MENGGALI DAN MENYOROT ESENSI HAJI IV
[the end)
hsndwsp
Acheh -
Sumatra
di
Ujung Dunia
di
Ujung Dunia
UJIAN UNTUK
MEMBUKTIKAN SAMPAI DIMANA KEPATUHAN IBRAHIM DAN ISMA'IL TERHADAP ALLAH SWT
Bismillaahirrahmaanirrahiim
7.Pengorbanan
"Guruku telah mengajariku" (Afala
ta'qilun? Afala yatazakkarun?). Pada tahap ke 7 atau tahap tera khir dari
pertunjukan ini, engkau kembali berperan sebagai Ibrahim, Teladan, Model,
Standarisasi, Re presentant atau Wakil Tuhan di atas permukaan bumi. Sanggupkah
engkau mengambil posisinya?Ibrahim berhasil menempatkan dirinya sebagai
'Pemberontak' 1) terhadap tatanan Namrud. Ibrahim adalah mata rantai utusan
Allah. Dia tidak hanya sebatas memahami dan menyadari namun dia juga beraksi,
merealisasikan dalam kehidupannya. Meluluhlantakkan tatanan Namrud.
Mengucapkan sela mat tinggal kepada orang tuanya, Azar, arsitek Tuhan palsu.
Lalu dengan penuh kesadaran (Masy `arulharam) memasuki api Namrud. Untuk apa?
Supaya api itu padam, sehingga tak ada lagi kaum dhu`afa yang terbakar. Arsitek
Revolusi sama halnya dengan bermain api. Artinya siapapun yang berani melawan
Raja dhalim, resikonya sudah barang pasti, dibakar, dianianya dengan sadis dan
di bunuh dengan kejam sekali.
Kini Ibrahim berada di lembah
Mina sedang Berhadapan dengan dua alternatif yang sangat menen tukan masa
depannya, tetap menjadi seorang ayah atau seorang Rasul Allah dengan resiko
kehilangan buah hatinya Isma'il. Persoalannya sekarang Ibrahim sangat mencintai
Isma'il.Bayangkan umur Ibrahim sudah demikian lanjut, rambut sudah memutih di
kepalanya yang boleh jadi akibat menunggu saat yang begitu lama untuk memiliki
seorang pelanjut risalahnya.
Bayangkan bagaimana perasaan
seorang lelaki yang telah berhasil dalam perjuangan, namun tidak memiliki buah
hati tempat ia mencurahkan kasih sayangnya. Saat-saat kerinduan permata hati
mencapai klimaknya, Hajarpun muncul mendampinginya. Tak lama kemudian Ismail
dilahirkan.
Betapa leganya hati ini. Ismail
tumbuh sehat, cerdas dan tampan, terjawab sudah keluhan ayahnya yang berbilang
tahun. Namun sayang seribu kali sayang, ketika Ismail sudah pandai berbicara,
tiba-tiba datang seruan di dalam mimpinya, " Ibrahim! Ambillah sebuah
pisau yang tajam, lalu goroklah leher anakmu, Isma'il ". Ibrahim terbangun
dari tidurnya. Bagaikan petir di siang bolong rasanya bagi Ibrahim. Lalu dia
berfikir dan berfikir. Apakah mimpinya itu benar datangnya dari Allah?
Mungkinkah Allah menyuruhku memotong leher Isma'il? Perintah itu sepertinya
tegas sekali, tetapi perkara memotong leher anakku sendiri. Haruskah perintah
ini kulaksanakan? Namun itu hanyalah sebuah mimpi. Ibrahim menunda pelaksanaan
tugas beratnya itu.
Malam ke dua, suara itu datang
lagi dan lebih jelas dari malam pertama. " Ibrahim! Ambillah sebuah pisau
yang tajam dan goroklah leher anakmu, Isma'il dengan tanganmu sendiri ".
Ibrahim terbangun lagi, langsung berfikir dan berfikir. Mungkinkah suara itu
datangnya dari Allah? Mungkinkah Allah menyuruhku untuk menyembelih anakku
sendiri ? Ibrahim untuk kedua kalinya berkesimpulan bahwa Allah sayang padaku,
tak mungkin buah hatiku yang begitu lama kurindukannya, namun setelah
kumilikinya tiba-tiba disuruh korban, sepertinya tidak mungkin. Itu hanyalah
sebuah mimpi. 2)
Pada malam yang ke tiga, Ibrahim
bermimpi lagi. Kali ini lebih terang dan lebih jelas dan lebih tegas dari
mimpi-mimpi malam sebelumnya. "Ibrahim, Akulah Tuhanmu. Ambillah sebuah
pisau yang tajam dan goroklah leher anakmu, Isma'il dengan tanganmu
sendiri!" Ibrahim terbangun lagi dan langsung saja berfikir dan berfikir. Kenapa
Isma'il yang masih muda yang harus mati, kan lebih baik kalau aku sendiri yang
harus mati. Hancur luluh perasaannya. Ismail buah hatinya telah ditunggu sampai
memutih rambutnya di kepala. Namun dengan tiba-tiba saja Allah memerintahkan
untuk menyembe lihnya. Ibrahim kini dihadapkan pada dua alternatif. Apakah dia
ingin tetap jadi sang ayah dengan mengabaikan perintah Allah, ataupun tetap
taat kepada Allah sebagai seorang Rasul dengan resiko kehilangan anaknya
sendiri, Ismail. Bayangkan andaikata engkau sebagai Ibrahim, mampukah mentaati
Allah?
Ibrahim adalah Ibrahim. Dia adalah seorang teladan, wakil
Allah. Dia telah mengalami pahit getirnya perjuangan menegakkan system Allah.
Dia berhasil dalam segala cobaan Allah. Semua bendungan berhasil di bobolkan. Namun
kali ini tak terbayangkan sama sekali di dalam sanubarinya. Isma'il adalah
Isma'il. Engkau menjadi "Simbolisasi" ujian bagi setiap manusia.
Siapapun di dunia ini pasti memiliki "Isma'il". Soal jaka ditanyai
orang kita (pakai istilah klasik) siapakah Ismailmu? Mana kutau Isma'ilmu.
Engkau sendirilah yang tau siapa Isma'ilmu. Yang kutau hanya Isma'ilku sendiri.
Apakah Isma'ilmu itu? Isma'ilku apa saja yang membuat langkahku terhalang untuk
beresensi. Isma'il bagi Ibrahim adalah anaknya sendiri. Mulus tidaknya jalan
Ibrahim menuju Allah sekarang tergantung sangat pada kesiapannya menggorok
leher Ismail. Karena kasih sayangnya yang teramat sangat kepada buah hatinya
sekarang, membuat dia menunda untuk melaksanakan perintah Allah pada hari
pertama dan kedua. Sekarang hari ke tiga, Ibrahim berdiri tegak di Mina bersama
anaknya Isma'il, untuk berdialog yang nampaknya sangat harmonis namun hasilnya
sangat mencekam. Membicarakan soal potong-memotong. Tak akan pernah terjadi
dialog semacam ini sepanjang umur Dunia.
Sekarang giliran engkau untuk
mengenali siapa Isma'ilmu itu. Tahukah engkau, siapa Isma'ilmu? Ismailmu itu
boleh jadi "Pegawai Negeri" dalam system thaghut despotic.
Sanggupkah engkau menggorok lehernya? Bagaimana caranya? Tidak pakai pisau. Lihatlah
bagaimana Tamlika, Miksamlina, Miksmilina, Maghdalena,....., ....dan seorang
tukang kebun, menggorok leher Isma'ilnya. Padahal betapa hebatnya Isma'il
mereka, gemerlap, fantastis bagaikan fasilitas Surgawi. Isma'il mereka adalah
Mentri, dalam system thaghut, Diklianus. Mereka sanggup meninggalkan
gemerlapnya Istana demi mencari redha Allah. Sesungguhnya mereka keluar dari
Neraka menuju Syurga, yaitu dari bahtera Thaghut menuju bahtera Allah.
Taukah kamu siapa Isma'ilmu
sekarang? Isma'ilmu sangat berfariasi satu sama lainnya. Boleh jadi Isma'ilmu
itu kekasihmu sendiri yang harus kau gorok lehernya dengan cara memutuskan tali
cintanya, sebab kekasihmu itu akan membawamu ke neraka. (QS.2; 221) Memang dia
tampan, uang pun banyak, direktur BANK, ataupun kekasihmu itu boleh jadi
seorang jendral yang kerjanya sehari-hari memimpin angkatan bersenjata untuk
menganianya, membunuh rakyat jelata di daerah jajahan Tuannya, seperti yang
dilakukan sontoloyo-sontoloyo di Acheh - Sumatra, West Papua dan Ambon di masa yang lalu.
Kalau jenis seperti ini kekasihmu, goroklah lehernya dengan pisau yang tajam,
jika perlu pakai saja Aka 47. Tahukah kamu siapakah Isma'ilmu? Setiap orang
pasti memiliki Isma'ilnya. Namun yang harus engkau garis bawahi, Isma'ilmu tak
pernah sama dengan Isma'ilnya Ibrahim. Perhatikanlah dengan seksama apa yang
kudiskusikan dalam alinia berikut ini.
Ibrahim yang sedang berdiri tegak
di Mina, untuk mengambil suatu keputusan yang sangat menentukan. Andaikata
engkau sebagai Ibrahim, bagaimana perasaanmu jika engkau diperintahkan untuk
menggorok leher anakmu sendiri. Sanggupkah? Demikianlah perasaan Ibrahim,
sementara satu-satunya anak tercinta adalah Isma'il. Ibrahim hancur luluh
perasaannya, seolah-olah terasa sampai ke tulang sum-sumnya yang sepertinya
takmampu untuk berdiri di depan anaknya. Namun Ibrahim adalah Ibrahim, wakil
Tuhan yang mampu menempatkan perintah Allah diatas segala-galanya. Perintah
itupun disampaikan kepada anaknya, Isma'il. Lalu terjadilah suatu dialog yang
belum pernah terjadi di permukaan planet Bumi ini. Ibrahim memulainya dengan
suatu kalimat yang diucapkannya dengan cepat sekali, sebab dia sendiri tak
mampu mendengar kalimat seperti itu; " Ismail, anakku. Bagaimana
pendapatmu, kalau Allah memerintahkanku untuk menggorok lehermu?" Ismail
menjawab; "Laksanakanlah wahai ayahku jika memang itu perintah Allah,
engkau akan menyaksikanku dalam keadaan sabar"
Oh. Betapa sang ayah dan anak,
sama-sama mampu menempatkan perintah Allah diatas segala-galanya. Ibrahim
langsung mengambil pisau yang tajam. Ismail di rebahkan, dicambak rambutnya,
didongakkan kepalanya agar nampak urat lehernya. Pisau ditancapkan keleher
Ismail. Ismail meronta, mengaduh. Ibrahim bagaikan singa lapar meloncat ke
atas. Pisau terlepas dari tangannya, jatuh ke atas batu sampai terbelah dua,
namun leher Ismail tak terusik sedikitpun. Ibrahim mengambil kembali pisau
tersebut, namun ketika ia mendekati Ismail, terdengarlah suara dari langit,
bersamaan dengan munculnya seekor Kibas (kambing besar); "Wahai Ibrahim
bek bagaih-bagaih, nyoepat na kibaih tasie le gata" (Hai Ibrahim
bersabarlah, inilah Kibas yang patut engkau sembelih). Ibrahim langsung memeluk
anaknya, Ismail.
Ternyata Allah tidak haus darah.
Perintah itu semata-mata ujiannya untuk Ibrahim dan anaknya Ismail untuk
membuktikan sampai dimana kepatuhan mereka terhadap Allah. Karena Ibrahim dan
Ismail mampu menempatkan perintah Allah diatas segala-galanya, Allah tak akan
menyia-nyiakan mereka. Pisaupun tunduk patuh kepada Allah, dan Ibrahimpun tak
kehilangan Ismailnya. Ismail diselamatkan Allah dari ketajaman pisau dan
Ibrahimpun telah diselamatkan Allah dari api Namrud.
Pelajaran apakah yang dapat
engkau raih di dalam persoalan seperti ini? Jika engkau mampu menempatkan
perintah Allah diatas segala-galanya, engkau pasti beruntung. Sayangnya
kebanyakan manusia tak mampu berpikir seperti itu. Mereka cenderung melihat
secara realita bukan hakikat. Mereka hanya mampu berfikir sebatas Syar'i, namun
tak mampu berfikir secara filosofis. Justru itu membuat keadaan mereka seperti
yang di nyatakan Allah dalam Kitab Nya (QS. 2 ; 216).
Pengorbanan yang dilakukan
Ibrahim itu terhadap anaknya sendiri, diganti Allah dengan seekor Kibas, dan
inilah yang menjadi simbolisasi bagi jamaah Haji secara Syar'i. Secara
Filosofis, Isma'illah yang menjadi simbolisasi bagi Muslim Sejati untuk di
gorok lehernya, sebagaimana yang telah dilaksanakan Muslim Idealis, Thamlika,
Miksamlina, Miksmilina dan sahabat-sahabatnya, yang mampu meninggalkan
gemerlapnya Istana demi mencari redha Allah. Kisah mereka ini diabadikan Allah
dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi (QS. 18 ; 9 - 26). Secara filosofis, jika
binatang-binatang di medan pengorbanan itu, dagingnya tidak dimakan oleh
orang-orang fakir dan orang-orang miskin, sama halnya engkau mempersembahkan
Ismailmu ke hadapan Thaghut bukan ke hadapan Allah.
Betapa banyaknya daging korban
itu setiap tahun, jika tidak dikalengkan pedagang-pedagang untuk di
perdagangkan buat mereka sendiri, namun di distribusikan kepda orang-orang
miskin seperti di Afrika, kita tak bakal menyaksikan lagi saudara saudara kita
yang tubuhnya terdiri dari tulang-tulang yang terbungkus dengan kulit dan
dikerumuni lalat hijau.
Namun kenapa juga yang kita
saksikan kehinaan saudara-saudara kita tetap lestari sampai hari ini? Apakah
tujuannya engkau berkumpul di arena ini? (baca Haji) Apakah tujuanmu sekedar
mencari titel? Engkau kan tau, Islam itu bersaudara bukan lewat darah, tetapi
lewat Iman, Aqidah, Ideologi. Benar sekali pernyata Tungku Darwis Jiniep, bahwa
bangsa Acheh takperlu naik haji buat sementara, sedangkan dananya dialihkan
untuk perjuangan Kemerdekaan Bangsa Acheh. Namun sayangnya masih ada orang Acheh
yang belum mampu memahami pernyataan Darwis. Hal ini disebabkan mereka itu
belum memahami Islam secara Ideologi. Mereka berpendapat bahwa manakala
seseorang sudah menunaikan kewajiban haji berarti sudah diampuni segala dosa
(bagaikan kertas putih). Memang benar, itu adalah hadist Rasul. Yang menjadi
persoalan disini, mereka belum memahami akan syarat-syaratnya untuk menjadi
kertas putih.
Penutup.
Enkau telah selesai menunaikan
Ibadah haji. Kini engkau dibolehkan kembali ke tempat asalmu masing-masing. Namun
dianjurkan sangat sebelum itu agar engkau mengikuti suatu Konferensi Akbar di
Mina. Koferensi ini tidak pernah sama dengan konferensi apapun di dunia ini
yang barangkali pernah engkau ikuti. Konferensi ini diadakan di alam terbuka
bukan di hotel-hotel.Sebab konferensi kali ini untuk membicarakan nasib kaum
Dhuafa. Dalam konferensi tersebut masing-masing mengung kapkan keadaan dimana
kaum dhuafa memiliki kemungkinan untuk berhasil lebih dahulu, di focuskan
kekuatan dan untuk selanjutnya tergantung pada kekuatan dalam terlebih dahulu.
Pada prinsipnya, jika di negerimu belum ada arsitek Revolusi, engkau sendiri
yang harus tampil secara sendirian ataupun secara kolektif. Jika kekuatan musuh
terlalu kuat, pada tahap awal engkau harus bergerak dibawah tanah. Hal ini
relatif sama dengan priode Mekkah. Dalam konferensi itu, sangat penting dibahas
secara konprehensif tentang prinsip dan definisi dari Ideology Islam sejati,
Islam bersaudara, Islam Fundamentalis, Islam Habil, Islam Kaffah, Pendidikan
Islam secara kaffah, Kedaulatan Allah, Wakil Tuhan (Khalifah), Wahyu dan
Hikmah, Islam tidak punya batas Tori-torial, Ummah dan Imamah, Komunitas Islam,
Kepemimpinan Rasul, Kaum Dhu`afa, dan lain-lain yang kesemuanya terpatri dalam
Esensi Haji. Justru itu sebelum naik haji pahami dulu apa saja yang terlibat
didalamnya.
Penting untuk anda ketahui, bahwa
Konferensi semacam ini tak akan pernah terjadi, tak akan pernah exist selama
pengelola haji di kendalikan oleh manusia-manusia Qabil (fenomena yang kau tembakkan terakhir di lembah mina). Mereka ini takmampu
memahami wilayah Ideology, namun asik membicarakan tentang kebudayaan,
kendatipun kebudayaan itu sudah mengalami dekaden. Dunia ini telah dirusak oleh
manusia-manusia Qabil. Setelah Utusan Allah yang terakhir merobah dunia ini
dari WC kepada Mesjid, (dari Jahiliah kepada Islamiah), namun manusia-manusia Qabil
telah merobah kembali menjadi WC (Jahiliah moderen), sepeninggal Rasulullah dan
Penerusnya. Dunia yang kau saksikan sekarang ini adalah WC. Tidak ngerikah
engkau tinggal di WC?
Sekarang terserah engkau dalam
memandang Dunia. Jika engkau termasuk manusia Habil, pandanganmu terhadap dunia
ini sekarang adalah Jahiliah Moderen (WC), maka tugas engkaulah bersama
Habil-habil lainnya untuk merobahnya menjadi Mesjid (Islamiah). Namun jika
engkau adalah manusia Qabil, selesailah perjuanganmu, tinggal lagi membuat
Mesjid seindah-indahnya, meratakan dahi dengan tikar Mushalla bersama-sama
"Firaun", "Hamman","Karun" dan
"Bal`am", memperbanyak zikir, tahlil dan samadiah, memasyarakatkan
Musabaqah, lagu Meureudu, Panteraja dan Samalanga, menghafal Qur'an agar banyak
dapat pahala, sementara Kaum Dhu`afa menjadi bulan-bulanan dari persekongkolan
Fir'aun, Karun dan Bal'am. Tak perlu risau dan khawatir orang mukmin punya
senjata Do'a, demikian kata para Bal'am..
Bagaimana caranya Tuan Bal'am?
Telungkupkan saja telapak tangan kalian kebawah sambil mem baca Mentra-mentra,
sebagai Do'a Tolak Bala. Selesai sudah perkara penganiayaan, pembunuhan dan
pembantaian kaum Dhu`afa seperti yang terjadi di Acheh - Sumatra dan di seluruh
pelosok Dunia lainnya.
Ingatlah saudaraku! Al-Qur'an
sebagai Pedoman Hidup dalam berumah tangga, bermasyarakat dan bernegara
dipelintirkan oleh manusia-manusia Qabil, menjadi sekedar penyejuk hati bagi
pembaca dan pendengar, lewat lantunan suara yang merdu, selebihnya digunakan
dalam versi seni kaligrafi, sebagai alat sumpah jabatan dalam pengangkatan
pemimpin-pemimpin ala Qabil dalam system Thaghut zalim dan juga untuk
mengambil berkah pada setiap pembukaan upacara ritual, seremonial-seremonial
dan pidato-pidato ritual.
Ingatlah saudaraku! Al-Qur'an dimulai dengan
nama Allah (surah Al-fatihah) dan diakhiri dengan An-Nas (surah An-Nas).
Al-Qur'an berakhir, namun bahaya tidak pernah berakhir. Justru itulah
Rasulullah diperintahkan Allah untuk berlindung pada Nya dari kejahatan
tersebut (bal'am). Surah terakhir itu mutlak untuk dibahas dalam konferensi di
Mina, agar Revolusi tidak mengalami kegagalan."Katakanlah (hai Muhammad)!
Aku berlindung dengan Tuhan manusia, Raja manusia, Kekasih manusia, dari
kejahatan bisikan syaithan yang tersembunyi, yang membisikkan kejahatan kedalam
dada manusia, dari Jin dan Manusia. (QS. 114 ; 1 - 6)
Tahukah engkau apakah "Khannas" itu?
Menurut kamus, khannas itu adalah makhluk Misterius, dia senantiasa bergerak di
bawah tanah selagi kekuatanmu masih exist. Namun jika Fir'aun yang ber kuasa,
Bal''am senantiasa membisikkan kata-kata Syurga ke telingamu, agar kamu terbuai
untuk tidak memprotes kedhaliman penguasa.Hati-hatilah, boleh jadi sahabatmu
sendiri terperangkap ide Khannas lalu menjadi Khannas. Siapakah yang berperan
sebagai Khannas? Khannas itu minal Jinnati wan Nas. Itulah berhala yang engkau
gempur khusus pada tanggal 10 Zulhijjah di lembah Mina. Untuk melumpuhkan nya
dibutuhkan 7 kali tembakan dan ditambah lagi pada tanggal 11, 12 dan 13
Zulhijjah dalam serangan total, masing-masing 7 kali tembakan. Berapa pelurukah
engkau habis kan untuk melumpuhkan "Khannas?" 7 + 7 x 3 = 7 + 21 = 28
peluru. Demikian hebatkah kekuatan Bal'am? Benar sekali.Disanalah terfokus
kekuatan Fir'aun dan Karun. Jika Bal'am sudah dipahami rakyat, tumbanglah
system Thaghut. Justru Bal'amlah yang membuat rakyat jelata terlena dalam
hidupnya. Sampai kapan? Sampai munculnya "Nabi Musa dan Harun"
. Siapakah mereka itu? Insya Allah engkau sendiri setelah engkau pahami Esensi
Haji.
Billahi fi sabililhaq
hsndwspo
di Ujung Dunia
----------
1).Orang-orang yang mengaku diri
sebagai Muslim di abad ke 21 ini merasa sangat grogi ketika mendengar kata
'Pemberontak'. Mereka sepertinya takmampu berfikir, sesungguhnya semua Rasul/
Utusan Allah adalah pemberontak terhadap tatanan yang Bathil/sistem Thaghut
Dhalim, kecuali Nabi Adam satu-satunya yang memberontak terhadap kemewahan dan
kesenangan yang tidak produktif, demi Kemanusiaan. Sesungguhnya pemberontakan
yang dicetuskan Adam, telah duluan di disain oleh Allah Sendiri. Bukankah Allah
lebih duluan memberitahukan pada para Malaikat bahwa Dia akan menjadikan
seorang wakilNya (baca Khalifah) di bumi? Bukan di Syurga. Ketika Allah
menempatkan Adam dan permaisurinya Hawa di Syurga, Allah juga memberitahukan
Adam batas toritorial daerah operasinya di wilayah Syurga. 'Wala taqrabu
hazihisy Syajarata"
Ketika Adam dan Hawa sadar bahwa
mereka tidak produktif di alam Syurgawi dan juga tidak punya tanggung jawab
apapun kecuali menikmati fasilitas yang serba komplek, gemerlap dan fantastis,
mereka bertekat untuk melanggar batas tori-torial yang telah diperkenalkan pada
mereka berdua, dengan jalan memakan buah ke`arifan (hazihisy Syajarata) Lalu
apa yang terjadi? Terbukalah tabir yang menutupi aurat mereka, lalu keduanya
konon menutupi dengan dedaunan dari Syurga. Seketika itu juga mereka diturunkan
ke bumi dimana Adam di angkat sebagai wakilNya setelah Allah menerima
taubatnya. Di satu sisi memang Adam rugi tidak bisa lagi menikmati fasilitas
Syurga. Namun disisi yang lain dia beruntung, disamping bisa produktif yang
untuk itu sesungguhnya dia diangkat sebagai wakilNya juga memiliki ke'arifan
dan wawasan untuk hidup di dunia yang bebas berbuat dan berfikir bebas, dengan
segala resikonya, ementara di Surga terikat dengan kostitusinya.
Memakan buah
"Ke'arifan", merupakan suatu indikasi pengorbanan luar biasa Adam
demi existnya Manusia. Artinya andaikata mereka tidak bersedia memakan buah
ke'arifan, sampai hari ini tak ada seorang pun manusia yang lain kecuali hanya
"Malaikat" Adam dan Hawa. Secara syar'i memang Adam digoda Syaithan,
namun tipu daya Syaithan ini semata - mata disebabkan irihatinya kepada Adam
yang dapat menikmati fasilitas Syurga. Secara filosofis Adam tau persis resiko
dari memakan buah tersebut. Sebagai seorang Rasul/Utusan Allah di bumi,
melanggar batas tori-torial Surga me mangnya pengorbanan besar manusia pertama,
demi kemanusiaan dan satunya jalan buat Adam untuk menjadi wakil Tuhan di Bumi.
Dengan kata lain, pengorbanan Adam adalah fisabilinnas yang berarti juga
fisabilillah. Sampai disini mencapai klimaknya tekhnik berfikir sesuai dengan
firmanNya, "Afala ta'qilun dan Afala yatazakkarun?" Tak ada satupun
ciptaan Allah yang sia-sia termasuk Syaithan.
2).Pada saat seseorang berada
dalam keraguan, syaithanpun muncul menawarkan alternatif yang seolah-olah
menguntungkan dan dibenarkan Allah. Betapa sering kita mendapatkan tawaran
alternatif yang lain, saat kita mulai meragukan sesuatu keputusan yang sudah
pernah kita yakini, namun kita masuk perangkap syaithan. Umpamakan saja kita
sudah mendapat penjelasan yang tepat dari seseorang yang meyakinkan bahwa kita
tidak boleh bekerja dalam system Thaghut Dhalim, kendatipun kita alim betul,
tempat kita terakhir kelak pasti neraka. Kita berada dalam sebuah bahtera yang
nakodanya/pemimpinya mengarahkan kita secara pelan tapi pasti menuju Neraka.
Namun disaat seorang teman yang lain berkunjung ke rumah kita, muncul keraguan
yang dimotivasi oleh enaknya jadi pegawai negeri. Lalu persoalan muncul di
benak kita. Ah, baiknya kutanyakan pada temanku yang satu ini, barangkali ada
jalan keluarnya, isterikupun sepertinya tak setuju aku berhenti dari pegawai
negeri. Persoalan yang harus dilihat dari kacamata Ideology, ditanyakan pada
temannya yang berpikiran Pragmatis dan bahkan materialis seperti
sontoloyo-sontoloyo dalam system Hindunesia. Hanya saja kawan yang satu ini
sering mendapat kesempatan untuk berkhutbah yang tak pernah menyentuh kesalahan
pemerintah, malah jadi pembela dengan mempelintirkan ayat-ayat Allah.
----------
KUPERSEMBAHKAN UNTUK BANGSAKU
ACHEH - SUMATRA
(hsndwsp)
di
Ujung Dunia
https://www.youtube.com/watch?v=r-nHSrhuQgs
https://www.youtube.com/watch?v=zEdSNTBVLTg
https://www.youtube.com/watch?v=P8x4C1jvRTs
https://www.youtube.com/watch?v=Ow_jkSnY6LU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar