KALAU
TIDAK
BERARTI
ANDA YAZID
TIDAK
ADA ALTERNATIF LAINNYA
hsndwsp
Acheh
- Sumatra
di
Ujung
Dunia
BAB
18
DZULJANAH
MENJADI TEMPAT RATAPAN
Dalam riwayat
disebutkan bahwa ketika Dzuljanah sudah bebas dari gangguan, secara ajaib kuda
tunggangan manusia-manusia mulia itu berucap: “Betapa zalimnya umat yang telah
membunuh putera nabi nya sendiri.”
Dzuljanah kemudian
kembali ke perkemahan sambil meringkik-ringkik nyaring sehingga kaum wanita
Imam Husain as yang mengenal suara itu keluar dari dalam tenda dengan penuh
rasa cemas dan ter cekam ketakutan. Di tengah mereka Hazrat Zainab AlKubra as ber
teriak histeris:
“Oh saudaraku! Oh junjunganku! Oh Ahlul Bait! Semoga
langit ini runtuh menimpa bumi! Semoga gunung-gunung ini dihamburkan dan
menimpa pedang sahara.”
Diantara mereka
juga terdapat Ummu Kaltsum. Saat menyaksikan di atas punggung Dzuljanah sudah
tidak ada ayahnya lagi, Ummu Kal tsum juga mendadak histeris.
“Demi Allah, Al-Husain telah terbunuh!” Jerit
Ummu Kaltsum sambil menepuk-nepuk kepala dan merobek kain cadarnya.
Sakinah yang tak
kalah histerisnya:
“Oh kakekku! Oh
Muhammad! Betapa terasingnya AlHusain!” Ra tap Sakinah.
Sambil beratap dan
tersedu-sedu, satu diantara mereka ada yang berucap kepada dzuljanah:
“Mengapa engkau
lepaskan Al Husain ke tengah-tengah kerumunan musuh.”
Sakinah juga
meratap:
"Apa yang
terjadi dengan ayahku? Dimana sang pemberi syafaat di hari kiamat itu?"
"Ayahku tadi
pergi dalam keadaan tercekik dahaga."
"Apakah mereka
telah memberi ayahku air, ataukah dia telah gu gur dengan bibir yang kering
kehausan?"
Namun demikian,
Dzuljanah tetaplah seekor kuda yang tak mampu berbuat apa-apa di depan ratapan
puteri-puteri Rasul ini. Disebutkan dalam riwayat bahwa hewan yang ikut membela
para keturunan suci Rasul di depan manusia-manusia srigala itu ikut tertimpa
stres hingga akhirnya roboh dan mati. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Dzul
janah telah menceburkan diri ke sungai El Frat lalu hilang entah kemana.
BAB 19
HIJRAHNYA HAZRAT SAHR BANU AS
Pada hari kelabu tanggal 10 Muharram yang disebut hari
Asyura itu, sesuai rencana Imam Husain as dan istrinya, Hazrat Sahr Banu, Dzul
janah sempat menunaikan tugasnya melarikan Shar Banu ke suatu tempat. Dalam
sejarah dikisahkan sebagai berikut:
Tatkala Dzuljanah kembali ke perkemahan tanpa tuan
yang telah menung ganginya, seorang wanita yang mengenakan hijab tertentu turut
mendekati Dzuljanah lalu menciuminya sambil meratap dan memeras air mata kesedi
han. Wanita itu adalah Sahr Banu as, satu-satunya wanita non-Arab diantara
wanita keluarga Imam Husain as yang mengerumuni Dzuljanah yang sudah penuh luka
itu. Dia adalah puteri raja Persia yang telah mendapat anugerah Allah untuk
menikah dengan cucu Rasul, Imam Husain as, dan setia kepada nya hingga akhir
hayatnya sehingga dia tergolong wanita paling mulia. Ten tang jatidirinya, ibu
para imam suci sesudah Imam Husain ini berkisah sendiri sebagai berikut:
"Di suatu malam aku pernah bermimpi berjumpa
dengan Khatamul Anbiya Muhammad AlMustafa saww. Beliau singgah di beranda
istanaku yang me gah. Beliau bersabda kepadaku: 'Hai puteri raja Persia, aku
telah menjodoh kan kamu dengan puteraku, Husain.' Rasul kemudian pergi
meninggalkan istana. Setelah itu aku didatangi oleh seorang wanita mulia,
Fatimah Azzahra as yang diiringi oleh para bidadari. Beliau memelukku sambil
berkata: 'Kamu adalah calon isteri puteraku. Kamu adalah menantuku. Ketahuilah
bahwa tak lama lagi umat Islam akan menaklukkan (kerajaan)-mu sehingga kamu
akan menjadi tawanan. Tetapi janganlah kamu risau, karena di Madinah ka mu akan
berjumpa dengan (calon) suamimu.'"
Benar, tak lama setelah itu terjadilah perang besar
antara pasukan Islam dan pasukan imperium Persia. Prajurit Islam berhasil
menaklukkan kerajaan besar ini. Sang raja melarikan
diri, sementara sebagian dari keluarga istana, terma suk puteri-puteri raja,
tertangkap dan menjadi tawanan. Mereka diboyong ke Madinah. Kedatangan puteri
sang raja mengundang perhatian warga Madi nah sehingga mereka datang
berbondong-bondong untuk menyaksikannya. Saat itu, didalam masjid khalifah Umar
menanyakan dimana puteri-puteri raja itu. Orang-orang lantas menunjukkan mereka.
Rupanya, satu diantara mere ka nampak sangat anggun dan seperti bercahaya. Umar
meminta puteri anggun supaya memperlihatkan wajahnya yang tersembunyi di balik
cadar. Namun, puteri ketakutan dan menolak.
Diperlakukan
seperti itu, Umar sebagai khalifah tersinggung berat sehingga dia memerintahkan
supaya tawanan yang satu ini dihukum mati. Untungnya, diantara hadirin terdapat Imam Ali bin Abi
Thalib as. Sepupu Rasul ini bangkit menentang perintah eksekusi itu.
"Dosa apa puteri sehingga kamu akan me ngeksekusinya?" Kilah
Imam Ali as.
"Orang ajam (non
Arab) ini telah menghinaku." Jawab Umar.
Imam Ali as berkata:
"Dia membenci kakeknya, Khusru, dan dia tidaklah
seperti para pangeran se hingga kamu pantas memperlakukannya demikian. Bebas
kanlah puteri-put eri ini agar mereka bisa mendapatkan jodohnya di antara para
pemuda ki ta."
Ide Imam Ali ini
kemudian dipenuhi sehingga didatangkanlah para pemuda Muslim Madinah di aula
masjid. Imam Ali as meminta kepada puteri-puteri bangsawan itu untuk bangkit
dan memilih jodoh yang dikehendakinya dian tara para pemuda itu.
Dalam kitab
AlKharaij Arrawandi dikisahkan bahwa saat itu puteri raja Persia yang paling
anggun itu bangkit dan menatap satu persatu barisan pemuda yang menyatakan siap
untuk menikah dengan puteri-puteri raja itu. Sampai pada giliran pemuda Husain
bin Ali as, tatapan mata gadis bernama Jahan Syah itu terhenti dan tak berpijak
ke arah lain. Setelah merasa yakin dengan pemuda putera Azzahra as itu, dia
berkata: “Jika aku memang diberi pilihan, maka aku akan memilih pemuda ini.”
Setelah dipilih
gadis itu, Imam Husain as yang saat itu berusia 18 tahun memin tanya supaya
nama Jahan Syah diganti dengan nama Syahrbanu. Imam Ali as kemudian meminta Imam Husain supaya segera
membawa menantunya itu pulang. Beliau juga memberitahu Imam Husain bahwa
perkawinan ini a kan segera dianugerahi dengan kelahiran seorang putera yang
sangat a gung dan mulia. Putera itu tak lain adalah Ali Zainal Abidin Assajjad
as. Putera yang berusia 23 tahun saat ayahandanya dibantai di padang Karbala
pada hari Asyura, dan dia sendiri dalam keadaan sakit parah dan ditangisi oleh
ibundanya.
Menjelang detik-detik perpisahan dengan suaminya, Imam
Husain as, Sahr Banu bersimpuh dengan beliau. “Wahai putera Rasul” ucap
Shar Banu, “De mi ibundamu Fatimah Azzahra, pikirkanlah nasibku nanti, karena
disini akulah orang yang paling asing. Selama ini aku
bernaung di bawahmu dan dengan ini aku menjadi mulia. Namun, katakanlah apa
yang aku lakukan nanti sete lah kepergianmu? Aku bukanlah orang Arab (‘ajam),
dan engkau sendiri tahu besarnya permusuhan antara Arab dan ‘ajam.”
(
Selanjutnya
simaklah alinia berikut ini, jawaban Imam Hussein bagaimana kepastian yang
dikatakan Imam bahwa kuda Dzuljanah akan mendekati kemah Shaharbanu dan
membawanya balik kenegeri asalnya dengan selamat tanpa ada yang mampu diganggu
oleh musuh manapun, hsndwsp.
Sambil berlinang air mata, Imam Husain as menjawab:
“Janganlah cemas, sebab Allah yang telah
mengantarkanmu dari negeri ajam ke negeri Arab mampu mengembalikanmu ke negerimu
lagi. Nantikan lah sepeninggalku; Dzuljanah akan datang ke perkemahan. Naikilah
Dzul janah dan pergilah dari sini, dan ketahuilah pasukan musuh tidak akan bisa
berbuat apa-apa terhadapmu.”
Diriwayatkan bahwa ketika Dzuljanah kembali dalam
keadaan tak bertuan, Shar Banu ikut menyambutnya dengan ratap tangis hingga
kemudian Me ngendarainya untuk pergi ke negeri asalnya. Sebelum pergi, beliau
sempat ditegur oleh Hazrat Zainab:
“Hai menantu Fatimah Azzahra, gerangan apa yang sedang
engkau pikir kan? Adakah engkau akan menambah berat
beban kesedihan kami de ngan kepergianmu?” Ujar Hazrat Zainab.
“Aku harus pergi
sesuai perintah suamiku, Husain.” Jawab Sahr Banu kepada adik iparnya itu
Kepergian Hazrat
Sahr Banu menuju negeri Persia itu dilepas dengan derai ta ngis orang-orang
yang ditinggalkannya. Saat Dzuljanah sudah siap mengan tarkan perjalanan jauh
itu, Assajjad berkata lirih kepada ibundanya:
“Ibunda,
bersabarlah hingga aku ucapkan salam perpisahan denganmu..”
Assajad berusaha
bangkit, namun tenaganya yang tersisa tak men dukung nya untuk berbuat itu
sehingga sang ibu mendekati sendiri anaknya. Sambil memeluknya erat-erat beliau
berucap:
“Aku harus pergi
dari sini sesuai perintah ayahmu. Aku telah menitipkanmu ke pada bibimu,
Zainab, karena aku tahu dia lebih penyayang daripada aku.”
Ibunda Assajjad
akhirnya pergi dibawa oleh Dzuljanah. Bebetapa orang pasu kan musuh sempat
melihat bayangannya dari kejauhan saat beliau bergerak pergi seorang diri.
Mereka berusaha mengejarnya, namun mereka terpaksa kembali lagi setelah
kecepatan kuda Dzuljanah tak terkejar oleh kuda-kuda pasukan musuh.
Dalam perjalanan,
Hazrat Sahr Banu sempat berpapasan dengan kafilah yang sedang bergerak menuju
Kufah. Orang-orang kafilah berhenti saat me nyaksikan seorang wanita bercadar
sendirian mengendarai kuda yang penuh luka. Seorang lelaki yang mengetuai
kafilah mencegat beliau dan bertanya: “Hai siapa kamu? Mengapa kamu menempuh
perjalanan seorang diri di tengah sahara?”
Suara lelaki itu
dikenal oleh Sahr Banu. Pria itu ternyata adik beliau dan setelah saling
menyadari, beliau balik bertanya: “Adikku, hendak kemanakah kamu?”
Pria itu menjawab:
“Aku hendak menemui suamimu. Karena dia telah menulis kan surat kepadaku dan
menyatakan bahwa beliau akan berperang de ngan sekelompok musuh, dan sekarang
aku datang bersama teman-teman ku untuk membantunya.”
Sahr Banu menjawab:
“Tidak usah kamu pergi. Kembalilah sebab Husain su dah terbunuh dalam keadaan
kehausan, dan inilah kudanya sekarang aku kendarai.”
Berita ini
mengejutkan sang adik yang segera jatuh tersimpuh ke pasir. Sahr Banu kemudian
melanjutkan perjalanan ke arah tujuan sebagaimana mere ka juga melanjutkan
perjalanan ke arah tujuan mereka, setidaknya untuk me nyaksikan bagaimana nasib
keluarga Imam Husain as.
Dengan bantuan dan
perlindungan dari Allah, janda Imam Husain as berda rah bangsawan Persia itu
akhirnya tiba di bumi leluhurnya. Beliau menetap di kota Rey dan meninggal di
sana. Jasad suci beliau dikebumikan di sebuah gunung di pinggiran kota Teheran.
Lokasi makamnya selalu disesaki para pe ziarah hingga kini.
The
End/Tammat
Refleksi terakhir
dari hsndwsp:
hsndwsp: “Ada yang dilupakan sebahagian orang bahwa permusuhan kerajaan Arab Saudi sebagai duplikat kerajaan Muawiyah dan Yazid dengan Republik Islam Iran sudah terjadi semenjak Imam Hussein kawin dengan Shar banu Persia/Iran. Bin Wahab yang merupakan tangan kanan bin Shumait (panglima perang Mukhtar Tsaqafi), masih saja buta persoalan Islam itu bersaudara walaupun berbeda etnis dan bangsa. Bin Wahab yang sangat ra sis itu coba meyakinkan Bin Shumait bahwa orang Persia masih sakit hati terhadap bangsa Arab. Sa’at Bin Shumait menanyakan apa sebabnya, Bin Wahab mengatakan disebabkan bangsa Arab telah menghancurkan mere ka dalam perang Qadisiah. Betapa dungunya orang semacam Bin Wahab dari dulu hingga sekarang senantiasa mengemukakan hikayatmusang seba gai argu men mereka untuk membenci bangsa Persia/Iran. Bagaimana tidak kita katakan hikayatmusang, Dulu Arab Islam dan Persia Majusi tetapi setelah itu Islam malah jauh lebih cemerlang di Iran/Persia dibandingkan di Arab kala itu, hingga Mukhtar harus mengandalkan orang Parsi dalam kebangkitan Is lamnya paska kesyahidan Imam Hussein. Logika ini berguna bagi kaum Mus limin yang mau berpikir sesuai pesan Allah yang berulang-ulang bahwa Islam itu sudah berpindah ke Parsi/Iran.
”Pertama, Iranlah satu-satunya yang bersystem Islam murni sesuai system yang dibangun Rasulullah saww, dilanjutkan oleh Imam Ali, diteruskan oleh Mukhtar Tsaqafi dan barulah sekarang dizaman kita dimunculkan kembali oleh Ayatullah Ruhullah “Imam” Khomaini (baca Republik Islam Iran dengan Wilayatul Fakihnya). Adapun di semenanjung Arab masih system Fiodal, kera jaan Arab Saudi, duplikat kerajaan Muawiyah, Yazid dan kerajaan Klan Zuber yang sama munafiqnya dalam menentang kebangkitan System Islam oleh Mukhtar Tsaqafi paska kesyahidan Imam Hussein di Karbala.
Kedua, Kunci persoalan kita sekarang adalah Palestina. Realitanya justeru RII Yang aktif membantu bangsa Palestina yang Islam Sunni. Ironisnya bedebah-bedebah Arab Saudi senantiasa memfitnah RII sebagaimana sepakterjang klan Zuber dan bani Umayyah memfitnah Mukhtar Tsaqafi dalam kebangki tannya paska kesyahidan Imam Hussein di Karbala. Kendatipun Sunni dulu hamper 100 % menjadi munafiq, Sunni sekarang tidaklah demikian. Sunni sekarang banyak yang toleran dengan RII dan mereka menyadari kezaliman Arab Saudi yang gemar berfitnah sebagaimana type manusia kutub Qabil lainnya di seluruh Dunia. Kerajaan Arab Saudi bekerjasama dengan Zionis bukan saja untuk melawan RII tetapi juga menghancurkan bangsa Palestina, Yaman, Suriah, Irak dan Libanon. Perlu digarisbawahi bahwa gejala perang Malhamah dipacu oleh kerajaan Arab Saudi cs berhadapan dengan RII cs.
Ketiga, Di Arab Saudi mayoritas penduduknya manusia kutub Qabil yang into leran, rasis dan arrogant. Sedangkan RII mayoritas penduduknya adalah hasil akomulatif antara keturunan Rasulullah saww dengan bangsa Parsi, ras Ariya jerman. Makanya jangan heran disanalah muncul manusia-manusia kutub Habil yang cikal-bakal di RII. Ketika turunnya Surah Jum’at ayat 3: “Wa aakharina minhum lamma yalhaqu bihim, Wahual ‘azizul hakim” (Dan juga kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dialah yang perkasa lagi bijaksana). Para sahabat bertanya, sia pakah mereka itu ya Rasulullah? Rasulullah menjawab sambil meletakkan ta ngannya atas kepala Salman Al Farisi (Iran). Mereka dari kalangan inilah, andaikata Iman itu berada di bintang Surayya, mereka sanggup mengga painya. Ayat 4 masih berhubungan dengan kurnia Allah yang diberikan kepa da siapa yang Dia kehendaki. Jadi tidak perlu heran kalau Allah juga membe rikan kurniaNya kepada bangsa Parsi dimana sangat tepat bahwa Shahrba nu bangsawan Persia/Iran telah dipersiapkan Allah untuk menjadi isteri Imam Hussein yang membuahkan cikalbakal bangsa Iran sampai mampu mendiri kan system Islam oleh “Imam” Khomaini cs.
.............................................................................................................................................................................................................
.................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar