Selasa, 29 Mei 2018

WALAUPUN BERBEDA SUNNI DAN SYI'AH TIDAK BOLEH BERMUSUHAN. SEBAB SATU TUHAN DAN NABI, SATU QUR-AN DAN QIBLAT. HANYA BEDA IMAMNYA





ANDAIKATA SUNNI TETAP SAJA MEMUSUHI SYI’AH IMAMIYAH 12/ISLAM PENGIKUT AHLULBAYT RASULULLAH SAWW TERINDIKASI MEREKA KHAWATIR KALAU SYI’AH EXIST/WUJUD AKAN TERBONGKAR KEPALSUAN AGAMA MEREKA

hsndwsp
Acheh – Sumatra
di
Ujung Dunia



Bismillaahirrahmaanirrahiim 
Orang Sunni menuduh orang Syi’ah menyembah batu. Lalu orang Syi’ah menjawab tuduhan: “kalian juga menyembah tikar mushalla. Apa bedanya sih antara batu dan tikarmushalla?” Kalau kami menaruh tanah Karbala diatas tikar Mushalla adalah berdasarkan hadist Nabi: “Sujud tidak sah, kecuali diatas tanah”.

Justeru itulah kami mengambil berkah dengan tanah Karbala (tanah tempat Syahidnya Imam Hussein, cucu kesayangan Rasulullah saww, sebagai ketua pemuda di Surga). So secara tidak langsung kami telah menghubungkan sejarah “benang merah” tersebut, hidup subur dikalangan kami pecinta ahlulbayt.

Darimana munculnya persoalan diatas?

Dari kelirunya ketika menterjemah kan “a’budu” kepada menyembah”. Arti yang tidak melenceng daripada “a’budu” adalah: “memperhambakan diri, mengikuti atau tundukpatuh”. Menyembah itu ba hasa Sangskerta atau bahasa Hindu atau bahasa Jawa Kuno. Seperti 'Sembahyang' samadengan 'me nyembah Dewa'. Sayangnya masih banyak orang kita yang tidak mengetahui keliru 180 derajad. Un tuk lebih jelas siklakjan klik di http berikut ini:

https://achehkarbala.blogspot.no/2009/06/tak-ada-satu-bahasapun-yang-mampu.html

Tidak seorangpun mampu menyembah Allah swt. Jangankan menyembah, melihat saja manusia tidak mampu. Ingatlah peristiwa Nabi Musa as minta Allah memperlihatkan Diri kepadanya. Hal ini dapat disaksikan dalam Qur-an surah al A’raf ayat 143.

Ketika Nabi masih di Dunia, pernah duduk diatas pasir bersama para sahabat. Beliau membuat sebuah garis lurus dengan ranting yang ada ditangannya. Beliau berkata: “Ini adalah jalanku yang lurus” (Shiratulmustaqim).

Lalu beliau membuat sebuah garis lagi yang juga lurus tetapi besar dan didalamnya beliau buat garis kecil berkelok-kelok. (Macam dahan petai yang lurus, dililit oleh tumbuhan yang menjalar).

Kata Rasulullah saww selanjutnya, itu adalah jalan syaithan (memang lurus juga tetapi bagi orang yang benar imannya mampu membedakan dengan jalan yang lurus murni) (Shiratul mustaqim). Sesekali kurva kelihatan muncul atas-bawah, persis macam tumbuhan menjalar, lagi melilit pohon petai.

Betapa banyak system yang menamakan diri “negara Islam” tetapi sesungguhnya bukan “negara Is lam” tetapi negara orang Islam, disebabkan mayoritas penduduknya mengaku beragama Islam semen tara systemnya tidak Islami tetapi itu adalah system “Taghut ” yang seculer.




                                                                   Billahi fi sabililhaq

hsndwsp

Acheh – Sumatra
di
Ujung Dunia






Tidak ada komentar:

Posting Komentar