TEMAN TETAP TEMAN, NAMUN KATA RASULULLAH:
”QULLI HAQ WALAUKANA MURRA”
(KATAKAN YANG BENAR WALAUPUN PAHIT)
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Ahmad Sudirman sepertinya hendak mengatakan bahwa
isteri-isteri nabi Muhammad itu lebih tinggi derajadnya dibandingkan Imam ‘Ali,
Fatimah Az Zahara, Imam Hasan dan Imam Hussein dengan alasan bahwa baru setelah
dinyatakan isteri-isteri nabi sebagai Ahlulbayt melalui ayat 33 surah Al Ahzab,
lalu Rasulullah memasukkan Imam ‘Ali, Fatimah Az Zahara, Iumam Hassan dan Imam
Hussein sebagai Ahlulbait juga melaluli doa Rasulullah sendiri agar juga diaku
Allah sebagai Ahlulbaytnya dan sama derajatnya denagn para Isteri Nabi, kalau
tidak dikatakan lebih rendah disebabkan lebih duluan dinyatakan terhadap para
Isteri Nabi.
Melalui argument seperti ini Ustaz Ahmad Sudirman ingin
mengatakan bahwa Isteri – isteri Nabi saja tidak Ma’sum, apalagi Imam ‘Ali,
Fatimah Az Zahara, Imam Hassan dan Imam Hussein. Argument seperti ini jelaslah
bahwa mereka meyakini Hadist Rasulullah yang telah dipalsukan oleh Abu Hurairah
cs bahwa agar kita tidak sesat di Dunia ini kita harus berpegang teguh kepada
Al Qur-an dan Sunnah Rasul.. Apabila orang-orang yang berpegang teguh kepada
hadist palsu itu dapat meyakinkan orang ramai, menunjukkan sahnya orang-orang
seperti Ustaz Ahmad Sudirman menggali sendiri Ayat 33 surah Al Ahzab itu tanpa
perlu melibatkan Imam A’li, Fatimah Az Zahara, Imam Hassan dan Imam Hussein
sebagai pribadi yang telah ditunjuk Allah dan Rasulnya untuk mendampingi Al
Qur-an.
Apabila mereka dapat meyakinkan orang ramai bahwa semua
sahabat menduduki peringkat yang sama setelah Rasulullah, dengan mempelintirkan
maksud daripada ayat 33 surah Al Ahzab, berarti mereka memiliki kesempatan
untuk mengikuti Abubakar, Umar, Usman , Muawiyah dan Yazid bin Muawiyah
sipembantai Ahlulbayt Rasulullah di Karbala. Justeru itulah dikalangan mereka
tidak pernah memperingati Kesyahidan Imam Hussein di Karbala. Hal ini bermula
daripada mempelintir kan ayat 33 surah Al Ahzab dan Hadits Al-Kisa serta Hadist
– hadist lainnya yang berhubungan dengan ketinggian kedudukan Imam ’Ali,
Fatimah Az Zahara, Imam Hassan dan Imam Hussein. Diatas semua sahabat lainnya.
Dengan alasan deperti itu memungkinkan mereka untuk mengakui
Muawiyah sebagai Muslim dan Khaliafah yang sah, bahkan Yazid pembantai keluarga
Rasulullah sendiri di Karbala itu mendapat pengakuan yang sama. Sebaliknya bagi
kita yang meyakini Hadist itu telah dipalsukan oleh Abu Hurairah ketika dia
berada dalam ”ketiak” Muawiyah, si tukang racun cucu Rasulullah lainnya yaitu
Imam Hassan bin ’Ali, meyakini juga bahwa ayat 33 surah Al Ahzab dibutuhkan
penafsirnya dari IImam ’Ali sebagai pribadi yang ditunjukkan Allah dan Rasulnya
sebagai pendamping Al Qur-an agar tetap utuh, tidak membiarkan tangan-tangan
jahil yang dengan nafsunya memelintirkan Ayat-ayat Allah sehingga siapapun
bebas mengadakan interpretasi terhadap Ayat-ayat Allah swt.
Hadist pedoman hidup ummah Islam yang asli adalah Hadist
Tsaqalain yang berbunyi: ”Kutinggalkan kepada kalian dua perkara, yaitu Al
Qur-an dan Ahlulbaitku. Apabila kalian berpegang teguh kepada keduanya, kalian
tidak akan sesat selama-lamanya sampai menemuiku di pancutan Kautsar” .
Berdasarkan Hadist Tsaqalain ini, Rasulullah telah memperingatkan kepada
ummahnya agar mengikuti keluarganya sepeninggalnya sebagai pribadi yang terjaga
dari kesalahan yang merupakan Hujjah Allah diatas seluruh manusia. Dalam hal
ini Allah berkali kali memperkenalkan pribadi-pribadi ini agar selamat bagi
yang menerima dan sesat bagi yang menolaknya. Hadist Al Kisa itu merupakan juga
sebagai peringatan Allah dan Rasulnya kepada Ummad Islam agar mengetahui bahwa
Imam Ali, Fatimah Az Zahara, Imam Hassan dan Imam Husseinlah yang benar-benar
Ahlulbait Rasulullah.
Justru itulah makanya beliau memasukkan mereka dibalik kain
Kassa Yaman, khusus 4 orang pribadi. Perbuatan Rasulullah yang demikian membuat
Ummu Salamah khawatir. Justru itu Ummu Salamahpun meminta kepada Rasulullah
agar beliaupun diumasukkan serta dalam kain Kissa tersebut. Disebabkan
Ahlulbait Rasulullah hanya Mereka berempat saja yang mendapatkan kedudukan
sebagai representant, Rasulullah mengatakan kepada Ummu Salamah agar dia tetap
ditempatnya. Makna daripada kata-kata rasulullah bahwa Ummu Salamah tetap dalam
kebaikan bukanlah bahwa dia itu lebih baik daripada pribadi-pribadi yang
dimasukkan Rasulullah dibalik kain Kassa atau paling kurang sama sebagaimana
tersirat dari argumentasi Ustaz Ahmad Sudirman diatas.
Pernyataan Rasulullah itu menunjukkan bahwa yang dibawah
kain kassa itu adalah pribadi-pribadi khusus (Representant) yang merupakan
pemimpin-pemimpin orang beriman. Sedangka Ummu Salamah menunjukkan sebagai
prototipe orang yang benar-benar beriman sebagaimana Abu Dzar Ghifari, Salman
Al Faraisi dan Al Miqdad.
Ketika Imam Ali dipaksakan secara beramai-ramai dalam majlis
Abubakar untuk membai’atnya, Ummu Salamah termasuk orang yang memprotes
tindakan Abubakar dan Umar cs. Protes Ummu Salamah ini ditanggapi oleh Umar
secara kasar: ”Henyahlah dari sini, tidak ada urusan perempuan disini”
Buikti hanya mereka berempat saja sebagai Ahlulbayt dan
kemaksumannya juga dapat dipahami ketika Nabi meminta agar seluruh pintu-pintu
yang menghadap ke Mesjid dirtutup semua kecuali pintu Rumah Imam Ali dimana
keempat pribadi Tipikal tu bebas berada dalam Mesjid kendatipun dalam keadaan
bejunup sekalipun. Hal ini menunjukkan kesucian Ahlulbayt mencakup jiwa dan
raga. Ironisnya hadist ini juga dipalsukan hinggga dikatakan bahwa kecuali
pintu Rumah Abubakar yang dibenarkan terbuka.
Andaikata kita meyakini justru Hadist yang berasal dari
Ahlulbait saja (baca Imam ’Ali, Fatimah Az Zahara, Imam Hassan dan Imam
Hussein) saja yang dapat digunakan sebagai pedomannya, sudah barang pasti ummat
Islam tidak akan pernah pecah selama-lamanya. Mengapa ? (pinjam istilah Ahmad
Suduirman sendiri). Pastinya tak ada pihak yang berani menentang pengangkatan
Imam ’Ali sebagai pengganti Rasulullah di Ghadirkhum sebagaimana yang telah
ditentang Umar dan Abubakar cs, dengan membuat perjanjian baru di balik Ka’bah,
menentang Nabi di katilnya ketika sedang sakit, menentang pengangkatan Usamah
dan juga pengangkatan Ayahnya Zaid bin Harisah, menentang Rasulullah ketika
hendak shalat mayit seseorang, menentang rasulullah ketika beliau membuat
Perjanjian Hudaibiah dan klimaknya menyingkirkan Khalifah Rasulullah yang sah
di Saqifah.hingga memaksakan Imam ’Ali untuk membai’atnya.
Justru itulah maka terjadinya perpecahan yang
berkeping-keping dikemudian hari. Andaikata tidak ada pihak yang berani
menentang Rasulullah dan Wazirnya Imam Ali, Ummah ini akan dilanjutkan
pimpinannya oleh Imam Hassan dan Imamm Hussein plus 9 Imam-Imam keturunannya.
Andaikata tak ada pihak yang berani menentang Rasulullah, takkanlah ada
kesempatan bagi Muawiyah untuk berkuasa hingga membantai siapa saja yang
membela Imam Ali bin Ab Thalib, meracuni Imam Hassan hinggalah klimaknya
membantai cucu Rasulullah dan Keluarganya yaitu Imam Hassein di Karbala.
Disebabkan adanya pihak yang berani menentang Rasulullah,
sebahagian manusia yang mengaku diri Muslim tetap meyakini Muawiyah dan Yazid
anaknya juga sebagai Muslim. Disinilah kedangkalan pikiran mereka sehingga
dapat kita saksikan sampai hari ini mereka tidak memahami definisi daripada
System Islam, hingga mereka berjingkrak-jingkrak dalam ketiak penguasa Dhalim
(baca Saudi Arabia, Mesir, Irak, Indonesia dan lain-lain sebagainya). Mereka
mengira kerajaan Muawiyah dan kerajaan Yazid juga sebagai negara Islam hingga
kebanyakan orang-orang yang mengaku dirinya orang Islam membangun negara
seperti type negara Muawiyah dan anaknya Yazid sebagai model negara Islamnya.
Lalu mereka mengutuk orang-orang yang berani memprotes Pemimpin tipe Muawiyah
dan Yazid itu sebagai pemberontak yang ”wajib” diperangi atau dibunuh.
Justru itulah makanya mereka membungkem atas tragedi Karbala
hingga takpernah mereka peringati. Sesungguhnya mereka meyakini bahwa
pembunuhan Yazid terhadap Imam Hussein sekeluarga sah-sah saja untuk menjaga
keutuhan negara dan wibawa pemimpinnya. Inilah akibat daripada tidak mengaku
kemaksuman Imam A’li, Fatimah Az Zahara, Imam Hassan dan Imam Hussein.
Bukti hanya mereka berempat saja yang mendapat jaminan Allah
dan Rasulnya sebagai Ahlulbait, dapat dilihat pada Ayat Mubahalah. Hal ini
menunjukkan bahwa hanya mereka saja yang mewakili Ummat Muhammad sebagai
Representant. Jangankan dibandingkan dengan Umar dan Abubakar cs yang sering
menentang kebijaksanaan Allah dan Rasulnya, dimana dengan itu membuktikan bahwa
mereka sesungguhnya tidak termasuk orang yang beriman kepada Allah dan
Rasulnya. (Allah berfirman: "Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya)
tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim terhadap
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka suatu keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan dan mereka menerima
dengan sepenuhnya."(QS. An-Nisa: 65).
Dengan para Isteri nabi saja termasuk ummu Salamah yang
disalah pahami Ahmad Sudirman itu, mustahil dapat disamakannya. Ahmad Sudirman
lupa bagimana pernyataan Allah sendiri dalam ayat Mubahalah itu ketika Allah
menginfokan kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka berempat saja sebagai
Representant buat seluruh Ummat Manusia. Ahmad Sudirman lupa kalau dalam ayat
tersebut bahwa Imam ’Ali dinyatakan Allah sebagai diri Rasulullah sendiri:
”Kemudian sesiapa yang membantahmu (wahai Muhammad) mengenainya, sesudah engkau
beroleh pengetahuan yang benar, maka katakanlah kepada mereka: “Marilah kita
menyeru anak-anak kami serta anak-anak kamu, perempuan-perempuan kami serta
perempuan-perempuan kamu, dan diri kami serta diri kamu, kemudian kita memohon
kepada Allah dengan bersungguh-sungguh, serta kita meminta supaya laknat Allah
ditimpakan kepada orang-orang yang berdusta.” [‘Ali Imran 3:61].
Saya gagal memahami pikiran kebanyakan manusia yang buta
terhadap keterangan Allah yang demikian jelas ini, masih saja berkilah dengan
alasan yang tidak masuk ‘akal.. Ayat ini membuktikan bahwa Muhammad dengan ’Ali
itu sejiwa. Kecuali kedudukan Rasul, Imam ’Ali merupakan wakilnya atau
Wazirnya. Kenapa Allah tidak meminta kepada Rasulnya untuk memanggil cucu-cucu
nya kepada Hasan dan Hussein. Kenapa Allah tidak meminta kepada Rasulnya untuk
memanggil anak kami kepada Fatimah Az Zahara. Kenapa Allah tidak meminta kepada
Rasulnya untuk memanggil menantunya kepada Imam ’Ali. Kenapa realitanya Allah
menyebutkan diri kami kepada Imam ’Ali?.
Hal ini juga menjadi pelajaran bagi orang-orang yang mau
ber-afala ta’quilun dan afala yatazakkarun bahwa ketika Rasulullah
mempersaudarakan setiap dua orang lelaki ketika barusaja hijrah ke Madinah,
beliau sendiri memilih Imam ’Ali sebagai saudaranya dunia dan akhirat.
Kelebihan Imam A’li diatas semua sahabat juga dibuktikan dengan Hadist Pintu
Gerbang Ilmu: ” Saya adalah gudang Ilmu, ’Ali adalah pintu gerbangnya”. Dilain
kesempatan Rasulullah mengatakan: ”Aku kota ilmu dan Ali adalah pintunya”.
Cukup dengan bekal mauberfikir saja untuk memahami ketinggian kedudukan Imam
’Ali. Bagaimana mungkin orang ramai dapat meraih ilmu yang benar dari Gudang
tanpa mendekati pintunya terlebih dahulu. Bagaimana mungkin benarnya ilmu yang
ada pada orang-orang ”pintar” sementara mereka bukan saja tidak mau mendekati
Imam ’Ali untuk meraih Ilmu Rasulullah, tapi juga tidak mengakui kelebihannya
sebagai mana diaplikasikan Ahmad Sudirman, malah kebanyakan mereka memusuhiImam
’Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az Zahara dan keturunannya
Billahi fi sabililhaq
Muhammad al Qubra
Acheh – Sumatra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar