Kamis, 26 April 2018

DIANTARA TUDUHAN-TUDUHAN YANG MENDISKREDITKAN SYI'AH IMAMIYAH 12/ISLAM MAZHAB JA'FARI/ISLAM PENGIKUT AHLULBAYT RASULULLAH SAWW





SELAIN MENUDUH SYI’AH

BERASAL DARI ABDULLAH BIN UBAI
KAUM FANATIKBUTA ITU
JUGA MENUDUH “RAJ’AH” BERASAL DARI
YAHUDI

hsndwsp
Acheh – Sumatra
di
Ujung Dunia



 Bismillaahirrahmaanirrahiim
DALIL-DALIL TENTANG ADANYA RAJ’AH (KEBANGKITAN KEMBALI SEKELOMPOK MANU SIA DARI UMMAH NABI MUHAMMAD SAWW)

Tidakkah mereka berjalan di muka bumi, agar mereka memiliki hati yang dengan nya mereka dapat menggunkan akal, dan mereka memiliki telinga yang dengan nya mereka dapat mendengar, karena sesungguhnya bukan mata yang buta, tapi hati yang di dalam dada yang buta.(QS, al Hajj: 46)

Dalil-dalil Tentang Adanya Raj’ah (Kebangkitan kembali sekelompok manusia dari ummah Rasulullah)

Raj’ah adalah, “Kebangkitan kembali sekelompok manusia dan ummah Rasulullah Saww yang memang tinggal derajat keimanannya dan kedurjanaan, untuk mene rima sebagian balasan mereka di dunia ini.”

Dalam masalah pembuktian tentang adanya Raj’ah (faham Raj’ah) ada dua hal yang penting yang harus dibahas:

1. Apakah kejadian Raj’ah itu adalah suatu yang mustahil atau tidak?
2. Apakah ada ayat atau hadits yang dapal dijadikan sebagai dalil tentang ada nya Raj’ah?

Untuk menjawab pertanyaan pertama adalah sebagai berikut: Raj’ah tidak berbe da dengan kebangkitan (Al-Ba’ats) ummat manusia pada hari kiamat kecuali da lam hal ruang dan waktu.

Raj’ah terjadi di dunia dan sebelum hari kiamat tiba, sedangkan Al-Ba’ats (Ke bang kitan sejati) terjadi setelah hari kiamat dan bertempat di alam akhirat

Adapun dalil-dalil aqli (akal atau rasio) yang pernah diutarakan oleh teolog-teolog Islam untuk membuktikan kebenaran Al-Ba’ats itu juga dapat digunakan untuk membuktikan adanya Raj‘ah secara akal

Untuk menjawab pertanyaan kedua adalah: Dalam al Qur-an banyak ayat-ayat yang menegaskan bahwa pada zaman Nabi-nabi terdahulu, sering terjadi sema cam Raj’ah yaitu bangkit atau hidupnya seorang atau sekelompok manusia sete lah mereka mengalami kematian.

Pertama:
Dinyatakan dalam al-Qur’an bahwa Nabi Isa As memiliki mu’jizat dapat menghi dupkan orang yang sudah mati. Dalam ayat yang berbunyi: “…dan aku menghi dupkan orang yang mati dengan seizin Allah…” (Q.S.3: 49)

Kedua:
Seorang dari bangsa Yahudi pernah melalui (lewat) pada suatu desa yang sudah hancur dan binasa penduduknya, lalu ia bertanya-tanya siapa ge rangankah yang akan membangkitkan semuanya ini? Lalu orang ini dimati kan oleh Allah selama 100 tahun, kemudian dibangkitkan kembali untuk mem buktikan bahwa Allah Maha Kuasa atas segalanya ini. Disebutkan dalam a yat yang berbunyi: “Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang-orang yang melalui suatu negeri yang (tembok nya telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata, ‘Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah ro boh? Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun. Kemudian menghidup kannya kembali, Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal disini? la menjawab, saya telah tinggal disini sehari atau setengah hari, Allah berfir man: Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya lihatlah ke pada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah dan lihatlah kele dai kamu (yang telah menjadi tulang-belulang); Kami akan menjadikan ka mu tanda-tanda kekuasan Kami bagi manusia dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Ka mi menutupnya dengan daging. Maka tatkala setelah nyata kepadanya (ba gaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas sega la sesuatu.” (Q.S. 2: 259)

Ketiga:
Al-Qur’an menceritakan ada sekelompok dari bani Israel yang melarikan diri dari ko ta mereka karena takut mati terserang oleh wabah yang tersebar luas, lalu Allah mematikan mereka semua, kemudian setelah menjadi tulang belu lang dan mus nah dimakan tanah mereka dibangkitkan dan dihidupkan seba gaimana semula, untuk menjadi bukti kebenaran “Al-Ba’ats”.

Ibnu Katsir berkomentar: “Dihidupkannya mereka itu merupakan bukti yang kuat dan nyata bahwa kebangkitan jasmani pada hari kiamat itu benar-benar akan ter jadi.” Kisah di atas kami kutip dari Tafsir Ibnu Katsir juz 1 hal 298.

Ayat-ayat yang dipakai oleh Ulama Imamiyah sebagai dalil Raj’ah: “Dan (i ngatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap ummat segolongan o rang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-bagi (da lam kelompok-kelom pok).” (Q.S .27: 83).

Ayat tersebut di atas menurut pandangan Ulama-ulama Syi’ah jelas menun jukkan adanya Raj’ah, sebab Allah berfirman bahwa Dia akan membangkit kan sekelom pok manusia yang mendustakan ayat-ayat-Nya, hal itu dapat dipahami secara je las dari kata “min” yang berarti sebagian. Jadi yang dibangkitkan hanya sekelom pok ummat saja, tidak semua ummat manusia, dan ini jelas berbeda dengan ke bangkitan total yang terjadi pada hari kiamat yang diberitakan dalam Al Qur’an bahwa tidak ada yang tersisa seo rangpun dalam firman-Nya: “Dan akan Kami kumpulkan seluruh manusia dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka.” (Q.S.18: 47). Lihat Tafsir Maj ma’ul Bayan jilid 4 Juz 7, hal. 234-235 diterbitkan oleh maktabah Ayatullah Al-Udzma Al-Mar’asi -Qum, Iran- Tahun 1403 H

Hadits atau riwayat-riwayat Ahlul Bait yang menyatakan hal ini cukup banyak dan kuat kedudukannya dan itu merupakan hal yang diakui secara luas dalam ajaran Ahlul Bait.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Syeikh Muhammad Ridha Al-Mudhaffar dalam bukunya “Aqa’id Al-Imamiyah” hal. 71. Kemudian beliau menambah kan bahwa fa ham Raj’ah bukan merupakan ajaran pokok (Ushul) Madzhab Syi’ah Imamiyah. Ha nya saja kita (orang-orang Syi’ah meyakini hal itu disebabkan adanya riwayat-riwa yat Shahih yang tak terbantahkan, yang datang dari jalur Ahlul Bait dan itu terma suk perkara Ghaib (belum terjadi) yang mereka sampaikan kepada kita. Dan penje lasan di atas akan nampak jelas kesalahan mereka yang berpendapat bahwa Raj ’ah adalah ajaran Yahudi yang tersisip ke dalam ajaran Syi’ah sebagaimana yang dinyatakan oleh Ahmad Amin penulis buku “Fajrul Islam”

Tidak semua kesamaan yang ada pada suatu ajaran dengan ajaran lainnya itu be rarti mengambil dari yang lain. Kalau memang demikian, orang dapat mengata kan bahwa beberapa pokok ajaran Islam itu diambil dan ajaran Nasrani dan Yahu di dikarenakan adanya kesamaan. Bukankah Al-Qur’an itu untuk membenarkan dan menetapkan sebagian dari ajaran Nasrani dan Ya hudi dalam ayat: “Dan Ka mi telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenar kan apa yang ada sebelumnya, yaitu ki tab-kitab (yang diturunkan sebelumnya).” (Q.S.5: 48)


Kalau memang benar bahwa Raj’ah itu disadap dari ajaran Yahudi, walau pun hal itu tidak pernah dapat dibuktikan berdasarkan kajian ilmiah. Inilah keterangan sing kat tentang faham Raj’ah beserta dalil-dalilnya. Mudah-mu dahan dapat sedikit memberi penjelasan bagi mereka yang belum mengerti (memahaminya)

Adapun untuk lebih puasnya kami persilahkan pembaca langsung merujuk tulisan-tulisan, kajian ulama-ulama Syi’ah tentang hal ini. Silakan trackel!

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آَذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ ( الحج:46)

Tidakkah mereka berjalan di muka bumi, agar mereka memiliki hati yang dengan nya mereka dapat menggunkan akal, dan mereka memiliki telinga yang dengan nya mereka dapat mendengar, karena sesungguhnya bukan mata yang buta, tapi hati yang di dalam dada yang buta.(QS, al Hajj: 46)





RAJ’AH ADALAH KEBANGKITAN LOKAL

IMAM HUSSEIN, KELUARGA DAN PARA SAHABAT SETIANYA AKAN DIBANGKIT LAGI PADA SAAT KEMUNCULAN IMAM MAHDI
AL MUNTAZHAR

Imam Husain as kemudian berkata: “Demi Allah, setelah semua kejadian ini kita ala mi, masa akan terus berjalan hingga kita semua keluar (hidup lagi) bersama Al-Qa im kita untuk membalas kaum yang zalim. Kami dan kalian akan menyaksikan ran tai, belenggu, dan siksaan-siksaan lain yang membantai musuh kita.

”Seseorang bertanya: “Siapakah AlQaim itu?”

Imam Husain as menjawab: “Dari kami (Ahlul Bait) terdapat dua belas orang Mahdi dimana yang pertama adalah Amirul Mu’ minin Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah orang yang (merupakan generasi) kesembilan dari anak keturunanku dan dialah Imam Al Qaim Bilhaq. Dengannyalah Allah akan menghidupkan bumi ini se telah kematiannya, dengannyalah Allah akan menjayakan agama kebenaran ini atas seluruh agama lain, walaupun orang-orang musyrik membencinya. Dia (Al Qa im) akan mengalami masa kegaiban dimana sepanjang masa ini sebagian kaum ada yang murtad sementara yang lain tetap teguh pada agama dan mencintai (Al Qaim), dan mereka akan ditanya:

'Kapankah janji (kebangkitan) ini (akan terpenuhi) jika kalian memang orang-orang yang jujur?'

Akan tetapi orang yang sabar pada masa kegaibannya akan mengalami ba nyak gangguan dan didustakan. Kedudukan orang itu sama dengan peju ang yang mengangkat pedang bersama Rasulullah.”

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa di alam maknawi Allah SWT menampak kan dosa-dosa makhluk-Nya. Kemudian, untuk menghapus dosa-dosa ini, Allah ber tanya kepada ruh para Nabi dan Wali-Nya:
“Siapakah diantara kalian yang siap berkorban dengan jiwa, harta, dan keluarga nya agar dosa-dosa ini terampuni?”

Sang pahlawan terkemuka Karbala menjawab:
“Aku siap berkorban dengan semua itu!”


23 Muntahal Amal hal.247
24 Bihar Al-Anwar juz 51 hal.132 / Syakhsiyat-e Husain as hal.284 Tragedi Karbala – Abatasya Islamic Website (http://abatasya. net)41
Background image of page 41

Info iconThis preview has intentionally blurred sections. Sign up to view the full version.

View Full Document Right Arrow Icon

Allah berfirman: “Wahai Husain, apakah kamu siap untuk gugur sebagai sya hid dalam keadaan haus dan lapar?" 
Imam Husain as menjawab: “Aku rela untuk itu!”. 

Allah berfirman: “Kepalamu akan ditancapkan diujung tombak lalu dipertontonkan di kota-kota, di padang sahara, dan di dalam pertemu an-pertemuan"
Imam Husain as menjawab: “Aku rela!”

Allah berfirman:
“Jasadmu akan dicincang dan dicampakkan ke tanah tanpa pakaian.”
Imam Husain menjawab:  “Aku rela!”

Allah berfirman:
“Para sahabatmu juga harus terbunuh.”
Imam Husain menjawab: “Aku pasrah.”

Allah berfirman: “Hamba-hambaku (saat itu) adalah para pemuda, dan pemuda mu yang berusia 18 tahun akan terbunuh didepan matamu.”
Imam Husain:  “Aku tetap pasrah”.

Allah berfirman:
“Di tengah mereka terdapat kaum wanita, dan keluargamu akan menjadi ta wa nan yang terbelenggu dan dipertontonkan dari kta ke kota, dari rumah ke rumah, dari lorong ke lorong.”
Imam Husain: “Aku pasrah”



Billahi fi sabililhaq
      hsndwsp
           di
   Ujung Dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar