DALIL DALIL TIDAK BERIMANNYA ABUBAKAR DAN UMAR
(MELANGGAR SURAH ANNISA' AYAT 65)
Muhammad al qubra
Acheh - Sumatra
Disebabkan memang Ustaz Ahmad Sudirman ingin menutup-nutupi
kesalahan Umar, dia ber daya upaya untuk membelokkan fakta agar sesuai dengan
keinginannya. Andaikata dia dapat meneliti dengan benar tentu dia dapat
menangkap realita bahwa memang Umar senantiasa syak terhadap Rasulullah
sendiri. Hal ini dapat dibuktikan ketika dia bertanya: "Apakah engkau Rasu
lullah"? Bagi orang-orang yang benar-benar beriman tentu sangat fatal
melemparkan perta nyaan seperti itu terhadap Rasulullah, kecuali memang dia itu
menyangsikan Kerasulannya. Apalagi setelah mendapatkan jawaban dari Rasulullah,
dia masih mengulang lagi pertanyaan yang sama kepada Abubakar. Hal ini
membuktikan bahwa dia itu tidak percaya apa yang dika takan Rasulullah. Dalam
shahih Bukhari halaman 111 dan shahih Muslim halaman 12, 14 dika takan bahwa
Umar berkata: "Aku tidak mengesyaki kenabian Muhammad saw seperti syakku
pada hari Hudaibiyah". Kata-kata Umar tersebut menunjukkan bahwa dia
senantiasa menge syaki kenabian Nabi Muhammad saww tetapi syaknya pada hari
Hudaibiyah adalah lebih besar lagi daripada syak-syak sebelumnya.
Wahai Ustaz Ahmad Sudirman, adakah orang yang mengesyaki
Rasulullah seperti itu masih dikira orang mukmin? Wahai Ustaz Ahmad Sudirman
adakah hak Umar untuk menghambat Ra sulullah daripada menbulis wasiatnya?
Bukankah setiap muslim dianjurkan untuk berwasiat ma nakala dirasakan sudah
dekat ajalnya? Lantas Nabi yang mengajarkan kita agama mulia itu, apa kah tidak
opantas untuk berwasiat? Disaat yang lain, Umar juga menentang Rasulullah ketika
hendak menulis wasiat dikatilnya (baca Shahih Bukhari jil.2 dan 5 Hal. 75;
Musnad Ahmad Bin Hanbal jil. 1 hal. 355; jil. 5 hal. 116; Tarikh Thabari jil. 3
hal. 193; Tarikh Ibnu Atsir Jil. 2 hal. 320.).
Umar dan Abubakar meneruskan pernentangannya terhadap
Rasulullah ketika beliau mengang kat Usamah sebagai Komandan pasukan perang.
Tokoh-tokoh Muhajirin dan Anshar seperti Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah dan
sahabat-sahabat besar lainnya diperintahkan untuk berada di bawah pasukan
Usamah ini. Sebagian mereka mencela pengangkatan Usamah. Mereka ber kata,
"Bagaimana Nabi bisa menunjuk seorang anak muda yang belum tumbuh janggut
sebagai komandan pasukan kami?" Wahai Ustaz Ahmad Sudirman apakah Umar cs
lebih tau daripada Rasulullah sendiri? Dapatkan pertanyaan seperti itu
dibenarkan? Apakah disini juga anda hendak mengatakan bahwa itu sekedar
pertanyaan saja sebagaimana anda membelanya dalam kejadian Hudaibiyah?
Allah berfirman: "Dan tidaklah patut bagi laki-laki
yang mukmin dan tidak (pula) bagi perem puan yang mukmin, apabila Allah dan
RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya
maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata." (QS. Al
Ahzab: 36). Sebelum itu mereka juga pernah mencela pengangkatan ayahnya oleh
Nabi. Sedemikian rupa mereka memprotes Nabi saww sampai beliau marah sekali.
Dengan kepalanya yang terikat karena deman panas yang dideritanya, Nabi keluar
dipapah oleh dua orang dalam keadaan dua kakinya yang terseret-seret menyentuh
bumi. Nabi naik ke atas mimbar, memuji Allah dan bertahmid padaNya. Sabdanya:
"Wahai muslimin, apa gerangan kata-kata sebagian di antara kalian yang
telah sampai ke telingaku berkenaan dengan pengangkatanku Usamah sebagai pe
mimpin. Demi Allah, jika kamu kini mengecam pengangkatannya; sungguh hal itu
sama seperti dahulu kamu telah mengecam pengangkatanku terhadap ayahnya sebagai
pemimpin. Demi Allah, sesungguhnya ia amat layak memegang jabatan kepemimpinan
itu. Begitu juga puteranya setelah ia sungguh amat layak untuk itu."
(Thabaqat Ibnu Sa'ad jil.2 hal.l90; Tarikh Ibnu Atsir Jil. 2 hal. 317; Sirah
al-Halabiyah jil. 3 hal. 207;Tarikh Thabari jil. 3 hal 226.)
Wahai Ustaz Ahmad Sudirman apakah hendak anda belajuga Umar
dan Abubakar itu kenda tipun seringkali memperlihatkan penentangannya? Ketika
Abubakar dan Umar memaksakan Imam Ali untuk berbai'at kepadanya, Fatimah
berkata kepada Abu Bakar dan Umar seperti ini: "Aku minta persaksian dari
Allah kepada kalian berdua, apakah kalian tidak mendengar Rasulullah bersabda,
'Keredhaan Fatimah adalah keredhaanku dan kemarahan Fatimah adalah kemarahanku.
Siapa yang mencintai puteriku Fatimah, maka dia telah mencintaiku, siapa yang
membuat Fatimah rela maka dia telah membuatku rela, siapa yang membuat Fatimah
marah maka dia telah membuatku marah.' 'Ya, kami telah mendengarnya dari
Rasulullah.' Jawab mereka berdua. Lalu Fatimah berkata lagi, 'Sungguh, aku
minta persaksian Allah dan para malaikat-Nya bahwa kalian berdua telah
membuatku marah dan tidak rela. Jika kelak aku berjumpa dengan Rasulullah maka
pasti akan kusampaikan keluhanku ini kepadanya'." (Al-Imamah was Siyasah
jil.l hal. 20; Fadak Oleh Muhammad Baqir Sadr hal. 92.)
Bukti penentangan Abubakar kepada Fatimah Az Zahara yang
juga merupakan penentangan kepada Rasulullah sendiri dapat dilihat ketika
beliau berkata: "Demi Allah, aku akan mohonkan keburukanmu di dalam setiap
doa yang kupanjatkan seusai shalat." Kemudian Abu Bakar menangis dan berkatat:
"Aku tidak perlu pada bai'at kalian; lepaskan aku dari bai'at ka
lian." (Tarikh al-Khulafa' Oleh Ibnu Qutaibah jil. 1 hal. 20) Wahai Ustaz
Ahmad Sudirman, demikian banyak kesalahan yang dilakukan Umar dan Abubakar
terhadap Rasulullah yang me nyebabkan mereka merintih ketika sakratul maut,
masihkah anda hendak membelanya secara membabi buta? Tolong tunjukkan saya
pribadi mana selain Abubakar, Umar, Abu Ubaidah, Salim dan Muad bin Jabal yang
demikian menyesal ketika mengalami sakratul maut. Sementara Allah berfirman:
"Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tiada kekhawatiran terhadap
mereka dan tiada (pula) mereka bersedih hati; (yaitu) orang-orang yang beriman
dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di
dunia dan (kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat
(janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (QS:
Yunus: 62, 63, 64).
Coba anda renungkan ayat Allah selanjutnya:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: 'Tuhan kami adalah Allah'
kemudian mereka teguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan): 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) sorga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia
dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan
memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu)
dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'" (QS. Al Fushilat: 30,
31,32).
Jelaslah disini bahwa Abubakar, Umar, Abu Ubaidah, Salim dan
Muad bin Jabal tidak termasuk orang yang teguh pendirian sebagaimana dinyatakan
dalam surah Al Fushilat, apalagi dalam suarah Yunus ayat 62, 63, 64. Masihkan
anda ingin mencari-cari alasan yang tidak masuk akal? Untuk menambah
keterangannya silakan baca kitab Sulaim bin Qayis halaman 114 s/d 117. Ini
sebagian dari halaman yang saya maksudkan: Abban berkata: Sulaim berkata: Aku
telah memberitahu Muhammad bin Abubakar tentang hadist Ibn Ghunim (Ibn Abd al
Birr, al-Istiab,ii, hal. 402) semuanya tentang kematian Muad bin Jabal. Dia
berkata kepadaku : Rahasiakan perkara ini sebab ayahku juga (Abubakar) ketika
matinya telah berkata seperti kata-kata mereka. Aisyah berkata: Sesungguhnya
ayahku telah meracau. Muhammad bin Abubakar berkata: Aku telah berjumpa
Abdullah bin Umar, maka aku memberitahukannya apa yang dikatakan oleh ayahku
ketika kematiannya. Maka Abdullah berkata: Rahasiakanlah perkara ini. Demi
Tuhan ayahku (Umar) telah berkata sebagaimana ayah anda berkata, tidak lebih
dan tidak kurang.
Kemudian Abdullah bin Umar khawatir aku akan memberitahukan
Imam Ali as mengenainya, sebab dia mengetahui akan kasihku kepadanya, lalu
berkata: Sesungguhnya ayahku telah meracau. Ketika aku mendatangi Imam Ali as,
aku memberitahunya apa yang aku dengar dari ayahku dan apa yang diberitahukan
Abdullah bin Umar kepadaku. Amirul Muminin Ali as berkata: Orang yang lebih
benar daripada anda dan Ibnu Umar telah memberitahuku tentang ayahnya, ayah
anda, Abu Ubaidah, Salim dan Muad. Aku bertanya: Siapakah orangnya? Beliau
berkata: Ada orang yang telah memberitahukanku. Dia berkata: Aku telah
mengetahui apa yang dimaksudkannya, maka aku berkata: Anda memang benar wahai
Amirul Muminin. Aku telah mengira ada orang yang telah memberitahukan anda.
Tidak ada seorangpun yang menyaksikan ayahku berkata demikian selain
daripadaku. Sulaim berkata: Aku berkata kjepada Abdul Rahman bin Ghunim: Muad
telah mati disebabkan oleh penyakit Taun sebagaimana berlaku kepada Abu Ubaidah
bin Jarrah. Dia berkata Disebabkan oleh bisul.
Aku berjumpa dengan Muhammad bin Abubakar dan berkata:
Adakah mereka berdua telah menyaksikan kematian ayah anda selain daripada
saudara anda Abdurrahman, Aisyah dan Umar. Adakah mereka mendengar daripadanya
apa yang telah anda mendengarnya? Dia berkata mereka telah mendengar
daripadanya, lalu mereka menangis dan berkata: Dia sedang meracau. Aku tidak
mendengar kesemuanya. Aku berkata: Apakah yang telah didengar oleh mereka
daripadanya? Mereka berkata: Dia telah menyeru dengan Neraka Wail dan
kecelakaan, maka Umar berkata kepadanya: Wahai khalifah Rasulullah! Kenapa anda
menyeru dengan Neraka Wail dan kecelakaan? Abubakar berkata: Ini Muhammad dan
Ali sedang memberi khabar gembira kepadaku dengan Neraka. Di tangannya Sahifah
dimana kami telah memeterai perjanjian ke atasnya di hadapan Kabah seraya
berkata: Anda telah melaksanakannya, lantas anda dan sahabat anda menentang
wali Allah. Maka bergembiralah dengan api Neraka yang terkebawah.
Bukhari meriwayatkan dalam Bab Manaqib Qarabah Rasulillah
(Keistimewaan Kerabat Nabi) bahwa Rasulullah saww bersabda:"Fatimah adalah
belahan nyawaku, siapa yang membuatnya marah maka dia telah membuatku
marah". Dalam Bab Ghazwah Khaibar, "dari Aisyah (yang berkata) bahwa
Fatimah putri Nabi, suatu hari mengutus seseorang menghadap Abu Bakar untuk
meminta hak pusakanya yang diwarisinya dari ayahandanya. Abu Bakar enggan
memberikannya kepada Fatimah walau sedikit pun. Fatimah sangat marah kepada Abu
Bakar, lalu ditinggalkannya dan tidak diajaknya berbicara sampai beliau
wafat." (Shahih Bukhori jil. 3 hal. 39). Dalam kesempatan ini juga perlu
kiranya kita kemukakan hadist Nabi berkenaan Imam Ali walaupun tidak diterima
oleh orang-orang yang sesat: "Cinta kepada Ali adalah (tanda) iman dan
benci kepadanya adalah (tanda) nifak."? (Shahih Muslim jil. 1 hal. 48).
Bahkan sebagian sahabat berkata, "Kami kenal orang-orang munafik dengan
sikap benci mereka pada Imam Ali". Demikianlah para pembaca sekalian
semoga Allah memberi hidayah kepada kita sekalian sehingga tidak mengalami
nasib yang sial ketika menghadapi sakratul maut sebagaimana dialami Abubakar
dan Umar cs. Aamin ya Rabbal alamain,-
Billahi fi sabililhaq
Muhammad Al Qubra
Acheh - Sumatera
Tidak ada komentar:
Posting Komentar