Selasa, 24 April 2018

FILSAFAT LOGIS ILLOGIS DAN ALOGIS





YANG LOGIS ITU MUDAH DITERIMA AKAL SEHAT
TETAPI YANG ILLOGIS DAN ALOGISLAH YANG KITA FOKUSKAN KALI INI
SEBAHAGIAN PARA AHLI MENGATAKAN PENGORBANAN NIETZCHE ITU TIDAK LOGIS
MASAK DIA BERKORBAN HANYA UNTUK SEEKOR KUDA?
PENGORBANAN NIETZCHE ITU MEMANG TIDAK LOGIS
DAN JUGA BUKAN ILLOGIS TETAPI ALOGIS

hsndwsp
di
Ujung Dunia


Bismillaahirrahmaanirrahiim
4 Penjara Manusia dalam ilmu Filsafat menurut Pemikir yang Tercerahkan
1. Penjara Alam
2. Penjara Sejarah
3. Penjara Masyarakat
4. Penjara Ego (mementingkan diri sendiri)
1......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
..........................................................................................................
...........................................................

3. Pemjara Masyarakat.
Sebagian orang Indonesia memahami bahwa kebanyakan politikus yang dipenjara oleh penguasa yang zalim (despotic) adalah politikus yang tidak bersalah. Kita masih mempertanyakan apakah orang-orang FPI tahu atau ti dak, fenomena tersebut. Andaikata mereka memahami fenomena tersebut dapat dipastikan bahwa mereka sendiri terpenjara dalam penjara masyara kat yang tidak Islami.

Sejarahnya Nusantara Indonesia masih sangat kelam (masih terpenjara dalam penjara ke 2/penjara sejarah). Belum sempat mengembangkan dirinya, penjajah belanda datang menanamkan polapikir yang fiodalis sesuai fenomena politik Nederland sendiri. Sepakter jang Belanda dibawa ke Nusantara bersamaan dengan pola pikir kapitalis dan orientalis. Setelah orang Indonesia berobah cara pikirnya, Belandapun pergi. Namun tanpa disadari sepakterjang Belanda berhasil ditanam terutama sekali pada politi kus dan para pemimpin Indonesia.

Fenomena ini dapat disaksikan bahwa politik Defide et Empere mulai direalisasikan peme rintah Indonesia terhadap West Papua, Ambon, Acheh-Sumatra dan sebagainya. Seharus nya kalau para politikus tidak mengikuti sepakterjang Belanda, kalau tidak mengembalikan Nusantara kepada sekitar 23 Negara pra penjajahan Belanda, berilah hak-hak negara sebelumnya dalam bentuk Negara-Negara Federasi. Dan hal ini pernah ditulis dalam sebuah buku oleh DR Hasan Muhammad Di tiro, sebelum Revolusi Acheh – Sumatra.

Andaikata para politikus Indonesia mau mendengar usulan DR Hasan Muhammad Ditiro sa’at itu, dapat dipastikan Acheh tidak akan bergolak hingga merugikan kedua belah pihak masyarakat Nusantara.

Islam sebagai agama yang berideologi Rahmatan Lil ‘Alamin, menyatakan bahwa kebe naran itu tidak tergantung pada banyak tidaknya orang yang meyakini suatu fenomena yang haq (Demokrasi) tetapi tergantung pada manusia yang meyakini bahwa kekuasaan itu milik Allah yang diperintahkan merealisasikannya pada WakilNya (Khalifatullah/Rasulullah/ para Imam yang diutus paska kewafatan RasulNya). Selama Wakil Tuhan belum muncul, fenomena Alam dan Masyarakat tetap saja tidak membawa masyarakat kearah yang Rah matan lil ‘Alamin.

Masyarakat Indonesia pada umumnya masih terbelenggu dalam penjara pertama, kedua dan ketiga. Kalau penjara-penjara ini saja belum mampu kita atasi, berbicara penjara ke 4 adalah suatuhal yang mustahil untuk digapainya kecuali oleh pribadi-pribadi yang memahami Cintanya Nietzche, cintanya Kupukupu. Agar pembaca yang belum terbiasa belajar ilmu Falsa fah, baikklah kita sampaikan sekelumit kisah Nietzche keluar dari penjara dirinya (penjara yang teramat sulit yaitu penjara Ego)

Suatu hari Nietzche berjalan menyusuri suatu jalan, dimana ia melihat seekor kuda yang berusaha keras untuk keluar dari sebuah parit, bernafas terengah-engah dibawah muatan berat dari sebuah kreta yang terjungkir diatasnya. Nietzche mengamati si pemilik sedang berusaha memaksa kuda tersebut agar keluar dari himpitan sehingga ia tidak akan kehilangan muatan kere tanya. Binatang malang itu sudah demikian terjerembab untuk bergerak, tetapi sipemilik yang nampaknya terlalu sayang pada muatan kereta daripa da keselamatan kudanya, mulai mengayunkan cemeti diatas punggung kuda secara sangat bengis. Kuda itu mulai bergerak sedikit keluar dari parit tersebut, tetapi ia gagal dan terjatuh kembali ke dalam parit dan salah satu kakinya patah serta kelihatan sangat payah.

Marah menyaksikan pandangan yang mengerikan akibat brutalitas manusia (basyar) tersebut, filosof tua itu memberitahukan si petani itu agar menghenti kan cambuknya pada kuda yang malang itu. Ia menasehatinya agar perta ma-tama muatan itu diambil terlebih dahulu, baru kemudian kuda itu dito long keluar dari parit. Namun si pemilik tidak menggubris kata-kata Nietzche. Basyar itu terus menghujani cambukan dan mendorong kuda itu. Hal itu mem buat sang filosof marah sedemikian rupa sehingga ia melompat dan meme gang leher baju si petani, sambil berkata: “Saya tidak akan membiarkanmu mencambuk binatang malamg ini begitu kejam!”. Akan tetapi si petani itu mampu melepaskan diri dan memukul jatuh Nietzche dan kemudian memu kulnya dengan keras sekali hingga dia meninggal beberapa hari kemudian. Filosof yang dimasa mudanya mencintai kekuasaan dan kekuatan serta memujanya, sekarang berdiri melawan kekuatan itu untuk menyelamatkan makhluk yang lemah dan terinjak-injak, akhirnya ia mengorbankan dirinya untuk suatu cita-cita kemanusiaan (yang sukar dipahami kebanyakan manu sia yang tidak memiliki pikiran yang kritis)

Kalau penjara 1,2 dan 3 sebetulnya tidak terlalu berat untuk keluar daripadanya. Tetapi penjara ke 4 itu manusia dan penjaranya menyatu. Kita tidak tau dimana pintunya dan dimana dindingnya. Kalau kita mau keluar dari penjara Alam kita bisa menundukkan alam dengan ilmu pengetahuan dan tekhnology. Untuk kekluar dari penjara Sejarah manusia bisa belajar tahapan-tahapan Historis dan hukum-hukum deterministik yang terjadi dalam perjala nan sejarah ummat manusia untuk kemudian kita kembangkan untuk kita bangun sesuai dengan cita ideal masa depan yang kita harapkan. Namun untuk keluar dari penjara Ego, semua perangkat ilmu menjadi tawanannya. Satu-satunya yang mampu membebaskan diri dari penjara Ego itu adalah "Cinta". Ibnu Arabi yang terkenal disamping Ibnu Sina dan Mulla Sadra dari Persia sering menggambarkan cinta ini dengan cintanya Majnun dan Laila. Saya tidak sependapat dengan mereka saat berbicara cinta. Bagi saya cintanya Laila dan Maj nun adalah dagang tetapi cinta sejati bukan dagang tetapi pengorbanan. Dalam agama Is lam murni tidak ada pacaran ala Laila dan Majnun. Bagaimana mungkin para filosof terse but bermain dengan sua tu contoh yang tidak Islami? Itulah dia cinta sejati yang diaplika sikan Nietz che. Demi cita-citanya nyawanya dikorbankan agar yang lain bisa hidup. Itulah cintanya "Kupukupu". Demi cintanya kepada lampu, nyala lilin, nyawanya dikorbankan hingga badannya hangus berterbangan menjadi abu. Demikianlan cinta sejati, cintanya kepada Allah swt. Kita mau berkorban demi mencari redhaNya, macam pengorbanan kupu-kupu. Simaklah puisi philosofis berikut ini:

https://achehkarbala.blogspot.no/2013/02/kupu-kupu-pelambang-cinta-sejati-jihad.html
https://achehkarbala.blogspot.no/2013/02/kupu-kupu-pelambang-cinta-sejati-jihad.html

Tindakan Nitzche adalah diluar logika. Logika terlalu sempit untuk dapat membenar kannya. Tin dakannya adalah tindakan murni berdasarkan cinta sebagai esensi kesadarannya. Namun jika cinta diambil untuk mengabdi suatu kepentingan pribadi, untuk memenuhi suatu keinginan untuk memu askan suatu harapan, itu bukan cinta. Itu adalah dagang. Cinta adalah memberi, bukan mengam bil atau kompensasi. Cinta adalah memilih dirinya mati agar yang lain bisa hidup, agar suatu cita-cita menang, agar suatu impian menjadi kenya taan. Ini adalah makna sesungguhnya dari i-thar  yang berarti mengorbankan nyawanya sendiri agar yang lain dapat hidup, memilih yang lain hidup sebagai ganti dirinya, dan me ngorbankan dirinya supaya yang lain bisa hidup. Jika ia mengetahui bahwa kematiannhya akan menyelamatkan suatu kehidupan atau cita-cita, ia memilih mati, agar yang lain bisa hidup, ia akan memilih kematian dirinya, kematian kepentingannya, namanya, keka yaannya, segala yang ia miliki-agar supaya yang lain dapat diselamatkan.

Berpikir, belajar dan mencari ketenangan hidup adalah suatu yang logis tetapi eksentrisitas kita, tidak mau berpikir saat melihat perpecahan diantara sesama kita, ikut-ikutnan penda pat orang ramai adalah illogis. Akan tetapi kebiasaan dan tindakan yang tidak logis maupun tidak illogis adalah alogis. Apa yang alogis memang tidak logis tetapi ia sarat dengan power dalam diri kita, mampu menghancurkan rantai logis sebab dan akibat untuk mengga pai cita-cita yang lebih luhur. Nabi Ibrahim tau persis bahwa resiko melawan pemimpin zalim adalah “kebakaran”, resiko daripada bermain api, namun disebabkan beliau seorang Imam yang sukses, apipun tunduk kepada Allah hingga Ibrahim selamat. Dengan kata lain Ibrahim masuk api Namrud agar apinya padam hingga ummah tidak kebakaran.


KEMAMPUAN LUARBIASA IMAM HUSSEIN, KELUARGA DAN SAHABAT SETIANYA
Cinta Hussein adalah cintanya kupukupu. Beliau sangat mampu keluar dari penjara Ego.
Yang paling cemerlang “cinta” itu telah diaplikasikan Imam Hussein, keluarga dan para sahabat setianya di Karbala. Imam Hussein tau persis bahwa untuk mencerabut segala ben tuk kezaliman beliau tidak boleh memikirkan keamanan diri sendiri. Realitanya sa’at adiknya Muhammad al Hanafiah dan Ibnu Abbas mengharapkan beliau untuk hijrah ke Yaman de ngan alasan Yaman tidak seperti Kofah yang sudah terbukti masyarakatnya tidak setia dan bahkan khianat. Imam menjawab bahwa beliau hijrah ke Kofah bukan misi untuk penak lukan. Beliau ke Kofah untuk mati. Dengan kematiannya beliau meyakini dapat tercerabut segala bentuk kezaliman yang telah menggerogoti kebenaran agama Islam murni. Dalam bahasa puitis dikatakan Hussein menyirami pohon Islam murni yang telah mati di tangan Yazid cs, dengan darah dan airmata.

Ibnu Abbas dan al Hanafiah menanggapi, kalau begitu kenapa anda bawa wanita dan anak-anak yang akan menderita nantinya. Imam menjawab bahwa beliau melakukannya sesuai arahan datuknya, Rasulullah dalam mimpi untuk mengikutkan wanita dan anak-anak. Allah hendak melihat mereka ditawan. Mereka itu semua hasil didikan Imam yang luarbiasa bersedia “sami’na wa ata’na”. Imam Hussein sendiri adalah anak dari seorang Imam (Imam Ali), adik dari seorang Imam (Imam Hassan), ayah daripada seorang Imam (Imam Ali Zainal Abidin as Sajjad), yang memiliki 9 orang Imam lanjutannya sebagai garis keturunannya. Dan juga yang terutama tidak dipahami oleh kebanyakan orang bahwa beliau juga anak Rasulullah sendiri. Hal ini sangat sukar dipahami oleh Muslim biasa kecuali mereka yang memahami ideology ayat Mubahalah:
Ayat mubahalah:

﴾فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِن بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنفُسَنَا وَأَنفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَل لَّعْنَتَ اللَّـهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ﴿

"Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah pengetahuan tentangnya datang kepadamu, maka katakanlah: 'Ayolah, kami panggil anak-anak kami dan anak-anak kalian, wanita-wanita kami dan wanita-wanita kalian, diri kami dan diri kalian, kemudian marilah kita berdoa kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta." (QS. Ali Imran [3]: 61)

#######


REALITA ADAM DAN NHAWA mampu keluar dari penjara Ego demi kemanusiaan.
Selanjutnya mari kita telusuri bagaimana Nabi Adam melepaskan diri dari penjara yang tidak ada duanya. Syurga tempat Adam dan Hawa dulu memang sangatlah fantastis dan adu hai tetapi andaikata  mereka berdua tidak bersedia makan buah ke’arifan itu, sampai hari ini hanya mereka berdua di alam Surgawi. Secara filosofis Adam dan Hawa memandang Surga itu sebagai pen jaranya yang harus mampu keluar daripadanya demi kemanusiaan. Manusia pertama saja sudah memperlihatkan diri untuk berkorban demi produktif, demi exisnya manusia-manusia pelanjut esta fetnya di Muka Bumi, bukan di Surga.

Secara philosofis kendatipun Syaithan menggoda M3, M3 tahupersis resiko memakan buah kayu tersebut yang secara philosofis juga lebih tepat dinamakan buah Kearifan. Ketika M3 sadar mereka tidak produktif di alam surgawi, mereka berkorban demi kemanusiaan dengan cara memakan buah Kearifan. Kendatipun resikonya diturunkan ke Bumi, sebagai hukuman dari pelanggaran yang mereka lakukan, namun mereka juga punya nilai plus yaitu disamping punya Wawasan dan Kearifan mereka juga sudah dapat berproduksi sementara sebe lum memakan buah kearifan, mereka harus tunduk patuh secara mutlak terhadap Konstitusi yang ada di Syurga, tanpa memberi kesempatan kepada keduanya untuk berfikir bebas dan juga bebas berbuat dengan segala resikonya.

Diatas segalanya mereka melepaskan diri dari status Malaikat yang tunduk patuh secara mutlak kepada Allah menjadi Manusia yang bebas berbuat dan mengembangkan keturu nannya (berproduksi). Pengorbanan M3 sangat diharapkan manusia sebagai keberun tu ngan. Andaikata M3 tidak mahu memakan buah Kearifan, sampai hari ini mereka tetap berdua saja yaitu M3 dan permaisurinya Siti Hawa.Sebab di Syurga hanya tempat berse nang-senang dan menikmati fasilitas Syurga yang serba kompleks, gemerlap dan fantastis, bukan tempat bekerja dan melahirkan bayi. Andaikata di Syurga dapat mela hirkan bayi, otomatis memerlukan kerja, paling kurang baby sister, buat perawatan ba yi-bayinya. Pa dahal di Surga tidak ada anak-anak dan juga tidak ada orang tua. Umur mereka semua muda belia dan jangan lupa kelak Imam Hassan dan Imam Hussein sebagai ketua pemu danya di Syurga (Hadist Nabi suci)

Adam sebagai manusia pertama, diciptakan Allah dari tanah, elemen yang paling hina namun di kombinasikan dengan roh Allah,spirit suci. Justru itu pada manusia terdapat dua kecenderungan. Kecenderungan mengikuti tanah sebagai bahan bakunya yang membuat dia hina dan kecenderungan mengikuti spirit Allah, roh suci yang menjadikan dia sangat mulia dalam pandangan Allah (lebih unggul dari para Malaikat). Tubuh manusia berasal dari tanah namun kendatipun dia cantik (ganteng) tidaklah berarti apa-apa kalau tidak ada nyawa, rohsuci. Tubuh tanpa nyawa akan menjadi santapan cacing-cacing tanah.

Kehidupan di Dunia akan menghadapkan manusia pada dua jalan. Jalan yang mendaki lagi sukar dan jalan yang mulus lagi menyenangkan (QS,90:10). Jalan yang mendaki lagi su kar adalah jalan yang membebaskan kaum dhuafa dari belenggu penindasan dan penja jahan, yang menimpa kuduk-kuduk mereka, membebaskan manusia dari system perbuda kan, baik perbudakan ortodok maupun perbudakan modern (QS,7:157 & QS, 90:12-18). Untuk menempuh jalan ini tidak boleh tidak dituntut untuk mendirikan system Allah. Untuk mendiri kan sistem Allah membutuhkan kemantapan Power dan Ideology sebab pasti akan berhada pan dengan kekuatan system Thaghut, jelasnya pasti akan berhadapan dengan medan tempur. Justru itulah para Rasul dilengkapi dengan Ideology, Mizan dan Power (QS Al-Hadid : 25).

Demikianlah kesimpulannya manusia dapat keluar dari kegelapan Penjara ke empat, penjara yang gelap dan kokoh dalam dirinya, dengan kekuatan cinta. Cinta memiliki kekuatan yang mendorong kita mampu menolak diri kita sendiri, memberontak melawan keinginan kita sendiri dan mengorbankan kehidupan kita untuk suatu cita-cita atau untuk orang lain. Ini adalah tahap puncak dari menjadi atau becoming atau manusia sempurna dan ini adalah syarat dimana manusia yang bebas berkreatif. Bila manusia telah membe baskan dirinya dari penjara alam dan masyarakat dengan sarana-sarana ilmu namun untuk membebaskan dirinya dari penjara yang ada dalam dirinya (penjara ego) haruslah  dengan sarana-sarana cinta dan iman, maka ia telah menjadi manusia yang bebas, memilih, sadar dan kreatif.

 Billahi fi sabilil haq
      Hsndwsp
Acheh – Sumatra
          Di
  Ujung Dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar