MENYOROT SEPAKTERJANG AMRU BIN ASK
YANG DITIRU OLEH PARA PETINGGI HINDUNESIA YANG ZALIM
KORRUPT DAN HIPOKRIT (DULU)
hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung
Dunia
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Jawaban untuk saudaraku, Ismail Asso dari West Papua.
(Senin, 13 Juli 2009)
Allah berfirman: "Bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya ber giliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah Sesun gguhnya Allah tidak
merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki kebu rukan terhadap sesuatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia"(Q.S. Ar Ra'du:11) Itu bermakna Allah tidak akan
memerdekakan Acheh - Sumatra kecuali bangsa Acheh - Sumatra itu mau merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Allah tidak akan me merdekakan
bangsa West Papua kecuali bangsa West Papua itu mau merobah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. Allah tidak akan memerdekakan Am bon kecuali bangsa
Ambon itu mau merobah keadaan yang ada pada diri me reka sendiri.
Ayat diatas adalah ayat muhkamat (Qat'i), bukan ayat
mutasyabihat yang sukar dipahami kecuali "Ulul albab" (Para Imam).
Ayat tersebut sangat jelas maksudnya. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka mero bah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. Ayat tersebut ada hubungan se bab akibatnya. Artinya kalau Acheh,
Papua dan Ambon tidak merdeka bukan Allah tidak memerdekakannya tapi Acheh,
Papua dan Ambon sendiri tidak mau merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. Disini perlu kita analisa apa yang perlu di robah oleh Acheh, Papua
dan Ambon. Andaikata ketiga komunitas itu itu tidak merdeka berarti mereka
masih dalam keadaan tidak benar menurut kacamata Allah. Kalau kita berbicara
seperti ini, pastinya Platform kita secara mayo ritas belum betul. Aqidah kita
secara mayoritas belum betul, Ideology kita secara mayoritas belum betul. Perlu
digarisbawahi, secara mayoritas.
Barangkali ada yang bertanya, aqidah orang Timor timur
tidak betul secara mayo ritas, kenapa mereka bisa merdeka? Jawabnya, secara
syar'i mereka sudah merdekaa tapi secara filosofis merekaa belum merdeka.
Dengan kata lain, mereka belum merdeka pada hakikatnya. Untuk memperjelas
persoalan ini dapat kita dalami persoalan Indonesia. Secara tersurat mereka
telah merdeka dari penjajah Belanda tapi secara filosofis atau pada hakikatnya
mereka b elum merdeka. Da lam konteks ini kita perlu
memahami makna Merdeka secara filosofis. Secara filo sofis mayoritas penduduk
Indonesia terjajah oleh kaum minoritas dariI "bangsanya" sendiri
(baca persekongkolan Penguasa Dhalim/Fir'aun, Hamman, Karun dan Bal 'am)
Mengapa Allah
membiarkan penguasa dhalim sejak dari Suharto, gusdur, mega wati dan yudhoyono
mendhalimi komunitas Acheh, Papua, Ambon dan rakyat mereka sendiri (baca kaum
dhuafa?) Hal ini disebabkan kita secara mayoritas baik di Acheh, Papua, Ambon
dan lain-lainnya belum mampu merobah keadaan kita sendiri. Dengan kata lain
kita secara mayoritas masih salah dimata Allah, Pemilik Dunia ini. Ketika kita
berbicara ayat Allah tersebut diatas, sesungguhnya kita se dang berbicara makna
"Merdeka" secara filosofis atau pada hakikatnya. Nah mer deka pada
hakikatnya adalah merdeka menurut kacamata Allah bukan menurut kacamata manusia
secara mayoritas pendudum planet Bumi ini.
Menurut kaca mata
Allah Republik Islam Iranlah satu-satunya sekarang yang benar-benar merdeka.
Hal ini sesuai dengan realita dan pengakuan Rasulullah sendiri ketika Allah
menurunkan surah Jum'at ayat 3 (wa akharina minhum lamma yal haqu bihim wahual
'azizul hakim), para sahabat bertanya kepada Rasulullah saww: "Siapakah
mereka itu ya Rasulallah ? Rasulullah meletakkan telapak tangannya diatas
kepala Salman al Faraisi (orang Parsi Iran) sambil bersabda: "Golongan
inilah. Andaikata Iman itu berada di bintang Suraiya, namun mereka sanggup
mengga painya". Hadist ini banyak dikomentari kalangan kita Sunni,
sementara Syiah masih memiliki dalil aqli dan naqli lainnya.
Hadist Rasulullah
tersebut meggambarkan keutamaan bangsa Parsi diatas bangsa manapun di dunia
termasuk bangsa Arab sendiri. Hal ini disebabkan kesangupan bangsa tersebut
menerima Islam secara kaffah sebagaimana di nyatakan Rasul sendiri berkenaan Al
Qur - an Surah Jum'at ayat 3 itu. Hal ini juga dibuktikan realita nya sampai
hari ini tidak ada sebuah negarapun yang beride ologi Islam termasuk Saudi
Arabia dan Mesir, kecuali Republik Islam Iran. Persoalannya maukah bangsa
Acheh, West Papua dan Ambon memerdekakannya dengan syarat yang dikemu kakan
Allah diatas? Bagaimana ?
Menganalisa secara cermat dimanaa sesung guhnya kesalahan kita secara
mayoritas. Apabila kita telah menemukan dimanaa kesalahan kita kenapa Allah
tidak menganugerahkan kita kemerdekaan sebagai mana dialami bangsa Parsi dalam
menghadapi despotiknya Syah Reza Palevi, disaat itulah kita akan menemukan
kemerdekaan sejati. Bagaimana caranya?
Lihatlah contoh orang-orang sebelum kita bagaimana
mereka berjuang. Bagaima na Ibrahim berjuang melawan Namrud, Musa dan Harun
melawan Fir'aun yang per kasa, I'sa bin Maryam melawan Kaisar-kaisar di Rhoma,
Muhammad melawan Abu Sofyan. 'Ali bin Abi Thalib melawan Mu'awiyah bin Abi
Sofyan, Hussein bin Ali mela wan Yazid bin Mu'awiyah, Khomaini melawan Syah Redha
Palevi. Kalau Nabi Ibra him, Nabi Musa dan Nabi Muhammad saww berhasil di dunia
dan Akhirat, namun Nabi 'Isa bin Maryam dan Hussein hanya menang di Akhirat
saja. Di Dunia ini mereka dikalahkan. Perlu digaris bawahi Nabi ‘Isa bin Maryam
akan dimunculkan Allah kembali bersama Imam Mahdi al Muntazhar untuk
memenangkan yang haq secara total atas yang bathil setelah sebelumnya yang haq
senantiasa dikalahkan oleh yang bathil disebabkan sepakterjang kaum munafiqun
yang berbaur dalam kaum muslimin. Saat itu seluruh Dunia akan adanya keadilan
dan keamanan sete lah kaum yang bathil dikalahkan seluruh dunia juga. Saat itu
Nasrani Zimmi bderbalik aqidahnya setelah bertemu Nabi ‘Isa atau al Masih.
Tetapi kaum Harbi, baik dari golongan Islam maupun non Islam, tidak percaya
kepada Imam Mahdi dan Nabi ‘Isa bin Maryam.
'Ali bin Abi Thalib sebetulnya tak terkalahkan, namun
karena politik keji yang dima inkan Amr bin Ash untuk menipu pengikut Imam 'Ali
yang kebanyakan terdiri dari orang-orang yang baru masuk Islam, akhirnya
terkalahkan. Amr bin Ash menggu nakan Lembaran Al Qur-an
untuk menipu orang-orang yang belum berpengala man dalam perjuangan. Hanya sedikit pengikut Imam Ali yang memahami seba
gaimana dipahami Imamnya. Mereka ini juga tuntuk patuh kepada Imam sebagai mana
perintah Allah: "Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah, RasulNya
dan Ulul amri mingkum . Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
ma ka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibat nya. (QS An-Nisaa', 4: 59)
Nah, model Amr bin Ash inilah yang harus diwaspadai
oleh bangsa manapun se karang ini dalam perjuangannya. Dia menjadi simbolisasi
sebagai orang-orang yang menjual ayat-ayat Allah atau menggunakan agama untuk
men capai tuju annya yang bathil dan dhalim. Kalau kita tidak dapat mengenal
tipe manusia se perti Amr bin Ash itu, yakinlah kita akan gagal dalam perju angan.
Sekali lagi telitilah makhluk seperti itu yang bersatupadu dalam sys tem
pejajahan didepan anda hari ini agar kita tidak terkecoh sebagaimana yang
dialami pengikut Imam 'Ali dahulu. Benar sekali apa yang dikatakan saudara
Ismail Asso dari West Papua itu: "Jangan saudara-saudara banyak berharap
lagi pada pemeluk agama, tapi percayalah pada agama, kalau mau, tapi kalau bisa
sesungguhnya peran agama adalah hanya, sekali lagi hanya, hiburan atas
kekalahan."
Amru bin Ask itu mengaku beragama Islam, tapi Islamnya
tidak sama dengan Islam Imam 'Ali bin Abi Thalib. Suharto, Gusdur, Megawati dan
Yudhoyono juga mengaku beragama Islam. Tapi Islamnya tidak sama dengan Islam
Tgk Hasan Mu hammad Ditiro. Semua pejabat Indonesia era Suharto sampai Yu dhoyono
sesungguhnya bukan orang Islam bena ran tapi palsu. Mereka adalah bangsa
Munafiq/Hi pokrit modern. Mereka tidak menggunakan Al Qur-an sebagai pedoman
Hidup. Mereka menggunakan Al Qur-an sebagai bacaan untuk orang mati agar
memperoleh pahala, sebagai Hiasan dinding dengan kaligrafinya, memusabaqahkan
sebagai mana layaknya perlomba an olimpiade. "Betapa banyak pembaca Al
Qur-an sementara Al Qur-an itu sendiri melaknatnya." (Hadist). Kitab Allah
bersifat diam dan membawa ber bagai kemungkinan tafsiran. Didalamnya ada ayat
mutasyabihat dan ada juga ayat muhkamat. Untuk memahaminya mesti merujuk kepada
orang-orang yang rusukh-ikut istilah Al-Quran-atau yang sangat dalam ilmunya,
dan ikut bimbingan Ahlul Bait Nabi seperti yang ada di dalam hadist-hadist Nabi
saww. Perhatikanlah misalnya didalam Al Qur-an dipesankan Allah agar tidak
membunuh biarpun seorang manusia kecuali untuk membela diri. Membu nuh seorang
manusia sama dengan membunuh manusia seluruhnya dan pembunuh itu kekal didalam
Neraka. Namun demi untuk melanggingkan kekuasaan majikannya, mereka membunuh
hatta anak kecil sekalipun seba gaimana kita saksikan di Suriah, Yaman,
Bahrakin, West Papua, Ambon dan Acheh-Sumatra. Demikian juga Allah melarang
mencuri, berzina,merampok menganianya dan lain-lain sebagainya, namun mereka
malah mengguna kan agama made in Bal'am untuk membenarkan pembantaian, pembunu han,
penganianyaan, perampokan, pemerkosaan dan bermacam bentuk kezaliman lainnya.
Amir Sembiring, Albert Dien, Sudomo dan LB Mur dani
mengaku beragama Kristiani namun agama mereka tidak sama dengan agama Kristiani
orang-orang West Papua. (baca: Amir Sembirng telah banyak membantai masya rakat
Pulau Biak dalam tahun 1999, Albert Dien di Wamena 1977, Sudomo yang datang ke
Papua merebutnya tahun 1962, dan LB Murdani yang da tang berperang dengan
Belanda untuk merebut Papua) Kita dapat menga nalisa apa yang dikatakan saudara
Ismail Asso bahwa apapun agamanya kalau orang tsb terlibat dalam pembunuhan
manusia, sesungguhnya aga ma mereka itu adalah palsu alias hypokrit. Itulah
pengertian daripada "Ja ngan berharap lagi pada pemeluk agamanya tapi
percayalah pada aga ma". Disini mungkin timbul pertanyaan apakah
manfa'atnya kita percaya pada agama ?
Berhubung saya penganut Islam, maka saya akan
menjawabnya menurut ilmu yang saya milikinya. Di Islam dikatakan Allah dan
RasulNya bahwa ada dua tempat untuk menikmati kebahagiaan yaitu kebahagiaan
Dunia dan kebahagiaan Akhirat. Ke bahagiaan di Dunia hanya bersifat sementara
(ka lau rata-rata manusia sekarang berumur 80 tahun. Potong masa belum tau
apa-apa dan masa tua bangka tinggal kira-kira 60 tahun) lalu mati masuk kubur
mendapat azab kubur bagi pembunuh, pen zina, penjajah dan sebagainya. Setelah
itu dibang kit dari kubur menuju pemeriksaan atau sidang Yau mil Mahsyar,
barulah setelah itu orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah sa'at di Dunia
mempe roleh kebahagiaan yang kekal selama-lamanya di dalam Syurga dengan
fasilitas yang gemerlap tan pa bandingan dengan nikmat di dunia. Justru itulah
makanya sebahagian manusia mening galkan gemerlapnya dunia ini untuk bersatupadu
dengan orang-orang yang seide demi membebaskan kaum mustadhafin/rakyat yang
tidak berdaya dari ”jeratan labalaba”, beban yang menimpa kuduk-kuduk mereka
(Q.S,7 :157 & Q.S,90:12-18).
Ketika pejuang - pejuang sejati menyaksikan banyaknya
korban yang ber jatuhan, mereka ter hibur (pakai istilah saudara Ismail Asso).
Maksud terhibur disini meyakini bahwa itu bukanlah suatu kerugian, namun
merupakan pe ngorbanan yang redha Allah dari orang-orang yang berjuang di ja lan
Allah yang harganya adalah kebahagiaan di akhirat. Lihatlah di Acheh, kalau me mang
ajalnya sudah tiba tidak berperangpun akan mati juga me lalui mu sibah tsunami.
Hal ini perlu sekali kita camkan mengingat masih banyak orang yang salah paham
sehingga menyalahkan GAM atas kematian ba nyak orang di Acheh - Sumatra. Dalam
uru san tersebut diatas sudah barang pasti memiliki resiko yang paling besar
seperti: Dianianya, dibu nuh, diperkosa bagi yang perempuan, Kehilangan mata
pencaharian untuk keluarga dan boleh jadi kehilangan keluarga itu sendiri
disebabkan tidak seide dengan kita untuk berjuang (keluarga negatif) atau
keluarga dibantai pihak musuh dise babkan mereka seperjuangan dan seideology dengan
kita (keluarga positif, menderita didunia beruntung di Akhirat)
Allah swt juga berfirman: "Hai orang-orang yang
beriman, apakah sebabnya apa bila dikatakan kepada kamu: 'Berangkatlah (untuk
berperang) di jalan Allah' kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu?
Apakah kamu puas dengan kehidu pan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?
Pa dahal kenikmatan kehidupan di dunia ini (diban dingkan dengan kehidupan) di
akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berpe rang, nis caya
Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum
yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudha ratan kepada-Nya
sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS.
At Taubah: 38, 39)
Jadi kesimpulannya
justru dengan kepercayaan pada agama yang sesungguhnyalah kita berani berjuang
betapapun resikonya sebagaimana yang dialami Imam Hussein bin 'Ali bersama
seluruh keluarga dan sahabat setianya di Karbala, mengorbankan kesenangan dunia
demi mendapat redha Allah di akhirat kelak. Mereka mengorbankan nyawa darah dan
airmata.
Note
Perlu digarisbawahi
bahwa kita munusia hamba Allah haus memahami dengan tepat kapan kita berperang.
Pertama adanya pemimpin yang re dha Allah untuk memimpin peperangan. Pemimpin
sangat menentukan keberhasilan kita dalam perjuangan. Kemudia kesadaran rakyat
secara mayoritas wajib tundukpatuh dibawah satu poros kepemimpinan, tidak ada
istilah «Demokrasi» selagi musuh masih exist. Kedua situasi yang tidak boleh
tidak, kecuali terpaksa berperang. Dengan kata lain tidak semudah itu kita mau
berperang hingga pertama berakibat kemu dharatan lebih besar dari kebaikan yang
berakibat tidak mendapat redha Allah swt. Kedua tujuan kita berperang
benar-benar mencari redha Allah. Sebagai contoh dapat kita saksikan, bagaimana Pejuang Hizbullah di
Libanon. Apakah mereka ber perang untuk merebut kekuasaan
di negaranya sendiri? Andaikata mereka berperang untuk menguasai negaranya
sendiri, kemungkinan besar mereka berhasil dalam tempo satu-dua minggu saja.
Pertanyaannya kenapa tidak mereka lakukan? Itulah yang harus kita renungkan,
dalam kondisi negara bagaimana kita dibenarkan Allah untuk berperang, bukan
sekedar hantam kromo, yang berakibat rugi Dunia dan Akhirat. Kita di Indonesia
sekarang berada pada kondisi larangan Allah untuk berperang kecuali dulu,
priode Suharto sampai priode Yudhoyono. Itupun dengan syarat utama, ada nya
pemimpin yang redha Allah.
Semoga bangsa
Acheh, West Papua dan Ambon tidak termakan isue konyol ISIS yang sudah mewabah
seluruh dunia, main hantam kromo tampa me miliki tujuan yang redha Allah.
Setelah mereka mati baru sadar tetapi tidak ada gunanya lagi, bu kan?
Billahi fi
sabililhaq
hsndwsp
Acheh - Sumatera
di
Ujung Dunia
di
Ujung Dunia
----------
Ismail Asso
assolipele@yahoo.com
wrote:
Mohon Maaf, jika saya ingin berkomentar atas masalah
ini, walaupun sebelumnya saya "DI KENAL DI KALI SEBELAH", namun
berkomentar dalam soal ini adalah tugas pembebasan atas nama Papua, tidak untuk
tujuan lain.
PERAN AGAMA BAGI KEBEBASAN DAN KEBENARAN
Jangan saudara-saudara banyak berharap lagi pada
pemeluk agama, tapi percayalah pada agama, kalau mau, tapi kalau bisa
sesungguhnya peran agama adalah hanya, -sekali lagi hanya, hiburan atas
kekalahan. Hiburan itu yang karena ketidakmampuan kita, kita katakan sebagai
ada "tangan-tangan tak kelihatan akan menolong", itulah isi
sesungguhnya pesan agama yang kita alami.
Bagi yang percaya akan adanya kebenaran peran agama
untuk kemerdekaan Papua silahkan, tapi ingat saya katakan jasa langsung dari
Tuhan atau peranan manusia atas nama seagama itu tidak ada sama sekali, sungguh
itu utopia psikologi dan terapi bagi orang kalah.
Bagi kita agama hanya sebagai spirit bagi kemantapan
mental dalam berjuang kalau bukan hanya sekedar hiburan. Alloh sekalipun tidak
perduli akan nasib orang Papua. Semua hanya perasaan pemeluk agama belaka, atas
ketidak berdayaan dan karena kalah.
Semua manusia mengatakan Tuhan akan menolong tapi
kenyataannya sesungguhnya tidak pernah terbukti, namun semua keberhasilan atas
jerih-payah itu oleh manusia sendiri tanpa bekerja secara fisik bersama apa
yang dinamakan Tuhan kecuali hasil akhir kerja manusia sebagai karunia Tuhan
atau berkat Tuhan.
Padahal manusia hanya ada rasa solidaritas, namun
dalam konteks yang dibicarakan kawan-kawan Papua diatas adalah adanya suatu
harapan yang karena rasa solidaritas itu muncul dari bibir yang jujur karena
percaya pada satu Tuhan, Yakni Yesus Kristus, namun kenyataannya telah banyak
terbukti bahwa semua itu adalah jauh dari harapan itu, malah sebaliknya
bertolak belakang dari yang kita harapkan sebelum ini.
Banyak pejabat baik milter maupun non militer seagama
dengan kita, namun kelakuan tidak sesuai harapan sebagimana harapan kita karena
satu iman dan agama, malah karena satu iman ia yang kita percayai berbuat baik
pada kita itu, berbuat baik untuk demi jabatan, demi uang, dan demi
nasionalismenya NKRI, bukan atas nama Yesus Kristus yang membawa pesan
kedamaian untuk umat manusia.
Semua pejabat mengatasnamakan Agama kita berharap
dapat berpihak kepada kita, justeru kebalikannya terbukti Amir Sembirng telah
banyak membantai masyarakat Pulau Biak dalam tahun 1999, Albert Dien di Wamena
1977, Sudomo yang datang ke Papua merebutnya tahun 1862, dan LB Murdani yang
datang berperang dengan Belanda untuk merebut Papua, dan banyak kasus lain lagi
yang melibatkan para pejabat Indonesia beragama dengan agama kita umumnya orang
Papua yakni beragama Kristiani lakukan itu.
Kita sekarang Orang Papua jangan percaya pada mereka
yang membunuh, merampok, mencuri, dan menindas hak-hak atas tanah air kita atas
nama Yesus ata apapun, sebab mereka semua omong kosong belaka. Mereka-mereka
para Amber ini yang seagama dengan Agama kita Orang Papua telah memainkan
kekuasaan atas nama Tuhan demi kepentingan urusan perut dan iblis NKRI, sekali
lagi Tuhan Mereka Bukan Tuhan Yesus Kristus lagi namun Tuhan mereka Tuhan
Nasionalisme NKR, Jabatan / naik pangkat dan Uang.
MANUSIA BERBEDA
DENGAN TUHAN DAN AGAMA
Kesimpulannya kita
kecewa, karena manusia yang seagama dengan kita yang sebelumnya yang kita
harapkan dapat menolong malah sebaliknya membunuh kita. Adalah suatu kesimpulan
cara berfikir kita yang sudah salah sebelumnya, karena sesungguhnya agama
tidaklah sama dengan manusia yang menganut agama, manusia berbeda dengan agama.
Demikian sama halnya dengan Tuhan, sebab Tuhan juga sangat lain, Tuhan
sesungguhnya adalah damai, kebenaran, keadilan kebebasan, karena itu Tuhan kita
adalah Tuhan Papua, titik. Karena itu kebenaran kesimpulan kebenaran logika
demikian adalah bahwa yang akan membebaskan manusia Papua adalah oleh Papua
sendiri, bukan siapa-siapa. Terimakasih atas perhatiannya. Nayak-Lauk, Howuk
Apiasugun.(bersambung!)
----------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar