“SHIRAATHAL LAZINA AN’AMTA ‘ALAIHIM, GHAIRIL
MAGHDHUUBI ‘ALAIHIM WALADDHALLIN”
"SEMUT HITAM BERJALAN DIATAS
BATU HITAM DI
MALAM KELAM"
TIDAK SEMUA ORANG MAMPU
MENDETEKSINYA,
KENDATIPUN
MEREKA ITU TINGGI PENDIDIKANNYA
MACAM INSINYUR, DOKTOR
DAN PROFESSOR
SEKALIPUN
hsndwsp
Acheh – Sumatra
di
Ujung Dunia
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Semua Muslim tau bahwa itu adalah
jalan Allah swt, jalan para Rasul dan Nabi. Akan tetapi tidak semua Muslim tau
bahwa itu juga adalah jalan para Imam. Sa’at manusia masuk Qubur akan dita nyakan
beberapa pertanyaan oleh Malaikat Mungkar wa Nangkir. Semua muslim mampu
menjawab nya kecuali hanya satu saja pertanyaan yang membuat sebahagian besar
kaum Muslimin terkejut dan tidak pernah mendengar saat di Dunia, yaitu
"Man Imamuka"
Dulu ketika orang Amerika datang
ke Afrika, menangkap berkapal-kapal orang Afrika, lalu membawa nya ke Amerika
untuk diperjual-belikan. Yang "Hitam" ini kebanyakan manusia tau
bahwa mereka adalah "budak-budak ortodoks", (namun orang-orang Afrika
dewasa ini sudah sadar dan mengenal siapa yang memperbudak mereka dulu, malah
justeru geleran tuan-tuan mereka menjadi budak-budak modern sekarang). Akan
tetapi tidak semua manusia tau bahwa "Budak-budak moderen" jauh lebih
banyak dari budak-budak ortodoks tadi. Malah budak modern itu termasuk para
Insinyur, Dok tor dan bahkan Prophessor itu sendiri.
Pembaca yang mulia!
Saya belum menjelaskan mana sosok
manusia budak modern tadi dan juga belum menjelaskan hakikat daripada
"Semut Hitam" diatas. Barangkali ini lebih efektif saya jelaskan
manakala ada yang bertanya. Perlu saya beritahukan bahwa saya ini bukan Doktor,
apa lagi Professor. Saya juga bukan Ustaz dan orang ‘Alim. Memang saya pernah
menimba ilmu di perguruan Tinggi dan berhasil meraih titelnya tetapi ilmu di
perguruan tersebut tidak saya gunakan dan bahkan kedudukan saya dalam pegawai
negeri juga saya tinggalkan untuk berlanglangbuana sampai ke Ujung Dunia.
Alhamdulillah saya meraih ilmu dari "Jubah Abu Dzar Ghifari" .Mungkin
disinilah yang membedakan saya dengan sebahagian partisipan lainnya di medan
Internet ini.
Sebahagian manusia mengenal
"Muslim Syi’ah Imamiah 12" tetapi sebahagian mereka belum mengenal
bahwa diantara Muslim Syi’ah Imamiah 12 ada yang "hitam" dan ada yang
"merah". Yang hitam itu adalah Syi’ah berwajah pucat, Syi'ah
dekaden/Syi’ah Safawi. Yang
merah itu adalah Syi’ah berwajah merah, Syi'ah revolusioner/Syi’ah Alawi. Perlu
digarisbawahi bahwa yang Alawi juga ada yang sekedar namanya "Alawit"
tetapi sesungguhnya mereka bukan Alawi murni. Lebih jauh lagi harus dipahami
bahwa ada orang non Acheh tetapi dia lebih Acheh daripada "orang
Acheh", ada orang non Syi’ah Imamiah 12 tetapi dia lebih Syi’ah daripada
"Syi’ah". Justeru itu berhati-hatilah hingga kita mampu mendeteksi
fenomenanya sebagaimana kita mampu mendeteksi semut hitam yang berjalan batu hitam di malam kelam.
Ketika Rasulullah saww masih hidup di Dunia
yang akan fana kini, beliau duduk bersama para sahabat di atas pasir.
Rasulullah saww memiliki sebuah ranting di tangannya. Beliau menggoreskan
sebuah garis lurus. Kata beliau, ini adalah Shiratal mustaqim, jalan yang lurus
(Jalan Allah swt dan juga jalanku). Lalu Rasulullah saww menggoreskan sebuah
garis lurus lainnya dibawah garis tadi. Garis tersebut lurus juga tetapi agak
besar. Lalu beliau membuat garis berkelok-kelok/bergelombang di dalam garis
besar tersebut. Sesekali kurvanya kelihatan atas-bawah macam tanaman menjalar
melilit dahan petai yang lurus. Memang kedua garis itu sama-sama nampak lurus tetapi
hanya yang diatas saja jalan Allah swt dan RasulNya serta para Imam. sedangkan
yang dibawah adalah jalan Syaithan/ Thaghut, inilah yang yang dimaksudkan
"Semut hitam berjalan diatas batu hitam diwaktu malam". Tidak ada yang
mampu mendeteksinya kecuali Mu'min yang cerdik.
Sa’at kita buka mata kita, lalu kita layangkan
keseluruh antero Dunia memang banyak kita temukan jalan yang bengkok dan banyak
pula jalan yang lurus tetapi tidak semua kaum Muslimin mampu mendeteksi jalan
yang nampak lurus, sesungguhnya adalah jalan Thaghut juga. Bahkan tidak semua
Muslim Syi’i mampu mendeteksinya, kenapa? Rayuan Dunialah yang membuat mata
mereka kabur hingga mereka bermasalah saat menjawab pertanyaan Malaikat Mungkar
wa Nangkir kecuali pribadi-pribadi yang mendapat Syafaat dari pribadi-pribadi
yang mendapat wewenang dari Allah swt sendiri. (Pengikut Ahlulbayt Rasulullah
saww memahami Fenomena tersebut)
Hati-hatilah saudaraku!
Fenomena alam memperjelaskan
persoalan tersebut:
TINJAUAN FENOMENA ALAM
Manusia hidup di Dunia ini penuh
dengan ujian dan tantangan untuk menuju tempatnya semula (baca tempat Adam
bersama Siti Hawa) Andaikata tidak berhasil, mereka akan masuk Neraka dan kekal
selama-lamanya. (na'uzu billahi min zalik). Hal ini dapat kita analisa proses
tumbuh-tumbuhan sebagai "ayat" Allah yang alami. Ambillah contoh
pokok kelapa dimana setiap tungkulnya bisa berbunga lebih-kurang seribu bakal
buah. Namun yang sempat menjadi putik lebih-kurang lima puluh buah. Lalu putik
tersebut mampu menjadi kelapa siap pakai lebih-kurang 25 buah (kelapa muda),
itu pun masih teruji lagi dengan gangguan tupai sehingga tinggal hanya
lebih-kurang 10 buah yang dapat bermanfa'at untuk manusia.
Kemudian kita lihat contoh yang lain dari pohon
Durian yang representant, mampu berbunga satu milyar calon buah. Dari
satu milyar itu yang sempat jadi putik lebih-kurang satu juta. Dari satu juta
itu yang berhasil untuk melawan ujian sengatan serangga, hembusan angin,
guyuran hujan dan sebagainya lebih kurang 5 ratus buah. Dari 5 ratus buah itu
masih mengalami ujian jenis lainnya seperti kalong, tupai dan penjakit alami
lainnya yang membuat buah itu tawar rasanya. Akhirnya yang dapat bermanfaat
untuk manusia atau memenuhi standar durian sekitar lebih-kurang 200 buah saja.
Demikianlah gambaran manusia ini.
Pertama kita ambil saja yang telah berikrar untuk mengucap dua kalimah syahadah
di Tanah Rencong. Lalu di uji lagi yang ada melakukan Shalat, Puasa dan
membayar Zakat. Lalu di uji lagi dengan beramar makruf nahi mungkar. Akhirnya
diuji dengan "Bahtera" yang kita naiki, apakah bahtera yang tunduk
patuh kepada Allah atau kepada Thaghut, apakah mereka termasuk orang-orang yang
bersatupadu untuk membela kaum mustadhafin, melepaskan beban yang menimpa
kuduk-kuduk mereka (QS.7:157 & QS,90:12-18) atau egois dan bangga sebagai dosen
dalam system Thagut yang zalim, hipokrit dan korrupt, maha guru, Propessor,
Doktor, Direktur suatu surat kabar, sementara semua mereka itu hanya
mementingkan diri dan keluarganya masing-masing.
Akhirnya penganut Islam di Dunia
yang lebih kurang 2 milyar, tinggal yang benar-benar beriman mungkin hanya
sekitar ratusan juta saja yang redha Allah. Bayangkan berapa jumlahnya yang
termasuk benar-benar beriman dari orang-orang yang ada di pulau Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi dan West Papua?
Sekarang kita bertanya pada diri
kita masing-masing adakah saya ini termasuk dalam bilangan orang-orang yang
benar-benar beriman, sehingga terbebas dari siksaan api Neraka ? Jawabannya
marilah kita berusaha dengan serius, memaksimalkan alat fikir kita yang telah
dianugerahkan Allah swt. Dengan anugerah Allah itulah kita mampu nmenyaring,
menganalisa mana jalan yang haq diantara sekian banyak jalan yang bathil. Akhir
sekali yang tidak boleh kita lupa adalah berdo’a sesuai dengan petunjukNya sebagaimana yang
diaplikasikan para Rasul, Imam - Imam dan Ulama warasatul ambia, bukan ulama
gadongan. Andaikata kita termasuk orang yang terlanjur berada dalam system yang
menzalimi kaum mustadhafin, cepatlah berpatah balik sebelum terlambat.
Disinilah gunanya tulisan saya yang tidak bermaksud untuk menyakiti hati
siapapun tetapi demi menyelamatkan manusa dari bahtera Namrud ke bahtera
Ibrahim, dari bahtera Fir’un ke bahtera Musa dan Harun, dari bahtera
Kaisar-kaisar di Rhoma ke bahtera ’Isa bin Maryam, dari bahtera Abu Sofyan ke
bahtera Muhammad saww, dari bahtera Muawiyah ke bahtera Imam ’Ali bin Abi
Thalib, dari bahtera Yazid bin Mu’a wiyah ke bahtera Imam Hussein, dari bahtera
Syah Reza Palevi ke bahtera ”Imam” Khomaini.
Nah persoalan yang terjadi
diantara orang - orang yang bersekongkol dalam system thaghut dan orang - orang
yang antithesis dengannya juga merupakan proses ujian Allah untuk menentukan
keme nangan atau kekalahan Akhiratnya, kendatipun kebanyakan manusia enggan
melihat persoalan kene garaannya dengan kacamata Al Qur-an. Akibatnya mereka
cenderung menampilkan "hukum Rim ba", Yang kuat memakan yang lemah,
yang kaya memperbudak yang miskin, yang pintar membodoh-bodohi kaum
mustadhafin.
Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di
Ujung Dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar