ANDAIKATA SUNNI TETAP SAJA MEMUSUHI SYI’AH IMAMIYAH 12/ISLAM
PENGIKUT AHLULBAYT RASULULLAH SAWW TERINDIKASI MEREKA KHAWATIR KALAU SYI’AH
EXIST/WUJUD AKAN TERBONGKAR KEPALSUAN AGAMA MEREKA
hsndwsp
Acheh – Sumatra
di
Ujung Dunia
Orang
Sunni menuduh orang Syi’ah menyembah batu. Lalu orang Syi’ah menjawab tuduhan:
“kalian juga menyembah tikar mushalla. Apa bedanya sih antara batu dan
tikarmushalla?” Kalau kami menaruh tanah Karbala diatas tikar Mushalla adalah
berdasarkan hadist Nabi: “Sujud tidak sah, kecuali diatas tanah”.
Justeru
itulah kami mengambil berkah dengan tanah Karbala (tanah tempat Syahidnya Imam
Hussein, cucu kesayangan Rasulullah saww, sebagai ketua pemuda di Surga). So
secara tidak langsung kami telah menghubungkan sejarah “benang merah” tersebut,
hidup subur dikalangan kami pecinta ahlulbayt.
Darimana
munculnya persoalan diatas?
Dari
kelirunya ketika menterjemah kan “a’budu” kepada menyembah”. Arti yang tidak
melenceng daripada “a’budu” adalah: “memperhambakan diri, mengikuti atau
tundukpatuh”. Menyembah itu ba hasa Sangskerta atau bahasa Hindu atau bahasa Jawa Kuno. Seperti 'Sembahyang' samadengan 'me nyembah Dewa'. Sayangnya masih banyak orang kita yang tidak mengetahui keliru 180 derajad. Un tuk lebih jelas siklakjan klik di http berikut ini:
https://achehkarbala.blogspot.no/2009/06/tak-ada-satu-bahasapun-yang-mampu.html
https://achehkarbala.blogspot.no/2009/06/tak-ada-satu-bahasapun-yang-mampu.html
Tidak
seorangpun mampu menyembah Allah swt. Jangankan menyembah, melihat saja manusia
tidak mampu. Ingatlah peristiwa Nabi Musa as minta Allah memperlihatkan Diri
kepadanya. Hal ini dapat disaksikan dalam Qur-an surah al A’raf ayat 143.
Ketika
Nabi masih di Dunia, pernah duduk diatas pasir bersama para sahabat. Beliau membuat sebuah
garis lurus dengan ranting yang ada ditangannya. Beliau berkata: “Ini adalah
jalanku yang lurus” (Shiratulmustaqim).
Lalu beliau membuat sebuah garis
lagi yang juga lurus tetapi besar dan didalamnya beliau buat garis kecil
berkelok-kelok. (Macam dahan petai yang lurus, dililit oleh tumbuhan yang
menjalar).
Kata Rasulullah saww selanjutnya,
itu adalah jalan syaithan (memang lurus juga tetapi bagi orang yang benar
imannya mampu membedakan dengan jalan yang lurus murni) (Shiratul mustaqim). Sesekali
kurva kelihatan muncul atas-bawah, persis macam tumbuhan menjalar, lagi melilit
pohon petai.
Betapa banyak system yang
menamakan diri “negara Islam” tetapi sesungguhnya bukan “negara Is lam” tetapi
negara orang Islam, disebabkan mayoritas penduduknya mengaku beragama Islam
semen tara systemnya tidak Islami tetapi itu adalah system “Taghut ” yang
seculer.
Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
Acheh – Sumatra
di
Ujung Dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar