Senin, 14 Mei 2018

DAJJAL DAN SYMBOLISME (Sheikh Imran Hosein Indonesian subtitle)




DAJJAL DAN SYMBOLISME
 (Sheikh Imran Hosein Indonesian subtitle)
Senin, 14 May 2018





REFLEKSI hsndwsp:

Ketika saya katakan bahwa Arab Saudi munafiq/hypocrite, banyak kaum fanatic buta yang tidak dapat menerima. Sebaiknya kaum tersebut kita persilakan mengamati apa kata Propessor doctor Imran Hosein kepada Kerajaan Arab Saudi dimana kebanyakan kaum Muslimin belum mengetahui siapa Arab Saudi itu. Di video ini dan juga di banyak video-video Imran Hosein lainnya mengatakan bahwa Arab Saudi adalah Dajjal dan saya setuju.

Kita perlu mengangkat persoalan ini secara berulang-ulang agar kaum Muslimin mengenal “penyakit” yang sangat mematikan dalam beragama. Kita katakan mematikan disebabkan apabila kita masuk perangkap Dajjal, dapat dipastikan kita tidak lagi sebagai Muslim disisi Allah swt, walaupun berbuih-buih air liur mempertahankan diri masih Muslim.

Selanjutnya izinkanlah saya mempertanyakan kesilapan Imran Hosein walau hanya sedikt saja dan andaikata saya benar, sedikitpun tidak mengurangi kekaguman kita terhadap beliau sebagaimana kita lihat dalam video ini.

Imran Hosein mengatakan: "mengakibatkan orang lain untuk menggantikan serupa dengan nabi Isa as, dan orang yang tidak bersalah ini dieksekusi dengan penyaliban, tidak". Memang tidak ada istilah ganti peran. Ini menunjukkan bahwa Imran Hosein meyakini bahwa orang yang disalip itu tidak ber salah. Kita meyakini bahwa siapapun yang kena salip pasti merasakan penderitaan yang amat sangat. Justeru itu yang tepat disalip adalah murid Nabi Isa as yang munafiq. Kenapa? Sebab murid yang munafiq itulah yang memberitahukan penguasa zalim kala itu hingga dia mengutus tentaranya untuk menangkap Nabi Isa as. Bayangkan andaikata Allah tidak mengangkat Nabi Isa as ke langit, bukankah Nabi Isa akan menderita yang amat sangat di palang salip?. Justeru itu pantaslah murid yang munafiq itu merasakan akibat perbuatan zalimnya terhadap Nabi Isa as. Jadi yang disalip itu bukan orang yang tidak bersalah sebagaimana asumsi Imran Hosein.

Banyak hal yang menarik dari Imran Hosein yang belum dapat saya sebutkan secara terperinci. Buat sementara waktu kita sentuh hal-hal yang kita kira sangat penting untuk kita garisbawahi. Dian taranya saat partisipan menanyakan bagaimana cara kita dapat membedakan antara lampu ispirasi dari Allah dan dari Syaithan. Kata Imran Hosein bahwa diseluruh dunia para Ulama/ cendekiawan/ pelajar Islam tidak mampu mengenal uang kertas palsu, menipu dan haram. Bagaimana mungkin kaum muslimin memahaminya disebabkan mereka percaya kepada para Ulama/cendekiawan/ pelajar Islam. Sebetulnya yang dimaksudkan Imran bukan Ulama benaran tetapi Bal’am/ulama ga dongan.  Paling banter ulama model itu mendirikan bank Islam dimana menurut Imran Hosein system bank Islam itu palsu/gadongan, menipu. Bank Islam juga meminjamkan uang dengan mengenakan bunga dan menyamarnya sebagai jual beli. Mereka menyebut itu bank Islam.

Lalu Imran Hosein membawa kita ke zaman Nabi Daud, saya akan tetap disini saja bahwa persoalan yang sangat signifikan adalah persoalan System negara, bukan bank Islam yang berada dalam system Taghut hingga amburadur dan absurd.  Maaf saya tidak mengajak pembaca untuk berevolusi. Sebab persoalan revolusi memiliki syarat-syarat tertentu dimana satu saja syaratnya tidak punya akan sirna syarat-syarat lainnya. Syarat-syarat tersebut telahpun kita lihat di http//achehkarbala.blogspot.n,o. Kita musti berbicara system negara Islam kalau kita berbicara  bank Islam. Sebaliknya kalau Negara sudah benar systemnya Islam, barulah lembaga lainnya ikut menjadi Islami, tidak perlu melavelkan dengan nama Bank Islam, otomatis substansinya akan Islami. Tidak butuh nama Bank Islam, partai Islam, organisasi Is lam, pendidikan islam dan sebagainya.

Sebaliknya kalau negara masih menggunakan system Taghut, semua embel-embel Islam pada setiap lembaga akan tinggal hanya namanya saja Islam, sementara substansinya tidak Islami. Kalau kita perlu contoh memang realitanya tidak ada contoh sampai hari ini kecuali Republik Islam Iran. Makanya kita tidak masuk perangkap kaum yang fanatikbuta bahwa Republik Islam Iran sesat. Akibatnya saat kita berbicara yang prinsipil macam ini, tidak mampu melihat fenomenanya. Perlu digarisbawahi bahwa yang paling signifikan kita lakukan adalah berdaya upaya untuk menghidupkan ekonomi kaum mustadhafin. Sebab apabila rakyhat akar rumput sudah menggapai finansialnya, me reka akan memiliki kesempatan untuk belajar Islam murni. Dari situlah nanti akan berobah negara yang taghuti menjadi Islami. Justeru itu juga saat negara dipimpin oleh pribadi yang memihak rakyat akar rumput, revolusi diharamkan Allah dan RasulNya.

Bank di Republik Islam Iran hanya berfungsi untuk penyaluran/pelayanan kepentingan rakyat saja, tidak ada proses cari untung disana. Kalau RII masih menggunakan uang kertas, yakinlah bahwa uang dicetak berdasarkan ukuran emas yang dimiliki negara. Sebaliknya kalau anda pergi ke Dubai, disana juga disediakan uang dirham dan dinar. Pertanyaannya apakah Dubai itu Islami? Sekali lagi semuanya tergantung system negaranya, apakah Islam atau sekuler, apakah system Allah atau system Taghut. Kemudian tidak kurang pentingnya kita untuk benar-benar memahami system Islam murni agar terhindar dari penipuan Dajjal.

Terakhir sekali menarik kita lihat syari’at Islam di Acheh – Sumatra. Apakah anda yakin berlaku syari’at Islam di Acheh? Bagaimana mungkin syari’at Islam diberlakukan dalam system Pancasila yang sekuler? Ingatkah kita saat mulai sekali diberlakukan syariat Islam di Acheh?  Seorang pejabat berzina din Sabang. Lalu ditangkap polisi syariah. Pejabat itu mencoba menipu bahwa dia tidur dirumah kemanakannya dan tidak mungkin berzina. Ketika hal ini tidak dapat dibuktikan lalu berkilah bahwa tidak berlaku humum Syariat Islam kepadanya tetapi KUHP. Lalu diambil over oleh polisi dan akhirnya kabur ke Jakarta dan kasusnyapun akhirnya dipetieskan.

Pertanyaannya bagaimana mungkin hukum Islam diberlakukan dalam negara yang tidak Islami systemnya. Hal tersebut sama dengan dalam kandang harimau kita masukkan kerbau atau dalam kandang serigala kita masukkan kambing, mustahil, bukan? Alhasil yang namanya syariat Islam/ hukum Islam menjadi hukum laba-laba. Lewat nyamuk, rayab, belalang mantab terjaring tetapi begitu lewat kelelawar, elang, musang, serigala, babi, hukumpun dikoyak dan diinjaknya. So hukum hanya berlaku bagi manusia akar rumput, tidak berlaku bagi “orang besar”. So yang terjadi di Acheh - Sumatra hanya sebatas kulit saja. Semoga video Imran Hosein ini dapat di sebarkan keseluruh Dunia.

Untuk lebih jelas persoalannya silakan telusuri di http berikut ini:

http://ismail-asso.blogspot.no/search?q=hukum+laba-laba.....
http://ismail-asso.blogspot.no/search?q=hukum+laba-laba.....


Billahi fi sabililhag
     hsndwsp
        Di
  Ujung Dunia.



2 komentar:

  1. Taubatlah kau wahai syi'ah ..Berhentilah mengikuti hawa nafsumu sebagai petunjuk hidup.. kesesatanmu hanya akan menuntunmu ke murka Allah.. Allahu Yahdik

    BalasHapus
  2. Bagi orang macam Mahmud itu: "Sawaun 'alaihim. A anzartahum amlam tunzirhum laayu'minun"

    BalasHapus