JADILAH
DIRIMU SEBAGAI HUSSEIN ATAU ZAINAB KUBRA
KALAU
TIDAK
BERARTI
ANDA YAZID
TIDAK
ADA ALTERNATIF LAINNYA
hsndwsp
Acheh
- Sumatra
di
Ujung
Dunia
BAB
8
PENUNTASAN
HUJJAH
Demi menuntaskan
hujjahnya, Imam Husain as kemudian berseru kepada manusia-manusia durhaka itu:
"Hai
orang-orang, coba kalian perhatikan kata-kataku. Kalian semua tahu si apa aku
dan dengan siapakah nasabku bersambung. Kembalilah hati nurani kalian, niscaya
kalian akan mencela diri kalian. Cobalah kalian sadari, apa kah maslahat untuk
kalian jika kalian membunuhku?! Bukankah aku adalah putera dari puteri Nabi
kalian? Bukankah aku adalah putera washi dan sepu pu nabi kalian? Bukankah aku
adalah putera washi Nabi yang telah beriman sebelum orang lain beriman serta
mengakui kebenaran apa yang dibawa Nabi dari Allah? Bukankah Hamzah, pemuka
kaum syuhada’ adalah pa man ayahku? Bukankah Jakfar yang terbang di dalam surga
dengan kedua sa yapnya itu adalah pamanku? Bukankah tentang aku dan kakakku,
Hasan, kalian telah mendengar sabda Rasulullah saww: 'Sesungguhnya keduanya a dalah
pemuka kaum pemuda penghuni surga'?
"Hai
orang-orang, jika kalian mengakui kebenaran kata-kataku, kalian akan pasti
mengetahui mana yang hak. Demi Allah, Allah memusuhi para pendus ta, dan
karenanya aku tidak akan berdusta. Hai orang-orang, seandainya kalian meragukan
kebenaran kata-kataku, apakah mungkin kalian meragu kan bahwa aku adalah putera
dari puteri Nabi kalian? Demi Allah, baik di tengah kalian maupun di tengah
orang-orang lain, tidak ada putera dari pu teri Nabi selain aku.
"Alangkah
celakanya kalian. Adakah kalian hendak menuntut darahku se dangkan aku tidak
pernah membunuh siapapun diantara kalian? Adakah ka lian akan meng-qisasku
sedangkan aku tidak pernah mengusik harta benda kalian atau melukai seseorang
dari kalian?"
Semua orang terdiam
mendengar kata-kata Imam Husain as. Tak seorang pun berani menjawab. Beliau
berseru lagi:
"Hai Syaits
bin Rab'ii, Hai Hajjar bin Ajbar, hai Qais bin Asy'ats, hai Zaid bin Ha rits,
bukan kalian telah menulis surat kepadaku dan menyatakan: 'Buah di po hon-pohon
kami telah matang, kebun-kebun kami telah hijau, dan jika eng kau datang kepada
kami niscaya kami akan mempersiapkan pasukan un tukmu'?"
Qais bin Asy'ats tiba-tiba menjawab:
"Kata-katamu
ini sudah tidak ada gunanya lagi. Kamu tak usah berperang dan lebih baik
menyerah kepada anak-anak pamanmu itu karena mereka tidak akan berbuat buruk
kepadamu."
Imam Husain as
berkata:
"Demi Allah,
aku tidak akan menyerah kepada kalian. Aku tidak bersedia menjadi orang hina di
depan orang-orang durhaka. Aku tidak akan membe bani diriku dengan ketaatan
kepada aturan manusia-manusia yang terbe lenggu."
Puteri Fatimah
Azzahra ini kemudian membacakan dua ayat suci dalam Al Quran dengan suara
lantang:
"Sesungguhnya
aku hanya berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kalian dari kehendak kalian untuk
merajamku."
"Sesungguhnya
aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kalian dari setiap manusia takabur yang
tak beriman kepada hari pemba lasan."
Imam Husain as kemudian meminta Umar bin Sa'ad datang
mendekati be liau. Meski dengan berat hati dan gengsi,
Ibnu Sa'ad itu me menuhi permin taan Imam Husain as.
"Hai Ibnu Sa'ad!" Cecar Imam Husain as.
"Apakah kamu akan membunuhku supaya Abdullah bin Siyad si anak zina dan
putera zina itu menyerahkan keku asaan di Rey dan Jurjan kepadamu? Demi Allah,
apa yang kamu harapkan itu tidak dapat kamu capai. Kamu tidak menyaksikan hari
yang kamu harap kan akan menuai ucapan selamat atas kekuasaanmu di dua wilayah
itu. Aku seakan sudah melihat bagaimana kepala tertancap diujung tombak kemu
dian dilempari oleh anak-anak kecil di Kufah."
Kata-kata Imam Husain as ini memancing emosi Umar bin
Sa’ad. Dia segera berpaling ke arah pasukannya sambil berteriak: “Menunggu apa kalian? Ce pat bereskan si pemalas ini.
Seranglah Husain dan para pengikutnya yang jumlahnya hanya segelintir itu.”
Imam Husain as segera bergegas menunggangi kudanya. Orang-orang
yang ada masih tetap dimintanya untuk tenang lagi. Ketika mereka masih berse dia
diam, beliau menyampaikan sebuah khutbah yang diawali dengan puja puji kepada
Allah dan salam serta salawat kepada para nabi dan rasul serta para Malaikat
Allah. Dalam khutbahnya beliau antara lain berkata kepada pasukan musuh sbb:
“Celakalah kalian
semua. Kemiskinan dan kesengsaraan adalah na sib kali an tadinya dengan penuh
antusias telah menganggapku se bagai penyam bung lidah kalian sehingga kamipun
datang dengan maksud menolong kali an. Namun, pedang-pedang yang tadinya adalah
milik kami lalu kami serah kan kepada kalian kini telah ka lian hunus untuk
menghabisi kami. Kobaran api yang tadinya kami kobarkan untuk me lawan musuh
kami dan kalian kini kalian kobar kan terhadap kami. Kalian berkomplot dengan
musuh untuk me numpas teman-teman kalian sendiri. Padahal musuh-musuh itu
tidaklah me nerapkan keadilan di tengah kalian sehingga kalianpun tidak
memiliki hara pan yang baik di tengah mereka.
“Karena itu
celakalah kalian semua! Di saat pedang-pedang masih tersim pan di dalam
sarungnya, ketika jiwa semua orang masih tenang dan tak a da yang berpikir
untuk berperang, mengapa sejak itu pula ka lian enggan membiarkan kami tenang?!
Sebaliknya ka lian malah se perti gerombolan ha ma yang mengalir menuju bencana,
dan ibarat kumpulan kupu-kupu yang terbang centang perenang di tengah bencana.
“Celakalah kalian,
hai para budak dan orang-orang pinggiran! Hai orang-orang yang berpaling dari
Kitab Allah! Hai para pendurjana! Hai air ludah yang mengalir dari mulut
syaitan! Hai para pemadam sun nah Ilahiah! Ada kah kalian masih akan membantu
kelompok musuh dan membiarkan kami tertindas sendirian?”
Imam Husain as kemudian membacakan ayat-ayat suci
AlQuran sbb:
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka
bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka.
Sesungguh nya kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya
bertambah-tambah dosa mereka, dan bagi mereka azab yang menghinakan. Allah se kali-kali
tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini,
sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yg baik (mukmin).”
“Demi Allah,
perbuatan makar kalian ini bukanlah yang pertama ka linya. Per buatan ini sudah
mengakar dan mendarah daging dalam diri kalian. Darinya lah dahan-dahan kalian
tumbuh dan terawat. Kalian adalah buah paling na jis dari pohon ini dan kini
sedang dikulum oleh pemilik yang mengawasinya, tetapi di saat kalian nanti
sudah menjadi duri dan tulang yang mengganjal tenggorokan nisca ya kalian akan
di telan begitu saja.”
“Ketahuilah,
Ubaidillah bin Ziyad, anak zina putera si anak zina itu telah meng hadapkanku
pada dua pilihan; berperang mengangkat pedang dan mene guk syahadah, atau
pasrah kepada kehinaan, tetapi alangkah jauhnya kehi naan itu dari kami.”
“Allah tidak
menerima kehinaan menimpa kami. Rasulullah dan orang –o rang yang beriman juga
tidak menerimanya. Kesucian yang telah membina kami sama sekali tidak
memperkenankan kami bera da di bawah kezaliman dan penganiayaan. Mereka semua
tidak akan meres tui keputusan kami un tuk lebih mengutamakan ketaa tan kepada
ma nusia-manusia durjana dan hina daripada kematian sebagai manusia agung dan
mulia.”
“Ketahuilah bahwa
aku bersama segelintir jamaahku ini telah siap berperang walaupun jumlah kami
kecil dan tak akan ada lagi orang yang membantu kami.”
“Keengganan berkorban demi suatu kecintaan adalah
pantangan bagi ka mi. Keengganan seperti ini agar kami dapat tidur nyenyak
adalah panta ngan bagi kami. Kamilah orang-orang
yang tak kenal lelah. Dalam ajaran kami tidak akan ada pengenduran tali pinggang.”
Imam Husain as
kemudian mengaitkan kata-katanya dengan bait-bait syair Farwah bin Musaik Al
Muradi. Dari beberapa bait syair itu beliau mengungkap kan tamsil sebagai
berikut:
"Seandainya
kami menang dan berhasil mengalahkan musuh maka ini bu kan sesuatu yang baru
bagi kami karena sejak dulu kehendak dan kejadian seperti ini sudah pernah kami
alami. Namun, sean dainya ka mipun tidak berdaya maka itu bukan berarti kami
telah kalah karena niat dan kehendak kami adalah demi kebaikan dan ketakwaan,
dan makna sedemikian ini ti dak akan pernah mengenal kata kalah.”
(Alhamdulillah motto hsndwsp: “Yang benar
pasti menang, yang menang belum tentu benar” sesuai dengan pernyataan Imam Hussein
diatas). Imam Hussein, keluarga dan para sahabat setianya pasti menang paska
kesyahi dannya, sedangkan musuh-musuh Imam pasti kalah. Hanya manusia yang
tidak memiliki Ideoilogy Imam Husseinlah yang tidak mampu memahami pernyataan
tersebut, hsndwsp).
Imam melanjutkan:
"Seandainya
kematian menarik diri dari suatu kaum, maka kema tian akan mereggut suatu kaum
yang lain, dan sesungguhnya tidak ada satupun ma nusia yang bisa lolos dari
kematian. Kematian ini lah yang te lah meniadakan para pemuka kaum kami,
sebagaimana ia telah meniadakan kaum-kaum terdahulu.”
"Seandainya
para Raja dan Penguasa Bumi di alam Dunia dapat hidup aba di, niscaya kamipun
akan dapat hidup abadi. Seandainya orang-orang be sar dapat bertahan hidup,
maka kami pun juga akan berta han hidup. Akan tetapi keabadian (di alam dunia)
tidak akan pernah ada.”
"Maka dari
itu, katakanlah kepada mereka yang menghujat kami: 'Sadarlah kalian, dan
ketahuilah bahwa kalian juga akan menyongsong kematian se bagaimana kami.'
"Demi Allah,
setelah syahadahku nanti, kalian tidak akan bisa meng gapai a pa yang kalian
dambakan. Kalian tidak akan bisa lama-lama di dunia ini. Se perti saat kalian
berkelana dengan mengendarai, ka lian akan merasakan waktu ini hanya seperti
putaran batu penggili ngan yang mengelilingi kalian. Dan karena porosnya
berkutat pada kalian maka kalian tertambat pada ke raguan. Ini adalah suatu per
janjian yang dijalin ayahku dengan restu kakek ku.”
"Sekarang coba
kalian pertemukan pandangan kalian dengan pikIran para komplotan kalian.
Cobalah kalian pikirkan lalu ambillah keputusan karena ka lian tahu pasti
urusan kalian sendiri. Pikirkan matang-matang agar kalian tidak menyesal dan
tertimpa beban pikiran. Jika ini sudah kalian pikirkan, maka ka lian tidak usah
ragu-ragu dalam menyerangku. Habisilah aku sesegera mung kin!
"Aku
bertawakkal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian semua. Tak sesu atu yang
bergerak di muka bumi ini kecuali sudah ditentukan dalam kodrat-Nya. Saya yakin
bahwa Tuhanku ada di pihak yang benar."
Imam Husain as kemudian menghadapkan wajahnya ke arah para
saha batnya. Setelah mengucapkan pujian kepada Allah beliau berkata:
"Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Mulia
telah meridhai terbu nuhnya kalian dan aku pada hari ini, maka sabarlah kalian
dan bersiaplah untuk berperang."
Demi menuntaskan hujjahnya lagi, beliau berkata kepada
para sahabat dan pengikutnya:
"Hai putera-putera yang mulia, bertabah kalian,
karena sesungguhnya kema tian ini tidak lain adalah jembatan yang akan kalian
titi dari penderitaan me nuju Surga yang sangat luas, menuju kenikmatan yang
abadi. Maka jangan lah kalian khawatir untuk berpindah dari penjara menuju
istana, sedangkan musuh-musuh kalian tidak lain ibarat orang yang dipindahkan
dari istana me nuju penjara dan sik saan. Mengutipkan sabda Rasulullah, ayahku
pernah berkata ke padaku: 'Sesungguhnya dunia adalah penjara bagi orang yang
beri man dan surga bagi orang yang kafir. Kematian adalah jembatan menu ju
surga bagi mereka yang beriman serta merupakan jembatan menuju nera ka bagi
mereka yang kafir. Aku tidaklah berdusta dan tidak
pula didustai."
BAB 9
ISTIGHATSAH IMAM HUSAIN AS DAN TAUBAT HUR
Imam Husain as kemudian berdoa:
“Ya Allah, janganlah Engkau turunkan air hujan dari
langit untuk kaum ini. Azablah mereka dengan
kekeringan dan kelaparan seperti pada zaman Nabi Yusuf. Kuasakan atas mereka
nanti Astsaqafi agar mereka merasakan kegetiran karena mereka telah mendustakan
kami, menisbatkan keboho ngan kepada kami, dan menyi a-nyiakan kami. (Prediksi hsndwsp, ini ada lah Mukhtar
Tsaqafi. Realitanya beliaulah yang berhasil membunuh semua pembunuh Imam
Hussein. Do’a Imam ini membungkam argument para alimpalsu yang mengatakan tidak
boleh mendo’akan yang tidak baik kepa da orang lain, hsndwsp)
“Ilahi, kami
bertawakkal kepada-Mu. Kepada-Mulah kami dan segala sesuatu pasti akan
kembali.”
Imam Husain as
kemudian mendekati para pengikutnya dan berkata:
“Bersabarlah,
sesungguhnya Allah telah mengizinkan kalian untuk berperang hingga titik
penghabisan. Sesungguhnya kalian semua akan terbunuh kecu ali Ali bin Husain.”
Imam Husain as yang sudah siap bertempur berkata lagi:
“Adakah lagi
seseorang yang akan menolongku demi mendapatkan keri dhaan Allah? Adakah lagi
seseorang yang siap membela kehormatan Rasu lullah?”
Syaikh Mufid ra
dalam kitabnya mengisahkan:
Saat mendengar
istighotsah Imam Husain as, perasaan Hur bin Yazid tersen tuh sehingga dia
datang mendekati Umar bin Sa’ad.
“Hai Umar, apakah
kamu akan tetap memerangi orang ini?” Tanya Hur.
“Ya, demi Allah”
Jawab Umar Bin Sa’ad. “Kita akan kobarkan perang yang paling dahsyat dimana
paling tidak kepala-kepala mereka harus terpenggal sebagaimana tangan-tangan
mereka harus terpotong dari jasad-jasad me reka.” Tambah Umar.
“Apakah tidak
mungkin perbuatan ini dipertimbangkan lagi?”
“Itu mungkin saja
seandainya kekuasaan ada di tanganku, namun pemim pinmu, Ubaidillah, tidak
menghendaki perdamaian dan pembenahan kebi jakan seperti itu.”
Dengan hati kecewa
Hur beranjak dari tempat Umar bin Sa’ad lalu terpaku di sebuah tempat di dekat
Qurrah bin Qais, salah satu orang dekatnya. Hur bertanya kepada Qurrah: “Hai
Qurrah, sudahkah kamu memberi minum kudamu hari ini?” “Belum.” Jawab Qurrah.
“Maukah kamu
memberinya minum sekarang?” Tanya Hur lagi.
Dari pertanyaan
ini, Qurrah curiga bahwa Hur berniat keluar dari rombongan pasukan, pergi, dan
seterusnya. Namun, di luar dugaan itu, Hur ternyata per lahan-lahan bergerak
mendekati Imam Husain as. Begitu sampai di hadapan beliau, Hur meletakkan
telapak tangan di kepalanya sambil berseru:
“Ya Allah, aku
kembali kepada-Mu. Ya allah, ampunilah aku yang telah membuat para pecinta dan
putera-puteri Rasul-Mu menderita dan keta kutan.”
Saat melihat Hur
mendekati Imam Husain itu, sebagian orang menduganya akan memulai peperangan.
Namun, mereka baru sadar dugaan itu salah setelah melihat Hur membalikkan
perisainya. Saat itu Hur datang menyapa Imam Husain as dimulai dengan ucapan
salam takzim dan hormat lalu me nyusulnya dengan kata-kata:
“Hai putera Rasul,
aku siap berkorban untukmu. Aku adalah orang yang beberapa waktu lalu telah
mencegat perjalananmu, mencegah mu pulang, lalu menggiringmu ke tanah yang
penuh dengan petaka ini tanpa aku tahu sebelumnya bahwa orang-orang ini akan
menolak kata-katamu dan mem perlakukan dirimu sedemikian rupa. Demi Allah,
seandainya aku tahu inilah yang akan terjadi, tidak mungkin akan berbuat
seperti itu kepadamu. Seka rang aku menyesal, tetapi apakah mungkin Allah akan
menerima taubat ku?”
Imam Husain as menjawab:
“Allah pasti akan menerima taubatmu.”
Beliau meminta Hur supaya beristirahat, namun Hur
malah meminta restu be liau untuk segera memulai perjuangan di depan musuh.
Imam pun berkata: “Semoga Allah merahmatimu. Aku mengizinkanmu berjuang.”
Hur kemudian meminta diri dari Imam Husain as dan
pergi mendekati pasu kan Umar bin Sa’ad yang kini sudah menjadi musuhnya. Di
depan mereka Hur memberondongkan kata-kata pedas dan kutukan. Begitu kata-kata
Hur tuntang, beberapa orang pasukan Ibnu Sa’ad membidikkan anak panah ke arah
Hur. Hur bergegas pergi menghadap Imam Husain as untuk memohon instruksi
penyerangan.
Serentak dengan
ini, Umar bin Sa’ad berteriak kepada budaknya: “Hai Darid, cepat maju!” Umar
mengambil sepucuk anak panah dan memasangnya ke tali busur sambil berteriak
lagi: “Hai orang-orang, saksikanlah bahwa akulah orang pertama yang membidikkan
anak panah ke arah pasukan Husain.” Anak panah itupun melesat.
Sayid Ibnu Thawus
meriwayatkan, melesatnya anak panah Umar bin Sa’ad se gera disusul dengan hujan
panah dari anak buahnya ke arah pasukan Imam Husain as. Imam Husainpun
menurunkan instruksi untuk melakukan perlawa nan.
(hsndwsp: Hur bin
Yazid al Riyahi adalah satusatunya musuh yang menyam but seruan Imam Hussein.
Luarbiasa Hur ini, belumpernah terjadi dalam sejarah seseo rang byang pada mulanya
bekerjasama dengan musuh, akhirnya memihak Imam Hussein. Beliau telah berpindah
tempat dari Neraka menuju Syurga. A pakah yang membuat Hur berpindah dari
Neraka ke Syurga? Apakah filsafat hidupnya yang telah berobah dalam sekejap
itu? Pastinya bukan. Kepemimpinanlah yang membuat beliau dipindahkan Allah dari
semestinya masuk Neraka tetapi dimasukan ke dalam Syurga. Kita juga diingatkan
sa’at berada dalam Qubur dengan beberapa pertanyaan Malai kat, diantaranya:
"Man Imamuka, setelam Marrabbuka dan Mannabiyuka". Kalau pertanyaan
ke 3 tidak dapat kita jawab, gugurlah semua pertanyaan sebelumnya. Logikanya
dari Rasul kita mengenal Allah secara benar dan dari Imamlah kita mengenal
Rasul secara benar. Konteks ini termasuk kata Allah: "Atiullah wa ati’urrarul wa ulil amri
mingkum".
Bersambung, insya
Allah.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar