Kamis, 19 April 2018

SYAHIDNYA IMAM HUSEIN DI PERTEMPURAN KARBALA KISAH HARI ASHURA 10 MUHARRAM 61 H Sumber: www.eramuslim. II








JADILAH DIRIMU SEBAGAI HUSSEIN ATAU ZAINAB KUBRA 
KALAU TIDAK 
BERARTI ANDA YAZID 
TIDAK ADA ALTERNATIF LAINNYA

hsndwsp
di
Ujung Dunia



BAB 2
KARBALA, PESINGGAHAN TERAKHIR

Tentang keberadaan Imam Husain as di Karbala diriwayatkan bahwa ketika beliau tiba di padang ini kuda yang beliau tunggangi tiba-tiba berhenti. Kuda itu tetap bergeming dan memaku kendati beliau su dah menarik tali kekangnya kuat-kuat agar beranjak dari tempatnya berdiri. Beliau lalu mencoba menunggangi kuda lain, namun hasilnya tetap sama, kuda kedua itu juga tak menggerakkan kakiknya. Karena itu, Imam Husain as nampak mulai curiga sehingga bertanya: “Apakah nama daerah ini?”
Orang-orang menjawab: “Qadisiah.”
“Adakah nama lain?” Tanya Imam lagi.
“Shati’ Al-Furat.”
“Selain itu ada nama lain lagi?”
“Karbala.”

Mendengar jawaban terakhir ini Imam Husain as segera berucap:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan malape taka.”
Imam lalu berseru kepada para pengikutnya:

“Kita berhenti disini, karena di sinilah akhir perjalanan kita, di sinilah tempat tumpah nya darah kita, dan di sinilah tempat kita dikebumi kan.”

Di tanah itu, Ummu Kaltsum as adik Imam Husain as berkeluh kesah kepada beliau. “Padang sahara terlihat menyeramkan, aku tiba-tiba dicekam ketakutan yang a mat besar.”

Imam menjawab:
“Adikku, dalam perjalanan untuk Perang Siffin, bersama ayahanda kami pernah berhenti disini. Disini ayah merebahkan kepalanya kepangkuan kakakku, Hasan, kemudian tertidur. Aku juga kebetulan ada disisinya. Begitu terjaga, ayah tiba-tiba menangis sehingga kakakku bertanya mengapa ayah menangis. Ayah menjawab: “Aku bermimpi sahara ini berubah menjadi lautan darah dan Husain tenggelam ke dalamnya sambil berteriak-teriak meminta pertolongan tetapi tidak seorangpun me ngindahkan teriakannya.” Ayah kemudian bertanya kepadaku: “Bagaimanakah ka lian jika seandainya ini terjadi?” Aku menjawab: “Tidak ada jalan lain, aku akan sa bar.”

Imam Husain as kemudian berkata:
“Sesungguhnya Bani Umayyah telah mencemarkan nama baikku, tetapi aku bersabar. Mereka merampas harta bendaku, aku juga bersabar. Mereka kemudian menuntut darahku, tetapi juga tetap sabar. Demi Allah, mereka akan membunuhku sehingga Allah akan menimpakan kepada mereka kehinaan yang amat sangat dan akan menghujam kepada mereka pedang yang amat tajam.”

Sementara itu, Ubaidillah bin Ziyad sudah mendapat laporan bahwa Imam Husain as berada di Karbala. Dia mengirim surat kepada beliau berisikan desakan agar beliau membaiat Yazid. Ubaidillah mengan cam Imam Husain as pasti akan mati jika tetap menolak memberikan baiat.

Imam Husain as membaca surat itu kemudian melemparkannya jauh-jauh sambil berkata kepada kurir Ubaidillah bahwa surat itu tidak akan dibalas oleh beliau. Ubaidillah murka setelah mendengar lapo ran sang kurir tentang sikap Imam Husain ini. Dipanggilnya Umar bin Sa’ad, orang yang sangat mendambakan jabatan sebagai gubernur di kota Rey. “Cepat pergi!” Seru Ubaidillah kepada Umar. “Habisi al Hu sain, setelah itu datanglah kemari lalu pergilah ke Rey untuk menja bat di sana selama 10 tahun.

Umar bin Sa’ad meminta waktu satu hari untuk berpikir, dan Ubai dillahpun memberinya kesempatan itu. Umar kemudian berunding dengan teman-temannya. Dia disarankan supaya tidak menerima tu gas untuk membunuh cucu Rasul itu. Namun, saran itu tidak melu luhkan hatinya yang sudah dilumuri ambisi untuk bertahta. Maka, dengan memimpin 4.000 pasukan dia bergerak menuju Karbala. Be gitu tiba di Karbala, mulai adegan-agedan penganiayaan terjadi terha dap Imam Husain beserta rombongannya. Umar bin Sa’ad bahkan tak segan-segan mencegah mereka untuk mendapatkan seteguk air mi num.

Hur dan pasukannya bergabung di bawah pasukan pimpinan Umar bin Sa’ad. Umar memerintahkan seseorang bernama Azrah bin Qais. “Cepat datangi Husain, dan tanyakan kepadanya untuk apa datang kemari.” Kata Umar. Azrah kebingungan dan malu karena dia terma suk orang yang mengirim surat kepada Imam Husain as supaya beliau datang ke Kufah.

Umar bin Sa'ad kemudian menyuruh beberapa orang lain untuk bertanya seperti itu, tetapi tak ada satupun diantara mereka yang ber sedia. Mereka keberatan karena mereka juga seperti Azrah bin Qais; ikut mengundang Imam Husain as tetapi malah berada di barisan pa sukan yang memusuhi beliau.

Diriwayatkan bahwa Barir bin Khudair meminta izin Imam Husain as untuk berbicara dengan Umar bin Sa'ad mengenai penggunaan air sungai El Frat. Beliau mengizinkannya dan Barir pun pergi mendatangi Umar bin Sa'ad. Di depan Bin Sa'ad Barir langsung duduk tanpa me ngucapkan salam. Karena itu Umar bin Sa'ad langsung naik pitam.

"Kenapa kamu tidak mengucapkan salam kepadaku? Bukankah aku ini seorang muslim yang mengenal Allah dan rasul-Nya?" Tegur Ibnu Sa'ad geram.

"Kalau kamu memang seorang Muslim," jawab Barir, "kamu tentu ti dak akan keluar untuk memerangi keluarga Nabimu, Muhammad bin Abdullah, untuk membunuh mereka, untuk menawan para ang gota keluarga mereka. Di saat orang-orang Yahudi dan Nasrani bisa menik mati air sungai El Frat, Husain putera Fatimah beserta keluar ga dan sa habatnya justru terancam maut akibat kehausan karena kamu mence gah mereka meneguk air sungai tersebut, tetapi di sa at yang sama ka mu mengaku mengenal Allah dan rasul-Nya."

Ibnu Sa'ad sejenak menundukkan kepada kemudian mendongak lagi sambil berkata: "Hai Barir, saya yakin siapapun akan masuk neraka jika memerangi dan membunuh Husain dan kaum kerabatnya. Namun, apa yang bisa aku lakukan nanti untuk ambisiku di Ray? Apakah aku akan membiarkannya jatuh ke tangan orang lain? Demi Allah, hatiku tidak berkenan untuk yang demikian."

Barir kemudian kembali menghadap Imam Husain as dan melaporkan apa yang dikatakan Umar bin Sa'ad. Imampun berkomentar: "Dia tidak bisa mencapai kekuasaan di Ray. Dia akan terbunuh di tempat tidurnya sendiri" (Bin Kamil yang membunuhnya atas perintah Mukhtar Tsaqafi, hsndwsp)



BAB 3


PERTEMUAN IMAM HUSAIN AS DENGAN UMAR BIN SA'AD

Demi menuntaskan hujjahnya, Imam Husain as menyampaikan pesan ke pada Umar bin Sa'ad bahwa beliau ingin bertemu dengannya. Umar setuju. Maka, diadakanlah sebuah pertemuan antara kedua nya. Umar bin Sa'ad ditemani 20 orang dari pasukannya sebagaimana Imam Husain as juga dite mani oleh 20 pengikutnya. Namun, di tengah pertemuan ini keduanya meme rintahkan semua pengikut masing-masing itu untuk keluar dari ruang pertemu an kecuali dua orang dari mereka masing-masing. Dari pihak Imam Husain yang dizinkan untuk terus terlibat dalam pertemuan adalah Abbas dan Ali Ak bar as, sedangkan dari pihak Umar bin Sa'ad yang diperbolehkan tinggal a dalah puteranya, Hafs, dan seorang budaknya.

Dalam pertemuan 6 orang ini terjadi dialog sebagai berikut:
Imam Husain as:

"Hai putera Sa'ad, adakah kamu tidak takut kepada Allah, Tuhan yang se mua orang akan kembali kepada-Nya. Kamu berniat memerangiku walau pun kamu tahu aku adalah cucu Rasulullah, putera Fatimah Az zahra dan Ali. Hai putera Sa'ad, tinggalkanlah mereka (Yazid dan pengikutnya) itu, dan ka mu lebih baik bergabung denganku karena ini akan mendekatkanmu de ngan Allah."

Umar bin Sa'ad:
"Aku takut mereka menghancurkan tempat tinggalku."

Imam Husain as:
"Aku akan membangunnya kalau mereka merusaknya.."

Umar bin Sa'ad:
"Aku takut mereka merampas kebunku."

Imam Husain as:
"Kalau mereka merampasnya, aku akan menggantinya dengan yang lebih baik."

Umar bin Sa'ad:
"Aku punya keluarga dan sanak famili, aku takut mereka disakiti."

Imam Husain as terdiam dan tak mau menyambung jawaban lagi. Sambil bangkit untuk keluar meninggalkan ruang pertemuan beliau berucap: "Allah akan membi nasakanmu di tempat tidurmu. Aku berharap kamu tidak akan dapat memakan gandum di Ray kecuali sedikit."

Dengan nada mengejek, Umar bin Sa'ad menjawab:
"Kalau aku tidak dapat menyantap gandumnya, barley-nya sudah cukup bagiku."
"Hai putera Sa'ad, jadi kamu hendak membunuhku dengan harapan dapat berkuasa di Ray dan Jirjan seperti yang dijanjikan Ibnu Ziyad. Demi Allah ka mu tidak akan dapat menggapai ambisimu itu karena ayahku sudah membe ritahuku tentang ini. Lakukan segala apa yang kamu inginkan karena sepe ninggalku di dunia ini nanti kamu tidak akan pernah bahagia lagi. Aku sea kan sudah melihat kepalamu tertancap di ujung tombak dipajang di Kufah. Kepalamu itu dilempari oleh anak-anak kecil."

Imam Husain as kemudian pergi meninggalkan Umar bin Sa'ad tanpa mem bawa hasil apapun dari pertemuan tersebut. Umar bin Sa'ad memang dike nal sebagai pria pandir, pengkhianat, dan pendusta. Sifat-sifat buruk ini anta ra lain dia perlihatkan dalam surat yang dikirimnya kepada Ibnu Ziyad. Dalam surat ini dia menyatakan: "Husain telah memutuskan untuk pulang kembali ke negerinya atau jika tidak dia akan pergi menghadap Yazid untuk menyata kan baiat." Ini jelas satu kebohongan yang dikaitkan dengan Imam Husain as, dan karenanya beliau berkali-kali menegaskan: "Sesungguhnya si anak zina (Umar) putera si anak zina itu (Sa'ad) telah menghadapkanku pada dua pili han, mati atau hidup secara terhina. Tetapi kehinaan bagiku adalah panta ngan. Allah dan rasul-Nya serta orang-orang yang mukmin dan salih tidak mungkin akan menerima kehinaan dan tidak me nganggap kehinaan lebih baik daripada kematian dengan penuh kehormatan…"

Setelah membaca surat ini, Ubaidillah bin Ziyad berkata:
"Ini adalah surat seorang pendamba kebaikan dan penyayang untuk kaum nya."
Akan tetapi, begitu Ibnu Ziyad hendak membalas surat ini, Syimir bin Dzil Jau syan bangkit dan berkata kepadanya: "Apakah engkau perca ya kepada kata-kata Ibnu Sa'ad sementara engkau tahu Husain tidak menjabat tanganmu untuk menya takan baiat?" Kata-kata Syimir segera mengubah panda ngannya tentang Ibnu Zi yad. Karena itu dalam surat balasannya dia menuliskan:

"Aku mengirimmu bukan untuk perdamaian, kompromi, dan mengulur urusan. Ketahuilah, jika dia menuruti perintahku maka kirimkan dia kepadaku seba gai orang yang sudah menyerah. Jika tidak, maka sikapilah dia dengan keke rasan, perangilah dia, dan jika dia sudah mati letakkan jasad di bawah inja kan kaki-kaki onta….

"Jika ini kamu lakukan, berarti kamu sudah dekat denganku dan aku akan memberimu imbalan yang besar. Jika tidak maka menyingkirlah kamu dan ja batan panglima perang akan aku serahkan kepada Syi mir."

Surat ini disusul dengan satu surat lagi yang menyatakan:
"Aku sudah mengirimkan pasukan yang cukup untukmu. Kamu harus melapor kan apa yang terjadi siang dan malam. Husain dan para pengikutnya jangan diberi jalan untuk mendatangi sungat El Frat. Jangan biarkan mereka me ngambil walaupun setetes."

Pada hari ketujuh bulan Muharram, Ubaidillah bin Ziyad mengirim 500 pasu kan berkuda dipimpin Amr bin Hajjaj untuk memperketat penjagaan sungai El Frat dari jangkauan Imam Husain as dan para pengikutnya. Belum cukup dengan itu, Ubaidillah alias Ibnu Ziyad itu mengirim lagi 4000 pasukan ke Kar bala disertai dengan surat untuk Umar bin Sa'ad. Seperti sebelumnya, surat ini menekan Umar supaya melaksanakan tugasnya sebaik mungkin, jika tidak maka Umar harus menyingkir dan posisinya akan digantikan Syimir. Namun, kepada Syimir Umar mengatakan: "Aku akan tetap memegang komando pasukan, dan posisi terhormat ini tidak akan jatuh ke tanganmu. Biarlah kamu tetap memimpin pasukan pejalan kaki."

Syimir yang merasa sudah tidak ada lagi waktu untuk berbasa-basi segera menghampiri perkemahan Imam Husain as kemudian berte riak: "Hai, dimana kalian wahai anak-anak saudara perempuanku?"

Mendengar suara teriakan manusia keparat itu, Imam Husain as berkata ke pada beberapa orang saudara, termasuk Abu Fadhl Abbas as: "Aku tahu Syi mir adalah manusia yang fasik, tetapi karena dia masih tergolong kerabat ka lian, maka jawablah teriakannya." Maka, empat orang yang bersangkutan pun menjawab: "Apa kamu maukan dari kami?!"

"Kalian adalah anak-anak saudara perempuanku. Kalian saya jamin aman asalkan kalian melepaskan diri kalian dari Husain dan patuh kepada Amirul Mukminin Yazid bin Muawiah" Pekik Syimir.

Abu Fadhl Abbas menjawab: "Apakah kamu akan mengamankanku sedang kan putera Rasulullah tetap tidak diberi keamanan?! Semoga Allah melaknat mu beserta keamanan yang kamu miliki itu?"

Bersambung, insya Allah.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar