa han  Mukhtar yang lain, apakah mereka sependapat dengan Mukhtar?  Se muanya bungkam, hingga Rufa’ah pergi dari Ista na. Ibrahim coba membujuk Rufa ’ah, yang seharusnya tidak perlu membujuk Syi’ah gadongan macam Rufa’ah.

Sayang, Ibrahimpun mendapat hujatan Rufa’ah. Mulanya Ibra him betanya, mau kemana kamu Rufa’ah. Rufa’ah menjawab: “Teman-temanku terkubur di gurun Ainul Wardah. Aku akan bertayammum dengan debu makam Sulaiman. Akan kusuci kan tanganku yang telah berbai’at kepada Mukhtar”. “Beris tighfarlah, Rufa ’ah”, kata Ibrahim. Ibrahim juga terlanjur ber kata seolah-olah Rufa’ah sama de ngan Mukhtar, saling hujat-menghujat. Andaikata Mukhtar tidak menegaskan kesa lahan Rufa’ah yang berani memprotes Mukhtar didepan bawahannya yang lain, sama dengan menjatuhkan wibawa pemerintah yang baru saja menghancur kan musuh-musuh mereka.

Rufa’ah juga menghujat Ibrahim:  “Kau setuju dengan Mukh tar sebab kau mempe roleh bagian rampasan perang lebih banyak. Kalau kau tidak peduli pada dirimu, setidaknya peduli lah pada martabat ayahmu, Malik al Asytar. Kita tidak bangkit untuk menjadi penguasa atau panglima. Selama para pembu nuh Hussein belum dihukum, kuanggap kebangkitan ini be lum menang. Biarkan aku pergi!”. Kemana kah Rufa’ah pergi? Be narkah sebagaimana katanya ke Ainul Wardah?  Tidak, dia bergabung dengan pembunuh Imam Hussein. Pertanyaannya, apakah Rufa’ah pe ngikut Ahlulbayt benaran? Silakan jawab se jujurnya.

Renungkanlah bagaimana kelirunya pikiran Rufa’ah. Katanya kita tidak berperang untuk menjadi penguasa dan panglima. (sindiran kepada Mukhtar dan Ibrahim). Dalam benak Ru fa’ah, perang itu untuk Syahid. Kalau konsekwen apa yang dikatakannya dan juga apa yang dikatakan pemimpinnya, Sulaiman, kenapa dia kabur saat Muslim bin ‘Aqil meminta nya untuk membela Hani? Lebih ngeri dari itu kenapa mereka juga kabur tidak bergabung dengan komunitas Imam Hussein setelah mereka mengundangnya? Betapa lugunya komunitas Sulaiman dan Rufa ’ah, dengan mudahnya ditipu Gubernur klan Zuber, hingga dibantai oleh klan Yazid di Ainul Wardah.

Juesteru itu benarlah politik Mukhtar cs, yang berdaya upaya untuk menguasai Ko fah duluan, barulah kemudian tuntutan pembela darah Imam Hussein dapat terlaksana dengan efek tif. Sayangnya dasar lugu Rufa’ah barusaja dibuat Konsti tusi, diatur pejabat pelaksanaan pemerintahan, cara menghadapi oposisi yang me ngangkat senjata dan yang tidak mengangkat senjata, pelarangan menghakimi sendiri dan sebagainya. Rufa’ah memprotes Pemimpin agar yang menghakimi sen diri terhadap 2 orang korban, tidak dihukum penjara.

Andaikata Ibrahim memperoleh rampasan perang lebih ba nyak, apakah tidak wajar disebabkan dia Panglima besar yang menggetarkan musuh, begitu mende ngarkan namanya? Lalu bagaimana kebenaran Rufa’ah ingin bertayammum dengan debu Sulaiman untuk membersihkan tangannya dari pem bai’atan Mukh tar? Disamping tidak logis jawabannya, dia juga tidak jujur, bergabung dengan musuh, ikut dalam “Persekong kolan Busuk”. Ikutilah kisah berikutnya nanti akan an da sak sikan Rufa’ah berbalik lagi ke komunitas Mukhtar, apakah orang macam Rufa’ah mendapat Redha Allah, hanya Allahlah yang tahu. Saya gagal memaha mi kenapa Ibrahim masih saja ambil pusing kepada Rufa’ah yang sudah jelas me nipu Mukh tar dan Ibrahim, mau pergi ke Anul Wardah tetapi berse kongkol dengan pemberontak yang berlumuran darah Imam Hussein.

Selanjutnya Ibnu Hammam pernah menyebat Kiyan dulu tetapi saya tidak tau, apa sebabnya. Sa’at Kiyan sebagai ketua pasukan Rahasia dan Inteljen menanyakan mau kemana, Ibnu Hammam meremehkan Kiyan dengan penghinaan. Demikian lah kebanyakan orang Arab yang tidak benar imannya, me nganggap bangsa Arab lebih mulia daripada bangsa  ajam (baca non Arab). Padahal Komunitas Mukhtar adalah system ke daulatan Allah, bukan system Thaghut macam komuni tas klan Zuber dan klan Yazid. Kemudian Rasulullah mengatakan bahwa tidak lebih bangsa Arab diatas bangsa Ajam kecuali karena taqwa. Artinya semua bangsa di dunia ini sama dalam pandangan Allah. Justeru itu Kiyan lebih mulia disisi Allah di banding kan Rufa ’ah dan Ibnu Hammam. Alasanya Kiyan yang non Arab jauh le bih taqwa daripada Rufa’ah dan Ibnu Hammam yang Arab.

Sementara itu saya gagal pula memahami Muktar dan Ibra him kali ini yang ber sedia menerima bedebah yang pernah menyebat Kiyan itu, untuk membacakan sya’ir hikayat mu sangnya. Komunitas Mukhtar berhasil mengalahkan musuh-mu suhnya tetapi Ibnu Hammam berhasil mempermainkan mereka dengan sekedar memujinya. Mukhtar meminta Ibnu Hammam tidak pergi dulu sebelum dia kembali, apakah Mukhtar benar-benar hendak memberikan hadiah?

Lalu geleran Abdurrahman hendak memberikan hadiah see kor kuda dan jubah terbaik. Untung sajalah ada dua orang pengikut Mukhtar yang mengimbangi keke liruan Mukhtar dan Abdurrahman. Yang satu mengatakan sebaiknya Ibnu hanan membaca puisi taubatnya dan seorang lagi namanya Ibnu Shumait  menyindir, sia papun yang bersyair demi hadiah, lebih baik dia makan batu saja. Dari ucapan keduanya terindikasi Ibnu Hammam bukan penyair yang baik yang menguatkan kezalimannya terhadap Kiyan yang sangat berjasa dalam perjuangan.

Ironisnya Ibnu Hammam berani menghina Ibnu Shumait, hingga mereka berdua me rasa dihina di depan orang ramai seraya mengancam dengan pedang. Ibrahim benar cepat menahan agar Ibnu Hammam tidak terbunuh tetapi kesalahannya adalah mengatakan:  “Ibnu Hammam dalam lindunganku. Dia memuji-muji kalian, tapi kalian malah menghinanya. Tidak masalah kalau kalian tidak mau memberikan hadiah tetapi kenapa kalian mengancamnya dengan pedang”. Yang dipuji Ibnu Hammam hanya Mukhtar dan Ibrahim saja, kenapa Ibrahim mengatakan Ibnu Hammam memuji kalian. Wajar Ibnu Shumait mengatakan, lebih baik makan batu saja, kalau memuji demi hadiah, dimana Ibnu Hammam seharusnya membaca Syair taubat agar redha Allah. Bukankah penghina an berat terhadap Ibnu Shu mait, dikatakan rubah pengecut? Kenapa Ibrahim terlalu tinggi suaranya terhadap Ibnu Shu mait dan kawannya? Siapakah yang tidak adil sebenarnya?

Seharusnya Mukhtar dan pengikutnya menolak kehadiran Ibnu Hammam secara lembut agar tidak tersentuh hati Kiyan, seolah-olah Ibnu Hamman yang Arab itu bo leh menghina Kiyan yang mantap Imannya. Semua insiden yang baru saja terjadi, wajar kata Zaidah, sepupu Mukhtar. Setiap pemerin tahan baru biasanya tidak asing dari insiden-insiden seperti itu. Silakan ikuti apa yang dibincangkan Mukhtar dengan Zaidah, kepala penjara Mukhtar untuk menyelamatkan Ibnu Munthi dari pe ngikut Mukhtar yang extrem macam Rufa’ah cs. Sepertinya tidak banyak pengikut Mukhtar yang memahami semua politik Mukhtar.

Ketika ditanya Zaidah, apa perlunya menyelamatkan Ibnu Munthi. Mukhtar menga takan kalau Ibnu Munthi sempat terbunuh, Klan Zuber akan segera memerangi kita disaat yang sama klan Yazidpun memerangi kita. Kita tidak mampu melawan sekaligus kedua klan tersebut. Disamping itu klan Zuber akan membuat tekanan berat terhadap Muhammad al Hanafiah yang akan membuat kita Syi’ah Ali men derita lagi. Sete lah pertemuan dengan Zaidah, Mukhtar berbincang-bincang de ngan Ibrahim untuk menghadapi klan Yazid di luar kota.

Saya hendak menegaskan bahwa dalam system Taghut despotik semua orang jauh dari keredhaan Allah kecuali orang-orang yang tidak berdaya untuk keluar dari system Taghut despoitic (baca kaum mustadhafin). Namun dalam system Islam murni dibawah pimpinan Mukhtar dan juga dibawah pimpinan Ayatullah Ali Khame nei sekarang tidaklah semua penduduknya mendapat redha Allah. Pastilah ada kaum mu nafiqun yang menyembunyikan diri seolah-olah mendukung pemerin tahan yang Islami. Analisalah saat anda mengikuti perjalanan pemerintahan Mukhtar hingga terlihat jelas sepakter jang personil-personil yang tidak mendukung sepenuhnya pemerintahan Islam Mukhtar. Kiyan akhirnya gugur syahid akibat ulah manusia hypocrite.

Diawal pidato Mukhtar telah menyinggung, kalau mereka benar-benar bahu-mem bahu sesamanya, tidak ada yang hypo crite, pemerintahannya akan meluas seluruh Irak, Mekkah, Madinah, Syam dan bahkan luar negeri. Tetapi dengan gugur nya Kiyan bersama pasukan tangguhnya akibat sepakterjang manusia Rasis, pasukan Mukhtar terus merosot dan akhirnya Kofah sendiri menjadi kepungan klan Zuber. Ibrahim juga sedikit ragu untuk memenuhi perintah pusat saat dikepung klan Zuber, hingga Mukhtar menemui kesyahidannya bersa ma Abdurrahman dan Saif yang juga brilliant. Sa’at Ibrahim pulang ke Kofah, ditengah jalan mendapat info dari Zaidah dan anak Mukhtar bahwa Mukhtar sudah syahid, Ibrahim njatuh pingsan, sepertinya menyesal yang amat sangat tidak segera memenuhi perintah Mukhtar.


Bersambung ke:

http://achehkarbala2.blogspot.com/2018/04/menelusuri-perang-karbala-dan-model.html
http://achehkarbala2.blogspot.com/2018/04/menelusuri-perang-karbala-dan-model.html







Tidak ada komentar:

Posting Komentar