UNTUK MENAMBAH WAWASAN LIHATLAH HADIST SAFINA, HADIST
BAHTERA, HADIST BURUNG PANGGANG
DAN HADIST- HADIST
UTAMA LAINNYA
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Selanjutnya kita sorot sedikit bagaimana keutamaan Fatimah
Az Zahara untuk dibandingkan dengan ummu salamah yang digunakan Ahmad Sudirman
untuk menguatkan thesisnya. "Fahtimah belahan nyawaku, maka barangsiapa
yang membuatnya marah berarti dia telah membuatku marah." (Shahihu
l`Bukhari 2/308). "Dia (Fathimah) adalah belahan nyawaku, maka barangsiapa
yang mencemaskannya berarti dia telah mencemaskan diriku, dan barangsiapa yang
manyakitinya berarti dia telah menyakiti diriku". (Shahihul`Bukhari
3/265).
Dua hadist diatas saja sudah cukup untuk menolak anggapan Ahmad Sudirman bahwa
empat pribadi yang dimasukkan dibawah kain Kissa sama dengan isteri-isteri
Rasulullah, tidak maksum. Ummu Salamah adalah benar prototype mukmin benaran,
namun tidak ada bahan untuk melawan serangan Umar yang keras terhadap dirinya ketika
Umar cs memaksa Imam A’li membai’at Abubakar. Namun kedhaliman Abubakar dan
Umar terhadap Fatimah Az Zahara dapat dilihat jelas pada dua buah Hadist diatas
yang menggambarkan ketinggian kedudukan Fatimah Az Zahara disisi Rasulullah
sekaligus mewakili dirinya sebagaimana Imam ’Ali dalam ayat Mubahalah.
Demikian juga banyak Hadist yang membuktikan tingginya derajat Imam Hassan dan
Hussein yang belum saya nyatakan dalam kesempatan ini, lebih banyak lagi
bukti-bukti lainnya buat ketinggian derajat mereka berempat yang tidak dimiliki
siapapun diantara para sahabatnya. Yang lebih ngeri adalah justru sahabat yang
dianggap sangat mulia yang menjadi idola mareka bagi orang kebanyakan, merintih
penyesalan luar biasa ketika menghadapi sakratul maut. Hal ini perlu kita
ulang-ulang untuk menyadarkan orang-orang yang keliru terhadap ikutannya
didunia ini agar tidak mengalami penyesalan yang luar biasa akibat menjauhkan
Khalifah Rasulullah yang sah dari kedudukannya serta ketimpangan yang mereka
lakukan terhadap Representant wanita, Fatimah Az Zahara as.
Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahihnya pada Bab Manaqib Umar bin Khattab
(Keistimewaan Umar bin Khattab) sebagai berikut: Ketika Umar menderita karena
tikaman, beliau merintih kesakitan. Ibnu Abbas datang menghiburnya sambil
berkata, "Ya Amir al-Mukminin, apabila memang sudah waktunya tiba,
bukankah engkau adalah sahabat Rasulullah yang baik. Ketika kau berpisah
dengannya, bukankah dia juga rela padamu?. Kemudian kau telah bersahabat dengan
Abu bakar dengan persahabatan yang baik, lalu kau berpisah dengannya juga dalam
keadaan dia rela padamu. Kau juga bersahabat dengan yang lainnya dengan baik.
Jika seandainya kau harus meninggalkan mereka, maka mereka akan rela
padamu."
Tidak lama berselang Umar kemudian menjawab, "Adapun tentang persahabatan
dan kerelaan Rasulullah yang kau sentuh tadi, maka itu adalah anugerah yang
Allah telah berikan padaku. Persahabatan dan kerelaan Abu Bakar yang kau
katakan tadi, itu juga adalah anugerah yang Allah limpahkan padaku. Namun apa
yang kau saksikan dari rasa khawatir pada wajahku adalah semata-mata karena
kamu dan sahabat-sahabatmu. Demi Allah, apabila aku punya segunung emas maka
aku akan korbankan demi dapat terselamat dari azab Allah sebelum aku datang
menjumpai-Nya.(Shahih Bukhari jil. 2 hal. 201.)
Sejarah juga mencatat kata-kata Umar berikut: "Oh, alangkah beruntungnya
apabila aku hanyalah seekor kambing milik keluargaku. Digemukkannya aku seperti
yang mereka suka kemudian menjadi lahapan orang yang menyenanginya. Mereka iris
sebagian dariku dan dipanggangnya sebagian yang lain. Kemudian aku dimakan dan
dikeluarkan pula sebagai najis. Oh, kalaulah aku seperti itu dan tidak menjadi
manusia.(Minhaj as-Sunnah oleh Ibnu Taimiyah jil. 3 hal.131; Hilyat al-Auliya'
Oleh Ibnu Nu'aim jil. 1 hal. 52.)
Sejarah juga mencatat kata-kata Abu Bakar berikut: "Ketika Abu Bakar
melihat seekor burung hinggap di suatu pohon, dia berkata, berbahagialah engkau
duhai burung. Engkau makan buah-buahan dan hinggap di pohon, tanpa ada hisab
atau balasan. Aku lebih suka kalau aku ini adalah sebatang pohon yang tumbuh di
tepi jalan, kemudian datanglah seekor onta lalu memakanku. Kemudian aku
dikeluarkan dan tidak menjadi seorang manusia. (Tarikh Thabari hal. 41;
ar-Riyadh an-Nadhirah jil. 1 hal. 134; Kanzul Ummal hal. 361; Minhaj as-Sunnah
jil. 3 hal. 120.)
Di tempat lain beliau juga pernah berkata: "Oh, kalaulah ibuku tidak
pernah melahirkanku. Oh, kalaulah aku hanya sebiji pasir dari satu batu
bata." (Tarikh Thabari hal.41; Riyadh an-Nadhirah jil. 1 hal. 134;
KanzulUmmalhal.361 Minhaj as-Sunnah jil. 3 hal. 120)
Demikianlah sebagian kecil dari bukti yang dapat kita contohkan di sini sebagai
renungan semata-mata. Dan berikut ini adalah firman Allah swt yang
memberikan berita gembira kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin: "Ingatlah
sesungguhnya wali-wali Allah itu tiada kekhawatiran terhadap mereka dan tiada
(pula) mereka bersedih hati; (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu
bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (kehidupan)
di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang
demikian itu adalah kemenangan yang besar." (QS: Yunus: 62, 63, 64).
Dan firman Allah dalam surat lain, "Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan: 'Tuhan kami adalah Allah' kemudian mereka teguhkan pendirian
mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): 'Janganlah
kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan gembirakanlah mereka
dengan (memperoleh) sorga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang
kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang'" (QS. Al Fushilat: 30, 31,32).
Kenapa Syaikhain (Abu Bakar dan Umar) berangan-angan untuk tidak jadi manusia,
makhluk yang sangat dimuliakan oleh Allah SWT atas makhluk-makhluknya yang
lain. Apabila seorang mukmin yang biasa yang istiqamah dalam hidupnya bisa didatangi
oleh Malaikat dan diberinya kabar gembira dengan kedudukan di sorga, lalu dia
tidak khawatir pada azab Allah dan tidak bersedih hati dengan masa lalunya di
dunia, bahkan baginya berita gembira di dalam kehidupan di dunia sebelum
kehidupan di akhirat, maka kenapa tokoh-tokoh sahabat yang dikatakan sebagai
makhluk terbaik setelah Rasulullah berangan-angan ingin menjadi najis atau
sehelai rambut atau sebiji pasir?
Seandainya para Malaikat telah memberinya berita gembira akan hal sorga,
semestinya mereka tidak akan berangan-angan untuk memiliki segunung emas agar
dapat dikorbankan sebagai tebusan atas azab Allah sebelum berjumpa dengan-Nya.
Allah swt berfirman: "Dan kalau setiap diri yang zalim itu mempunyai
segala apa yang ada di bumi ini, tentu dia menebus dirinya dengan itu, dan
mereka menyembunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu,
dan telah diberi keputusan di antara mereka dengan adil sedang mereka tidak
dianiaya." (S. Yunus: 54). Allah juga berfirman: "Dan sekiranya
orang-orang yang zalim mempunyai semua apa yang ada di bumi dan sebanyak itu
(pula) besertanya, niscaya mereka menebus dirinya dengan itu dari siksa yang
buruk pada hari kiamat. Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum
pernah mereka perkirakan. Dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang
telah mereka perbuat dan mereka diliputi oleh pembalasan yang mereka dahulu
selalu memperolok-olokkan." (QS. Az-Zumar: 47,48).
Muhammad al-Tijani al-Samawi.dalam buku penelitian agamanya yang berjudul:”Akhirnya
Kutemukan Kebenaran” mengatakan: ”Aku bercita-cita sepenuh hatiku agar ayat ini
(baca agat diatas) tidak meliputi sahabat-sahabat besar seperti Abu Bakar dan
Umar. Tetapi aku seringkali terjebak dengan adanya nas-nas seperti ini. Itulah
kenapa aku coba menelaah aspek-aspek menarik dari hubungan mereka dengan Rasul
saww. Namun di situ juga aku dihadapkan dengan sikap mereka yang enggan
melaksanakan perintah-perintah Nabi, terutama pada saat-saat akhir dari umurnya
yang penuh berkat itu, di mana menyebabkan Nabi marah dan mengusir mereka dari
kamarnya. Aku juga dihadapkan dengan suatu fakta akan perilaku mereka setelah
wafatnya Nabi, serta sikap mereka yang menggangu puterinya Fatimah az-Zahra'.
Padahal Nabi saww bersabda, "Fatimah adalah belahan nyawaku, siapa
yang menyebabkannya marah maka dia telah menyebabkan aku marah." (Shahih
Bukhari jil. 2 hal.206.)
Fatimah juga pernah berkata kepada Abu Bakar dan Umar demikian:"Aku minta
persaksian dari Allah kepada kalian berdua, apakah kalian tidak mendengar Rasulullah
bersabda, 'Keredhaan Fatimah adalah keredhaanku dan kemarahan Fatimah adalah
kemarahanku. Siapa yang mencintai puteriku Fatimah, maka dia telah mencintaiku,
siapa yang membuat Fatimah rela maka dia telah membuatku rela, siapa yang
membuat Fatimah marah maka dia telah membuatku marah.' 'Ya, kami telah
mendengarnya dari Rasulullah.' Jawab mereka berdua.
Lalu Fatimah berkata lagi, 'Sungguh, aku minta persaksian Allah dan para
malaikat-Nya bahwa kalian berdua telah membuatku marah dan tidak rela. Jika
kelak aku berjumpa dengan Rasulullah maka pasti akan kusampaikan keluhanku ini
kepadanya'.(Al-Imamah was Siyasah jil.l hal. 20; Fadak Oleh Muhammad Baqir Sadr
hal. 92.)
Billahi fi sabililhaq
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra
https://www.youtube.com/watch?v=w-dGcIxj1II
https://www.youtube.com/watch?v=TtJBskJQKIw
https://www.youtube.com/watch?v=EEBBCTEBBO4
https://www.youtube.com/watch?v=0bxJRG4yfsQ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar