Rabu, 09 Mei 2018

ONCE MORE: "SHIRATAL MUSTAQIM":







“SHIRAATHAL LAZINA AN’AMTA ‘ALAIHIM, GHAIRIL MAGHDHUUBI ‘ALAIHIM WALADDHALLIN”

"SEMUT HITAM BERJALAN DIATAS BATU HITAM DI 

MALAM KELAM"

TIDAK SEMUA ORANG MAMPU MENDETEKSINYA,

KENDATIPUN

MEREKA ITU TINGGI PENDIDIKANNYA

MACAM INSINYUR, DOKTOR

DAN PROFESSOR

SEKALIPUN

hsndwsp

Acheh – Sumatra

di

Ujung Dunia




Bismillaahirrahmaanirrahiim
Semua Muslim tau bahwa itu adalah jalan Allah swt, jalan para Rasul dan Nabi. Akan tetapi tidak semua Muslim tau bahwa itu juga adalah jalan para Imam. Sa’at manusia masuk Qubur akan dita nyakan beberapa pertanyaan oleh Malaikat Mungkar wa Nangkir. Semua muslim mampu menjawab nya kecuali hanya satu saja pertanyaan yang membuat sebahagian besar kaum Muslimin terkejut dan tidak pernah mendengar saat di Dunia, yaitu "Man Imamuka"

Dulu ketika orang Amerika datang ke Afrika, menangkap berkapal-kapal orang Afrika, lalu membawa nya ke Amerika untuk diperjual-belikan. Yang "Hitam" ini kebanyakan manusia tau bahwa mereka adalah "budak-budak ortodoks", (namun orang-orang Afrika dewasa ini sudah sadar dan mengenal siapa yang memperbudak mereka dulu, malah justeru geleran tuan-tuan mereka menjadi budak-budak modern sekarang). Akan tetapi tidak semua manusia tau bahwa "Budak-budak moderen" jauh lebih banyak dari budak-budak ortodoks tadi. Malah budak modern itu termasuk para Insinyur, Dok tor dan bahkan Prophessor itu sendiri.

Pembaca yang mulia!
Saya belum menjelaskan mana sosok manusia budak modern tadi dan juga belum menjelaskan hakikat daripada "Semut Hitam" diatas. Barangkali ini lebih efektif saya jelaskan manakala ada yang bertanya. Perlu saya beritahukan bahwa saya ini bukan Doktor, apa lagi Professor. Saya juga bukan Ustaz dan orang ‘Alim. Memang saya pernah menimba ilmu di perguruan Tinggi dan berhasil meraih titelnya tetapi ilmu di perguruan tersebut tidak saya gunakan dan bahkan kedudukan saya dalam pegawai negeri juga saya tinggalkan untuk berlanglangbuana sampai ke Ujung Dunia. Alhamdulillah saya meraih ilmu dari "Jubah Abu Dzar Ghifari" .Mungkin disinilah yang membedakan saya dengan sebahagian partisipan lainnya di medan Internet ini.

Sebahagian manusia mengenal "Muslim Syi’ah Imamiah 12" tetapi sebahagian mereka belum mengenal bahwa diantara Muslim Syi’ah Imamiah 12 ada yang "hitam" dan ada yang "merah". Yang hitam itu adalah Syi’ah berwajah pucat, Syi'ah dekaden/Syi’ah Safawi. Yang merah itu adalah Syi’ah berwajah merah, Syi'ah revolusioner/Syi’ah Alawi. Perlu digarisbawahi bahwa yang Alawi juga ada yang sekedar namanya "Alawit" tetapi sesungguhnya mereka bukan Alawi murni. Lebih jauh lagi harus dipahami bahwa ada orang non Acheh tetapi dia lebih Acheh daripada "orang Acheh", ada orang non Syi’ah Imamiah 12 tetapi dia lebih Syi’ah daripada "Syi’ah". Justeru itu berhati-hatilah hingga kita mampu mendeteksi fenomenanya sebagaimana kita mampu mendeteksi semut hitam yang berjalan  batu hitam di malam kelam.

Ketika Rasulullah saww masih hidup di Dunia yang akan fana kini, beliau duduk bersama para sahabat di atas pasir. Rasulullah saww memiliki sebuah ranting di tangannya. Beliau menggoreskan sebuah garis lurus. Kata beliau, ini adalah Shiratal mustaqim, jalan yang lurus (Jalan Allah swt dan juga jalanku). Lalu Rasulullah saww menggoreskan sebuah garis lurus lainnya dibawah garis tadi. Garis tersebut lurus juga tetapi agak besar. Lalu beliau membuat garis berkelok-kelok/bergelombang di dalam garis besar tersebut. Sesekali kurvanya kelihatan atas-bawah macam tanaman menjalar melilit dahan petai yang lurus. Memang kedua garis itu sama-sama nampak lurus tetapi hanya yang diatas saja jalan Allah swt dan RasulNya serta para Imam. sedangkan yang dibawah adalah jalan Syaithan/ Thaghut, inilah yang yang dimaksudkan "Semut hitam berjalan diatas batu hitam diwaktu malam". Tidak ada yang mampu mendeteksinya kecuali Mu'min yang cerdik.

Sa’at kita buka mata kita, lalu kita layangkan keseluruh antero Dunia memang banyak kita temukan jalan yang bengkok dan banyak pula jalan yang lurus tetapi tidak semua kaum Muslimin mampu mendeteksi jalan yang nampak lurus, sesungguhnya adalah jalan Thaghut juga. Bahkan tidak semua Muslim Syi’i mampu mendeteksinya, kenapa? Rayuan Dunialah yang membuat mata mereka kabur hingga mereka bermasalah saat menjawab pertanyaan Malaikat Mungkar wa Nangkir kecuali pribadi-pribadi yang mendapat Syafaat dari pribadi-pribadi yang mendapat wewenang dari Allah swt sendiri. (Pengikut Ahlulbayt Rasulullah saww memahami Fenomena tersebut)
Hati-hatilah saudaraku!
Fenomena alam memperjelaskan persoalan tersebut:

TINJAUAN FENOMENA ALAM
Manusia hidup di Dunia ini penuh dengan ujian dan tantangan untuk menuju tempatnya semula (baca tempat Adam bersama Siti Hawa) Andaikata tidak berhasil, mereka akan masuk Neraka dan kekal selama-lamanya. (na'uzu billahi min zalik). Hal ini dapat kita analisa proses tumbuh-tumbuhan sebagai "ayat" Allah yang alami. Ambillah contoh pokok kelapa dimana setiap tungkulnya bisa berbunga lebih-kurang seribu bakal buah. Namun yang sempat menjadi putik lebih-kurang lima puluh buah. Lalu putik tersebut mampu menjadi kelapa siap pakai lebih-kurang 25 buah (kelapa muda), itu pun masih teruji lagi dengan gangguan tupai sehingga tinggal hanya lebih-kurang 10 buah yang dapat bermanfa'at untuk manusia.

Kemudian kita lihat contoh yang lain dari pohon Durian yang representant, mampu berbunga satu milyar calon buah. Dari satu milyar itu yang sempat jadi putik lebih-kurang satu juta. Dari satu juta itu yang berhasil untuk melawan ujian sengatan serangga, hembusan angin, guyuran hujan dan sebagainya lebih kurang 5 ratus buah. Dari 5 ratus buah itu masih mengalami ujian jenis lainnya seperti kalong, tupai dan penjakit alami lainnya yang membuat buah itu tawar rasanya. Akhirnya yang dapat bermanfaat untuk manusia atau memenuhi standar durian sekitar lebih-kurang 200 buah saja.

Demikianlah gambaran manusia ini. Pertama kita ambil saja yang telah berikrar untuk mengucap dua kalimah syahadah di Tanah Rencong. Lalu di uji lagi yang ada melakukan Shalat, Puasa dan membayar Zakat. Lalu di uji lagi dengan beramar makruf nahi mungkar. Akhirnya diuji dengan "Bahtera" yang kita naiki, apakah bahtera yang tunduk patuh kepada Allah atau kepada Thaghut, apakah mereka termasuk orang-orang yang bersatupadu untuk membela kaum mustadhafin, melepaskan beban yang menimpa kuduk-kuduk mereka (QS.7:157 & QS,90:12-18) atau egois dan bangga sebagai dosen dalam system Thagut yang zalim, hipokrit dan korrupt, maha guru, Propessor, Doktor, Direktur suatu surat kabar, sementara semua mereka itu hanya mementingkan diri dan keluarganya masing-masing.

Akhirnya penganut Islam di Dunia yang lebih kurang 2 milyar, tinggal yang benar-benar beriman mungkin hanya sekitar ratusan juta saja yang redha Allah. Bayangkan berapa jumlahnya yang termasuk benar-benar beriman dari orang-orang yang ada di pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan West Papua?

Sekarang kita bertanya pada diri kita masing-masing adakah saya ini termasuk dalam bilangan orang-orang yang benar-benar beriman, sehingga terbebas dari siksaan api Neraka ? Jawabannya marilah kita berusaha dengan serius, memaksimalkan alat fikir kita yang telah dianugerahkan Allah swt. Dengan anugerah Allah itulah kita mampu nmenyaring, menganalisa mana jalan yang haq diantara sekian banyak jalan yang bathil. Akhir sekali yang tidak boleh kita lupa adalah berdo’a  sesuai dengan petunjukNya sebagaimana yang diaplikasikan para Rasul, Imam - Imam dan Ulama warasatul ambia, bukan ulama gadongan. Andaikata kita termasuk orang yang terlanjur berada dalam system yang menzalimi kaum mustadhafin, cepatlah berpatah balik sebelum terlambat. Disinilah gunanya tulisan saya yang tidak bermaksud untuk menyakiti hati siapapun tetapi demi menyelamatkan manusa dari bahtera Namrud ke bahtera Ibrahim, dari bahtera Fir’un ke bahtera Musa dan Harun, dari bahtera Kaisar-kaisar di Rhoma ke bahtera ’Isa bin Maryam, dari bahtera Abu Sofyan ke bahtera Muhammad saww, dari bahtera Muawiyah ke bahtera Imam ’Ali bin Abi Thalib, dari bahtera Yazid bin Mu’a wiyah ke bahtera Imam Hussein, dari bahtera Syah Reza Palevi ke bahtera ”Imam” Khomaini.

Nah persoalan yang terjadi diantara orang - orang yang bersekongkol dalam system thaghut dan orang - orang yang antithesis dengannya juga merupakan proses ujian Allah untuk menentukan keme nangan atau kekalahan Akhiratnya, kendatipun kebanyakan manusia enggan melihat persoalan kene garaannya dengan kacamata Al Qur-an. Akibatnya mereka cenderung menampilkan "hukum Rim ba", Yang kuat memakan yang lemah, yang kaya memperbudak yang miskin, yang pintar membodoh-bodohi kaum mustadhafin.


Billahi fi sabililhaq
      hsndwsp
          di
  Ujung Dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar