Kamis, 19 April 2018

SYAHIDNYA IMAM HUSEIN DI PERTEMPURAN KARBALA KISAH HARI ASHURA 10 MUHARRAM 61 H Sumber: www.eramuslim. V


  



JADILAH DIRIMU SEBAGAI HUSSEIN ATAU ZAINAB KUBRA
KALAU TIDAK
BERARTI ANDA YAZID
TIDAK ADA ALTERNATIF LAINNYA

hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia



BAB 8
PENUNTASAN HUJJAH

Demi menuntaskan hujjahnya, Imam Husain as kemudian berseru kepada manusia-manusia durhaka itu:
"Hai orang-orang, coba kalian perhatikan kata-kataku. Kalian semua tahu si apa aku dan dengan siapakah nasabku bersambung. Kembalilah hati nurani kalian, niscaya kalian akan mencela diri kalian. Cobalah kalian sadari, apa kah maslahat untuk kalian jika kalian membunuhku?! Bukankah aku adalah putera dari puteri Nabi kalian? Bukankah aku adalah putera washi dan sepu pu nabi kalian? Bukankah aku adalah putera washi Nabi yang telah beriman sebelum orang lain beriman serta mengakui kebenaran apa yang dibawa Nabi dari Allah? Bukankah Hamzah, pemuka kaum syuhada’ adalah pa man ayahku? Bukankah Jakfar yang terbang di dalam surga dengan kedua sa yapnya itu adalah pamanku? Bukankah tentang aku dan kakakku, Hasan, kalian telah mendengar sabda Rasulullah saww: 'Sesungguhnya keduanya a dalah pemuka kaum pemuda penghuni surga'?

"Hai orang-orang, jika kalian mengakui kebenaran kata-kataku, kalian akan pasti mengetahui mana yang hak. Demi Allah, Allah memusuhi para pendus ta, dan karenanya aku tidak akan berdusta. Hai orang-orang, seandainya kalian meragukan kebenaran kata-kataku, apakah mungkin kalian meragu kan bahwa aku adalah putera dari puteri Nabi kalian? Demi Allah, baik di tengah kalian maupun di tengah orang-orang lain, tidak ada putera dari pu teri Nabi selain aku.

"Alangkah celakanya kalian. Adakah kalian hendak menuntut darahku se dangkan aku tidak pernah membunuh siapapun diantara kalian? Adakah ka lian akan meng-qisasku sedangkan aku tidak pernah mengusik harta benda kalian atau melukai seseorang dari kalian?"
Semua orang terdiam mendengar kata-kata Imam Husain as. Tak seorang pun berani menjawab. Beliau berseru lagi:
"Hai Syaits bin Rab'ii, Hai Hajjar bin Ajbar, hai Qais bin Asy'ats, hai Zaid bin Ha rits, bukan kalian telah menulis surat kepadaku dan menyatakan: 'Buah di po hon-pohon kami telah matang, kebun-kebun kami telah hijau, dan jika eng kau datang kepada kami niscaya kami akan mempersiapkan pasukan un tukmu'?"

Qais bin Asy'ats tiba-tiba menjawab:
"Kata-katamu ini sudah tidak ada gunanya lagi. Kamu tak usah berperang dan lebih baik menyerah kepada anak-anak pamanmu itu karena mereka tidak akan berbuat buruk kepadamu."
Imam Husain as berkata:
"Demi Allah, aku tidak akan menyerah kepada kalian. Aku tidak bersedia menjadi orang hina di depan orang-orang durhaka. Aku tidak akan membe bani diriku dengan ketaatan kepada aturan manusia-manusia yang terbe lenggu."

Puteri Fatimah Azzahra ini kemudian membacakan dua ayat suci dalam Al Quran dengan suara lantang:
"Sesungguhnya aku hanya berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kalian dari kehendak kalian untuk merajamku."
"Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kalian dari setiap manusia takabur yang tak beriman kepada hari pemba lasan."

Imam Husain as kemudian meminta Umar bin Sa'ad datang mendekati be liau. Meski dengan berat hati dan gengsi, Ibnu Sa'ad itu me menuhi permin taan Imam Husain as.
"Hai Ibnu Sa'ad!" Cecar Imam Husain as. "Apakah kamu akan membunuhku supaya Abdullah bin Siyad si anak zina dan putera zina itu menyerahkan keku asaan di Rey dan Jurjan kepadamu? Demi Allah, apa yang kamu harapkan itu tidak dapat kamu capai. Kamu tidak menyaksikan hari yang kamu harap kan akan menuai ucapan selamat atas kekuasaanmu di dua wilayah itu. Aku seakan sudah melihat bagaimana kepala tertancap diujung tombak kemu dian dilempari oleh anak-anak kecil di Kufah."

Kata-kata Imam Husain as ini memancing emosi Umar bin Sa’ad. Dia segera berpaling ke arah pasukannya sambil berteriak: “Menunggu apa kalian? Ce pat bereskan si pemalas ini. Seranglah Husain dan para pengikutnya yang jumlahnya hanya segelintir itu.”

Imam Husain as segera bergegas menunggangi kudanya. Orang-orang yang ada masih tetap dimintanya untuk tenang lagi. Ketika mereka masih berse dia diam, beliau menyampaikan sebuah khutbah yang diawali dengan puja puji kepada Allah dan salam serta salawat kepada para nabi dan rasul serta para Malaikat Allah. Dalam khutbahnya beliau antara lain berkata kepada pasukan musuh sbb:
“Celakalah kalian semua. Kemiskinan dan kesengsaraan adalah na sib kali an tadinya dengan penuh antusias telah menganggapku se bagai penyam bung lidah kalian sehingga kamipun datang dengan maksud menolong kali an. Namun, pedang-pedang yang tadinya adalah milik kami lalu kami serah kan kepada kalian kini telah ka lian hunus untuk menghabisi kami. Kobaran api yang tadinya kami kobarkan untuk me lawan musuh kami dan kalian kini kalian kobar kan terhadap kami. Kalian berkomplot dengan musuh untuk me numpas teman-teman kalian sendiri. Padahal musuh-musuh itu tidaklah me nerapkan keadilan di tengah kalian sehingga kalianpun tidak memiliki hara pan yang baik di tengah mereka.

“Karena itu celakalah kalian semua! Di saat pedang-pedang masih tersim pan di dalam sarungnya, ketika jiwa semua orang masih tenang dan tak a da yang berpikir untuk berperang, mengapa sejak itu pula ka lian enggan membiarkan kami tenang?! Sebaliknya ka lian malah se perti gerombolan ha ma yang mengalir menuju bencana, dan ibarat kumpulan kupu-kupu yang terbang centang perenang di tengah bencana.
“Celakalah kalian, hai para budak dan orang-orang pinggiran! Hai orang-orang yang berpaling dari Kitab Allah! Hai para pendurjana! Hai air ludah yang mengalir dari mulut syaitan! Hai para pemadam sun nah Ilahiah! Ada kah kalian masih akan membantu kelompok musuh dan membiarkan kami tertindas sendirian?”

Imam Husain as kemudian membacakan ayat-ayat suci AlQuran sbb:
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguh nya kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka, dan bagi mereka azab yang menghinakan. Allah se kali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yg baik (mukmin).”
“Demi Allah, perbuatan makar kalian ini bukanlah yang pertama ka linya. Per buatan ini sudah mengakar dan mendarah daging dalam diri kalian. Darinya lah dahan-dahan kalian tumbuh dan terawat. Kalian adalah buah paling na jis dari pohon ini dan kini sedang dikulum oleh pemilik yang mengawasinya, tetapi di saat kalian nanti sudah menjadi duri dan tulang yang mengganjal tenggorokan nisca ya kalian akan di telan begitu saja.”
“Ketahuilah, Ubaidillah bin Ziyad, anak zina putera si anak zina itu telah meng hadapkanku pada dua pilihan; berperang mengangkat pedang dan mene guk syahadah, atau pasrah kepada kehinaan, tetapi alangkah jauhnya kehi naan itu dari kami.”
“Allah tidak menerima kehinaan menimpa kami. Rasulullah dan orang –o rang yang beriman juga tidak menerimanya. Kesucian yang telah membina kami sama sekali tidak memperkenankan kami bera da di bawah kezaliman dan penganiayaan. Mereka semua tidak akan meres tui keputusan kami un tuk lebih mengutamakan ketaa tan kepada ma nusia-manusia durjana dan hina daripada kematian sebagai manusia agung dan mulia.”
“Ketahuilah bahwa aku bersama segelintir jamaahku ini telah siap berperang walaupun jumlah kami kecil dan tak akan ada lagi orang yang membantu kami.”
“Keengganan berkorban demi suatu kecintaan adalah pantangan bagi ka mi. Keengganan seperti ini agar kami dapat tidur nyenyak adalah panta ngan bagi kami. Kamilah orang-orang yang tak kenal lelah. Dalam ajaran kami tidak akan ada pengenduran tali pinggang.”
Imam Husain as kemudian mengaitkan kata-katanya dengan bait-bait syair Farwah bin Musaik Al Muradi. Dari beberapa bait syair itu beliau mengungkap kan tamsil sebagai berikut:
"Seandainya kami menang dan berhasil mengalahkan musuh maka ini bu kan sesuatu yang baru bagi kami karena sejak dulu kehendak dan kejadian seperti ini sudah pernah kami alami. Namun, sean dainya ka mipun tidak berdaya maka itu bukan berarti kami telah kalah karena niat dan kehendak kami adalah demi kebaikan dan ketakwaan, dan makna sedemikian ini ti dak akan pernah mengenal kata kalah.”

 (Alhamdulillah motto hsndwsp: “Yang benar pasti menang, yang menang belum tentu benar” sesuai dengan pernyataan Imam Hussein diatas). Imam Hussein, keluarga dan para sahabat setianya pasti menang paska kesyahi dannya, sedangkan musuh-musuh Imam pasti kalah. Hanya manusia yang tidak memiliki Ideoilogy Imam Husseinlah yang tidak mampu memahami pernyataan tersebut, hsndwsp).

Imam melanjutkan:
"Seandainya kematian menarik diri dari suatu kaum, maka kema tian akan mereggut suatu kaum yang lain, dan sesungguhnya tidak ada satupun ma nusia yang bisa lolos dari kematian. Kematian ini lah yang te lah meniadakan para pemuka kaum kami, sebagaimana ia telah meniadakan kaum-kaum terdahulu.”
"Seandainya para Raja dan Penguasa Bumi di alam Dunia dapat hidup aba di, niscaya kamipun akan dapat hidup abadi. Seandainya orang-orang be sar dapat bertahan hidup, maka kami pun juga akan berta han hidup. Akan tetapi keabadian (di alam dunia) tidak akan pernah ada.”
"Maka dari itu, katakanlah kepada mereka yang menghujat kami: 'Sadarlah kalian, dan ketahuilah bahwa kalian juga akan menyongsong kematian se bagaimana kami.'
"Demi Allah, setelah syahadahku nanti, kalian tidak akan bisa meng gapai a pa yang kalian dambakan. Kalian tidak akan bisa lama-lama di dunia ini. Se perti saat kalian berkelana dengan mengendarai, ka lian akan merasakan waktu ini hanya seperti putaran batu penggili ngan yang mengelilingi kalian. Dan karena porosnya berkutat pada kalian maka kalian tertambat pada ke raguan. Ini adalah suatu per janjian yang dijalin ayahku dengan restu kakek ku.”
"Sekarang coba kalian pertemukan pandangan kalian dengan pikIran para komplotan kalian. Cobalah kalian pikirkan lalu ambillah keputusan karena ka lian tahu pasti urusan kalian sendiri. Pikirkan matang-matang agar kalian tidak menyesal dan tertimpa beban pikiran. Jika ini sudah kalian pikirkan, maka ka lian tidak usah ragu-ragu dalam menyerangku. Habisilah aku sesegera mung kin!
"Aku bertawakkal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian semua. Tak sesu atu yang bergerak di muka bumi ini kecuali sudah ditentukan dalam kodrat-Nya. Saya yakin bahwa Tuhanku ada di pihak yang benar."

Imam Husain as kemudian menghadapkan wajahnya ke arah para saha batnya. Setelah mengucapkan pujian kepada Allah beliau berkata:
"Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Mulia telah meridhai terbu nuhnya kalian dan aku pada hari ini, maka sabarlah kalian dan bersiaplah untuk berperang."

Demi menuntaskan hujjahnya lagi, beliau berkata kepada para sahabat dan pengikutnya:
"Hai putera-putera yang mulia, bertabah kalian, karena sesungguhnya kema tian ini tidak lain adalah jembatan yang akan kalian titi dari penderitaan me nuju Surga yang sangat luas, menuju kenikmatan yang abadi. Maka jangan lah kalian khawatir untuk berpindah dari penjara menuju istana, sedangkan musuh-musuh kalian tidak lain ibarat orang yang dipindahkan dari istana me nuju penjara dan sik saan. Mengutipkan sabda Rasulullah, ayahku pernah berkata ke padaku: 'Sesungguhnya dunia adalah penjara bagi orang yang beri man dan surga bagi orang yang kafir. Kematian adalah jembatan menu ju surga bagi mereka yang beriman serta merupakan jembatan menuju nera ka bagi mereka yang kafir. Aku tidaklah berdusta dan tidak pula didustai."

BAB 9
ISTIGHATSAH IMAM HUSAIN AS DAN TAUBAT HUR

Imam Husain as kemudian berdoa:
“Ya Allah, janganlah Engkau turunkan air hujan dari langit untuk kaum ini. Azablah mereka dengan kekeringan dan kelaparan seperti pada zaman Nabi Yusuf. Kuasakan atas mereka nanti Astsaqafi agar mereka merasakan kegetiran karena mereka telah mendustakan kami, menisbatkan keboho ngan kepada kami, dan menyi a-nyiakan kami.  (Prediksi hsndwsp, ini ada lah Mukhtar Tsaqafi. Realitanya beliaulah yang berhasil membunuh semua pembunuh Imam Hussein. Do’a Imam ini membungkam argument para alimpalsu yang mengatakan tidak boleh mendo’akan yang tidak baik kepa da orang lain, hsndwsp)
“Ilahi, kami bertawakkal kepada-Mu. Kepada-Mulah kami dan segala sesuatu pasti akan kembali.”

Imam Husain as kemudian mendekati para pengikutnya dan berkata:
“Bersabarlah, sesungguhnya Allah telah mengizinkan kalian untuk berperang hingga titik penghabisan. Sesungguhnya kalian semua akan terbunuh kecu ali Ali bin Husain.”

Imam Husain as yang sudah siap bertempur berkata lagi:
“Adakah lagi seseorang yang akan menolongku demi mendapatkan keri dhaan Allah? Adakah lagi seseorang yang siap membela kehormatan Rasu lullah?”

Syaikh Mufid ra dalam kitabnya mengisahkan:
Saat mendengar istighotsah Imam Husain as, perasaan Hur bin Yazid tersen tuh sehingga dia datang mendekati Umar bin Sa’ad.
“Hai Umar, apakah kamu akan tetap memerangi orang ini?” Tanya Hur.
“Ya, demi Allah” Jawab Umar Bin Sa’ad. “Kita akan kobarkan perang yang paling dahsyat dimana paling tidak kepala-kepala mereka harus terpenggal sebagaimana tangan-tangan mereka harus terpotong dari jasad-jasad me reka.” Tambah Umar.
“Apakah tidak mungkin perbuatan ini dipertimbangkan lagi?”
“Itu mungkin saja seandainya kekuasaan ada di tanganku, namun pemim pinmu, Ubaidillah, tidak menghendaki perdamaian dan pembenahan kebi jakan seperti itu.”

Dengan hati kecewa Hur beranjak dari tempat Umar bin Sa’ad lalu terpaku di sebuah tempat di dekat Qurrah bin Qais, salah satu orang dekatnya. Hur bertanya kepada Qurrah: “Hai Qurrah, sudahkah kamu memberi minum kudamu hari ini?” “Belum.” Jawab Qurrah.
“Maukah kamu memberinya minum sekarang?” Tanya Hur lagi.

Dari pertanyaan ini, Qurrah curiga bahwa Hur berniat keluar dari rombongan pasukan, pergi, dan seterusnya. Namun, di luar dugaan itu, Hur ternyata per lahan-lahan bergerak mendekati Imam Husain as. Begitu sampai di hadapan beliau, Hur meletakkan telapak tangan di kepalanya sambil berseru:
“Ya Allah, aku kembali kepada-Mu. Ya allah, ampunilah aku yang telah membuat para pecinta dan putera-puteri Rasul-Mu menderita dan keta kutan.”

Saat melihat Hur mendekati Imam Husain itu, sebagian orang menduganya akan memulai peperangan. Namun, mereka baru sadar dugaan itu salah setelah melihat Hur membalikkan perisainya. Saat itu Hur datang menyapa Imam Husain as dimulai dengan ucapan salam takzim dan hormat lalu me nyusulnya dengan kata-kata:
“Hai putera Rasul, aku siap berkorban untukmu. Aku adalah orang yang beberapa waktu lalu telah mencegat perjalananmu, mencegah mu pulang, lalu menggiringmu ke tanah yang penuh dengan petaka ini tanpa aku tahu sebelumnya bahwa orang-orang ini akan menolak kata-katamu dan mem perlakukan dirimu sedemikian rupa. Demi Allah, seandainya aku tahu inilah yang akan terjadi, tidak mungkin akan berbuat seperti itu kepadamu. Seka rang aku menyesal, tetapi apakah mungkin Allah akan menerima taubat ku?”
Imam Husain as menjawab:
“Allah pasti akan menerima taubatmu.”

Beliau meminta Hur supaya beristirahat, namun Hur malah meminta restu be liau untuk segera memulai perjuangan di depan musuh. Imam pun berkata: “Semoga Allah merahmatimu. Aku mengizinkanmu berjuang.”

Hur kemudian meminta diri dari Imam Husain as dan pergi mendekati pasu kan Umar bin Sa’ad yang kini sudah menjadi musuhnya. Di depan mereka Hur memberondongkan kata-kata pedas dan kutukan. Begitu kata-kata Hur tuntang, beberapa orang pasukan Ibnu Sa’ad membidikkan anak panah ke arah Hur. Hur bergegas pergi menghadap Imam Husain as untuk memohon instruksi penyerangan.

Serentak dengan ini, Umar bin Sa’ad berteriak kepada budaknya: “Hai Darid, cepat maju!” Umar mengambil sepucuk anak panah dan memasangnya ke tali busur sambil berteriak lagi: “Hai orang-orang, saksikanlah bahwa akulah orang pertama yang membidikkan anak panah ke arah pasukan Husain.” Anak panah itupun melesat.

Sayid Ibnu Thawus meriwayatkan, melesatnya anak panah Umar bin Sa’ad se gera disusul dengan hujan panah dari anak buahnya ke arah pasukan Imam Husain as. Imam Husainpun menurunkan instruksi untuk melakukan perlawa nan.

(hsndwsp: Hur bin Yazid al Riyahi adalah satusatunya musuh yang menyam but seruan Imam Hussein. Luarbiasa Hur ini, belumpernah terjadi dalam sejarah seseo rang byang pada mulanya bekerjasama dengan musuh, akhirnya memihak Imam Hussein. Beliau telah berpindah tempat dari Neraka menuju Syurga. A pakah yang membuat Hur berpindah dari Neraka ke Syurga? Apakah filsafat hidupnya yang telah berobah dalam sekejap itu? Pastinya bukan. Kepemimpinanlah yang membuat beliau dipindahkan Allah dari semestinya masuk Neraka tetapi dimasukan ke dalam Syurga. Kita juga diingatkan sa’at berada dalam Qubur dengan beberapa pertanyaan Malai kat, diantaranya: "Man Imamuka, setelam Marrabbuka dan Mannabiyuka". Kalau pertanyaan ke 3 tidak dapat kita jawab, gugurlah semua pertanyaan sebelumnya. Logikanya dari Rasul kita mengenal Allah secara benar dan dari Imamlah kita mengenal Rasul secara benar. Konteks ini termasuk kata Allah:  "Atiullah wa ati’urrarul wa ulil amri mingkum".

Bersambung, insya Allah.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar