KINI MEMANG MENARIK PERSOALAN DI INDONESIA.
DULU PERSOALAN
MANUSIA ADALAH
PENYEMBAH BERHALA
KINI MEMANG
KEBANYAKAN
MANUSIA TIDAK LAGI
NYEMBAH BERHALA
TETAPI
SECARA FILOSOFIS
MEREKA TIDAK JAUH BERBEDA
DENGAN PENYEMBAH
BERHALA
INI NAMANYA
PENGANUT TRINITAS
MODERN
MUSLIM YANG
INTOLERAN TIDAK JAUH BERBEDA
DENGAN KAFIR HARBI
hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia
KOMEN KITA INI
BUKAN UNTUK MENDISKREDITKAN PROPESSOR TERSEBUT TETAPI UNTUK MENYEMPURNAKAN
KAJIAN BELIAU. SEMOGA BELIAU MENERIMA CATATAN PENTING SAYA INI
Ketika kita membela
Ahok tidaklah berarti Ahok lebih Islami dari Muslim benaran tetapi Ahok lebih
Islami daripada Islam KTP atau seluruh presiden Indonesia kecuali Jokowi.
Dengan kata lain saya hendak mengatakan bahwa semua presiden Indonesia munafiq
kecuali Jokowi dan BJ Habibi yang perlu digarisbawahi. Kemunculan Ahok, non
Islam yang jujur, pintar, adil dan berani, mengundang rakyat Indonesia pada
umumnya untuk berfikir bahwa bagaimana mungkin non Moslem lebih baik dari pada
Moslem. Yang pasti Moslem lebih baik daripada non Moslem, kenapa yang kita
saksikan kebalikannya? Apanya yang salah?
Disinilah kita diperintahkan Allah agar kaum muslimin benaran berpikir
secara kritris ketika melihat fenomema yang menyelimet seperti ini. Saat kita
berafala ta'qilun dan afala yatazakkarun, barulah kita mampu mengambil
konklusinya bahwa Ahok lebih Islami dari pada Islam KTP bukan dari Islam
benaran. Insya Allah nanti akan saya tunjukkan pemimpin yang Islami, hingga
Ahokpun pasti mengaguminya. Semoga Ahok berkesempatan mempelajari literatur
Islam murni, bukan yang sudah dipalsukan oleh pihak yang anti keluarga Rasulullah
saww. Semoga akhirnya Ahok menjadi Muslim benaran hingga sempurnalah
kepemimpinannya di Indonesia kelak paska 2 priode kepemimpinan Jokowi.
SETIAP MU’MIN
ADALAH MUSLIM TETAPI TIDAK SETIAP MUSLIM ADALAH MU’MIN.
Benar sekali apa
yang dijelaskan Gurubesar Universitas Brawijaya ini, hanya sedikit yang musti
kita perbaiki saat beliau mengatakan bahwa Abu Thalib bukan Muslim. Ini masuk
perangkap orang-orang yang anti keluarga Rasulullah dimana mereka memfitnah Abu
Thalib agar orang ramai belakangan meyakini keturunan Imam Ali pantas dijauhkan
dari kepemimpinan Islam. Dengan fitnah itu pulalah Yazid masih dianggap Muslim
kendatipun membunuh Imam Hussein dan keluarga Rasulullah lainnya.
Hadist made in Abu
Hurairah yang menyatakan kisah meninggalnya Abu Talib tidak sempat mengucapkan
dua kalimah shahadah walaupun Rasulullah menuntunnye adalah palsu. Hadis palsu
ini jugalah yang membuat Ahok keliru mengatakan bahwa Abu Talib sendiri tidak
dapat hidayah, apalagi saya (kata ahok saat menceritakan pengakuan sebahagian
rakyat Belitung dan juga rakyat Jakarta
bahwa sebenarnya Ahoklah yang Islam tetapi belum mendapat hidayah Allah).
Ketika Abu Thalib meninggal, Abu Hurairah jauh dari kota. Anak cucu Imam Ali
dan Fathimah Az Zahara serta keluarga Rasul Allah saw tidak pernah meragukan
keimanan Abu Thalib.
Di dalam Mazhab
Ahli Sunnah dapat dibilang satusatunya hadis yang meriwayatkan ‘kekafiran’ Abu
Thalib adalah Abu Hurairah. Tetapi bagaimana ia dapat menyaksikan peristiwa
mening galnya Abu Thalib sedang ia pada waktu itu berada di kampung Daus,
Yaman, dan baru muncul di Madinah dan masuk Islam sepuluh tahun kemu dian,
bagaimana mungkin dia mengetahui proses kematian Abu Thalib, pelindung
Rasulullah yang nomorwahid? (Insya Allah nanti akan saya paparkan bahwa yang
terbanyak memalsukan Hadist Rasulullah adalah Abu Hurairah, kemudian Abdullah
bin Umar bin Khattab dan sahabat keliru lainnya di priode kekuasaan Muawiyah,
motor product Hadist palsu). Justeru itulah kalau kita berdebat tidak pernah
selesai sebab kebanyakan kitab yang dikarang para ahli di support dengan hadist
palsu.
Keberanian Muawiyah
meracuni Imam Hassan via isterinya, Ja’dah binti Asy’ats bin Qais alKindi,
berpunca dari sebagian sahabat yang ambisius kepemimpinan berani menjauhkan
pengganti yang telah ditunjuki Rasulullah di Ghadirkhum paska Haji Wada’, dari
kedudukannya sebagai pemimpin. Mereka juga berani menghalangi Rasulullah untuk
menulis wasiatnya saat beliau berada di katilnya (tragedi Hari Kemis).
Sepakterjang mereka yang berani melawan Rasulullah dilanjutkan oleh Muawiyah
bin Abi Sofyan dan anaknya, Yazid bin Muawiyah (prototype Samiri), hingga
berjuta Hadis dipalsukan untuk membenarkan mereka dan pengikutnya. Hal ini
jugalah yang membuat muslim di zaman kita ini saling bermusuhan, sementara
Muslim sejati pasti yang mengikuti tuntunan Allah swt dan RasulNya pasti
berwawa san kemanusiaan (dengan non Muslim saja bersahabat konon pula sesama
mos lem).
Kalau kita tidak
mampu memahami surah Al Maidah ayat 51 yang disalah gunakan agar Ahok tidak
jadi Gubernur Jakarta dan juga difitnah Ahok menistakan Agama, carilah hadist
murni Rasulullah, bukan hadist palsu. Kalau anda sukar mendapatkan Hadist murni
disebabkan kemana anda berpaling kerap dihadang oleh hadist palsu disebabkan
berjuta hadist palsu bertebaran dikalangan kita, carilah pengikut Ahlul bayt di
zaman kita ini. Mereka memahami persis hadist murni Rasulullah dan bahkan
memahami makna Qur-an yang tersirat dan juga ayat-ayat mutasyabihat, yang se
ring dipelintirkan pengikut non Ahlulbayt. Mengapa mereka mampu? Sebab mereka
mengikuti arahan pendamping Qur-an. Bagaimana caranya?
Lihatlah secara
bernegara, kenapa Republik Islam Iran
bersahabat dengan negara-negara Amerika Latin yang non Moslem sebaliknya
Arab Saudi bermusuhan dengan Republik Islam Iran namun bersahabat karib dengan
Zionis dan AS. Kenapa Ahmadinejad bersahabat dengan Hogo Charves? Sebaliknya
lihat pula kenapa pe mimpin AS bermusuhan dengan Hugo Charves dan Ahmadinejad
tetapi bersahabat baik dengan Raja-raja Arab?
Semoga propessor
tersebut menerima catatan saya ini dan semoga Allah memuliakan beliau di
Indonesuia
SAYED AQIL ADALAH
KETUA UMUM NU:
Sayid Aqil keliru
saat mengatakan bahwa pemimpin yang dhalim itu mendapat pahala Imannya di
Akhirat nanti. Ah ah ah. Sayed Aqil memang pintar dan banyak ilmunya tetapi di
video ini dia terindikasi keluguannya. Hal ini disebabkan beliau terlalu
percaya pada Ibnun Taimiyah yang keliru besar dalam beragama, sebaliknya Sayed
Aqil terindikasi tidak mengenal Imam yang di utus sebagai Hujjatullah hingga
siapapun yang mengikutinya pastilah tidak sesat selama-lamanya. Penguasa yang
dhalim itu tidak ada yang beriman walaupun berbuih liurnya mengaku sebagai
mu'min. Seharusntya Sayed Aqil dengan membaca suarah al Maidah ayat 44, 45 dan
47 saja sudah tau kalau penguasa dhalim itu tidak ada yang beriman benaran.
Kalau mereka disebut muslim berarti muslim KTP, begitulah pembaca sekalian.
Alhamdulillah saya
ini pengikut Ahlulbayt Rasulullah dimana kami berwawasan kemanusiaan dan
memahami system Islam murni macam yang dibangun Rasulullah saww dan dilanjutkan
oleh Imam Ali, dimana jauh sebelumnya diaplikasikan oleh Nabi Yusuf
'alaihissalam. Said Aqil mengaku bukan Syi'ah tetaåpi pikirannya sangat Islami
dibandingkan kiyai-kiyai gadongan lainnya macam buya Yahya yang keliru
pikirannya 180 derajat.
Dewasa ini kita
tidak tepat mengangkat isue non islam dan islam tetapi agar jelas persoalannya
angkatlah persoalan Habil dan Qabil. Ahok termasuk manusia kutub Habil
sedangkan buya Yahya termasuk manusia kutub Qabil. Maafkan saya terpaksa saya
tegaskan agar buya gadongan tidak berbicara sembarangan di youtube
Hadis Sebagai Sumber Sejarah, hadis Shahih Belum
Tentu
Shahih
Sumber sejarah kita adalah AlQur’an, hadis dan naskah
sejarah lainnya. Mengenai AlQur’an, tidak ada beda
pendapat. AlQur’an hanya satu. Tetapi mengenai hadis kita harus memilih hadis
shahih. Namun haruslah diingat bahwa Hadis yang ‘shahih’ belum tentu shahih
bila dihubungkan dengan sejarah atau ayat AlQur’an. Misalnya hadis Abu
Hurairah mengenai mizwad, kantong mukjizat yang diikatkan di pinggangnya dan
memberi makan pasukanpasukan dan dirinya sendiri selama dua puluh tahun. Atau
hadis Abu Hurairah tentang Adam yang diciptakan seperti bentuk Allah SWT dengan
panjang enam puluh hasta, yang akan dibicarakan di bagian lain pengantar ini.
Atau hadis yang bertentangan satu dengan yang lain, seperti, riwayat Aisyah 5
Lihat Bab 9 ‘Apendiks’, sub bab ‘Sikap Muslim Terhadap Sahabat’.3 bahawa Rasul
Allah wafat sambil bersandar di dada Aisyah dan hadis Ummu Salamah bahwa Rasul
meninggal tatkala sedang bersandar di dada Ali bin Abi Thalib.
Di kemudian hari
muncul hadishadis palsu yang jumlahnya sangat mencengangkan seperti ‘sinyale
men’ Rasul Allah saww: ‘Sejumlah besar hadis palsu akan diceritakan atas namaku
sesudah aku wa fat, dan barangsiapa berbicara bohong terhadapku, ia akan
dimasukkan ke dalam neraka’. H. Fuad
Hashem 7 memberi gambaran menarik “..Khalifah Abu Bakar, menurut sejarawan al
Dzahabi, dilaporkan membakar kumpulan lima ratus hadis, hanya sehari setelah ia
menyerahkannya kepada putrinya Aisyah. ‘Saya menulis menurut tanggapan saya,’
kata Abu Bakar, namun bisa jadi ada hal yang tidak persis dengan yang
diutamakan Nabi. Kalau saja Abu Bakar hidup sampai dua ratus tahun kemudian dan
menyaksikan betapa beraninya orang mengadakan jutaan hadis yang kiranya jauh
dari ‘persis’, mungkin sekali ia menangis, seperti yang dilakukannya banyak
kali.
Penggantinya
khalifah Umar, juga menolak menulis serupa kerana ini tidak ada presedennya.
Dide pan jemaah Muslim, ia berkata, ‘Saya sedang menimbang menuliskan hadis
Nabi,’ katanya. ‘Tetapi saya ragu kerana teringat kaum Ahlu’l Kitab yang
mendului kaum Muslim. Mereka menuliskan kitab selain wahyu; akibatnya, mereka
akhirnya malahan meninggalkan kitab sucinya dan berpegang pada kumpulan hadis
itu saja’.
Semua ini menunda
pencatatan keterangan mengenai kehidupan awal Islam. “Tidak kita temui ulama
memberi lebih banyak kepalsuan dari yang mereka lakukan atas hadis,” kata
Muslim, pengumpul hadis tersohor. Banyak duri khurafat yang kalau dicabut, akan
mengeluarkan banyak darah dan mem bikin sekujur tubuh merasa demam; sudah
terlalu dalam, terlalu lama tertanam. Di zaman Dinasti Abbasiyah, semua
keutamaan ‘Umayyah dibilas... Peranan Abbas, paman Rasul, dibenahi; ia, selagi
kafir, dijadikan “pahlawan” dengan mengawal Muhammad dalam bai’at Aqabah, atau
ia sebenarnya telah lama masuk Islam dan dipaksa oleh kaum Quraisy untuk ikut
berperang melawan Islam dalam Perang Badr. Semua untuk memberikan legitimasi
atas tahta.
Tetapi kedua
dinasti bermusuhan itu sepakat mengenai satu hal: mendiskreditkan para pengikut
Ali dan berkepentingan agar Abu Thalib mati kafir. Ia ayah Ali dan dengan
begitu barangkali anak cucunya kurang berhak atas jabatan pimpinan umat Islam
yang diperebutkan. Penulis zaman itu pun sedikit banyak harus memperhatikan
pesanan dari istana, kalau masih mau menulis lagi. Dan mereka terpaksa menulis
apa yang mereka tulis. Dua ratus tahun sepeninggal Rasul, jumlah hadis telah
mencapai jutaan dan para ulama yang memburu dengan kuda dari Spanyol sampai
India mulai heran kerana persediaan hadis sudah jauh melampaui permintaan.
Di situ sudah
ditampung sabda Yesus, ungkapan Yunani, pepatah Persia dan aneka sisipan dan
buatan yang sukar ditelusuri asalmuasainya. Barulah ulama memikirkan cara
mengontrol: memeriksa rang kaian penutur hadis ini (isnad) dengan berbagai
metode untuk menguji kebenarannya.
Bukhari dan Muslim
serta beberapa lainnya menyortir secara ketat semua itu, lalu menggolong kannya
menurut tingkat dan mutu kebenarannya; tugas yang hampir mustahil dilakukan
manusia. Ba gaimanapun, kerusakan telah terjadi. Sepanjang menyangkut catatan
mengenai biografi Muhammad, mungkin sedikit saja motif jahat untuk mengotori
sisa hidup dan perjuangannya. Juga kita dapat mencek dan menimbang lalu
menyimpulkan ‘motif’ kepentingan politik dari hadis mengena selangkah atau
sepatah kata Nabi, walaupun ini bukan mudah; sebab orang dulu pun pandai
seperti kita untuk membuat motif itu mulus, Juput dari utikan dan dengan
mudahnya menjerat kita. Motif itu hampir tak terbilang jumlahnya; ekonomi,
kehormatan, politik atau sekadar kesadaran bahwa nama mereka masih akan dicatat
dan disebut sampai detikdetik menjelang kiamatnya alam jagad ini, sebab Islam
agama universal. Maka siapa pengikut pertama, siapa yang menjabat tangan
Muhammad lebih dulu dalam ikrar Aqabah, siapa yang tidak hijrah, semua
diperebutkan oleh anak keturunan, murid atau malahan tetangga mereka. Ahmad
Amin mengutip Ibnu Urafah, mengatakan bahwa ‘kebanyakan hadis yang mengutamakan
para sahabat dan mutu sahabat Rasul, dipalsukan selama periode Dinasti
‘Umayyah.’
Demikian H. Fuad
Hashem. Hatihati Terhadap 700 Pembuat Hadis Aspal 6 AlBukhari, jilid 1 hlm.
38, jilid 2, hlm. 102, jilid 4, hlm. 207, jilid 8, hlm. 54; Muslim, jilid 8,
hlm. 229; Abu Dawud, jilid 3, hlm. 319320; atTirmidzi, jilid 4, hlm. 524,
jilid 5, hlm. 3, 3536, 40, 199, 634; Ibnu Majah, jilid 1, hlm. 1315. 7 H.
Fuad Hashem, Sirah Muhammad Rasullulah, Penerbit Mizan, 1989, Bandung, hlm.
2426. Wafat Rasulullah & Suksesi Sepeninggal Beliau di Saqifah 14 Berapa
banyak jumlah hadis palsu ini dapat dibayangkan dengan contoh berikut. Dari
600.000 (enam ratus ribu) hadis yang dikumpulkan alBukhari, ia hanya memilih
2.761 (dua ribu tujuh ratus enam puluh satu) hadis.8 Muslim, dari 300.000 (tiga
ratus ribu) hanya memiiih 4.000 (empat ribu). 9 Abu Dawud, dari 500.000 (lima
ratus ribu) hanya memilih 4.800 (empat ribu delapan ratus) hadis.10 Ahmad bin
Hanbal, dari sekitar 1.000.000 (sejuta) hadis hanya memilih 30.000 (tiga puluh
ribu) hadis.11 Bukhari (194255 H/810869 M), Muslim (204261 H/819875 M),
Tirmidzi (209279 H/824892 M), Nasa’i (214303 H/829915 M), Abu Dawud
(203275 H/818888 M) dan Ibnu Majah (209295 H/824908 M) misalnya telah
menyeleksi untuk kita hadishadis yang menurut mereka adalah benar, shahih.
Hadishadis ini telah terhimpun dalam enam buku shahih, ashshihah assittah,
dengan judul kitab masingmasing menurut nama mereka;
Shahih Bukhari,
Shahih Muslim, Shahih (Sunan) Ibnu Majah, Shahih (Sunan) Abu Dawud, Shahih
(Jami’) Tirmidzi dan Shahih (Sunan) Nasa’i. 12 Tetapi, bila kita baca
penelitian para ahli yang terkenal dengan nama Ahlul Jarh wa’ Ta’dil, maka
masih banyak hadis shahih ini akan gugur, kerana ternyata banyak di antara
pelapor hadis, setelah diteliti lebih dalam adalah pembuat hadis palsu.
AlAmini, misalnya, telah mengumpulkan tujuh ratus nama pembohong yang
diseleksi oleh Ahlu’l Jarh wa Ta’dil Sunni yang selama ini dianggap adil atau
jujur, dan hadis yang mereka sampaikan selama ini dianggap shahih dan tertera
dalam buku shahih enam. Ada di antara mereka yang menyampaikan, seorang diri,
beriburibu hadis palsu. Dan terdapat pula para “pembohong zuhud” 13 , yang
shalat, mengaji dan berdoa semalaman dan mulai pagi hari mengajar dan berbohong
seharian.
Para pembohong
zuhud ini, bila ditanyakan kepada mereka, mengapa mereka membuat hadis palsu
terhadap Rasul Allah saw yang diancam api neraka, mereka mengatakan bahwa
mereka tidak membuat hadis terhadap (‘ala) Rasul Allah saw tetapi untuk (li)
Rasul Allah saw. Maksudnya, mereka ingin membuat agama Islam lebih bagus. 14
Tidak mungkin mengutip semua. Sebagai contoh, kita ambil seorang perawi secara
acak dari 700 orang perawi yang ditulis Amini. 15 “Muqatil bin Sulaiman al
Bakhi, meninggal tahun 150 H/767 M. Ia adalah pembohong, dajjal dan pemalsu
hadis. Nasa’i memasukkannya sebagai seorang pembohong; terkenal sebagai pemalsu
hadis terhadap Rasul Allah sa Ia berkata terangterangan kepada khalifah Abu
Ja’far alManshur: “Bila Anda suka akan saya buat hadis dari Rasul untukmu”.
Ia lalu melakukannya. Dan ia berkata kepada khalifah alMahdi dari Banu Abbas:
“Bila Anda suka akan aku buatkan hadis untuk (keagungan) Abbas’. Al Mahdi
menjawab: “Aku tidak menghendakinya!”. Abu Bakar al Khatib, Tarikh Baghdad,
jilid 13, hlm. 168; ‘Ala’udin Muttaqi alHindi, Kanzu’l’Ummal, jilid 5, hlm.
16 Syamsuddin adzDzahabi, Mizan alI’tidal, jilid 3, hlm. 196; alHafizh lbnu
Hajar al’Asqalani, Tahdzib atTahdzib, jilid 10, hlm. 284; Jalaluddin asSuyuthi, alLaAli ul Mashmu’ah, jilid 1,
hlm. 168 jilid 2, hlm. 60, 122.” Para pembohong ini bukanlah orang bodoh.
Mereka mengetahui sifatsifat dan cara berbicara para sahabat seperti Umar, Abu
Bakar, Aisyah dan lainlain.
Mereka juga memakai nama para tabi’in seperti Ibnu
Umar, ‘Urwah bin Zuba sebagai pelapor pertama, dan rantai sanad dipilih dari
orang orang yang dianggap dapat dipercaya. Hadishadis ini
disusun dengan rapih, kadangkadang dengan rincian yang sangat menjebak. Tetapi
kesalahan terjadi tentu saja kerana namanya tercantum di dalam rangkaian
perawi. Dengan demikian para ahli tentang cacat tidaknya suatu hadis yang dapat
menyusuri riwayat pribadi yang buruk itu, menolak Hadishadis tersebut.16 8
Tarikh Baghdad, jilid 2, hlm. 8; AlIrsyad asSari, jilid 1, hlm. 28; Shifatu’s Shafwah, jilid 4, hlm. 143. 9 Tarikh
Baghdad, jilid 13, hlm. 101; alMuntazam, jilid 5, hlm. 3 2; Thabaqat al Huffazh, jilid 2, hlm. 151, 157; Wafayat alAyan, jilid 5, hlm. 194 10 Tarikh Baghdad
jilid 9, hlm. 57; Thabaqat a1Huffazh, jilid 2, hlm. 154; alMuntazani, jilid 5, hlm. 97; Wafayat alA’yan jilid 2, hlm. 404. 11 Tarikh
Baghdad, jilid 4, hlm. 419420; Thabaqat a1Huffazh, jilid 2, hlm. 17; Tahdzib atTahdzib, jilid 1, hlm. 74; Wafayat alA’yan, jilid 1, hlm. 64. 12 Menurut metode
pengelompokan, haditshadits dibagi dalam Musnad, Shahih, Jami’, Sunan, Mujam
dan Zawa’id. 13 Zuhud = orang yang menjauhi kesenangan duniawi dan memilih
kehidupan akhirat. 14 AIAmini, alGhadir, Beirut, 1976, jilid 5, hlm. 209375.
15 AIAmini, alGhadir, jilid 5, hlm. 266. 16 Contohcontoh Ahlu’l Jarh wa
Ta’dil: Ibnu Abi Hatim arRazi, Ahlu’l Jarh wa Ta’dil (Ahli Cacat dan
Pelurusan); Syamsuddin AzDzahabi, Mizan alI’tidal (Timbanga Kejujuran); Ibnu Hajar al’Asqalani, Tahdzib atTahdzib
(Pembetulan bagi Pembetulan) dan Lisan alMizan (Katakata Timbangan); ‘Imaduddin ibnu Katsir alBidayah wa’nNihayah (Awal
dan Akhir), Jalaluddin AsSuyuthi, alLa’ali’ul Mashnu’ah (Mutiaramutiara
Demikian pula, misalnya hadishadis yang menggunakan
katakata ‘mencerca sahabat’ tidak mungkin diucapkan Rasul, kerana katakata
tersebut mulai diucapkan di zaman Mu’awiyah, lama sesudah Rasul wafat. Seperti
katakata Rasul “Barang siapa mencerca sahabatsahabatku maka ia telah
mencercaku dan barang siapa mencercaku maka ia telah mencerca Allah dan mereka
akan dilemparkan ke api neraka” yang banyak jumlahnya.17 Juga, hadishadis
berupa perintah Rasul agar secara langsung atau tidak langsung meneladani atau
mengikuti seluruh sahabat, seperti ‘Para sahabatku laksana bintangbintang,
siapa saja yang kamu ikuti, pasti akan mendopat petunjuk’ atau ‘Para sahabatku
adalah penyelamat umatku’ tidaklah historis sifatnya.
Disamping perintah ini menjadi janggal, kerana
pendengarnya sendiri adalah sahabat, sehingga menggambarkan perintah agar para
sahabat meneladani diri mereka sendiri, sejarah menunjukkan bahwa selama
pemerintahan Banu Umayyah, cerca dan pelaknatan terhadap Ali bin Abi Thalib
serta keluarga dan pengikutnya, selama itu, tidak ada sahabat atau tabi’in yang
menyampaikan hadis ini untuk menghentikan perbuatan tercela yang dilakukan di
atas mimbar masjid di seluruh negeri tersebut. Lagi pula di samping fakta
sejarah, alQur’an dan hadis telah menolak keadilan seluruh sahabat. 18 Atau
hadishadis bahwa para khalifah diciptakan atau berasal dan nur (sinar) yang
banyak jumlahnya, sebab menurut AlQur’an manusia berasal dari Adam dan Adam
diciptakan dari tanah dan tidak mungkin orang yang tidak menduduki jabatan
dibuat dari tanah sedang yang ‘berhasil’ menjadi khalifah dibikin dari nur.
Para ahli telah mengumpul para pembohong dan pemalsu dan jumlah hadis yang
disampaikan. Abu Sa’id Aban bin Ja’far, misalnya, membuat hadis palsu sebanyak
300. Abu Ali Ahmad alJubari 10.000 Ahmad bin Muhammad alQays 3.000 Ahmad bin
Muhammad Maruzi 10.000 Shalih bin Muhammad alQairathi 10.000 dan banyak sekali
yang lain. Jadi, bila Anda membaca sejarah, dan nama pembohong yang telah
ditemukan para ahli hadis tercantum di dalam rangkaian isnad, Anda harus
hatihati. Ada pula pembohong yang menulis sejarah dan tulisannya dikutip oleh
para penulis lain. Sebagai contoh Saif bin Umar yang akan dibicarakan di bagian
lain secara sepintas lalu.
Para ahli telah
menganggapnya sebagai pembohong. Dia menulis tentang seorang tokoh yang bernama
Abdullah bin Saba’ yang fiktif sebagai pencipta ajaran Syi’ah. Dan ia juga
memasukkan 150 19 sahabat yang tidak pernah ada yang semuanya memakai nama
keluarganya. Dia menulis di zaman khalifah Harun alRasyid. Bukunya telah
menimbulkan demikian banyak bencana yang menimpa kaum Syi’ah. Bila membaca,
misalnya, kitab sejarah Thabari dan nama Saif bin Umar berada dalam rangkaian
isnad, maka berita tersebut harus diperiksa dengan teliti. Hatihati Terhadap 150
Sahabat Fiktif Suatu rangkaian isnad yang lengkap, dengan penyalurpenyalur
yang indentitas orangnya tidak dapat dibuktikan sebagai cacat, belum lagi
menjamin kebenaran suatu berita. Hal ini disebabkan adanya sahabatsahabat
fiktif sehingga memerlukan penelitian yang lebih cermat terhadap para sahabat.
Murtadha al’Askari, misalnya, telah berhasil menemukan 150 nama sahabat Nabi
yang fiktif, yang tidak pernah ada dalam kehidupan nyata, yang telah dimasukkan
oleh penulis sejarah yang bernama Saif bin Umar, pencipta pelakon fiktif
Abdullah bin Saba’, sebagai saksisaksi pelapor.
Penulis sejarah ini
telah memasukkan berbagai kota dan sungai yang kenyataannya tidak pernah ada.
20 Di bagian lain banyak ulama berpendapat bahwa hadis yang disampaikan seorang
pembohong harus ditolak tetapi laporan sejarah yang ditulisnya harus diterima.
Hal ini, misalnya terjadi pada buatan), Ibnu Khalikan, Wafayat alA’yan wa Anba
Abna azZaman (Meninggalnya Para Tokoh dan Berita Anakanak Zaman). Dan masih
banyak lagi. 17 Lihat AIMuhibb Thabari, Riyadh anNadhirah, jilid 1, hlm. 30. 18 Lihat Bab 19: ‘Tiga dan Tiga’ sub bab Sahabat
Rasul. 19 Seratus lima puluh. 20 Murtadha al’Askari, Khamsun wa Mi’ah Shahabi
Mukhtalaq, Beirut, 1968. Wafat Rasulullah & Suksesi Sepeninggal Beliau di
Saqifah 16 hadis dari Saif bin Umar yang menulis buku arRidda dan alFutuh
yang telah ditolak oleh banyak ulama kerana dianggap pembohong tetapi ceritanya
sendiri tentang tokoh fiktif Abdullah bin Saba’ suatu pribadi yang tidak
dikenal oleh semua penulis lain selama ini diterima sebagai fakta sejarah. Tetapi
menurut hemat saya, kedua laporannya, hadis maupun bukan hadis harus dipandang
dengan kritis. Kalau tentang Rasul Allah saw saja ia mau berbohong apa lagi
tentang orang lain.
Bukhari Tidak Suka Imam
AzZaki AlAskari? Kesulitan lain adalah kita kekurangan berita langsung dari
sumber Ali bin Abi Thalib dan anak cucunya bila berhadapan dengan peristiwa di
mana mereka juga terlibat, seperti bagaimana suasana dan perasaan anakanak
Fathimah tatkala rumah Fathimah diserbu oleh pasukan Abu Bakar, 21 atau apa
kegiatan Ali selama hampir 25 tahun 22 kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman.
Bagaimana hukum fiqih berkembang dalam keluarga mereka? Bukankah Ali adalah
pintu ilmu menurut hadis Rasul? Sebabnya adalah kurangnya perhatian sejarahwan
Sunni terhadap sumber riwayat dari Ali, Fathimah, Hasan, Husain dan anak
cucunya. Bukhari misalnya tidak mau mewawancarai Imam azZaki al’Askari (yang
sezaman dengannya, 232260 H/840870 M), cucu Rasul Allah saw dan sedikit pun
juga tidak berhujah dengan Imam Ja’far Shidiq, Imam alKazhim, Imam arRidha,
Imam alJawad dan tidak dari alHasan bin al Hasan, Zaid bin Ali bin
alHusain, Yahya bin Zaid, anNafsu azZakiyah, ‘Ibrahim bin Abdullah, Muhammad
bin Qasim bin Ali (sezaman dengan Bukhari) dan tidak dari keturunan ahlu’lbait
mana pun. Tetapi Bukhari misalnya meriwayatkan dari seribu dua ratus kaum
Khawarij yang memusuhi ahlu’lbait, dan tokohtokoh yang terkenal jahil
terhadap keluarga Rasul Allah saw.23
Membuat Hadis
Palsu, Mu’awiyah Mengorganisir Hadis Palsu Di masa pernerintahan Banu ‘Umayyah
selama 92 tahun, 163 telah dibuat banyak sekali hadis palsu yang direncanakan
untuk mengucilkan Ali dan membesarkan ketiga khalifah Rasyidun yang lain, atas
perintah Mu’awiyah, raja pertama dalam sejarah Islam. Para gubernur diwajibkan
untuk mengkhotbahkan hadishadis tersebut di seluruh masjidmasjid dari ‘ufuk
Timur ke ufuk Barat’. Dengan demikian biarpun hadis ini jelas shahih, karena
rangkaian isnadnya lengkap dan nama nama penyalur dapat dipercaya, ‘penyakit’
masih ada, yaitu yang bersumber dari kalangan sahabat sendiri atau tabi’in
sendiri.Khotbahkhotbah itu, begitu besar pengaruhnya sehingga pernah terjadi
seorang bapak mengadu kepada penguasa karena istrinya telah menghinanya dengan
menamakannya Ali. 164,160 Bacalah AbulFaraj alIshfahani, alAghani, jilid 16,
hlm. 211; Ibnu Qutaibah, ‘Uyun alAkhbar, jilid 1, hlm. 147; Thabari, Tarikh,
jilid 6, hlm. 141156; Ibnu Atsir, alKamil, jilid 3, hlm. 202208; alHakim, Mustadrak,
jilid 12, hlm. 468; Ibnu ‘Asakir, Tarikh, jilid 4, hlm. 84, jilid 6, hlm. 459;
Ibnu Katsir, Tarikh, jilid 8, hlm. 4955. 161 Mas’udi, Muruj adzDzahab, jilid
2, hlm. 69; Baihaqi, Kitab alMahasin wa alMusawi, jilid 1, hlm. 39. 162 Ibn
AbilHadid, Syarh NahjulBalaghah, jilid 4, hlm. 5859. 163 Kecuali di zaman
pemerintahan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz yang 2 setengah tahun.
Hadishadis ini
dapat disebut ‘Hadis Penguasa’ karena diorganisir oleh pelaksana pemerintahan
demi mempertahankan kedudukannya dan bersumber dari para sahabat dan tabi’in.
Untuk memahami timbulnya hadishadis palsu jenis ini, perlu kita memahami
sifatsifat jahiliah yang masih tersisa di zaman sahabat. Sifatsifat jahiliah
ini tidak hanya mengakibatkan pembunuhan, pemerkosaan, pelecehan terhadap
jenazah dengan mengarak kepalakepala jenazah dijalanjalan, perampokan, perbu
dakan terhadap wanitawanita, pendongkelan mata yang dilakukan terhadap Syi’ah
Ali serta pelangga ran hakhak azasi yang begitu dilindungi oleh Islam, tetapi
juga pembuatan hadis palsu yang teren cana. Abu Ja’far AlIskafi menceritakan:
Mu’awiyah memerintahkan para sahabat dan tabi’in untuk membuat riwayat yang
memburukburukkan Ali bin Abi Thalib, menyerangnya dan memakzulkan nya, di
antaranya Abu Hurairah, ‘Amr bin ‘Ash, Mughirah bin Syu’bah dan di antara
tabi’in, Urwah bin Zubair.’ 165
‘Urwah bin Zubair
Buat Hadis Palsu: Ali Masuk Neraka Marilah kita lihat beberapa contoh: AzZuhri
meriwayatkan dari ‘Urwah bin Zubair yang menyampaikan kepadanya: Aisyah
menyampaikan kepadaku dengan katakata: ‘Aku bersama Rasul Allah tatkala muncul
Abbas dan Ali bin Abi Thalib, dan Rasul bersabda: ‘Ya Aisyah, sesungguhnya
kedua orang itu akan mati di luar millatku atau di luar agamaku’. Diriwayatkan
juga oleh ‘Abdurrazaq dari Ma’mar yang berkata: ‘Zuhri mempunyai dua hadis yang
berasal dari ‘Urwah dari Aisyah tentang Ali; dan pada suatu hari aku bertanya
kepadanya tentang mereka berdua dan ia berkata: ‘Apa yang engkau akan lakukan
dengan mereka berdua dan kedua hadis tentang mereka berdua! Allah mengetahui
keduanya. Aku sendiri mendahulukan. mereka
berdua di antara
Banu Hasyim’. Selanjutnya ia berkata: ‘Tentang hadis pertama, telah kami
beritahu kan. Dan hadis kedua berasal dari ‘Urwah yang menyatakan bahwa hadis
itu didengarnya dari Aisyah. Aisyah berkata: ‘Aku. bersama Nabi saw tatkala
muncul Abbas dan Ali kemudian Rasul bersabda:
‘Ya Aisyah, bila
menyenangkan hatimu, untuk melihat kepada dua orang lelaki ahli neraka, maka
lihatlah kepada kedua orang yang akan muncul’ dan aku melihat, tibatiba muncul
Abbas dan Ali bin Abi Thalib’. ‘Amr bin ‘Ash Buat Hadis: Ali Dengan Fathimah
merupakanPerkawinan Politik Sedang ‘Amr bin ‘Ash yang diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim dalam shahih mereka yang berasal dari ‘Amr bin ‘Ash yang berkata: ‘Aku
mendengar Rasul Allah saw bersabda: ‘Sesungguhnya keluarga Abi Thalib, bukan
waliwaliku. Sesungguhnya waliku adalah Allah dan orangorang mu’minin yang
shalih.’
Abu Hurairah Buat
Hadis: Agama Diamanatkan Pada Mu’awiyah, Ali Buat Bid’ah Contoh lain adalah Abu
Hurairah. Sesudah Utsman meninggal, Abu Hurairah membaiat Mu’awiyah. Kepri
badiannya yang piknikus itu dapat dilukiskan dengan katakatanya sendiri:
‘Sesungguhnya semarak makan di meja Mu’awiyah, dan sungguh sempurna shalat di
belakang Ali bin Abi Thalib’. Dan ia pun memilih makan di meja Mu’awiyah. Ia
membaiat Mu’awiyah sebagai khalifahnya. Lalu hadishadis pun mulai bermunculan.
Yang pertama berbunyi: ‘Aku mendengar Rasul Allah bersabda, ‘Se sungguhnya
Allah mengamanatkan wahyuNya kepada tiga oknum, yaitu saya, Jibril serta
Mu’awi yah.’ 166 Karena senangnya akan makanan kesukaan Mu’awiyah maka orang
menamakannya Syaikh alMudhirah. Seluruh hadisnya disampaikan di zaman
Mu’awiyah. 164 Dengan demikian dapatlah dibayangkan bahwa hukum fiqih yang berkembang
di lembagalembaga pemerintahan dan masyarakat didominir oleh keputusan
keputusan hukum
‘Umar, Abu Bakar dan ‘Utsman. Dan sama sekali tidak memberi tempat kepada
pikiranpikiran ‘Ali. Buah pikiran ‘Ali hanya berkembang dan diikuti oleh
keluarga dan pengikutpengikutnya. Sebagai ilustrasi dapat diikuti dialog
antara gubernur Hajjaj bin Yusuf dan kadinya. Hajjaj bertanya kepada Sya’bi
tentang warisan seorang (yang tidak punya anak) kepada ibu, saudara perempuan
dan kakeknya. Hajjaj: ‘Bagaimana pendapat Amiru’lmu’minin ‘Utsman? Sya’bi:
‘Tiap orang 1/3 bagian!’. Hajjaj: ‘Bagaimana pendapat ‘Ali? Sya’bi: ‘Saudara
perempuan 3/6, 2/6 untuk ibu dan 1/6 bagian untuk kakek!’ Hajjaj
memegangmegang hidungnya, ‘Yang pasti, kita tidak boleh mengikuti putusan ‘Ali’.
Ia lalu menyuruh hakim memutuskan sesuai dengan pendapat ‘Utsman. Untuk
mengetahui perbedaanperbedaan ini, bacalah alImam ‘Abdul Husain Syarafuddin
alMusawi, Nash wa’1Ijtihad. 165 Ibn Abil Hadid, Syarh Nahju’lBalaghah,
jilid 4, hlm. 63. 166 Hadis Abu Hurairah ini sangat kuat; diriwayatkan oleh
lbnu Katsir melalui dua jalur, Ibnu ‘Adi melalui dua jalur; Muhammad bin ‘Aid
melalui lima jalur, Muhammad bin ‘Abdu asSamarqandi melalui enam jalur,
Muhammad bin Mubarrak ashShuri metalui tujuh jalur, Khatib Baghdadi melalui
sembilan jalur, semuanya berasal dari Abu Hurairah. Lihat pula Abu Hurairah, oleh Syarafuddin alMosawi,
Beirut, 1977, hlm. 38.
Mudhirah berasal dari makanan yang disukai Mu’awiyah
yang terbuat dari daging dimasak dengan susu. Syaikh Muhammad ‘Abduh telah
membuat sindiran tatkala ia menulis tentang Mudhirah: ‘Dan Mu’awiyah mengangkat
dirinya menjadi khalifah setelah pembaiatan Ali bin Abi Thalib dan tiada yang
mengakuinya selama Ali masih hidup kecuali pemburu kelezatan dan syahwat. Menikmati
makanan Mu’awiyah akan menyeretnya mengakui Mu’awiyah sebagai khalifah, sedang
Ali masih hidup dan telah dibaiat menurut syariat. 167 Abu Hurairah sekali
menyaksikan Aisyah binti Thalhah yang terkenal cantlk luar biasa (aljamal
alfa’iq), maka ia berkata: “Mahasuci Allah! Alangkah cantiknya. Demi Allah aku
tidak (pernah) menyaksikan wajah secantik wajahmu, kecuali wajah Mu’awiyah
(tatkala berada) di atas mimbar Rasul Allah!. 168 Tatkala Mu’awiyah mendengar
berita meninggalnya Ali bin Abi Thalib, ia demikian gembira, sehingga ia shalat
dhuha enam raka’at. Kemudian Banu ‘Umayyah memerintahkan mengeluarkan hadis
tentang kemuliaan shalat dhuha enam raka’at meskipun shalat demikian tidak
pernah dilakukan oleh Nabi, tidak oleh Abu Bakar, tidak oleh Umar dan tidak
juga oleh Ibnu Umar. Abu Hurairah lalu membuat hadis yang berbunyi: ‘Sahabatku
mewasiatkan kepadaku agar tidak kutinggalkan tiga hal sampai aku mati. Puasa
tiga hari tiap bulan, dan shalat dhuha dan tidur sesudah shalat witir.’ 169 Dan
A’masy meriwayatkan: ‘Tatkala Abu Hurairah sampai ke Iraq bersama Mu’awiyah
pada ‘Tahun Persatuan’ (am jamaah, tahun 41 H/661 M), ia telah pergi ke Masjid
alKufah. Dan tatkala ia melihat banyak orang menyambutnya ia lalu duduk
bersila, menepuk berkalikali kepalanya yang botak, kemudian berkata: ‘Hai
penduduk Irak! Apakah kamu menganggap aku (berbohong) terhadap Rasul Allah?
Biarlah aku dibakar di neraka (bila demikian)!
Demi Allah aku telah mendengar Rasul Allah bersabda:
‘Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai tempat suci. Dan sesungguhnya tempatku yang
Suci (Haram) adalah Madinah yaitu antara bukit ‘Air dan Tsaur. Dan barang siapa
melakukan bid’ah di dalamnya maka terlaknatlah dia oleh Allah dan para malaikat
serta seluruh manusia. Dan aku bersaksi bahwa Ali telah melakukan
bid’ah di dalamnya!’ Dan tatkala sampai berita ini kepada Mu’awiyah, ia lalu
membenarkan Abu Hurairah, menyambutnya dengan hormat dan mengangkatnya menjadi
gubernur Madinah’. 170 Begitu gembira ia menjadi gubernur Madinah sehingga
diriwayatkan dalam khotbah pertamanya sebagai gubernur ia telah berkata:
‘Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan agama ini tegak teguh dan
menjadikan Abu Hurairah sebagai imam’. 171 Sufyan atsTsauri meriwayatkan dari
Abdurrahman bin alQasim dari Umar bin ‘AbdulGhafffar, bahwa suatu ketika Abu
Hurairah datangke Kufah bersama rombongan Mu’awiyah. Ia duduk dikerumuni oleh
jemaah. Lalu datang seorang pemuda Kufah yang langsung duduk di dekatnya dan
berkata: ‘Ya Abu Hurairah, apakah Anda mendengar Rasul Allah saw bersabda
mengenai Ali bin Abi Thalib: ‘Allahumma, cintailah siapa yang mencintainya, dan
musuhilah siapa yang memusuhinya? Maka Abu Hurairah menjawab: ‘Allahumma,
benar!’. Dan pemuda itu melanjutkan: ‘Maka aku bersaksi dengan nama Allah, Anda
telah mencintai musuhNya dan telah memusuhi waliNya’. Kemudian ia bangkit dan
pergi. Samurah bin Jundab Jual Hadis Pada Muawiyah Contoh lain adalah hadis
oleh Samurah bin Jundab.
Diriwayatkan di
bagian lain bahwa Mu’awiyah mengadakan tawar menawar dengan Samurah bin Jundab.
Mu’awiyah menawar 100.000 dirham bahwa ayat berikut diturunkan berkenaan dengan
Ali bin Abi Thalib, yaitu ayat: ‘Dan di antara manusia ada orang yang menakjubkan
kau. Karena perkataannya tentang kehidupan di dunia ini. Dan yang bersaksi
kepada Allah atas kandungan hatinya. Padahal ialah pembangkang yang paling
keras. Dan bila ia berbalik, ia berusaha menebarkan kerusakan dimuka bumi. Dan
membinasakan tanamtanaman dan ternak. Sedang Allah tiada suka kerusakan’.172
Dan ayat kedua berkenaan Ibnu Muljan’ 173 : ‘Dan diantara manusia ada orang
yang mengorbankan jiwanya untuk mencari keridaan Allah. Allah Maha Penyantun
terhadap hambahambaNya.174 167 Mahmud Abu Rayyah, Syaikh alMudhirah, Abu
Hurairah, Darul Ma’arif, Mesir, hlm. 57. 168 Ibnu ‘Abd Rabbih, IqdalFarid,
jilid 6, hlm. 101. 169 Bukhari, Muslim; lihat juga Mahmud Abu Rayyah, Syaikh
alMudhirah, hlm. 236 170 Ibn AbilHadid, SyarhNahju’lBalaghah, jilid 4, hlm.
67 171 Ibn AbilHadid, Syarh Nahju’lBalaghah, jilid 4, hlm. 69. 172 AlQur’an,
alBaqarah (II), 204205. 173 Pembunuh Imam Ali. 174 AlQur’an, alBaqarah
(11), 207. Wafat Rasulullah & Suksesi Sepeninggal Beliau di Saqifah 50 Dan
Samurah bin Jundab tidak menerima. Mu’awiyah menaikkan 200.000 dirham. Ia belum
mau. Dan Mu’awiyah menaikkan 300.000 dirham dan ia masih menolak. Mu’awiyah
naikkan 400.000 dirham baru diterima Samurah. 175 Samurah bin Jundab pernah
sebentar jadi gubernur di Bashrah dan ia membunuh Syi’ah Ali sebanyak 8.000
orang atas petunjuk Mu’awiyah. Thabari menceritakan dari jalur Muhammad bin
Salim yang berkata: ‘Aku bertanya kepada Anas bin Sirin: ‘Apakah Samurah pernah
membunuh seseorang?’. Anas menjawab: ‘Apakah kau tahu berapajumlah orang yang
dibunuh Samurah bin Jundab?’ Ia mengganti Ziyad di Bashrah, kemudian Kufah dan
ia telah membunuh 8.000 orang’.
Suatu ketika Ziyad
bertanya kepadanya: ‘Tidakkah engkau takut telah membunuh orang secara
sewenangwenang?’ Samurah menjawab: ‘Tidak, andaikata yang kubunuh seperti
mereka, aku tidak takut!’ Abu Siwar al’Adwi berkata: ‘Samurah telah membunuh
dari kaumku dalam satu pagi hari 47 pemuka agama’. Contoh lain lagi adalah
Abdullah bin Umar. Ibnu Umar: Ali Tidak Masuk Khalifah Rasyidun Abdullah bin
Umar, yang sering disebut Ibnu Umar, anak khalifah Umar bin Khaththab, tidak
mau membaiat Ali, tapi ia membaiat Mu’awiyah setelah ‘Tahun Persatuan’, Yazid
dan ‘Abdul Malik. Ia juga shalat di belakang Hajjaj bin Yusuf, gubernur ‘Abdul
Malik. Diceritakan tatkala ia mengulurkan tangan untuk membaiat Hajaj, Hajjaj
bin Yusuf memberikan kakinya. Ibnu Umar adalah pembuat hadis terbanyak sesudah
Abu Hurairah. Ummu’l mu’minin Aisyah nomor empat. 176 Ibnu Umar juga dituduh
menghidupkan ijtihad ayahnya. Beberapa hadisnya mengenai kuutamaan (fadha’il)
akan dikemukakan disini: Ibnu Umar berkata: ‘Kami tidak memilihmilih antara
sesame kami dizaman Rasul saw dan kami memilih Abu Bakar, kemudian Unar bin
Khaththab kemudian Utsman bin ‘Affan ra’.177 Dan di bagian lain 178 : ‘Kami di
zaman Nabi saw tidak mendahulukan Abu Bakar dengan siapapun, kemudian Umar
kemudian Utsman, kemudian kami meninggalkan sahabat Nabi yang lain, kami tidak
saling mengutamakan di antara mereka’ dan lainlain.
Diriwayatkan oleh
Abu Dawud dan Thabrani dari Ibnu Umar: ‘Kami berbicara pada saat Rasul Allah
saw masih hidup: ‘Yang paling utama di antara manusia adalah Nabi saw, setelah
beliau Abu Bakar, kemudian Umar dan kemudian Utsman. Rasul Allah mendengarnya
dan beliau tidak mengingkarinya. 179 Sunni menolak hadis ini, karena Sunni juga
mengakui Ali sebagai khalifah lurus yang keempat. Orang hanya mengatakan bahwa
Ibnu Umar tidak menyebut Ali karena ia tidak membaiat Ali. Ibnu Umar baru
berumur 15 tahun waktu pecah perang Khandaq. Oleh karena itu Ali bin alJa’d
misalnya mengatakan: Lihat anak itu, mengurus istri saja tidak bisa, lalu dia
berani mengatakan ‘Kami mengutamakan..!180 Maka bila ada hadis yang
berpasangan, misalnya, yang satu untuk Ali dan yang satu lagi untuk ‘Abu Bakar
atau Umar atau Utsman maka telitilah. Lihatlah konteks keluarnya hadis itu.
Misalnya ada hadis ‘Rasul menutup semua pintu kecuali pintu (bab) untuk Ali.
Tapi ada pula hadis serupa ‘Rasul menutup semua pintu kecuali pintu (Khaukhah)
untuk Abu Bakar. Atau hadis yang diucapkan Rasul pada saat akan wafat: ‘Bawalah
kemari tinta dan kertas agar kutuliskan bagimu surat agar kamu tidak akan
pernah tersesat sepeninggalku’ 181 . Hadis di atas ada pasangannya yang dimuat
dalam shahih Bukhari, Muslim dan shahihshahih lain yang diriwayatkan Aisyah
bahwa Rasul saw pada saat sakit berkata kepadanya: ‘Panggil ayahmu, aku akan
menulis untuk Abu Bakar sebuah surat, karena aku takut seseorang akan
mempertanyakan atau menginginkan (kekhalifahan), karena Allah dan kaum mu’minin
menolakinya, kecuali Abu Bakar’. 182 175
Ibn AbilHadid,
Syarh Nahju’lBalaghah, jilid 4, hlm. 73. 176 Abu Hurairah menyampaikan 5374
hadis, Ibnu ‘Umar 2630, Anas bin Malik 2286 dan ‘A’isyah 2210. 177 Shahih
Bukhari dalam Kitab alManaqib, bab Keutamaan Abu Bakar sesudah Nabi, dari
jalur ‘Abdullah bin ‘Umar, jilid 5, hlm. 243. 178 Shahih Bukhari dalam Kitab
alManaqib, bab Keutamaan ‘Utsman, dari jalurkeputusan hukum ‘Umar, Abu Bakar
dan ‘Utsman. Dan sama sekali tidak memberi tempat kepada pikiranpikiran ‘Ali.
Buah pikiran ‘Ali hanya berkembang dan diikuti oleh keluarga dan
pengikutpengikutnya. Sebagai ilustrasi dapat diikuti dialog antara gubernur
Hajjaj bin Yusuf dan kadinya. Hajjaj bertanya kepada Sya’bi tentang warisan
seorang (yang tidak punya anak) kepada ibu, saudara perempuan dan kakeknya.
Hajjaj: ‘Bagaimana pendapat Amiru’lmu’minin ‘Utsman? Sya’bi: ‘Tiap orang 1/3
bagian!’. Hajjaj: ‘Bagaimana pendapat ‘Ali? Sya’bi: ‘Saudara perempuan 3/6, 2/6
untuk ibu dan 1/6 bagian untuk kakek!’ Hajjaj memegangmegang hidungnya, ‘Yang
pasti, kita tidak boleh mengikuti putusan ‘Ali’. Ia lalu menyuruh hakim
memutuskan sesuai dengan pendapat ‘Utsman. Untuk mengetahui perbedaanperbedaan
ini, bacalah alImam ‘Abdul Husain Syarafuddin alMusawi, Nash wa’1Ijtihad.
165 Ibn Abil Hadid, Syarh Nahju’lBalaghah, jilid 4, hlm. 63. 166 Hadis Abu
Hurairah ini sangat kuat; diriwayatkan oleh lbnu Katsir melalui dua jalur, Ibnu
‘Adi melalui dua jalur; Muhammad bin ‘Aid melalui lima jalur, Muhammad bin
‘Abdu asSamarqandi melalui enam jalur, Muhammad bin Mubarrak ashShuri metalui
tujuh jalur, Khatib Baghdadi melalui sembilan jalur, semuanya berasal dari Abu
Hurairah.
Lihat pula Abu Hurairah, oleh Syarafuddin alMosawi,
Beirut, 1977, hlm. 38. Wafat Rasulullah & Suksesi Sepeninggal Beliau di Saqifah
49 Mudhirah berasal dari makanan yang disukai Mu’awiyah yang terbuat dari
daging dimasak dengan susu. Syaikh Muhammad ‘Abduh telah membuat sindiran
tatkala ia menulis tentang Mudhirah: ‘Dan Mu’awiyah mengangkat dirinya menjadi
khalifah setelah pembaiatan Ali bin Abi Thalib dan tiada yang mengakuinya
selama Ali masih hidup kecuali pemburu kelezatan dan syahwat. Menikmati makanan
Mu’awiyah akan menyeretnya mengakui Mu’awiyah sebagai khalifah, sedang Ali
masih hidup dan telah dibaiat menurut syariat. 167 Abu Hurairah sekali
menyaksikan Aisyah binti Thalhah yang terkenal cantlk luar biasa (aljamal
alfa’iq), maka ia berkata: “Mahasuci Allah! Alangkah cantiknya. Demi Allah aku
tidak (pernah) menyaksikan wajah secantik wajahmu, kecuali wajah Mu’awiyah (tatkala
berada) di atas mimbar Rasul Allah!. 168 Tatkala Mu’awiyah mendengar berita
meninggalnya Ali bin Abi Thalib, ia demikian gembira, sehingga ia shalat dhuha
enam raka’at. Kemudian Banu ‘Umayyah memerintahkan mengeluarkan hadis tentang
kemuliaan shalat dhuha enam raka’at meskipun shalat demikian tidak pernah
dilakukan oleh Nabi, tidak oleh Abu Bakar, tidak oleh Umar dan tidak juga oleh
Ibnu Umar. Abu Hurairah lalu membuat hadis yang berbunyi: ‘Sahabatku
mewasiatkan kepadaku agar tidak kutinggalkan tiga hal sampai aku mati. Puasa
tiga hari tiap bulan, dan shalat dhuha dan tidur sesudah shalat witir.’ 169 Dan
A’masy meriwayatkan: ‘Tatkala Abu Hurairah sampai ke Iraq bersama Mu’awiyah
pada ‘Tahun Persatuan’ (am jamaah, tahun 41 H/661 M), ia telah pergi ke Masjid
alKufah.
Dan tatkala ia melihat banyak orang menyambutnya ia
lalu duduk bersila, menepuk berkalikali kepalanya yang botak, kemudian
berkata: ‘Hai penduduk Irak! Apakah kamu menganggap aku (berbohong) terhadap
Rasul Allah? Biarlah aku dibakar di neraka (bila demikian)! Demi Allah aku
telah mendengar Rasul Allah bersabda: ‘Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai
tempat suci. Dan sesungguhnya tempatku yang Suci (Haram) adalah Madinah yaitu
antara bukit ‘Air dan Tsaur. Dan barang siapa melakukan bid’ah di dalamnya maka
terlaknatlah dia oleh Allah dan para malaikat serta seluruh manusia. Dan
aku bersaksi bahwa Ali telah melakukan bid’ah di dalamnya!’ Dan tatkala sampai
berita ini kepada Mu’awiyah, ia lalu membenarkan Abu Hurairah, menyambutnya
dengan hormat dan mengangkatnya menjadi gubernur Madinah’. 170 Begitu gembira
ia menjadi gubernur Madinah sehingga diriwayatkan dalam khotbah pertamanya
sebagai gubernur ia telah berkata: ‘Segala puji bagi Allah yang telah
menjadikan agama ini tegak teguh dan menjadikan Abu Hurairah sebagai imam’. 171
Sufyan atsTsauri meriwayatkan dari Abdurrahman bin alQasim dari Umar bin
‘AbdulGhafffar, bahwa suatu ketika Abu Hurairah datangke Kufah bersama
rombongan Mu’awiyah. Ia duduk dikerumuni oleh jemaah. Lalu datang seorang pemuda
Kufah yang langsung duduk di dekatnya dan berkata: ‘Ya Abu Hurairah, apakah
Anda mendengar Rasul Allah saw bersabda mengenai Ali bin Abi Thalib:
‘Allahumma, cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang
memusuhinya? Maka Abu Hurairah menjawab: ‘Allahumma, benar!’. Dan pemuda itu
melanjutkan: ‘Maka aku bersaksi dengan nama Allah, Anda telah mencintai
musuhNya dan telah memusuhi waliNya’. Kemudian ia bangkit dan pergi.
Samurah bin Jundab
Jual Hadis Pada Muawiyah Contoh lain adalah hadis oleh Samurah bin Jundab.
Diriwayatkan di bagian lain bahwa Mu’awiyah mengadakan tawar menawar dengan
Samurah bin Jundab. Mu’awiyah menawar 100.000 dirham bahwa ayat berikut
diturunkan berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib, yaitu ayat: ‘Dan di antara manusia
ada orang yang menakjubkan kau. Karena perkataannya tentang kehidupan di dunia
ini. Dan yang bersaksi kepada Allah atas kandungan hatinya. Padahal ialah
pembangkang yang paling keras. Dan bila ia berbalik, ia berusaha menebarkan
kerusakan dimuka bumi. Dan membinasakan tanamtanaman dan ternak. Sedang Allah
tiada suka kerusakan’.172 Dan ayat kedua berkenaan Ibnu Muljan’ 173 : ‘Dan
diantara manusia ada orang yang mengorbankan jiwanya untuk mencari keridaan
Allah. Allah Maha Penyantun terhadap hambahambaNya.174 167 Mahmud Abu Rayyah,
Syaikh alMudhirah, Abu Hurairah, Darul Ma’arif, Mesir, hlm. 57. 168 Ibnu ‘Abd
Rabbih, IqdalFarid, jilid 6, hlm. 101. 169 Bukhari, Muslim; lihat juga Mahmud
Abu Rayyah, Syaikh alMudhirah, hlm. 236 170 Ibn AbilHadid, SyarhNahju’lBalaghah,
jilid 4, hlm. 67 171 Ibn AbilHadid, Syarh Nahju’lBalaghah, jilid 4, hlm. 69.
172 AlQur’an, alBaqarah (II), 204205. 173 Pembunuh Imam Ali. 174 AlQur’an,
alBaqarah (11), 207.
Dan Samurah bin
Jundab tidak menerima. Mu’awiyah menaikkan 200.000 dirham. Ia belum mau. Dan
Mu’awiyah menaikkan 300.000 dirham dan ia masih menolak. Mu’awiyah naikkan
400.000 dirham baru diterima Samurah. 175 Samurah bin Jundab pernah sebentar
jadi gubernur di Bashrah dan ia membunuh Syi’ah Ali sebanyak 8.000 orang atas
petunjuk Mu’awiyah. Thabari menceritakan dari jalur Muhammad bin Salim yang
berkata: ‘Aku bertanya kepada Anas bin Sirin: ‘Apakah Samurah pernah membunuh
seseorang?’. Anas menjawab: ‘Apakah kau tahu berapajumlah orang yang dibunuh
Samurah bin Jundab?’ Ia mengganti Ziyad di Bashrah, kemudian Kufah dan ia telah
membunuh 8.000 orang’. Suatu ketika Ziyad bertanya kepadanya: ‘Tidakkah engkau
takut telah membunuh orang secara sewenangwenang?’ Samurah menjawab: ‘Tidak,
andaikata yang kubunuh seperti mereka, aku tidak takut!’ Abu Siwar al’Adwi
berkata: ‘Samurah telah membunuh dari kaumku dalam satu pagi hari 47 pemuka
agama’. Contoh lain lagi adalah Abdullah bin Umar. Ibnu Umar: Ali Tidak Masuk
Khalifah Rasyidun Abdullah bin Umar, yang sering disebut Ibnu Umar, anak
khalifah Umar bin Khaththab, tidak mau membaiat Ali, tapi ia membaiat Mu’awiyah
setelah ‘Tahun Persatuan’, Yazid dan ‘Abdul Malik. Ia juga shalat di belakang
Hajjaj bin Yusuf, gubernur ‘Abdul Malik. Diceritakan tatkala ia mengulurkan
tangan untuk membaiat Hajaj, Hajjaj bin Yusuf memberikan kakinya. Ibnu Umar
adalah pembuat hadis terbanyak sesudah Abu Hurairah. Ummu’l mu’minin Aisyah
nomor empat. 176 Ibnu Umar juga dituduh menghidupkan ijtihad ayahnya.
Beberapa hadisnya
mengenai kuutamaan (fadha’il) akan dikemukakan disini: Ibnu Umar berkata: ‘Kami
tidak memilihmilih antara sesame kami dizaman Rasul saw dan kami memilih Abu
Bakar, kemudian Unar bin Khaththab kemudian Utsman bin ‘Affan ra’.177 Dan di
bagian lain 178 : ‘Kami di zaman Nabi saw tidak mendahulukan Abu Bakar dengan
siapapun, kemudian Umar kemudian Utsman, kemudian kami meninggalkan sahabat
Nabi yang lain, kami tidak saling mengutamakan di antara mereka’ dan lainlain.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Thabrani dari Ibnu Umar: ‘Kami berbicara pada
saat Rasul Allah saw masih hidup: ‘Yang paling utama di antara manusia adalah
Nabi saw, setelah beliau Abu Bakar, kemudian Umar dan kemudian Utsman. Rasul
Allah mendengarnya dan beliau tidak mengingkarinya. 179 Sunni menolak hadis
ini, karena Sunni juga mengakui Ali sebagai khalifah lurus yang keempat. Orang
hanya mengatakan bahwa Ibnu Umar tidak menyebut Ali karena ia tidak membaiat
Ali. Ibnu Umar baru berumur 15 tahun waktu pecah perang Khandaq. Oleh karena
itu Ali bin alJa’d misalnya mengatakan: Lihat anak itu, mengurus istri saja
tidak bisa, lalu dia berani mengatakan ‘Kami mengutamakan..!180 Maka bila ada
hadis yang berpasangan, misalnya, yang satu untuk Ali dan yang satu lagi untuk
‘Abu Bakar atau Umar atau Utsman maka telitilah. Lihatlah konteks keluarnya
hadis itu. Misalnya ada hadis ‘Rasul menutup semua pintu kecuali pintu (bab)
untuk Ali. Tapi ada pula hadis serupa ‘Rasul menutup semua pintu kecuali pintu
(Khaukhah) untuk Abu Bakar. Atau hadis yang diucapkan Rasul pada saat akan
wafat: ‘Bawalah kemari tinta dan kertas agar kutuliskan bagimu surat agar kamu
tidak akan pernah tersesat sepeninggalku’ 181 . Hadis di atas ada pasangannya
yang dimuat dalam shahih Bukhari, Muslim dan shahihshahih lain yang
diriwayatkan Aisyah bahwa Rasul saw pada saat sakit berkata kepadanya: ‘Panggil
ayahmu, aku akan menulis untuk Abu Bakar sebuah surat, karena aku takut
seseorang akan mempertanyakan atau menginginkan (kekhalifahan), karena Allah
dan kaum mu’minin menolakinya, kecuali Abu Bakar’. 182 175 Ibn AbilHadid,
Syarh Nahju’lBalaghah, jilid 4, hlm. 73. 176
Abu Hurairah
menyampaikan 5374 hadis, Ibnu ‘Umar 2630, Anas bin Malik 2286 dan ‘A’isyah
2210. 177 Shahih Bukhari dalam Kitab alManaqib, bab Keutamaan Abu Bakar
sesudah Nabi, dari jalur ‘Abdullah bin ‘Umar, jilid 5, hlm. 243. 178 Shahih
Bukhari dalam Kitab alManaqib, bab Keutamaan ‘Utsman, dari jalur‘Abdullah bin
‘Umar jilid 5, hlm. 262. 179 Fat’halBari, jilid 7, hlm. 13. 180 Khatib,
Tarikh, jilid 11, hlm. 363. 181 Akan dibicarakan di bagian lain. 182 Lihat juga
Ibn AbilHadid, Syarh Nahju’lBalaghah, jilid 6, hlm. 13 Wafat Rasulullah &
Suksesi Sepeninggal Beliau di Saqifah 51 Atau untuk menerangkan keterlambatan
penguburan Rasul timbul sebuah hadis yang berasal dari Aisyah bahwa orang
berselisih paham mengenai tempat penguburan Rasul dan untung Abu Bakar ingat
sabda Rasul bahwa tiap Nabi dikuburkan di tempat ia wafat. Dan padanannya
adalah hadis yang berbunyi: “Antara kamarku dan mimbarku adalah taman dari
tamantaman di surga’. Dan penguburan dilakukan oleh keluarga Rasul saw dan
tidak dihadiri Abu Bakar yang diakui oleh Aisyah. Hadis Sepuluh Masuk Surga
Hadis ini menyangkut sepuluh orang yang telah dinyatakan akan masuk surga
(sepuluh yang mendapat kabar gembira masuk surga), yang dilaporkan oleh Sa’id
bin Zaid, ipar Umar bin Khaththab, di zaman Mu’awiyah. Baiklah kita ikuti
riwayat munculnya hadis ini di zaman ‘pengucilan’ Ali bin Abi Thalib ini. Said
meninggal dunia tahun 51 H/671 M. Di tahun itu juga Mu’awiyah membunuh Hujur
bin ‘Adi bersama dua belas kawankawannya. Ibnu Atsir meriwayatkan bahwa
pemulanya ialah Mughirah bin Syu’bah, gubernur yang diangkat Mu’awiyah di
Kufah, melaknat Ali dan Hujur membantahnya. Pada tahun 40 H/660 M, Mughirah bin
Syubah digantikan oleh Ziyad bin Abih yang mengejar dan menganiaya siapa saja
yang tidak mau mencerca Ali bin Abi Thalib. Hadis ini timbul pada masa itu,
dengan lafal: ‘Pada suatu ketika, di masjid (Kufah), seseorang telah menyebut
(melaknat pen.) Ali bin Abi Thalib. Maka berdirilah Said bin Zaid seraya berkata:
‘Aku bersaksi dengan nama Rasul Allah saw bahwa sesungguhnya aku mendengar
beliau bersabda, ‘Sepuluh orang masuk surga: Nabi, Abu Bakar, Umar, Utsman,
Ali, Thalhah, Zubair, Sa’d bin Abi Waqqash dan Abdurrahman bin ‘Auf’. Kemudian
orang bertanya, ‘Siapa yang kesepuluh?’ Setelah ditanyakan berkalikali, ‘Sa’id
bin Zaid’ menjawab, ‘Aku’.
Dalam lafal yang
lain, nama Abu Ubaidah bin al ‘Jarrah disebut, sedang Nabi tidak dimasukkan.
183 Dalam kemelut seperti itu, Said bin Zaid’ telah bertindak sangat berani.
Orangorang yang disebut oleh ‘Sa’id bin Zaid’ sudah tepat. Abu Bakar, Umar dan
Abu ‘Ubaidah pernah bergesekan dengan Ali, mengepung dan hendak membakar rumah
‘penghulu wanita mu’minin’ Fathimah, ‘meskipun Fathimah ada di dalam’,
sebagaimana nanti akan terbaca dalam peristiwa Saqifah. Utsman adalah dari
marga Umayyah, marganya Mu’awiyah. Thalhah dan Zubair memerangi Ali dalam
perang Jamal. Ali menyebut mereka sebagai kelompok Nakitsun, yaitu kelompok
yang membatalkan baiat, karena mereka berdua merupakan orangorang pertama yang
membaiat Ali, tetapi kemudian berbalik memeranginya. Sa’d bin Abi Waqqash tidak
mau membaiat Ali setelah Utsman meninggal dunia. Abdurrahman bin ‘Auf meskipun
kemudian menyesal pernah mengancam akan membunuh Ali dengan pedang, bila Ali
tidak membaiat Utsman dalam Syura yang dibentuk oleh Umar. Dengan cerdiknya,
‘Sa’id’ memasukkan nama Ali untuk mencegah para penguasa mengutuk Ali di
mimbarmimbar seluruh desa dan kota dan secara tidak langsung berusaha
menyelamatkan kaum Syi’ah agar tidak dibantai seperti Hujur. Dan untuk
menyelamatkan dirinya, ‘ia’ memasukkan namanya pula. Hadis ini, ditinjau dari
segi sejarah, tidak dapat ditafsirkan lain dari itu. Hadis yang merupakan
‘pemberontakan’ terhadap penguasa yang zalim seperti ini, tidak dapat dikatakan
salah, tetapi tidak juga dapat dikatakan benar. Riwayat di atas kemungkinan
besar dibuat orang dengan mengatas namakan Sai’id bin Zaid. Imam Malik,
misalnya, meriwayatkan: Rasul Allah saw bersabda kepada para Syuhada’ Perang
Uhud: ‘Aku menjadi saksi mereka (bahwa mereka telah mengorbankan nyawa mereka)
di jalan Allah’. Dan berkatalah Abu Bakar ashShiddiq: ‘Wahai Rasul Allah,
bukankah kami saudara saudara mereka? Kami memeluk Islam seperti mereka, dan
kami berjihad seperti mereka berjihad!’. Dan Rasul Allah menjawab: ‘Ya, tetapi
aku tidak tahu apa yang akan kamu lakukan sesudahku’. Dan menangislah Abu Bakar
sambil berkata: ‘Apakah kami akan masih hidup sesudahmu?
184 Perawi ‘sepuluh
orang masuk surga’ tidak menceritakan kepada kita dalam hubungan apa Rasul
Allah saw menyampaikan hadis ini, dan siapa saja yang ikut mendengarkan. 183
Tirmidzi, dalam Jami’nya, hlm. 13, 183, 186, dan lainlain. Hadis ini melalui
‘Abdurrahman alAkhnas, yang didengamya sendiri di masjid Kufah. Jalur lain
melalui ‘Abdurrahman bin Hamid yang didengarnya dari ayahnya; ayahnya mendengar
dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf. Hadis yang disebut ini dianggap batil, karena ayah
‘Abdurrahman bin Hamid, yang bernama azZuhri, adalah seorang tabi’i (generasi
kedua), bukan Sahabat. Ia lahir 32 H., 653 M. dan meninggal 105 H, 723 M. dalam
usia 73 tahun, sedang ‘Abdurrahman bin ‘Auf meninggal 31, 652 M.atau 32 H., 653
M. Dengan kata lain, Zuri lahir pada saat ‘Abdurrahman bin ‘Auf meninggal atau
setahun sesudahnya. Dengan demikian maka satusatunya jalur adalah yang melalui
Said bin Zaid. 184 Ibn AbilHadid, Syarh Nahju’lBalaghah, jilid 15, hlm. 37,
alWaqidi, Maghazi, jilid 1, hlm. 3 10; berasal dari Thalhah bin ‘Ubaidilllah,
Ibnu ‘Abbas dan Jabir bin ‘Abdullah. Wafat Rasulullah & Suksesi Sepeninggal
Beliau di Saqifah 52 Dan mengapa Sa’id, misalnya, tidak berdiri di depan massa
yang sedang mengepung rumah Utsman yang berakhir dengan pembunuhan khalifah
ketiga itu dan mengatakan kepada mereka hadis yang penting ini? Mengapa Sa’id bin
Zaid, misalnya, tidak menasihati Abdullah bin Umar agar membaiat Ali tatkala
terjadi pembaiatan terhadap Ali sesudah Utsman terbunuh, karena bagaimanapun
juga Ali termasuk sepuluh orang yang dijamin masuk surga oleh Rasul Allah?
Malah membaiat Mu’awiyah, Yazid dan ‘Abdul Malik serta Hajjaj bin Yusuf? Mengaa
tidak menasihati ummu’lmu’minin Aisyah dan menyampaikan hadis itu agar ia
tidak memerangi Ali dan agar menetap di rumahnya sebagaimana diperintahkan
AlQur’an?
Mengapa pula
Thalhah dan Zubair dimasukkan ke dalam sepuluh masuk surga dan bukan, misalnya,
Abu Dzarr alGhifari dan Hamzah paman Rasul? Mengapa pula Sad bin Abi Waqqash
dimasukkan ke dalam Sepuluh Masuk Surga dan bukan misalnya Miqdad atau Abu
Ayyub at Anshari? Begitu pula Abu Ubaidah bin alJarrah, seorang penggali
kubur di Madinah dimasukkan pula ke dalam Sepuluh Masuk Surga dan bukan,
misalnya Salman alFirisi? Meskipun menyesal di kemudian hari Sa’d bin Abi
Waqqash tidak mau membaiat Imam Ali sedang Rasul mengatakan bahwa ‘barangsiapa tidak
mengenal imam pada zamannya, ia mati dalam keadaan jahiliah’. Dan hadis ini
diakui sebagai hadis shahih di semua mazhab? Apakah surga ini hanya
diperuntukkan bagi para khalifah dan mereka. yang ikut dalam pergolakan
kekuasaan dan bukan orangorang seperti ‘Ammar bin Yasir, Miqdad, Abu Dzarr al
Ghifari atau Salman alFarisi? Lagi pula dalam AlQur’an, Allah SWT telah
berfirman185 : “Dan barangsiapa melalukan amal kebajikan, lakilaki maupun
perempuan, sedang ia orang beriman, mereka itu masuk surga”. (AnNisa’: 124)
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik,
bahwa bagi mereka disediakan surgasurga yang mengalir sungaisungai di
dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buahbuahan dalam surgasurga itu, mereka
mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu.” mereka diberi
buahbuahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteriisteri yang
suci dan mereka kekal di dalamnya di syurga itu adalah kenikmatan yang serba
lengkap, baik jasmani maupun rohani.” (AlBaqarah: 25) “Tuhan mereka
menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan
surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal.” (AtTaubah: 21)
“Sesungguhnya orangorang yang beriman dan mengerjakan amalamal saleh dan
merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghunipenghuni
syurga; mereka kekal di dalamnya.” (Hud: 23) “Sesungguhnya Allah memasukkan
orangorang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surgasurga
yang di bawahnya mengalir sungaisungai. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang
Dia kehendaki.” (AlHajj: 14) “Adapun orangorang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh, Maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala terhadap
apa yang mereka kerjakan.” (AsSajdah: 19) “Supaya Dia memasukkan orangorang
mukmin lakilaki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungaisungai, mereka kekal di dalamnya dan supaya Dia menutupi
kesalahankesalahan mereka. dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang
besar di sisi Allah.” (AlFat’h: 5) “Seorang Rasul yang membacakan kepadamu
ayatayat Allah yang menerangkan supaya Dia mengeluarkan orangorang yang
beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya. dan Barangsiapa beriman
kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya
ke dalam surgasurga yang mengalir di bawahnya sungaisungai; mereka kekal di
dalamnya selamalamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik
kepadanya.” (Ath Thalaq: 11) 185 AlQur’an, s. anNisa’ (IV), 124; lihat juga,
s. alBaqarah (11), 25; atTaubah (IX), 21; Hud (XI), 23; alHajj (XXII), 14; asSajdah (III), 19; alFat’h (XLVIII), 5; athThalaq (LXV), 11; atTaubah (IX), 72
“Allah
menjanjikan kepada orangorang mukmin, lelaki dan perempuan, surga yang dibawahnya
mengalir sungaisungai, kekal mereka di dalamnya, dan tempattempat yang bagus
di surga ‘Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” (AtTaubah: 72)
Rasul Allah juga telah bersabda: Jibril datang kepadaku dan berkata:
‘Sampaikanlah kabar gembira kepada umatmu, bahwa barang siapa meninggal dunia
tanpa menyerikatkan sesuatu kepada Allah SWT, maka ia akan masuk surga’. Aku
bertanya: ‘Hai, Jibril, meskipun ia pernah mencuri dan berzina? Jibril
menjawab, ‘Betul’ (sampai tiga kali). Akhirnya Jibril menjawab, ‘Betul,
meskipun ia peminum minuman keras.186 Nabi juga bersabda: Sampaikanlah kabar
gembira, bahwa barangsiapa mengaku bahwa tiada Tuhan selain Allah secara tulus,
maka ia akan masuk surga. 187 Nabi iuga bersabda: “Sesungguhnva Allah SWT telah
menjanjikan kepadaku bahwa Ia akan memasukkan ke dalam surga 70.000 (ada yang
mengatakan 700.000) orang dari umatKu tanpa hisab.” 188 Rasul Allah juga
berkata: “Ali dan Syi’ahnya masuk surga”. 189 Hadis seperti ini banyak
diriwayatkan. 190 Juga hadis shahih lainnya, seperti Shuhaib, Shahabat Rasul
yang orang Roma, masuk surga, Bilal Sahabat dari Habasyah, masuk surga, Salman
yang dari Persia masuk surga, Hasan dan Husain masuk surga, ‘Amr bin Tsabit
masuk surga, Tsabit bin Qais dan berpuluhpuluh lainnya yang tidak mungkin
disebut disini. Yang masuk surga tidak dapat dibatasi pada mereka yang berhasil
menduduki kekhalifahan atau yang ikut dalam pergolakan politik dan tidak dapat
dibatasi pada sepuluh orang. Alangkah banyaknya umat Muhammad yang akan masuk
surga. Law, dapatkah orangorang yang akan masuk surga ini, termasuk para
Sanabat, berbuat salah?
Tidak ada satu ayat
pun yang mengatakan sebaliknya. Tiada sebuah hadis pun yang mengatakan bahwa
para Sahabat atau Ibuibu Kaum Mu’minin (ummahat almuminin) tidak dapat
berbuat salah. Kemudian, apakah penghormatan kita kepada para Sahabat atau para
Ibu Kaum Mu’minin akan berkurang dengan menulis sejarah sebagaimana adanya?
Tidak, kita akan tetap menghormati para Sahabat dan para Ibu Kaum Mu’minin
sebagaimana mestinya. Ibu kita adalah tetap ibu yang kita hormati, andaikata
pun dia berbuat salah kepada anaknya sendiri. Ali bin Abi Thalib mengatakan demikian terhadap
ummu’lmu’minin Aisyah. Hisab dan pengampunan ada pada Allah. HadisHadis
Keutamaan Hampir pada semua pengantar buku tentang Saqifah, para penulis
sejarah tradisional memulai dengan hadis tentang keutamaan Abu Bakar dan Umar.
Misalnya, tulisan Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaibah (M. 270 H/883
M.) dalam kitab tarikhnya alImamah wa’s Siyasah yang terkenal dengan Tarikh
Khulafa’ur Rasyidin wa Daulah Banii Umayyah jilid pertama. Dalam kata
pengantarnya yang berjudul “Keutamaan Abu Bakar dan Umar”, ia mengemukakan
empat hadis tentang keutamaan Abu Bakar dan Umar, dengan rangkaian isnad yang
lengkap. Hadis yang pertama dilaporkan oleh Ali bin Abi Thalib, kedua oleh
Abdullah bin Abbas, ketiga oleh Ali lagi, sedang yang keempat oleh Qasim bin
Abdurrahman. 186 Hadis ini sangat terkenal, diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin
Hanbal, Tirmidzi, Nasa’i Ibnu Habban, yang berasal dari Abu Dzarr alGhifari.
187 Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Thabrani, melalui jalur Abu Musa
alAsy’ari 188 Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih mereka 189
Rasul bersabda: “Aku adalah gudang ilmu, dan ‘Ali adalah pintunya.” Orang
menganggap ‘Ali sebagai tempat bertanya sesudah Rasul.
Temanteman ‘Ali
ini disebut Syi’ah ‘Ali. Dalam menafsirkan ayat, “Sungguh orangorang yang
beriman dan melakukan amal kebaikan, merekalah makhluk yang sebaikbaiknya.”
(Al Qur’an, 97:7) Suyuthi meriwayatkan dari Ibnu Mardawaih dari ‘Ali bin Abi
Thalib yang berkata: ‘Rasul Allah saw bersabda kepadaku: “Apakah engkau tidak
mengetahui firman Allah SWT: ‘Sungguh orangorang yang beriman dan melakukan
amal kebaikan, merekalah makhluk yang sebaikbaiknya? (Mereka itu adalah)
engkau dan Syi’ahmu. Aku dan kamu telah dijanjikan tempat di Haudh’. Juga
Suyuthi dari Ibnu ‘Asakir yang berasal dari Jabir dari Ibnu ‘Abbas : “Kami
berada bersama AnNabi dan muncullah ‘Ali dan Nabi bersabda: ‘Demi Dia yang
jiwaku berada di tanganNya. (Yang datang) ini, beserta Syi’ahnya, merekalah
yang menang pada hari kiamat’. Dan turunlah ayat: Sesungguhnya orangorang yang
beriman dan melakukan amal kebajikan, merekalah makhluk yang sebaikbaiknya.
Demikianlah para Sahabat Nabi bila (melihat) ‘Ali muncul, mereka berkata:
“Telah datang khairul Bariyyah”. 190 Lihat Khwarizmi dalam Manaqib, hlm. 66;
Suyuthi dalam adDurru’lMantsur, jilid 6, hlm. 379; 392; Syablanji dalam
Nuru’l Abshar, hlm. 78 dan 112; Ibnu Hajar dalam Shawa’iq dan lainlain. Wafat
Rasulullah & Suksesi Sepeninggal Beliau di Saqifah 54 Sebagai contoh,
baiklah kita ikuti hadis pertama secara lengkap, sekaligus sebagai contoh
bagaimana pencatat sejarah zaman dulu merangkaikan isnad atau jalur pelapor 191
: “Telah disampaikan kepada kami oleh Abi Mariam yang berkata: telah disampaikan
kepada kami oleh Asad bin Musa yang berkata: telah disampaikan kepada kami oleh
Waqi’ dari Yunus bin Abi Ishaq, dari AsySya’bi, dari Ali bin Abi Thalib,
karramallahu wajhahu; “Aku sedang duduk bersama Rasul Allah saw ketika datang
Abu Bakar dan Umar maka bersabdalah Rasul Allah saw kepadaku: ‘Mereka berdua
itulah penghulu orang dewasa di surga, sejak orang terdahulu sampai pada orang
terakhir, kecuali para Nabi dan para Rasul as; dan janganlah engkau sampaikan
berita ini kepada mereka berdua, wahai Ali.’
Lafal ketiga hadis lainnya sejenis itu pula. Hadis
seperti ini sangat banyak. Para penulis itu ingin menunjukkan bahwa
pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah pertama berlangsung secara lancar dan
wajar, karena yang berhak menjadi khalifah sekurangkurangnya menurut penulis
itu adalah Sahabat paling utama; dan yang paling utama di antara seluruh umat
manusia, selain para Nabi dan Rasul, adalah Abu Bakar dan Umar. Karena itu maka
merekalah yang paling pantas menjadi khalifah; dan Ali sendiri konon mendengar
hal ini langsung dari Rasul. Tetapi, dalam bab ‘Bagaimana Baiat Ali bin Abi
Thalib karramallahu wajhahu’, Ibnu Qutaibah memulai dengan kalimatkalimat
berikut: “Sesungguhnya Abu Bakar merasa kehilangan suatu kaum yang enggan
membaiatnya, yang sedang berkumpul di rumah Ali. Mereka tidak mau keluar untuk
membaiat Abu Bakar. Umar lalu mengumpul kayu bakar, seraya berkata: ‘Demi
Allah, Pemilik jiwa Umar, kalau kalian tdak segera keluar, aku akan bakar rumah
ini dengan seluruh isinya’. Orang lalu berkata kepada Umar: ‘Wahai, Ayah
Hafshah (Umar), Fathimah (puteri Rasul Allah) ada di dalam!’ Dan Umar menjawab:
Sekalipun!” 192 Hadishadis keutamaan seperti itu sungguh sangat tidak adil,
bertentangan dengan fakta sejarah. Sekiranya benar Ali bin Abi Thalib pernah
mendengar Rasul Allah bersabda demikian, jalannya sejarah tidak akan seperti
itu. Dalam kumpulan khotbah, ucapan dan tulisan Ali yang dikumpulkan dalam
Nahju’l Balaghah, tidak ditemukan hadis semacam itu. Bila kita hendak berlaku
jujur, hadis seperti ini haruslah dianggap sebagai “hadishadis politik” yang
muncul untuk membenarkan kekuasaan de facto. Ini merupakan preseden timbulnya
kebiasaan mendukung pemerintahan de facto oleh kebanyakan ulama Sunni, seperti
yang dikemukakan oleh Fazlur Rahman. 193
Riwayat dan Hadis
Abu Hurairah Ada beberapa riwayat yang disampaikan Abu Hurairah sebagai saksi
pelapor dalam peristiwa Saqifah. Abu Hurairah pun telah menyampaikan
keutamaankeutamaan Abu Bakar dan Umar yang melebihi keutamaan para Sahabat
lain. Tetapi sehubungan dengan peristiwa Saqifah, riwayat dan hadis yang
disampaikan Abu Hurairah, harus dipandang dengan kritis. Asalusul Abu
Hurairah, Hanya 1 Tahun 9 Bulan di Shuffah Abu Hurairah datang kepada Rasul
Allah pada bulan Safar tahun 7 Hijriah, Juni 628 M, setelah Perang Khaibar.
Kaum dari klan adDaus, klan Abu Hurairah, dan kaum al’Asy’ari mendatangi
Rasul Allah tatkala Rasul berada di Khaibar. Kaum ‘Asy’ari terlambat
mengunjungi Rasul, seperti diceriterakan Abu Musa al’Asy’ari, karena sedang
berperang dengan kaum kafir. Tentang Abu Hurairah biarlah ia sendiri yang
menceriterakan: Aku mendatangi Rasul Allah yang pada waktu itu berada di
Khaibar, setelah Khaibar ditaklukkan, dan aku berkata: “Ya Rasul Allah adakah
bagian untukku? Tolong bicarakan dengan kaum Muslimin itu untuk membagikan
bagian mereka dengan kami.” 194 Ia kemudian tinggal di emperan Masjid Madinah
(Shuffah) sampai bulan Dzulqaidah tahun 8 Hijriah/Maret 630 M, karena pada
bulan itu ia disuruh Rasul ke Bahrain menemani al’Ala’ al Hadhrami sebagai
mu’azin. Sedang peristiwa Saqifah terjadi pada tahun 11 H/8 Jum 632 M. Dengan
demikian ia tinggal di Shuffah selama 1 tahun 9 bulan. Ia meninggal tahun 59
Hijriah. Dan umat Islam kehilangan sahabat yang paling banyak menyampaikan
hadis.
Abu Muhammad bin
Hazm meriwayatkan dari Abu Abdurrahman Baqi Ibnu Mukhallad alAndalusi yang
mencatat dalam “Musnadnya” bahwa Abu Hurairah meriwayatkan 5374 hadis, di
antaranya Bukhari meriwayatkan 446 hadis. 191 Ibnu Qutaibah, Tarikh
alKhulafa’ur Rasyidin, Mesir, tanpa tahun, hlm. 12. 192 Ibnu Qutaibah,
Tarikh, ibid, hlm. 12. 193 Fazlur Rahman, Membuka Pintu Ijtihad, terjemahan
Anas Mahyuddin, Pustaka Bandung, 1984. Pada hlm. 137, ia menulis, “Orangorang
Sunni hampir selalu menjadi pendukung setiap pemimpin Negara” 194 Fat’hulBari,
jilid 6, hlm. 31 jilid 7, hlm. 393. Wafat Rasulullah & Suksesi Sepeninggal
Beliau di Saqifah 55 Berbeda dengan para sahabat lain, para ahli sejarah tidak
dapat memastikan nama yang sebenarnya dari Abu Hurairah, namanya di zaman jahiliah
maupun di zaman Islam. Begitu pula asal usulnya. Abu Hurairah adalah nama
julukan yang berarti Ayah Anak Kucing. Menurut ceritanya ia pernah bekerja
sebagai buruh pengembala dan sering membawa anak kucing bersamanya. Dari
situlah ia diberi gelar Abu Hurairah. 195 Ia sendiri menceritakan bahwa ia
mendatangi Rasul bukan karena ia mendapat hidayat atau karena kecintaannya
kepada Nabi saw seperti yang lain, tetapi untuk mendapatkan makanan. Dalam
riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim, Abu Hurairah berkata: ‘Aku adalah seorang
miskin, aku bersahabat dengan Rasul Allah untuk mengisi perutku’. Dan dalam
riwayat lain: ‘untuk memenuhi perutku yang lapar’.
Dalam riwayat
Muslim: ‘Aku melayani Rasul Allah untuk mengisi perutku’, atau ‘Aku menetap
dengan Rasul Allah untuk mengisi perutku’. Ia mendatangi para sahabat seperti
Umar dan Abu Bakar dengan berpurapura meminta dibacakan sebuah ayat alQur’an,
menurut pengakuannya sendiri, padahal ia ingin agar ditawarkan makanan, tetapi
tiada seorang sahabat pun menawarkan makanan kepadanya kecuali Ja’far bin Abi
Thalib yang langsung mengajak Abu Hurairah ke rumahnya. Bukhari meriwayatkan
dari Abu Hurairah: ‘Demi Allah, tiada lain kecuali Dia, aku sering menekan
perutku ke bumi karena lapar, dan pada suatu hari, karena lapar aku menekan
perutku dengan batu sambil duduk di jalan tempat mereka keluar dari masjid. Aku
bertemu dengan Abu Bakar dan aku bertanya kepadanya tentang ayat Kitab Allah,
dan aku tidak menanyainya kecuali (dengan maksud) agar dia memberi aku makan;
tapi ia berlalu dan tidak melakukannya. Dan Umar bertemu denganku dan aku
bertanya mengenai ayat Kitab Allah, aku tidak bertanya (kepadanya) kecuali agar
ia mengajak aku makan, dan ia tidak melakukannya.’ 196 Bukhari: ‘Aku, bila
bertanya mengenai sebuah ayat (alQur’an) kepada Jafar (bin Abi Thalib) maka
dia tidak akan menjawab kecuali setelah ia mengajakku ke rumahnya’. Di bagian
lain: ‘Aku meminta kepada Jafar bin Abi Thalib untuk membacakan kepadaku ayat
(AlQur’an), yaitu artinya, agar dia memberi aku makan, dan dia adalah orang
yang paling baik terhadap orang miskin; Jafar bin Abi Thalib. Ia mengajak kami
ke rumahnya dan memberi kami makan seadanya’. 197 Tirmidzi meriwayatkan: ‘Dan
bila aku bertanya kepada Jafar mengenai ayat, ia tidak menjawab (pertanyaanku) sampai
ia tiba di rumahnya’.
Menurut Abu
Hurairah, Ja’farlah yang terbaik di kalangan sahabat. Hadis mengenai
‘laparnya’ Abu Hurairah ini, banyak jumlahnya. Lalu di mana ‘pundipundinya’?
(Lihat hadis ‘mizwad’ atau pundipundi). Kepribadian Abu Hurairah Kepribadian
Abu Hurairah lemah. Tatkala kembali dari Bahrain, Umar bin Khaththab
mencurigainya menggelapkan uang baitul mal. Umar menuduhnya sebagai pencuri,
dan menyebutnya sebagai musuh Allah dan musuh kaum Muslimin, dalam riwayat
lain, musuh Kitab Allah atau musuh Islam. 198 Abu Hurairah pada masa itu
menjadi gubernur ketiga di Bahrain sesudah al ‘Ala’ alHadrami dan Qudamah bin
Mazh’un. Jarud al’Aqdi datang kepada Umar dari Bahrain dan melaporkan bahwa
Qudamah bin Mazh’un minum minuman keras dan mabuk. Umar bertanya: ‘Siapa yang
menyaksikan bersama Anda?’ Jarud: ‘Abu Hurairah!’. Umar memanggil Abu Hurairah.
Abu Hurairah berkata: ‘Aku tidak melihatnya minum, tetapi aku melibatnya mabuk
dan muntahmuntah’. Umar berkata: ‘Engkau telah mengubah kesaksian!’ Dan Umar
menyuruh panggil isteri Qudamah yang bernama Hindun binti alWalid, dan Hindun
memberikan kesaksian yang benar dan memberatkan suaminya... ‘Qudamah adalah
pengikut Perang Badr satusatunya yang dihukum Umar karena minum minuman
keras’. 199 195 “Ada sektar 30 nama Abu Hurairah dan ayahnya”, kata anNawawi.
AlHalabi mengatakan sekitar 40 nama. Demikian pula alHakim dan Ibnu Hajar, alIshabah, jilid 7, hlm. 199.
Ibnu ‘Abdi’lBarr mengatakan dalam alIstiab bahwa demikian banyak perselisihan
tentang namanya maka ia harus dipanggil dengan kunya ‘Ayah Anak Kucing’ saja.
Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar