DOKTRIN 'SEMUA SAHABAT ADIL' DAN KESUCIAN MUSUH IMAM ALI
DIREKAYASA OLEH ULAMA - ULAMA BAYARAN REZiM UMAYYAH
DEMI
KEPENTINGAN POLITIK
by:
SYI'AHALI
KELOMPOK
MUHADDIS.
Ketika Anda
melihat berbagai persekongkolan yang telah dilakukan terhadap hadis, dan
penggantian hakikat-hakikatnya, niscaya Anda akan merasa pentingnya pandangan
Syi’ah. Yaitu pandangan yang mengatakan, mau tidak mau harus ada seorang
pemimpin yang maksum yang menjaga syariat Allah dan mengokohkan pilar-pilarnya.
Jika dia tidak maksum dan tidak terbebas dari dosa maka dia akan memanfaatkan
agama untuk melayani tujuan dan kepentingan-kepentingan politiknya, dan
memutar-balikan hadis untuk kepentingannya. Ini pun jika penulisan dan
penyebaran hadis tidak dilarang dan diperangi, sebagaimana yang telah dilakukan
oleh ketiga orang khalifah —yaitu Abu Bakar, Umar dan Usman— yang mana mereka
telah melarang periwayatan hadis, dan bahkan membakar hadis-hadis yang dimiliki
kaum Muslimin, serta menahan para sahabat untuk tetap berada di kota Madinah,
sehingga mereka tidak menyebarkan hadis di tempat lain. Imam Ali berkata
tentang hal itu, “Para penguasa sebelumku telah melakukan perbuatan yang
menentang Rasulullah saw. Mereka secara sengaja menentangnya, melanggar
janjinya dan merubah sunahnya.”.
Saya tidak
akan membahas periode ini di dalam pasal ini. Saya akan mencukupkan dengan
isyarat-isyarat yang telah diberikan sebelumnya. Melainkan di sini saya akan
membahas masa pembukuan hadis yang di kalangan Ahlus Sunnah dianggap sebagai
masa keemasan hadis, dengan disertai isyarat-isyarat yang menunjukkan apa yang
telah dilakukan oleh Muawiyah di dalam membuat hadis-hadis palsu dan
menyembunyikan keutamaan-keutamaan Ahlul Bait.
Hadis Pada
Masa Muawiyah.
Kita dapat
menelusuri periode Muawiyah seperti yang telah dinukil oleh al-Mada’ini di
dalam kitab al-Ahdats. Al-Mada’ini berkata, “Muawiyah menulis satu naskah dan
mengirimkannya kepada para gubernurnya sesudah “Tahun Jamaah”[112], untuk
memakzulkan siapa saja yang meriwayatkan sesuatu tentang keutamaan Abu Turab
—yaitu imam Ali as— dan Ahlul Baitnya. Maka berdirilah para khatib diseluruh
pelosok desa dan diseluruh mimbar melaknat Ali dan memakzulkannya, serta
mencaci maki dia dan keluarganya. Masyarakat yang paling keras tertimpa bencana
pada saat itu adalah para penduduk kota Kufah, disebabkan banyaknya Syi’ah Ali
di kota tersebut. Muawiyah menempatkan Ziyad bin Sumayyah atas mereka, dan juga
menyerahkan kota Basrah kepadanya. Ziyad mencari dan menangkapi orang-orang
Syi’ah, karena dia mengenal mereka, disebabkan dia pernah menjadi bagian dari
mereka pada masa Imam Ali. Ziyad membunuhi mereka di mana saja ditemukan. Dia
memotong tangan dan kaki mereka, dan mencungkil mata mereka serta menyalib
mereka di batang-batang pohon kurma. Dia mengusir mereka dari bumi Irak,
sehingga tidak tersisa yang dikenal dari mereka.
Muawiyah menulis surat kepada para gubernurnya di seluruh
negeri, supaya mereka tidak memperkenankan kesaksian seorang pun dari pengikut
Ali dan Ahlul Baitnya. Serta Muawiyah menulis kepada mereka supaya
memperhatikan para pengikut dan pecinta Usman, dan orang-orang yang
meriwayatkan keutamaan-keutamaannya. Muawiyah memerintahkan kepada para
anteknya untuk mendatangi majlis-majlisnya dan memuliakan mereka. Muawiyah
berkata kepada antek-anteknya, ‘Tulislah segala sesuatu yang diriwayatkan oleh
salah seorang dari mereka, dan juga tulislah nama orang tersebut beserta nama
ayahnya dan nama keluarganya.’ Maka orang-orang pun berlomba-lomba menulis dan
memperbanyak keutamaan-keutamaan Usman, disebabkan berbagai hadiah yang
diberikan Muawiyah kepada mereka.”.
Al-Mada’ini melanjutkan, “Kemudian Muawiyah menulis surat
kepada para gubernurnya, ‘Sesungguhnya hadis tentang Usman telah begitu banyak
dan telah begitu tersebar di seluruh pelosok negeri. Oleh karena itu, manakala
suratku ini sampai kepadamu maka serulah manusia untuk meriwayatkan
keutamaan-keutamaan para sahabat dan keutamaan-keutamaan dua khalifah yang
pertama. Dan jangan biarkan ada seorang pun dari kaum Muslimin yang
meriwayatkan keutamaan Abu Turab, karena yang demikian itu berarti menentang
sahabat. Dan lumpuhkan hujjah dan argumentasi Abu Turab serta Syi’ahnya, dan
kuatkan pujian-pujian akan keutamaan Usman.”.
Al-Mada’ini melanjutkan, “Kemudian Muawiyah menulis sepucuk
surat kepada para gubernurnya di seluruh pelosok negeri, “Perhatikanlah, siapa
saja yang terbukti mencintai Ali dan Ahlul Baitnya, maka hapuslah dia dari
diwan, dan putuslah rezeki dan pemberian untuknya.’ Muawiyah menambahkan,
‘Siapa saja yang kamu duga mengikuti mereka maka timpakanlah bencana kepadanya,
dan han-curkanlah rumahnya.’”[113]
Tampak jelas bagi Anda begitu kerasnya persekongkolan yang
dilakukan untuk menyelewengkan dan memalsukan kebenaran, hingga sampai tarap
mereka menghalalkan berbohong atas nama Rasulullah saw. Semua ini disebabkan
rasa pemusuhan yang begitu besar yang dimiliki Muawayiyah terhadap Ali dan para
Syi’ahnya. Oleh karena itu, Muawiyah mengerahkan segenap kemampuannya untuk
menghadapi Ali dan Syi’ahnya. Adapun langkah pertama yang dilakukan oleh
Muawiyah ialah dengan melucuti Imam Ali as dari segala keutamaan, dan tidak
hanya cukup sampai di situ, melainkan dia juga melaknatnya di atas mimbar
selama delapan tahun. Adapun langkah yang kedua ialah dengan membangun pagar
yang indah yang mengelilingi sekelompok sahabat, sehingga mereka menjadi simbol
dan panutan, sebagai ganti dari Imam Ali as. Berbagai ancaman dan bujukan
Muawiyah telah menjadikan sekelompok orang munafik berkhidmat kepadanya dengan
cara membuat hadis-hadis palsu, dengan menyebut diri mereka sebagai sahabat
Rasulullah saw.
Abu Ja’far al-Iskafi berkata, “Muawiyah memerintahkan
sekelompok orang dari para sahabat dan tabi’in untuk membuat riwayat-riwayat
yang menjelekkan dan memakzulkan Ali. Muawiyah mengiming-imingi mereka dengan
hadiah dan pemberian yang mereka sukai. Maka mereka pun melakukan apa yang
diinginkannya. Di antara para sahabat yang demikian ialah Abu Hurairah, ‘Amr
bin ‘Ash, Mughirah bin Syu’bah, sementara di antara para tabi’in ialah ‘Urwah
bin Zubar…”[114]
Demikianlah, mereka telah menjual akhirat mereka dengan
dunia Muawiyah. Inilah Abu Hurairah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh
al-A’masy, “Ketika Abu Hurairah datang ke Irak bersama Muawiyah pada “Tahun
Jamaah”, dia datang ke mesjid Kufah. Tatkala dia melihat banyaknya manusia yang
menyambut kedatangannya, dia berlutut di atas kedua lututnya sambil memukul
bagian botak kepalanya berkali-kali sambil berkata, ‘Wahai penduduk Irak,
apakah kamu mengira saya berdusta atas Rasulullah saw, dan membakar diri saya
dengan api neraka? Demi Allah, saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda,
‘Sesungguhnya tiap-tiap nabi mempunyai haram (tempat yang disucikan), dan
sesungguhnya haram-ku ialah di antara ‘Air dan Tsawr.[115]Barangsiapa yang
ber-hadats di dalamnya, maka Allah, para malaikat dan seluruh manusia akan
melaknatnya.’ Dan aku bersaksi kepada Allah bahwa sesungguhnya Ali telah
ber-hadats di dalamnya.’ Ketika ucapan Abu Hurairah itu terdengar oleh Muawiyah,
maka Muawiyah pun memberinya hadiah, menghormatinya dan mengangkatnya sebagai
penguasa Madinah.[116]
Berikut ini adalah Samurah bin Jundub, contoh lain dari
antek Muawiyah di dalam membuat hadis palsu. Di dalam kitab Syarh Nahj
al-Balaghah Ibnu Abil Hadid disebutkan bahwa Muawiyah memberikan seratus ribu
dirham kepada Samurah bin Jundub supaya dia mau meriwayatkan bahwa ayat ini
turun pada Ali, “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang
kehdiupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas
kebenaran) isi hatinya, pada-hal ia adalah penentang yang paling keras. Dan
apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah
tidak menyukai kebinasaan” (QS. al-Baqarah: 204), dan ayat yang kedua turun
pada Ibnu Muljam —pembunuh Ali bin Abi Thalib, “Dan di antara manusia ada orang
yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan Allah; dan Allah Maha
Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. al-Baqarah: 207)
Samurah bin Jundub tidak mau menerima. Muawiyah menambah
pemberiannya menjadi dua ratus ribu dirham, namun Samurah bin Jundub tetap
tidak mau menerima. Tetapi, tatkala Muawiyah menambahnya lagi menjadi empat
ratus ribu dirham, Samurah bin Jundub menerimanya.[117]
Thabari meriwayatkan, “Ibnu Sirin ditanya, ‘Apakah pernah
Samurah membunuh seseorang?’ Ibnu Sirin menjawab, ‘Tidak terhitung orang yang
telah dibunuh oleh Samurah bin Jundub. Dia mengganti Ziyad di Basrah, dan
kemudian Kufah, dia telah membunuh delapan ribu orang.’” Juga diriwayatkan
bahwa Samurah bin Jundub pernah membunuh sebanyak empat puluh tujuh orang hanya
dalam satu pagi, yang kesemuanya adalah orang yang telah mengumpulkan
Al-Qur’an.[118]
Thabari berkata, “Ziyad meninggal dunia sementara Samurah
sedang memegang kendali atas Basrah. Muawiyah memperdayakannya selama
berbulan-bulan, dan kemudian menurunkannya. Samurah berkata, ‘Semoga Allah
melaknat Muawiyah. Demi Allah, seandainya aku taat kepada Allah sebagaimana aku
taat kepada Muawiyah, niscaya Dia tidak akan mengazabku selama-lamanya.”‘[119]
Adapun Mughirah bin Syu’bah, dia terang-terangan mengakui
berbagai tekanan yang diberikan oleh Muawiyah kepada dirinya. Thabari
meriwayatkan tentang Mughirah bin Syu’bah, “Mughirah berkata kepada Sha’sha’ah
bin Shuhan al-’Abdi —ketika itu Mughirah tengah menjadi penguasa Kufah yang
diangkat oleh Muawiyah— ‘Jangan sampai engkau mencela Usman di hadapan siapa
pun; dan begitu juga jangan sampai engkau menyebut sebuah keutamaan Ali secara
terang-terangan, karena tidak ada satu pun keutamaan Ali yang engkau sebutkan
yang tidak aku ketahui. Bahkan aku lebih tahu dari kamu tentang itu, namun
sultan ini —yang dia maksud adalah Muawiyah— telah memerintahkan kepada kami
untuk menampakkan kekurangan-kekurangannya —yaitu Ali— ke hadapan manusia. Kami
banyak meninggalkan apa yang telah diperintahkan kepada kami, namun kami
terpaksa menyebutkan sesuatu yang kami tidak menemukan jalan untuk lepas
darinya, untuk membela diri kami dari mereka. Jika engkau ingin jika
menyebutkan keutamaannya (Ali) maka sebutkanlah di tengah-tengah sahabatmu, dan
di dalam rumah-mu secara rahasia. Adapun menyebutkannya secara terang-terangan
di mesjid adalah sesuatu yang tidak bisa diterima dan dimaafkan oleh
khalifah…’”[120]
Begitulah sekelompok para sahabat dan tabi’in memenuhi
permintaan Muawiyah. Barangsiapa yang menolak maka dia dibunuh. Seperti Syahid
Hujur bin ‘Adi, Maitsam at-Tammar dan yang lainnya.
Oleh karena itu, pada periode tersebut muncul beribu-ribu
hadis palsu yang merangkai keutamaan-keutamaan dan kepahlawanan para sahabat,
terutama para khalifah yang tiga, yaitu Abu Bakar, Umar dan Usman. Kemudian
hadis-hadis palsu tersebut dinukil generasi demi generasi, hingga kemudian
dibukukan di dalam kitab-kitab referensi yang dijadikan pegangan.
Berikut ini beberapa contoh dari hadis palsu, dan
barangsiapa yang hendak mengetahui lebih luas, maka silahkan dia merujuk kepada
ensiklopedia al-Ghadir, karya Allamah al-Amini, jilid 7, 8 dan 9:
1. Matahari Bertawassul Kepada Abu Bakar.
Rasulullah saw bersabda, “Ditampakkan kepadaku segala sesuatu
pada malam mi’raj, bahkan hingga matahari. Aku mengucapkan salam kepadanya, dan
menanyakan tentang sebab kenapa terjadi gerhana atasnya. Allah SWT
menjadikannya bisa berbicara, lalu dia berkata, ‘Allah SWT menjadikan aku
berada di atas roda yang bergerak ke mana dia suka. Kemudian aku melihat kepada
diriku dengan perasaan bangga, maka roda itu pun menurunkan aku sehingga aku
jatuh ke laut. Lalu aku melihat ada dua orang, di mana yang satu mengatakan,
‘Esa, esa’, sedangkan yang satunya lagi mengatakan, ‘Benar, benar’. Kemudian
aku pun bertawassul kepada keduanya, maka Allah SWT membebaskan aku dari
gerhana. Lalu aku bertanya, ‘Wahai Tuhanku, siapakah mereka berdua?’ Allah SWT
menjawab, ‘Yang mengatakan ‘esa, esa’ adalah kekasihku Muhammad saw, sedangkan yang
mengatakan ‘benar, benar’ adalah Abu Bakar ash-Shiddiq ra.”[121]
2. Abu Bakar Berada Di Qaba Qawsain.
Telah sampai riwayat kepada kita bahwa tatkala Rasulullah
saw berada pada jarak dua ujung busur anak panah atau lebih dekat, rasa takut
menyerang dirinya, lalu dia mendengar suara Abu Bakar ra di hadirat Allah SWT,
maka hati Rasulullah saw pun menjadi tenang dengan mendengar suara
sahabatnya.[122]
3. Abu Bakar, Dan Alif Al-Qur’an
Ayat Al-Qur’an yang turun pada Abu Bakar banyak sekali.
Cukup bagi kita cukup alif Al-Qur’an, yaitu “alif lam mim, dzalikal kitabu”.
Alif adalah Abu Bakar, Lam adalah Allah, dan Mim adalah Muhammad.[123]
Mereka tidak membiarkan satu pun keutamaan yang dimiliki
Rasulullah saw kecuali mereka juga menjadikan Abu Bakar sama-sama memilikinya.
Adapun berkenaan dengan keutamaan-keutamaan Umar maka tidak
diragukan. Kita sebutkan salah satunya yang mengatakan Umar mempunyai kekuasaan
takwini. Ar-Razi telah berkata di dalam kitab tafsirnya, “Terjadi gempa bumi di
kota Madinah. Lalu Umar memukulkan mutiara ke bumi sambil berkata, ‘Diamlah,
dengan izin Allah.’ Maka bumi pun diam, dan sejak itu tidak pernah terjadi lagi
gempa di kota Madinah.”.
Juga disebutkan, telah terjadi kebakaran di sebagian
pinggiran kota Madinah, maka Umar menulis di atas sehelai kain, ‘Wahai api,
diamlah, dengan izin Allah’, lalu dia melemparkannya ke dalam api, maka
seketika itu pun api menjadi padam.
Apakah anda lupa atas penjelasan saya yakni Rasulullah saw
pernah mengatakan kepada Imam Ali as bahwa umat akan menyimpang di . Maka dari
itu jelas bahwa kekuasaan Muawiyah adalah kelanjutan dari kekuasaan Abubakar
cs, karena dipilih berdasarkan pilihan manusia. Sedangkan menurut ajaran
Ahlulbait bahwa pimpinan umat Islam dipilih oleh Allah dan Rasul-Nya…anda tidak
perlu mengukur akhlak sang Imam dengan logika anda yang rendah. Bagi Imam Ali
dan Imam Hasan darah kaum muslimin lebih utama untuk diselamatkan… Oh tentu
Imam Hasan adalah seorang Imam yang mulia, tindakan beliau adalah demi
menyelamatkan darah umat Islam bukan mengakui Muawiyah. Nyatanya Muawiyah tetap
seorang pelanggar agama dan anda sendiri sudah engakuinya
Dan Tersingkaplah Kebohongan.
Hadis yang menyatakan “Kamu harus berpegang teguh kepada
sunahku dan sunah para Khulafa` Rasyidin sepeninggalku, dan peganglah erat-erat
serta gigitlah dengan gigi gerahammu” dan hadis yang menyatakan “Sesungguhnya
aku meninggalkan dua perkara yang jika kamu berpegang teguh kepadanya niscaya
kamu tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah dan sunahku”, keduanya bagi saya
merupakan dalil terkuat yang saya gunakan ketika saya cenderung kepada
pemikiran Wahabi. Saya hafal betul kedua hadis tersebut sering diulang-ulang
oleh para ulama mereka di dalam buku-buku dan ceramah-ceramahnya, tidak
terlintas di dalam benak saya untuk memeriksa referensi aslinya. Bagi saya
kedua hadis itu sebagai sesuatu yang pasti dan tidak perlu diragukan lagi.
Karena kedua hadis itu merupakan dasar utama bangunan pemikiran Ahlus Sunnah,
lebih khusus lagi pemikiran Wahabi yang dibangun kokoh di atas dasar kedua
hadis ini. Tidak terlintas sedikit pun di dalam benak saya untuk meragukan
kesahihan kedua hadis tersebut. Hadis ini pula yang menjadi landasan titik
tolak bergabungnya saya ke dalam mazhab Ahlus Sunnah. Oleh Karenanya, keraguan
terhadap hadis tersebut merupakan keraguan akan keanggotan saya ke dalam mazhab
Ahlus Sunnah.
Pemikiran ini bukanlah merupakan produk jaman sekarang atau
produk pemikiran Ahlus Sunnah, melainkan telah dirancang sejak masa silam
dengan tujuan untuk menyembunyikan kebenaran dan menghadapi jalan Ahlul Bait,
memerankan Islam dengan bentuknya yang paling indah. Namun sangat disayangkan,
kebanyakkan mazhab pemikiran berdiri di atas reruntuhan perancang yang jahat
itu. Mereka menganut pemikiran-pemikirannya sedemikian rupa, sehingga
seolah-olah sebagai sesuatu yang turun dari Allah. Mereka menyebarkan dan
membelanya dengan segala cara. Wahabi merupakan contoh yang jelas dari korban
perancang jahat tersebut, yang telah menjerumuskan umat Islam ke dalam jurang
perpecahan.
Kita akan berusaha menyingkap sedikit tipu daya dan
persekongkolannya pada tiap-tiap bab buku ini.
Yang perlu menjadi perhatian kita dari perancang di atas, di
dalam masalah ini, ialah bahwa kedua hadis di atas adalah merupakan langkah
pertama untuk menyelewengkan agama, merubah perjalanan risalah dan menjauhkan
kaum Muslimin dari hadis Rasulullah saw, “Sesungguhnya aku tinggalkan padamu
dua perkara yang sangat berharga, yang jika kamu berpegang teguh kepada
keduanya niscaya kamu tidak akan tersesat sepeninggalku selama-lamanya, yaitu
Kitab Allah dan ‘itrah Ahlul Baitku”, yang merupakan hadis mutawatir yang
diriwayatkan oleh kitab-kitab hadis Ahlus Sunnah dan Syi’ah, namun
tangan-tangan jahil telah berusaha menyembunyikannya dari pandangan manusia,
dan sebagai gantinya mereka menyebarkan hadis “Kitab Allah dan sunahku” dan
hadis “Kamu harus berpegang teguh kepada sunahku dan sunah para Khulafa`
Rasyidin….” yang kelak akan tersingkap ke-dhaifan-nya.
Saya terkejut manakala mendengar pertama kali hadis “… Kitab
Allah dan ‘itrah Ahlul Baitku”. Saya takut … dan berharap hadis itu tidak
sahih, karena dia akan meruntuhkan bangunan pemikiran agama saya, dan bahkan
lebih jauh lagi akan merobohkan tiang penyangga Ahlus Sunnah. Namun, angin
bertiup tidak sebagaimana yang diinginkan perahu …. dan yang terjadi justru
sebaliknya manakala saya memeriksa kedua hadis di atas ke dalam
referensi-referensi aslinya, saya menemukan bahwa hadis “.. Kitab Allah dan
‘itrah Ahlul Baitku …” termasuk hadis sahih yang tidak dapat seorang pun
meragukannya. Berbeda dengan hadis “… Kitab Allah dan sunahku ..”, yang tidak
lebih hanya merupakan hadis ahad yang marfu’ atau mursal. Melihat itu hati saya
menjadi terpukul. Dari sinilah awal mula saya melakukan pembahasan. Setelah itu
mulailah terkumpul beberapa petunjuk satu demi satu, sehingga pada akhirnya
tersingkaplah kebenaran dengan sejelas-jelasnya. Di sini kita akan buktikan
ke-dhaif-an hadis “Kamu harus berpegang kepada sunahku dan sunah para Khulafa`
Rasyidin ..” dan hadis “.. Kitab Allah dan sunahku ..”, serta sekaligus
kesahihan hadis “.. Kitab Allah dan ‘itrah Ahlul Baitku ..”, yang merupakan
peluru pertama yang mengenai jantung pemikiran Ahlus Sunnah.
Hadis “Kamu Harus Berpegang Teguh Kepada Sunahku Dan Sunah
Para Khulafa` Rasyidin” Merupakan Kebohongan Yang Nyata.
“Kamu harus berpegang teguh kepada sunahku dan sunah para
Khulafa` Rasyidin sepeniggalku, dan peganglah erat-erat serta gigitlah dengan
gigi gerahammu.”.
Orang yang melihat hadis ini untuk pertama kali dia akan
mengira hadis ini merupakan hujjah yang kokoh dan petunjuk yang jelas akan
kewajiban mengikuti mazhab para Khulafa` Rasyidin. Yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq,
Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dan tidak mungkin
membawanya ke arti lain, kecuali dengan melakukan takwil yang didasari
ta’assub. Dari sini tampak sekali kehebatan tipuan dan kelihaian para pemalsu.
Di dalamnya mereka menetapkan kebenaran mazhab Ahlus Sunnah —madrasah Khulafa`
Rasyidin— dihadapan madzhab Syi’ah —madrasah Ahlul Bait. Dari sini kita dapat
menjelaskan bahwa pertumbuhan madrasah-madrasah pemikiran Ahlus Sunnah adalah
di dalam rangka menentang mazhab Ahlul Bait. Karena madrasah-madrasah tersebut
berdiri di atas dasar hadis ini dan hadis-hadis lain yang sepertinya.
Namun, dengan menggunakan pandangan ilmiah dan dengan
sedikit bersusah payah di dalam meneliti kenyataan sejarah dan hal-hal yang
melingkupi hadis ini dan hadis-hadis lain yang sepertinya, atau dengan melihat
ke dalam ilmu hadis dan ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil, niscaya akan tampak dengan
jelas kebohongan hadis ini.
Sungguh sangat bodoh jika seorang Ahlus Sunnah berhujjah
kepada orang Syi’ah dengan hadis ini. Itu dikarenakan hadis ini hanya ada di
kalangan Ahlus Sunnah, sehingga mereka tidak bisa memaksa orang Syi’ah dengan
hadis yang tidak mereka riwayatkan di dalam kitab-kitab referensi mereka.
Namun, disebabkan saya seorang pembahas dari kalangan Ahlus
Sunnah maka mau tidak mau saya harus bertitik tolak dari kitab-kitab referensi
Ahlus Sunnah, sehingga dapat menjadi pegangan bagi saya; dan ini yang menjadi
acuan saya di dalam melakukan pembahasan. Kita harus bersandar kepada acuan ini
di dalam berdialog dan berargumentasi. Karena sebuah argumentasi tidak dapat
dikatakan argumentasi kecuali jika mengikat pihak lawan, sehingga menjadi
hujjah baginya. Dan ini yang tidak disadari oleh kebanyakkan ulama Ahlus Sunnah
manakala mereka berhujjah kepada orang-orang Syi’ah. Misalnya, mereka berhujjah
dengan menggunakan hadis ini, sementara orang Syi’ah berhujjah dengan
menggunakan hadis “.. Kitab Allah dan ‘itrah Ahlul Baitku ..” Perbedaan di
antara kedua hujjah ini sangat besar sekali. Karena hadis “sunahku” hanya ada
di dalam kitab-kitab hadis Ahlus Sunnah sementara hadis “‘itrah Ahlul Baitku”
dapat ditemukan di dalam kitab-kitab hadis kedua kelompok.
Pendapat yang menyatakan “seluruh sahabat adil” dibuat pada
masa rezim Umayyah demi kepentingan politik…Yang membuat doktrin tersebut
adalah ulama bayaran rezim Umayyah… dengan doktrin demikian maka “ Muawiyah
selamat”.. Pembohongan publik yang luar biasa….
Ketentuan Allah terletak pada akhir setiap amal perbuatan (
para sahabat ), misal :
Pada zaman Rasulullah SAW : sahabat adil, kemudian sesudah
Rasulullah SAW wafat mereka membelot dari wasiat… Apakah adil yang demikian
??????????
Setelah menjadi khalifah, Muawiyah melakukan tekanan
terhadap sejumlah perawi hadis dan merekayasa banyak hadis demi mengangkat nama
Umar dan Usman….
Hadis hadis tentang Imam Ali direkayasa oleh Muawiyah
melalui sejumlah pengikut, pendukung dan tabi’in…Menghina, mencerca dan
mengutuk Imam Ali menjadi tradisi di zaman Umayyah kecuali pada masa Umar bin
Abdul Aziz….Bahkan syarat menjadi PEJABAT di era Muawiyah adalah harus mau
mengutuk Imam Ali…
Hadis hadis keutamaan musuh Imam Ali juga dibuat PARA
PEREKAYASA dengan tujuan ‘mendekati raja Muawiyah” misalnya Samurah bin Jundub
.. Inilah ulama bayaran yang namanya menghiasi kitab hadis.. hadis hadis
keutamaan MUSUH iMAM ALi sangat jitu untuk menghadang keutamaan Ahlul Bait…
Saking jitunya, nama ahlul bait seakan tenggelam.. Tersingkirnya Imam Ali di
posisi utama merupakan tindakan penghapusan agama….
Hadis hadis tentang kualitas Usman, hadis tentang sifat
terpuji para sahabat, hadis jaminan surga bagi para khalifah banyak dibuat
untuk MENJEGAL KEMAKSUMAN iMAM ALi.. Sehingga kedudukan Imam Ali ada pada
rangking 4 diantara 4 khalifah sunni…
Hadis yang memojokkan Imam Ali antara lain dibuat oleh : Abu
Hurairah, Amr bin Ash, Mughirah bin Syu’bah dan Urwah bin Zubair… Muncul nya
hadis yang dibuat ULAMA BAYARAN membuat banyak kontradiksi dalam kitab hadis
sunni………
====================================================
Inilah Ciri aswaja sunni :
“ridha anak cucu Nabi diperangi, dibungkam dan disembelih
oleh rezim Umayyah + Abbasiyah”.. Rezim membuat pengikut itrah ahlul bait
menjadi asing karena kerap di veto sebagai ‘rafidhah, sesat, sabaiyyah dll”…
Salafi memahami agama hanya sebatas kulitnya saja (pandai bahasa Arab dan
penampilan Arab), lalu mereka sibuk menimbulkan fitnah dan mengkampanyekan
kebodohan mereka dengan harapan orang lain menjadi bodoh seperti mereka.
Padahal meninggal kan itrah ahlul bait = meninggal kan
QURAN, itrah ahlul bait dan Quran adalah satu tak terpisahkan ! Aswaja Sunni
meninggalkan hadis 12 imam lalu berpedoman pada sahabat yang cuma sebentar
kenal Nabi seperti Abu hurairah dan ibnu Umar.
Menurut ajaran sunni :
- Imam Ali berijtihad
- Mu’awiyah berijtihad
- Jadi keduanya benar ! Pihak yang salah dapat satu pahala !
Pihak yang benar ijtihad dapat dua pahala
Ajaran sunni tersebut PALSU !!
Ijtihad yang salah lalu si mujtahid berpahala hanya pada
PERKARA/MASALAH yang belum ada nash yang terang, misal :Apa hukum melakukan
bayi tabung pada pasangan suami isteri yang baru setahun nikah dan belum punya
anak ??
Mu’awiyah membunuh orang tak berdosa, Aisyah membunuh orang
yang tak berdosa !! Dalam hukum Allah SWT : “”hukum membunuh orang yang tak
berdosa adalah haram”” ( nash/dalil nya sudah terang dan jelas tanpa khilafiyah
apapun yaitu QS.An Nisa ayat 93 dan Qs. Al hujurat ayat 9 ) … Membunuh sudah
jelas haram, jika saya membunuh ayah ibu anda yang tidak berdosa lalu saya
katakan bahwa saya salah ijtihad, apakah murid TK tidak akan tertawa ???????
Nabi SAW saja pernah bersabda : “” Seandainya Fatimah binti
Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangan nya”” … Tidak
ada istilah kebal hukum didepan Nabi SAW.
Catat sama lu, saya takkan kompromi dengan orang orang yang
membela sahabat yang memerangi Imam Ali dan keturunannya sampai kiamat dan
sampai kapapun saya takkan menerima...
Problem utama yang saya dapati dari paham Ahlussunnah (baca:
Salafy) adalah mereka sangat menjunjung tinggi pendapat dari sahabat Nabi
(meski pun mereka selalu mengulang-ulang mengatakan bahwa mereka sahabat tidak
maksum). Pengkultusan ini begitu hebatnya hingga pada titik dimana terdapat
perbedaan pendapat antara Nabi dan Sahabat, maka mereka Salafy tidak
mengindahkan perkataan Nabi sebaliknya perkataan Sahabatlah yang dijadikan
acuan, seakan-akan Sahabat merupakan orang-orang yang paling benar, paling
layak dicontoh dan paling tepat sebagai pembawa Risalah Allah swt.
Allah memerintah kita mempergunakan akal kita untuk berfikir
dan mencari kebenaran.. Banyak kok orang mengklaim mencintai ahlul bait tetapi
ketika ahlul bait dizalimi mereka berkeras menolak dan mencari-cari
dalih…mengikuti Aswaja yang notabene warisan Muawiyah, musuhnya Ahlul Bait Nabi
saw… Saat ini kita berhadapan dengan saudara-sauadara yang terjebak dalam
pengaruh mu’awiyah yang memenuhi kitab-kitab salaf.
==========================================================
KENAPA SAHABAT BERBALiK ARAH ????
Hadits: Bersaing Untuk Dunia.
Bersabda Nabi SAW: “Aku akan mendahului kalian dan akan
menjadi saksi kalian. Demi Allah aku kini melihat haudhku (telagaku di syurga)
dan aku juga telah diberikan kunci kekayaan bumi (atau kunci bumi). Demi Allah
aku tidak khawatir kalian akan mensyirikkan Allah setelahku, tetapi aku
khawatir kalian akan bersaing untuknya
(dunia)”. Shahih Bukhari jil. 4 hal. 100-101.
Sungguh benar apa yang disabdakan oleh Rasululah SAWW.
Mereka telah bersaing dan berlomba-lomba untuk dunia ini sehingga pedang-pedang
mereka dihunuskan, berperang dan saling mengkafirkan.
Penyesalan Sahabat Atas Diri Mereka.
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW pernah
bersabda kepada kaum Anshar: “Suatu hari kalian akan menyaksikan sifat tamak
yang dahsyat sepeninggalku. Karena itu bersabarlah sehingga kalian menemui
Allah dan Rasul-Nya di telaga haudh.” Anas berkata, “Kami tidak sabar.” (
Shahih Bukhari jil. 2 hal. 135 )
Ala’ bin Musayyab dari ayahnya pernah berkata: “Aku berjumpa
dengan Barra’ bin A’zib ra.Kukatakan padanya,”berbahagialah Anda karena dapat
bersahabat dengan Nabi SAWW dan membai’atnya di bawah pohon (bai’ah tahta
syajarah). Barra’ menjawab, “wahai putera saudaraku, engkau tidak tahu apa yang
telah kami lakukan sepeninggalnya ( Shahih Bukhari jil.3 hal.32 ).
========================================================
PADAHAL NABi TiDAK KENAL KEBAL HUKUM
Rasulullah SAWW sangat marah pada seorang SAHABAT yang
datang mau menjamin seorang wanita ningrat yang telah mencuri. Nabi SAW
berkata: “Celaka engkau (wahai Usamah), apakah engkau akan memberi jaminan
dalam hukum hudud Allah. Demi Allah, seandainya Fatimah mencuri akan kupotong
tangannya. Orang-orang dahulu celaka lantaran mereka diam apabila kaum
ningratnya yang mencuri; apabila golongan lemah yang mencuri maka mereka
terapkan padanya hukum hudud.”.
RESiKO MENGANGGAP ADiL MU’AWiYAH, AMRU Bin ASH, ABU HURAiRAH
dan MENCiNTAi MUSUH MUSUH iMAM ALi
“Kamu tidak akan dapati suatu kaum yang beriman kepada Allah
dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang
Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu adalah bapak-bapak, atau
anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. (al-Mujadalah: 22).
Firman-Nya lagi: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil musuhKu dan musuhmu sebagai teman-teman setia yang kamu
sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad) karena rasa kasih-sayang.
Padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang
kepadamu…” (Al-Mumtahanah: 1)
Hadits: Siapa Yang Ingin Hidup Seperti Hidupku.
Bersabda Nabi SAWW: “Siapa yang ingin hidup seperti hidupku,
mati seperti matiku, tinggal di surga A’dn yang telah ditanam oleh Tuhanku maka
jadikanlah Ali sebagai Walinya sepeninggalku dan me-wila’ walinya, serta ikut
Ahlul Baitku yang datang setelahku. Mereka adalah itrah keluargaku, diciptakan
dari bagian tanahku dan dilimpahkan kepahaman serta ilmuku. Maka celakalah
orang-orang yang telah mendustakan keutamaan mereka dari ummatku, dan yang
telah memutuskan tali rahimnya dengan mereka. Kelak Allah tidak akan memberi
mereka syafaatku kepadanya.” (Mustadrak al-Hakim jil. 3hal. 128; Jami’ al-Kabir
oleh Thabarani; Al-Isobah Oleh Ibnu Hajar al-Asqalini; Kanzul Ummal jil. 6 hal.
155; Al-Manaqib oleh khawarizmi hal. 34; Yanabi al-Mawaddah hal. 149; Haliyah
al-Auliya’jil. 1 hal. 86; Tarikh Ibnu Asakir jil. 2 hal. 95).
====================================================
MEMBONGKAR KEBENARAN SYi’AH.
siapakah Imam 12 ??
Jawaban :
Mereka adalah Imam Ali dan 11 keturunannya.
Apa buktinya :
Buktinya adalah hadis yang menerangkan bahwa
khalifah tersebut adalah berasal dari itrah (keturunan) dari
ahlul bait Nabi SAW
dari Zaid bin Tsabit RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda “Sesungguhnya Aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian dua
Khalifah yaitu Kitab Allah yang merupakan Tali yang terbentang antara bumi dan
langit, serta KeturunanKu Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan berpisah sampai
menemuiKu di Telaga Surga Al Haudh.
Hadis Ini diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam Musnad
Ahmad jilid 5 hal 182, Syaikh Syuaib Al Arnauth dalam Takhrij Musnad Ahmad
menyatakan bahwa hadis ini shahih. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ath
Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir jilid 5 hal 154, Al Haitsami dalam Majma’ Az
Zawaid jilid 1 hal 170 berkata “para perawi hadis ini tsiqah”. Hadis ini juga
disebutkan oleh As Suyuthi dalam Jami’ Ash Shaghir hadis no 2631 dan beliau
menyatakan hadis tersebut Shahih.)
Hadis di atas adalah Hadis Tsaqalain dengan matan yang
khusus menggunakan kata Khalifah. Hadis ini adalah hadis yang Shahih sanadnya
dan dengan jelas menyatakan bahwa Al Ithrah Ahlul Bait Nabi SAW adalah Khalifah
bagi Umat islam. Oleh karena itu Premis bahwa Sang Khalifah setelah Rasulullah
SAW itu ditunjuk dan diangkat oleh Rasulullah SAW adalah sangat beralasan:
اِنِّي تَارِكٌ فِيكُمُ الثَّقَلَيْنِ:
كِتَابَ الله،ِ وَ عِتْرَتِي
اَهْلَ بَيْتِي، مَا اِنْ
تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوا
اَبَدًا، وَانَّهُمَا لَنْ يَفْتَرِقَا حَتیّ
يرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ.
Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya aku telah meninggalkan
buat kalian dua hal yang berharga; Kitab Allah dan Itrah; Ahlul Baitku. Selama
berpegang pada keduanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Dan keduanya
juga tidak akan berpisah hingga menjumpaiku di telaga Kautsar kelak di Hari
Kiamat.” (H.R. Sahih Muslim : jilid 7, hal 122. Sunan Ad-Darimi, jilid 2, hal
432. Musnad Ahmad, jilid 3, hal 14, 17, 26 dan jilid 4, hal 371 serta jilid 5,
hal 182 dan 189. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, hal 109, 147 dan 533 ).
Terkait dengan sikap kita kepada Ahlul Bait, di antaranya
Nabi saw. bersabda:
إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ
مَا إِنْ أَخَذْتُمْ
بِهِ لَنْ تَضِلُّوْا كِتَابَ
اللهِ وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي
Aku meninggalkan di tengah tengah kalian apa yang jika
kalian ambil kalian tidak akan tersesat, Kitabullah dan ’itrah Ahlul Baitku.
(HR. Tirmidzi).
Riwayat hadis pada Ahmad bin Hanbal di dalam Musnadnya,
jilid 3, halaman 14, 17, 26 dan 59, terbitan Dar Shadir Beirut – Lebanon:Telah
berkata kepada kami Abdullah, ‘Telah berkata kepada kami Abi Tsana Abu
an-Nadzar Tsana Muhammad, yaitu Ibnu Abi Thalhah, dari al-A’masy, dari
‘Athiyyah al-’Ufi, dari Abi Sa’id al-Khudri, dari Rasulullah saw yang berkata,
“Aku merasa segera akan dipanggil (oleh Allah) dan aku akan memenuhi panggilan
itu. Aku tinggalkan padamu dua perkara yang amat berharga, yaitu Kitab Allah
Azza Wajalla dan ‘itrahku (kerabatku). Kitab Allah, tali penghubung antara
langit dan bumi; dan ‘itrahku, Ahlul Baitku. Dan sesungguhnya Allah Yang Maha
Mengetahui telah berkata kepadaku bahwa keduanya tidak akan berpisah sehingga
berjumpa kembali denganku di telaga. Oleh karena itu, perhatikanlah bagaimana
kamu memperlakukan keduanya itu.”.
Imam Ahmad bin Hanbal juga meriwayatkan, “Telah berkata
kepada kami Abdullah, ‘Telah berkata kepada kami Tsana bin Namir Tsana
Abdullah, yaitu Ibnu Abi Sulaiman, dari ‘Athiyyah, dari Abi Sa’id al-Khudri
yang berkata, ‘Rasulullah saw telah bersabda, ‘Aku telah tinggalkan padamu dua
perkara yang amat berharga, yang mana salah satunya lebih besar dari yang
lainnya, yaitu Kitab Allah, yang merupakan tali penghubung antara langit dan
bumi, dan ‘itrah Ahlul Baitku, Ketahuilah, sesungguhnya keduanya tidak akan
pernah ber-pisah sehingga datang menemuiku di telaga.’” Ahmad bin Hanbal telah
meriwayatkannya dari berbagai jalan, selain jalan-jalan yang di atas.
Riwayat hadis dari Turmudzi, jilid 5, halaman 662 – 663,
terbitan Dar Ihya at-Turats al-’Arabi:Telah berkata kepada kami Ali bin Mundzir
al-Kufi, “Telah berkata kepada kami Muhammad bin Fudhail, ‘Telah berkata kepada
kami al-A’masy, dari ‘Athiyyah, dari Abi Sa’id dan al-A’masy, dari Habib bin
Abi Tsabit, dari Zaid bin Arqam yang berkata, ‘Rasulullah saw telah bersabda,
‘Sesungguhnya aku tinggalkan padamu sesuatu yang jika kamu berpegang teguh
kepadanya niscaya kamu tidak akan tersesat sepeninggalku, yang mana yang
satunya lebih besar dari yang lainnya, yaitu Kitab Allah, yang merupakan tali
penghubung antara langit dan bumi, dan ‘itrah Ahlul Baitku. Keduanya tidak akan
pernah berpisah sehingga datang menemuiku di telaga. Maka perhatikanlah
bagaimana kamu memperlakukan keduanya.”.
Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. berkhutbah di
Ghadir Khum : “Sesungguhnya aku meninggalkan di tengah tengah kamu dua perkara
yang berat (As-Thaqalain), Kitab Allah dan Itrahku (keturunanku), dan bahwa
keduanya tidak akan berpisah sehingga kelak datang kepadaku di Telaga Haudh.”.
Di dalam Sahih Bukhari berasal dari Jabir yang mengatakan,
“Rasulullah saw telah bersabda, ‘Akan muncul sepeninggalku dua belas orang
amir’, kemudian Rasulullah saw mengatakan sesuatu yang saya tidak mendengarnya.
Lalu saya menanyakannya kepada ayah saya, ‘Apa yang
telah dikatakannya?’ Ayah saya men-jawab, ‘Semuanya dari bangsa Quraisy.’”
Adapun di dalam Sahih Muslim berasal dari ‘Amir bin Sa’ad yang berkata, “Saya
menulis surat kepada Ibnu Samrah, ‘Beritahukan kepada saya sesuatu yang telah
Anda dengar dari Rasulullah saw.’ Lalu Ibnu Samrah menulis kepada saya, ‘Saya
mendengar Rasulullah saw bersabda pada hari Jumat sore pada saat dirajamnya
al-Aslami, ‘Agama ini akan tetap tegak berdiri hingga datangnya hari kiamat dan
munculnya dua belas orang khalifah yang kesemuanya berasal dari bangsa
Quraisy.”.
Jabir bin Samurah meriwayatkan: Saya mendengar Nabi (saw)
berkata: ”Kelak akan ada Dua Belas Pemimpin.” Ia lalu melanjutkan kalimatnya
yang saya tidak mendengarnya secara jelas. Ayah saya mengatakan, bahwa Nabi
menambahkan, ”Semuanya berasal dari suku Quraisy.” [Sahih al-Bukhari (Bahasa
Inggris), Hadith: 9.329, Kitabul Ahkam; Sahih al-Bukhari, (Bhs Arab), 4:165,
Kitabul Ahkam].
Nabi (saw) bersabda: “Agama (Islam) akan berlanjut sampai
datangnya Saat (Hari Kebangkitan), berkat peranan Dua Belas Khalifah bagi
kalian, semuanya berasal dari suku Quraisy.” [Sahih Muslim, (English), Chapter
DCCLIV, v3, p1010, Hadis no. 4483; Sahih Muslim (Bhs Arab), Kitab al-Imaara,
1980 Edisi Saudi Arabia, v3, p1453, Hadis no.10].
Meskipun kata “Quraisy” yang terdapat di dalam
riwayat-riwayat hadis imam 12 bersifat umum, namun dengan riwayat-riwayat dan
petunjuk-petunjuk yang lain menjadi jelas bahwa yang dimaksud adalah itrah
Ahlul Bait..Adapun imamah Imam Ali sudah disebut di Ghadir Kum dll.
Agama ini akan tetap tegak berdiri dengan kepemimpinan dua
belas orang khalifah, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh riwayat-riwayat
sebelumnya. Pada saat yang sama terdapat riwayat-riwayat yang menekankan
keseiringan Ahlul Bait dengan Kitab Allah. Ini merupakan sebaik-baiknya dalil
yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan “dua belas orang khalifah” itu
adalah para Imam dari kalangan Ahlul Bait.
Al-Qanduzi al-Hanafi sendiri telah menukilnya di dalam
kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah. Pada mawaddah kesepuluh dari kitab Mawaddah
al-Qurba, bagi Sayyid Ali al-Hamadani —semoga Allah SWT mensucikan jalannya dan
mencurahkan keberkahannya kepada kita— disebut-kan, “Dari Abdul Malik bin
‘Umair, dari Jabir bin Samrah yang ber-kata, ‘Saya pernah bersama ayah saya
berada di sisi Rasulullah saw, dan ketika itu Rasulullah saw bersabda,
‘Sepeninggalku akan ada dua belas orang khalifah.’ Kemudian Rasulullah saw
menyamarkan suar-anya. Lalu saya bertanya kepada ayah saya, ‘Perkataan apa yang
disamarkan olehnya?’ Ayah saya menjawab, ‘Rasulullah saw berkata, ‘Semua
berasal dari Bani Hasyim.”.
Bahkan Al-Qanduzi meriwayatkan banyak hadis lain yang lebih
jelas dari hadis-hadis di atas. Al-Qanduzi telah meriwayat dari ‘Abayah bin
Rab’i, dari Jabir yang mengatakan, “Rasulullah saw telah bersabda, ‘Saya adalah
penghulu para nabi dan Ali adalah penghulu para washi, dan sesungguhnya para
washi sepeninggalku berjumlah dua belas orang. Yang pertama dari mereka adalah
Ali, dan yang terakhir dari mereka adalah al-Qa’im al-Mahdi.”‘
kita tidak menemukan apa-apa selain harus mengakui dan
mengatakan, “Sesungguhnya hadis-hadis yang menunjukkan bahwa para khalifah
sesudah Rasulullah saw sebanyak dua belas orang khalifah ialah para Imam dua
belas dari Ahlul Bait Rasulullah saw. Karena tidak mungkin kita dapat
menerap-kannya pada raja-raja Bani Umayyah, dikarenakan jumlah mereka yang
lebih dari dua belas orang dan dikarenakan kezaliman mereka yang amat keji,
kecuali Umar bin Abdul Aziz, dan dikarenakan mereka bukan dari Bani Hasyim.
Karena Rasulullah saw telah bersabda, ‘Seluruhnya dari Bani
Hasyim’, di dalam riwayat Abdul Malik, dari Jabir. Dan begitu juga penyamaran
suara yang dilakukan oleh Rasulullah saw di dalam perkataan ini, memperkuat
riwayat ini. Dikarenakan mereka tidak menyambut baik kekhilafahan Bani Hasyim.
Kita juga tidak bisa menerapkannya kepada raja-raja Bani ‘Abbas, disebabkan
jumlah mereka yang lebih banyak dibandingkan jumlah yang disebutkan, dan juga
dikarenakan mereka kurang menjaga ayat “Katakanlah, ‘Aku tidak meminta upah
apapun kepadamu atas risalah yang aku sampaikan kecuali kecintaan kepada
keluargaku’” dan hadis Kisa`.
Maka mau tidak mau hadis ini harus diterapkan kepada para
Imam dua belas dari Ahlul Bait Rasulullah saw. Karena mereka adalah manusia
yang paling berilmu pada jamannya, paling mulia, paling warak, paling bertakwa,
paling tinggi dari sisi nasab, paling utama dari sisi kedudukan dan paling
mulia di sisi Allah SWT. Ilmu mereka berasal dari bapak-bapak mereka, dan terus
bersambung kepada datuk mereka Rasulullah saw. Maka penerapan hadis “Kamu harus
berpegang teguh pada sunahku dan sunah para Khulafa` Rasyidin yang mendapat
petunjuk sepeninggalku” kepada para Imam Ahlul Bait jauh lebih dekat
dibandingkan menerapkannya kepada para khalifah yang empat. Karena sudah jelas
bahwa para khalifah sepeninggal Rasulullah saw itu berjumlah dua belas orang
khalifah, yang kesemuanya berasal dari Bani Hasyim.
Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya aku telah meninggalkan
buat kalian dua hal yang berharga; Kitab Allah dan Itrah; Ahlul Baitku. Selama
berpegang pada keduanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Dan keduanya
juga tidak akan berpisah hingga menjumpaiku di telaga Kautsar kelak di Hari
Kiamat.” (H.R. Sahih Muslim : jilid 7, hal 122. Sunan Ad-Darimi, jilid 2, hal
432. Musnad Ahmad, jilid 3, hal 14, 17, 26 dan jilid 4, hal 371 serta jilid 5,
hal 182 dan 189. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, hal 109, 147 dan 533 ).
Dengan hadis Tsaqalain maka kelihatan jelas bahwa 12 Imam
adalalah dari Ithrahti Ahlulbait.
Ulama terkenal Al-Dhahabi mengatakan dalam bukunya Tadzkirat
al-Huffaz , jilid 4, halaman 298, dan Ibn Hajar al-’Asqalani menyatakan dalam
al-Durar al-Kaminah, jilid 1, hal. 67 bahwa Sadruddin Ibrahim bin Muhammad bin
al-Hamawayh al-Juwayni al-Shafi’i (disingkat Al-Juwayni) adalah seorang ahli
Hadis yang mumpuni. Al-Juwayni menyampaikan dari Abdullah bin Abbas (ra) bahwa
Nabi (sawa) mengatakan,”Saya adalah penghulu para Nabi dan Ali bin Abi Thalib
adalah pemimpin para penerus, dan sesudah saya akan ada dua belas penerus. Yang
pertama adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah Al-Mahdi.”.
Al-Juwayni juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas (r) bahwa
Rasulullah (sawa) berkata: ”Sudah pasti bahwa wakil-wakilku dan Bukti Allah
bagi makhluk sesudahku ada dua belas. Yang pertama di antara mereka adalah
saudaraku dan yang terakhir adalah anak (cucu) ku.”
Orang bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah saudaramu itu?”. Beliau menjawab:
“Ali bin Abi Thalib.” Lalu beliau ditanyai lagi: “ Dan siapakan anak (cucu) mu
itu?” Nabi yang suci (sawa) menjawab: ”Al-Mahdi. Dia akan mengisi bumi dengan
keadilan dan persamaan ketika ia (bumi) dipenuhi ketidakadilan dan tirani. Dan
demi Yang Mengangkatku sebagai pemberi peringatan dan memberiku kabar gembira,
meski seandainya masa berputarnya dunia ini tinggal sehari saja, Allah SWT akan
memperpanjang hari itu sampai diutusnya (anakku) Mahdi, kemudian ia akan
disusul Ruhullah Isa bin Maryam (a.s.) yang turun ke bumi dan berdoa di
belakangnya (Mahdi). Dunia akan diterangi oleh sinarnya, dan kekuatannya akan
mencapai hingga ke timur dan ke barat.”.
Al-Juwayni juga meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw)
mengatakan: ”Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan sembilan anak cucu Husain
adalah yang disucikan (dari dosa) dan dalam kebenaran.” [Al-Juwayni, Fara'id
al-Simtayn, Mu'assassat al-Mahmudi li-Taba'ah, Beirut 1978, p. 160.]
Sekaitan dengan ayat di atas, Jabir bin Abdillah bertanya,
“Ya Rasulullah, Siapa kah orang-orang yang wajib ditaati seperti yang
diisyaratkan dalam ayat ini?”
Rasulullah saw menjawab, “Yang wajib ditaati adalah para
khalifahku wahai Jabir, yaitu para imam kaum muslimin sepeninggalku nanti. Imam
pertama mereka adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian Hasan, kemudian Husein,
kemudian Ali bin Husein, kemudian Muhammad bin Ali yang telah dikenal di dalam
kitab Taurat dengan nama “Al-Baqir” dan engkau akan berjumpa dengannya wahai
Jabir. Apabila engkau nanti berjumpa dengannya, maka sampaikanlah salamku
kepadanya. Kemudian setelah itu As-Shadiq Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa
bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin
Muhammad, kemudian Hasan bin Ali, kemudian yang terakhir ialah Al-Mahdi bin
Hasan bin Ali sebagai Hujjatullah di muka bumi ini dan Khalifatullah yang
terakhir.
Rujuk ke Ghayah al-Maram, jilid 10, hal. 267, Itsbat
al-Hudat, jilid 3/123 dan Yanabi’ al-Mawaddah, hal. 494, 443-Qundusi al hanafi.
Ada dua belas imam yang dilantik oleh Allah SWT sebagai
pelanjut Nabi Muhammad SAW. Ada sebuah hadis panjang dalam dokumendokumen Sunni
yang menyatakan bahwa jumlah para imam setelah Nabi adalah dua belas orang. Ada
dokumen-dokumen Sunni lainnya yang di dalamnya Nabi SAW bahkan menyebutkan nama
masing-masing dua belas imam tersebut.
Allah SWT menunjuk dua belas imam, bukan semata-mata mereka
dari rumah tangga Nabi SAW, namun karena mereka, di masa-masa mereka, yang
paling berilmu, paling terkenal, paling takwa, paling saleh, paling baik dalam
kebajikan personal, dan paling mulia di hadapan Allah; dan pengetahuan mereka
diturunkan dari leluhur mereka (Nabi) melalui ayahayah mereka……itu tidak
berarti dengan sendirinya 12 imam harus berkuasa secara fisik.
Allah SWT berfirman ; Ataukah mereka dengki kepada manusia
(Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya
Kami telah mernberikan kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah
memberikan kepada mereka kerajaan yang besar. (QS. an-Nisa : 54).
a. Dalam Shahih Bukhari, tercantum hadis berikut:
Diriwayatkan oleh Jabir bin Samurah, “Aku mendengar Nabi SAW
berkata, Akan ada dua belas pemimpin (amir).’ Kemudian ia mengucapkan sebuah
kalimat yang tidak kudengar. Ayahku berkata, ‘Nabi SAW menambahkan, ‘Mereka
semua berasal dari Quraisy.”66. Musnad Ahmad ibn Hanbal, jilid 5, hal. 106.
b. Dalam Musnad Ahmad, tercantum hadis berikut, “Nabi SAW
berkata, ‘Kelak ada dua belas orang khalifah untuk masyarakat ini. Semuanya
dari Quraisy”‘77. Referensi Sunni: Shahih Muslim, Arab, Kitab al-Imarah, 1980,
edisi Arab Saudi, jilid 3, hal. 1452, hadis 5; Shahih Muslim, Inggris, bab
DCCLIV (Orang-orang tunduk kepada Quraisy dan Kekhalifahan adalah Hak Quraisy),
jilid 3, hal. 1009, hadis 4.477.
c. Dalam Shahih Muslim, ada hadis berikut:
Diriwayatkan dari Jabir bin Samurah, “Nabi SAW berkata,
‘Masalah (kehidupan) tidak akan berakhir, sampai berlalunya dua belas
khalifah.’ Kemudian beliau membisikkan sebuah kalimat. Aku bertanya kepada
ayahku apa yang Nabi katakan. Ia menjawab, ‘Nabi berkata, “Semuanya berasal
dari Quraisy.”88. Rujukan Sunni: Shahih Muslim, Arab, Kitab al-Imaran, 1980,
edisi Arab Saudi, jilid 3, hal. 1453, hadis 6; Shahih Muslim, Inggris, bab
DCCLIV (Orang-orang tunduk kepada Quraisy dan Kekhalifahan adalah Hak Quraisy),
jilid 3, hal. 1010, hadis 4.478.
d. Juga dari Shahih Muslim:
Nabi SAW berkata, “Urusan-urusan manusia akan terus
dibimbing (dengan baik) selama mereka diatur oleh dua belas orang.”99.
Referensi Sunni: Shahih Muslim, Arab, Kitab al-Imarah, 1980 edisi Arab Saudi,
jilid 3, ha1.1453, hadis 7; Shahih Muslim, Inggris, bab DCCLIV (Orang-orang
tunduk kepada Quraisy dan Kekhalifahan adalah Hak Quraisy), jilid 3, ha1.1.010,
hadis 4.480.
e. Juga, Nabi SAW bersabda, “Islam akan terus berjaya sampai
adanya dua belas khalifah.”1010. Rujukan Sunni: Shahih Muslim, Arab, Kitab
al-Imarah, 1980, Edisi Arab Saudi, jilid 3, ha1.1453, hadis 10; Shahih Muslim,
versi Inggris, bab DCCL1V(berjudul:Orang-orang yang tunduk kepada Qurais dan
kekhalifahan adalah Hak ( Quraisy) jilid 3 hal 1010 hadis 4.483 Rujukan Sunni
lain dalam hadis serupa: Shahih at-Turmuzzi, jilid 4, ha1.507; Sunan Abu Daud,
jilid 2, hal. 421 (tiga hadis); dan yang lainnya seperti Tialasi, Ibnu Atsir,
dan lain-lain.
f. Juga, Nabi SAW bersabda, ‘Agama Islam akan terus
berlangsung sampai hari kiamat, dengan dua belas khalifah untuk kalian, mereka
semua berasal dari Quraisy”‘1111. Rujukan Sunni: al-Mustadrak, Hakim, jilid 3,
ha1.149; Musnad ahmad ibn Hanbal; Shahih, Nasa’i, dari
Anas bin Malik; Sunan, Baihaqi; ash-Shawa’iq al-Muhriqah, karya Ibnu Hajar
Haitsami, bab 17, pasal 2, hal. 287.
g. Nabi SAW berkata, “Para imam berasal dari Quraisy.”‘1212.
Shahih Bukhari, hadis 9.422
—————
Pertanyaan :
para pengikut Ahlulbait Nabi SAW merujuk pada dua belas
khalifah tersebut sebagaimana halnya dua belas imam mereka yang bermula dari
Imam Ali bin Abi Thalib dan berakhir dengan Imam Mahdi
kami ingin bertanya,berdasarkan prespektif Sunni siapakah
dua belas khalifah setelah Nabi Muhammad saw? Silakan dukung penegasan anda
dengan merujuk pada Quran dan atau enam buku kumpulan hadis Sunni, dan juga
membenarkan perbuatan mereka dalam lintasan sejarah. Ingatlah,
perintah-perintah dua khalifah Nabi ini haruslah ditaati. Karenanya, jika anda
tidak mengenal dua belas pemimpin anda, bagaimana anda ingin menaati mereka?
Kami ingin mengingatkan anda bahwa ‘khalifah’ artinya
penerus/ wakil… Syarat imam adalah : mereka harus sesuai dengan ayat Quran :
“Aku tidak meminta kepadamu suatu upah pun atas seruanku keeuali kecintaan
terhadap keluargaku” (QS. asy-Syura : 23).
Tak syak lagi khalifah seharusnya diketahui oleh para
pengikutnya, jika sebaliknya seorang khalifah imajiner tidak bisa diikuti,
sementara Nabi SAW telah meminta kita untuk mengikuti mereka? Jika anda tidak
mengetahui para imam anda, bagaimanakah anda bisa menaati mereka?
para pengikut Ahlulbait Nabi SAW merujuk pada dua belas
khalifah tersebut sebagaimana halnya dua belas imam mereka yang bermula dari
Imam Ali bin Abi Thalib dan berakhir dengan Imam Mahdi as, imam di zaman kita
sekarang. Mereka adalah para khalifah karena Allah SWT menjadikan mereka
khalifahkhalifah (mereka semua adalah wakil-wakil Allah SWT di muka humi).
Bersama lintasan waktu dan melalui kejadian – kejadian
sejarah, kita ketahui hahwa melalui hadis-hadis di atas Nabi SAW memaksudkan
dua belas khalifah tadi adalah dua belas imam dari Ahlulbaitnya yang merupakan
keturunan Nabi SAW karena kita tidak punya kandidat lain dalam sejarah Islam
yang semua kesalehannya disepakati oleh seluruh Muslimin.
Adalah menarik untuk diketahui bahwa bahkan musuh-musuh
Syi’ah tidak mampu menemukan setiap kekurangan dalam keutamaankeutamaan dua
belas imam Syi’ah. Lagi pula, dua belas imam ini muncul satu demi satu tanpa
ada kesenjangan.
Sekarang, jelaslah bahwa satu-satunya cara untuk menafsirkan
hadis-hadis yang disebutkan sebelumnya yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim,
Abu Daud, dan Tirmidzi, Hakim, dan Ahmad bin Hanbal adalah dengan menerima dan
mengakui bahwa itu merujuk pada dua belas imam dari kalangan Ahlulbait Nabi
SAW, karena mereka adalah -di zaman mereka masing-masing- yang paling berilmu,
masyhur, paling takwa, paling saleh, terbaik dalam keutamaan-keutamaan pribadi,
dan yang paling mulia di hadapan Allah SWT. Pengetahuan mereka bersumber dari
leluhur mereka (Nabi) melalui ayah-ayah mereka. Inilah Ahlulbait yang
kemaksumannya, ketidak bernodaannya, dan kesuciannya dibenarkan oleh Quran
mulia (kalimat terakhir Surah al-Ahzab : 33).
Tentang hadis : “Kekhalifahan akan berlangsung 30 tahun
setelahku, maka akan ada banyak raja” …Adalah Raja Umayyah yang memalsukan
hadis’ 30 Tahun’ untuk mencegah orang-orang dari isu dua belas imam dan
membenarkan perampasan mereka akan kekuasaan.
Allah SWT telah memberi manusia kebebasan kehendak untuk
menerima atau menolak kepemimpinan yang Dia angkat baik , baik orang-orang
mengikutinya ataupun tidak.. Jika (katakanlah mayoritas) orang-orang
mengikutinya, dengan sendirinya ia akan memegang tampuk kekuasaan. Dan
sekiranya orang-orang; mendurhakainya, ia akan tetap memiliki kepemimpinan
spiritualnya bagi sejumlah kecil pengikut setianya (orang-orang yang bertakwa).
Setiap orang di zaman itu diharapkan untuk menaati.
para Nabi punya agenda politikNabi Muhammad yang berkampanye
menentang kaum musyrik di Jazirah Arab dan menegakkan pemerintahan Islam yang
pertama. Memang benar bahwa semua Nabi diutus untuk menggembleng manusia dan
menjadikan mereka ingat akan Allah SWT. Namun ini tidak dapat sepenuhnya
diterima tanpa kekuasaan politik apapun. Juga kami tidak pernah sebutkan bahwa
memerintah negara sebagai tujuan pertama dari seorang pemimpin yang ditunjuk
Tuhan. Alih-alih kami katakan bahwa pemimpin tersebut adalah orang yang paling
memenuhi syarat untuk posisi mulia itu. Manusia seyogianya menyadari fakta ini
dan tunduk pada perintahnya. Bila mereka berbuat demikian dengan sendirinya ia
akan menjadi pemimpin masyarakat itu tanpa membutuhkan’agenda’.
Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari)
bBani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka dua belas orang pemimpin
diantara mereka (QS. Al-Maidah : 12 ) Sesungguhnya orang – orang yang tidak
mengikuti dua belas pempimpin tersebut tidaklah menganiaya melainkan diri
mereka sendiri.
“Orang yang mengingkari kepemimpinan
mereka akan tersesat..”.
Tentang penafsiran ayat 59 Surah an-Nisa dimana Allah SWT
memerintahkan kita untuk menaati Ulil Amri, Khazzaz dalam Kifayat al-Atsar-Nya,
mencantumkan sebuah hadis berdasarkan otoritas sahabat Nabi SAW yang tersohor,
Jabir bin Abdillah Anshari. Ketika ayat tersebut (an-Nisa : 59) diturunkan,
Jabir bertanya kepada Nabi SAW, “Kami tahu Allah dan Nabi, namun siapakah
mereka yang diberi otoritas yang ketaatannya nlah digabungkan dengan ketaatan
kepada Allah dan dirimu sendiri?”
Nabi SAW berkata, “Mereka para khalifahku dan imam bagi kaum
Muslim sepeninggalku. Yang pertama dari mereka adalah Ali, kemudian Hasan hin
Ali, kemudian Husain bin Ali, kemudian Ali bin Husain, kemudian Muhammad bin
Ali yang telah disebut al-Baqir dalam Taurat (Perjanjian Iama). Wahai Jabir!
Engkau akan menemuinya. Apabila engkau menemuinya, sampaikanlah salamku
kepadanya! Ia akan digantikan (kedudukannya) oleh putranya, Jafar Shadiq,
kemudian Musa bin Jafar, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali,
kemudian Ali bin Muhammad, Hasan bin Ali. Ia akan disusul oleh putranya, yang
nama dan julukannya akan berada sama dengan julukanku. Dialah Bukti Allah
(hujjatullah) di muka bumi dan orang yang dibakakan oleh Allah (Baqiyatullah)
untuk memelihara akar keimanan di antara manusia. Dia akan menaklukkan seluruh
dunia dari timur hingga barat. Sedemikian lama ia akan menghilang dari
pandangan para pengikut dan sahabatnya sehingga keyakinan akan kepemimpinannya
hanya akan bersemayam di hati-hati orang-orang yang telah diuji keimanannya
oleh Allah.”.
Jabir bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah para pengikutnya
akan mendapatkan faedah dari kegaibannya?” Nabi SAW menjawab, “Benar! Demi Dia
yang mengutusku dengan keNabian! Mereka akan diberi petunjuk dengan cahayanya,
dan mendapatkan manfaat dari kepemimpinannya wlama kegaibannya, sebagaimana
manusia mendapatkan manfaat dari kepemimpinannya selama kagaibannya,
sebagaimana manusia mendapatkan manfaat dari di balik awan. Wahai Jabir,
inilali rahasia Allah yang tersembunyi dan khazanah pengetahuan Allah. Maka
jagalah ia kecuali dari orang-orang yang berhak untuk menerimanya!”.
Lebih menarik lagi, ada juga riwayat-riwayat Sunni yang di
dalamnya mengandung perkataan bahwa Rasulullah menyebutkan nama-nama dari dua
belas anggota Ahlulbaitnya ini satu demi satu yang bermula dengan Imam Ali as
dan berakhir dengan Imam Mahdi as (lihat YaNabi al-Mawaddah, karya Qanduzi
Hanafi).
Sekarang kita mafhum siapakah’orang-orang yang diberi
otoritas’. Ia merupakan bukti bahwa persoalan menaati para penguasa yang tiran
dan zalim tidak muncul sama sekali. Dengan ayat di atas kaum Muslim tidak perlu
menaati para penguasa yang zalim, tiranik, jahil, egois, dan tenggelam dalam
hawa nafsu.
Sesungguhnya, mereka (kaum Muslim) diperintahkan untuk
menaati dua belas imam yang ditentukan, yang mereka semua itu maksum dan bebas
dari pemikiran dan perbuatan buruk. Menaati mereka tidak punya resiko apapun.
Bahkan, ketaatan kepada mereka menjaga dari semua resiko; karena mereka tidak
akan pernah memberikan sebuah perintah yang berlawanan dengan titah Allah SWT
dan akan memperlakukan semua manusia dengan cinta, keadilan, dan persamaan.
Islam didasarkan pada teokrasi (kerajaan Allah) dan bukan
pada demokrasi (pemerintahan manusia atas manusia).
https://www.youtube.com/watch?v=GEEWx8bGPXE&t=286s
https://www.youtube.com/watch?v=IMBTHfk6M5I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar