SELAIN
MENUDUH SYI’AH
BERASAL
DARI ABDULLAH BIN UBAI
KAUM
FANATIKBUTA ITU
JUGA
MENUDUH “RAJ’AH” BERASAL DARI
YAHUDI
hsndwsp
Acheh
– Sumatra
di
Ujung
Dunia
DALIL-DALIL TENTANG
ADANYA RAJ’AH (KEBANGKITAN KEMBALI SEKELOMPOK MANU SIA DARI UMMAH NABI MUHAMMAD
SAWW)
Tidakkah mereka
berjalan di muka bumi, agar mereka memiliki hati yang dengan nya mereka dapat
menggunkan akal, dan mereka memiliki telinga yang dengan nya mereka dapat
mendengar, karena sesungguhnya bukan mata yang buta, tapi hati yang di dalam
dada yang buta.(QS, al Hajj: 46)
Dalil-dalil Tentang
Adanya Raj’ah (Kebangkitan kembali sekelompok manusia dari ummah Rasulullah)
Raj’ah adalah,
“Kebangkitan kembali sekelompok manusia dan ummah Rasulullah Saww yang memang
tinggal derajat keimanannya dan kedurjanaan, untuk mene rima sebagian balasan
mereka di dunia ini.”
Dalam masalah
pembuktian tentang adanya Raj’ah (faham Raj’ah) ada dua hal yang penting yang
harus dibahas:
1. Apakah kejadian Raj’ah itu adalah suatu yang
mustahil atau tidak?
2. Apakah ada ayat atau hadits yang dapal dijadikan
sebagai dalil tentang ada nya Raj’ah?
Untuk menjawab pertanyaan pertama adalah sebagai
berikut: Raj’ah tidak berbe da dengan kebangkitan (Al-Ba’ats) ummat manusia pada
hari kiamat kecuali da lam hal ruang dan waktu.
Raj’ah terjadi di dunia dan sebelum hari kiamat tiba,
sedangkan Al-Ba’ats (Ke bang kitan sejati) terjadi setelah hari kiamat dan
bertempat di alam akhirat
Adapun dalil-dalil aqli (akal atau rasio) yang pernah
diutarakan oleh teolog-teolog Islam untuk membuktikan kebenaran Al-Ba’ats itu
juga dapat digunakan untuk membuktikan adanya Raj‘ah secara akal
Untuk menjawab pertanyaan kedua adalah: Dalam al
Qur-an banyak ayat-ayat yang menegaskan bahwa pada zaman Nabi-nabi terdahulu,
sering terjadi sema cam Raj’ah yaitu bangkit atau hidupnya seorang atau
sekelompok manusia sete lah mereka mengalami kematian.
Pertama:
Dinyatakan dalam al-Qur’an bahwa Nabi Isa As memiliki
mu’jizat dapat menghi dupkan orang yang sudah mati. Dalam
ayat yang berbunyi: “…dan aku menghi dupkan orang yang mati dengan seizin
Allah…” (Q.S.3: 49)
Kedua:
Seorang dari bangsa
Yahudi pernah melalui (lewat) pada suatu desa yang sudah hancur dan binasa
penduduknya, lalu ia bertanya-tanya siapa ge rangankah yang akan membangkitkan
semuanya ini? Lalu orang ini dimati kan oleh Allah selama 100 tahun, kemudian
dibangkitkan kembali untuk mem buktikan bahwa Allah Maha Kuasa atas segalanya
ini. Disebutkan dalam a yat yang berbunyi: “Atau apakah (kamu tidak
memperhatikan) orang-orang yang melalui suatu negeri yang (tembok nya telah
roboh menutupi atapnya. Dia berkata, ‘Bagaimana Allah menghidupkan kembali
negeri ini setelah ro boh? Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun.
Kemudian menghidup kannya kembali, Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal
disini? la menjawab, saya telah tinggal disini sehari atau setengah hari, Allah
berfir man: Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya
lihatlah ke pada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah dan lihatlah
kele dai kamu (yang telah menjadi tulang-belulang); Kami akan menjadikan ka mu
tanda-tanda kekuasan Kami bagi manusia dan lihatlah kepada tulang-belulang
keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Ka mi menutupnya
dengan daging. Maka tatkala setelah nyata kepadanya (ba gaimana Allah
menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha
Kuasa atas sega la sesuatu.” (Q.S. 2: 259)
Ketiga:
Al-Qur’an
menceritakan ada sekelompok dari bani Israel yang melarikan diri dari ko ta
mereka karena takut mati terserang oleh wabah yang tersebar luas, lalu Allah
mematikan mereka semua, kemudian setelah menjadi tulang belu lang dan mus nah
dimakan tanah mereka dibangkitkan dan dihidupkan seba gaimana semula, untuk
menjadi bukti kebenaran “Al-Ba’ats”.
Ibnu Katsir berkomentar:
“Dihidupkannya mereka itu merupakan bukti yang kuat dan nyata bahwa kebangkitan
jasmani pada hari kiamat itu benar-benar akan ter jadi.” Kisah di atas kami
kutip dari Tafsir Ibnu Katsir juz 1 hal 298.
Ayat-ayat yang
dipakai oleh Ulama Imamiyah sebagai dalil Raj’ah: “Dan (i ngatlah) hari
(ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap ummat segolongan o rang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-bagi (da lam
kelompok-kelom pok).” (Q.S .27: 83).
Ayat tersebut di
atas menurut pandangan Ulama-ulama Syi’ah jelas menun jukkan adanya Raj’ah,
sebab Allah berfirman bahwa Dia akan membangkit kan sekelom pok manusia yang
mendustakan ayat-ayat-Nya, hal itu dapat dipahami secara je las dari kata “min”
yang berarti sebagian. Jadi yang dibangkitkan hanya sekelom pok ummat saja,
tidak semua ummat manusia, dan ini jelas berbeda dengan ke bangkitan total yang
terjadi pada hari kiamat yang diberitakan dalam Al Qur’an bahwa tidak ada yang
tersisa seo rangpun dalam firman-Nya: “Dan akan Kami kumpulkan seluruh manusia
dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka.” (Q.S.18: 47). Lihat Tafsir
Maj ma’ul Bayan jilid 4 Juz 7, hal. 234-235 diterbitkan oleh maktabah Ayatullah
Al-Udzma Al-Mar’asi -Qum, Iran- Tahun 1403 H
Hadits atau
riwayat-riwayat Ahlul Bait yang menyatakan hal ini cukup banyak dan kuat
kedudukannya dan itu merupakan hal yang diakui secara luas dalam ajaran Ahlul
Bait.
Sebagaimana yang
dinyatakan oleh Syeikh Muhammad Ridha Al-Mudhaffar dalam bukunya “Aqa’id
Al-Imamiyah” hal. 71. Kemudian beliau menambah kan bahwa fa ham Raj’ah bukan
merupakan ajaran pokok (Ushul) Madzhab Syi’ah Imamiyah. Ha nya saja kita
(orang-orang Syi’ah meyakini hal itu disebabkan adanya riwayat-riwa yat Shahih
yang tak terbantahkan, yang datang dari jalur Ahlul Bait dan itu terma suk
perkara Ghaib (belum terjadi) yang mereka sampaikan kepada kita. Dan
penje lasan di atas akan nampak jelas kesalahan mereka yang berpendapat bahwa
Raj ’ah adalah ajaran Yahudi yang tersisip ke dalam ajaran Syi’ah sebagaimana
yang dinyatakan oleh Ahmad Amin penulis buku “Fajrul Islam”
Tidak semua
kesamaan yang ada pada suatu ajaran dengan ajaran lainnya itu be rarti mengambil
dari yang lain. Kalau memang demikian, orang dapat mengata kan bahwa beberapa
pokok ajaran Islam itu diambil dan ajaran Nasrani dan Yahu di dikarenakan adanya
kesamaan. Bukankah Al-Qur’an itu untuk membenarkan dan menetapkan sebagian dari
ajaran Nasrani dan Ya hudi dalam ayat: “Dan Ka mi telah turunkan kepadamu
Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenar kan apa yang ada sebelumnya, yaitu
ki tab-kitab (yang diturunkan sebelumnya).” (Q.S.5: 48)
Kalau memang benar
bahwa Raj’ah itu disadap dari ajaran Yahudi, walau pun hal itu tidak pernah
dapat dibuktikan berdasarkan kajian ilmiah. Inilah keterangan sing kat tentang
faham Raj’ah beserta dalil-dalilnya. Mudah-mu dahan dapat sedikit memberi
penjelasan bagi mereka yang belum mengerti (memahaminya)
Adapun untuk lebih
puasnya kami persilahkan pembaca langsung merujuk tulisan-tulisan, kajian
ulama-ulama Syi’ah tentang hal ini. Silakan trackel!
أَفَلَمْ
يَسِيرُوا
فِي
الْأَرْضِ
فَتَكُونَ
لَهُمْ
قُلُوبٌ
يَعْقِلُونَ
بِهَا
أَوْ
آَذَانٌ
يَسْمَعُونَ
بِهَا
فَإِنَّهَا
لَا
تَعْمَى
الْأَبْصَارُ
وَلَكِنْ
تَعْمَى
الْقُلُوبُ
الَّتِي
فِي
الصُّدُورِ
( الحج:46)
Tidakkah mereka
berjalan di muka bumi, agar mereka memiliki hati yang dengan nya mereka dapat
menggunkan akal, dan mereka memiliki telinga yang dengan nya mereka dapat
mendengar, karena sesungguhnya bukan mata yang buta, tapi hati yang di dalam
dada yang buta.(QS, al Hajj: 46)
RAJ’AH
ADALAH KEBANGKITAN LOKAL
IMAM
HUSSEIN, KELUARGA DAN PARA SAHABAT SETIANYA AKAN DIBANGKIT LAGI PADA SAAT
KEMUNCULAN IMAM MAHDI
AL
MUNTAZHAR
Imam Husain as
kemudian berkata: “Demi Allah, setelah semua kejadian ini kita ala mi, masa akan
terus berjalan hingga kita semua keluar (hidup lagi) bersama Al-Qa im kita
untuk membalas kaum yang zalim. Kami dan kalian akan menyaksikan ran tai,
belenggu, dan siksaan-siksaan lain yang membantai musuh kita.
”Seseorang bertanya: “Siapakah AlQaim itu?”
Imam Husain as menjawab: “Dari kami (Ahlul Bait)
terdapat dua belas orang Mahdi dimana yang pertama adalah Amirul Mu’ minin Ali
bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah orang yang (merupakan generasi)
kesembilan dari anak keturunanku dan dialah Imam Al Qaim Bilhaq. Dengannyalah
Allah akan menghidupkan bumi ini se telah kematiannya, dengannyalah Allah akan
menjayakan agama kebenaran ini atas seluruh agama lain, walaupun orang-orang
musyrik membencinya. Dia (Al Qa im) akan mengalami masa kegaiban dimana sepanjang
masa ini sebagian kaum ada yang murtad sementara yang lain tetap teguh pada
agama dan mencintai (Al Qaim), dan mereka akan ditanya:
'Kapankah janji
(kebangkitan) ini (akan terpenuhi) jika kalian memang orang-orang yang jujur?'
Akan tetapi orang
yang sabar pada masa kegaibannya akan mengalami ba nyak gangguan dan
didustakan. Kedudukan orang itu sama dengan peju ang yang mengangkat pedang
bersama Rasulullah.”
Dalam sebuah
riwayat disebutkan bahwa di alam maknawi Allah SWT menampak kan dosa-dosa
makhluk-Nya. Kemudian, untuk menghapus dosa-dosa ini, Allah ber tanya kepada ruh
para Nabi dan Wali-Nya:
“Siapakah diantara
kalian yang siap berkorban dengan jiwa, harta, dan keluarga nya agar dosa-dosa
ini terampuni?”
Sang pahlawan
terkemuka Karbala menjawab:
“Aku siap berkorban
dengan semua itu!”
23 Muntahal Amal hal.247
24 Bihar Al-Anwar juz 51 hal.132 / Syakhsiyat-e Husain
as hal.284 Tragedi Karbala – Abatasya Islamic Website (http://abatasya. net)41
Background image of page 41
Info iconThis preview has intentionally blurred
sections. Sign up to view the full version.
View Full Document Right Arrow Icon
Allah berfirman: “Wahai Husain, apakah kamu siap untuk
gugur sebagai sya hid dalam keadaan haus dan lapar?"
Imam Husain as menjawab:
“Aku rela untuk itu!”.
Allah berfirman: “Kepalamu akan ditancapkan diujung
tombak lalu dipertontonkan di kota-kota, di padang sahara, dan di dalam pertemu
an-pertemuan"
Imam Husain as menjawab: “Aku rela!”
Allah berfirman:
“Jasadmu akan dicincang dan dicampakkan ke tanah tanpa
pakaian.”
Imam Husain menjawab: “Aku rela!”
Allah berfirman:
“Para sahabatmu
juga harus terbunuh.”
Imam Husain
menjawab: “Aku pasrah.”
Allah berfirman:
“Hamba-hambaku (saat itu) adalah para pemuda, dan pemuda mu yang berusia 18
tahun akan terbunuh didepan matamu.”
Imam Husain: “Aku tetap pasrah”.
Allah berfirman:
“Di tengah mereka
terdapat kaum wanita, dan keluargamu akan menjadi ta wa nan yang terbelenggu dan
dipertontonkan dari kta ke kota, dari rumah ke rumah, dari lorong ke lorong.”
Imam Husain: “Aku
pasrah”
Billahi fi
sabililhaq
hsndwsp
di
Ujung Dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar