Kamis, 19 April 2018

SYAHIDNYA IMAM HUSEIN DI PERTEMPURAN KARBALA KISAH HARI ASHURA 10 MUHARRAM 61 H Sumber: www.eramuslim. III





JADILAH DIRIMU SEBAGAI HUSSEIN ATAU ZAINAB KUBRA 
KALAU TIDAK 
BERARTI ANDA YAZID 
TIDAK ADA ALTERNATIF LAINNYA

hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia



BAB 4
HARI TASYU’A

Detik-detik masa di padang Karbala terus bergulir. Kamis 9 Muharram Umar bin Sa’ad mendatangi pasukannya dan berseru: “Wahai lasykar Allah, tung gangilah kuda-kuda kalian! Semoga surga membahagiakan kalian.”

Pasukan Umar segera mengendarai kuda dan bergerak ke arah daerah per kemahan Imam Husain as. Saat itu, Imam Husain as sedang duduk tertidur da lam posisi merebahkan kepala di atas lututnya. Beliau terjaga saat didatangi adindanya, Zainab Al-Kubra as yang panik mendengar suara ribut ringkik dan derap kaki kuda.

“Kakanda, adakah engkau tidak mendengar suara bising pasukan musuh yang sedang bergerak menuju kita?!” Seru Zainab as.
Imam Husain as menjawab: “Adikku, aku baru saja bermimpi meli hat kakek ku Rasalullah, ayahku Ali, ibundaku Fatimah, dan kakakku Hasan. Mereka berkata kepadaku: ‘Hai Husain, sesungguhnya kamu akan menyusul kami.’ Rasulullah juga berkata kepadaku: ‘Hai puteraku, kamu adalah syahid keluar ga Mustafa, dan semua penghuni langit bergembira menyambut kedata nganmu. Cepatlah datang kemari karena besok malam kamu harus berbu ka puasa bersamaku, dan sekarang para malaikat turun dari langit untuk menyimpan darahmu dalam botol hijau ini.”

Mendengar kata-kata Imam Husain ini, Zainab hanyut dalam suasana haru yang amat dalam. Suara rintih dan tangis keluar dari tenggoro kannya yang kering. Keuda telapak tangannya menampar-nampar wajahnya. Imam Hu sain as mencoba menghibur adiknya.

“Tenanglah adikku, kamu tidak celaka. Rahmat Allah pasti bersamamu.” Ujar Imam Husain as.
Beliau kemudian berkata kepada adik lelakinya, Abbas: “Datangilah kaum itu, dan tanyakan kepada mereka untuk apa mereka kemari?”
Abbaspun pergi ke arah musuh dan menyampaikan pertanyaan tersebut ke pada mereka. Pihak musuh menjawab: “Sang Amir telah memerintahkan a gar kalian patuh kepada perintahnya. Jika tidak maka kami akan berperang dengan kalian.”
Abbas kemudian bergegas lagi menghadap Imam Husain as dan men ceritakan apa jawaban musuh. Imam berkata lagi kepada Abbas: “Adikku, demi engkau aku rela berkorban, datangilah lagi pasukan musuh itu dan min talah mereka supaya memberi kami waktu satu malam untuk kami penuhi dengan munajat, doa, dan istighfar. Dan Allah Maha Mengetahui bahwa aku sangat menyukai shalat, membaca Al Qur-an, berdoa, dan beristighfar.”

Abbas kembali mendatangi pasukan musuh untuk menyampaikan pesan ter sebut. Setelah mendengar permintaan itu, Umar bin Saad berunding dengan orang-orang dekatnya. Sebagian orang ada yang menolak permintaan Imam Husain tersebut. Namun, Amr bin Hajjaj yang termasuk salah satu pemu ka kaum berkata kepada Umar:

“Subhanallah, seandainya mereka adalah orang-orang kafir Dailam dan me ngajukan permintaan seperti ini, kamu pasti akan memenuhinya!” Umar bin Sa’ad berpikir sejenak kemudian memenuhi perminta an tersebut. Dia mengi rim utusan kepada Imam Husain as. Sesampainya di perkemahan Imam Hu sain as, utusan Umar itu berteriak lantang: “Kami beri waktu kalian hingga be sok. Jika kalian menyerah, kami akan memboyong kalian ke hadapan Sang Amir. Jika tidak maka ka mi tidak akan melepaskan kalian.”






BAB 5
IMAM HUSAIN AS DAN PARA PENGIKUT SETIANYA

Karena Imam Husain as dan rombongannya diberi waktu satu malam, maka pasu kan dari masing-masing pihak kembali ke perkemahan masing-masing dengan te nang. Pada malam Asyura itu, adegan-adegan yang semakin me milukan terjadi. Rintih tangis, munajat, doa, pembicaraan, dan puisi-puisi duka dan perjuangan Ah lul Bait mengiringi putaran detik-detik gulita malam sahara Karbala. Tentang ini, Imam Ali Zainal Abidin as putera Imam Husain as antara lain berkisah:

“Saat itu aku sedang menderita sakit. Akan tetapi, aku mencoba mendekati ayah ku untuk mendengarkan apa yang beliau katakan kepada para saha batnya. Aku mendengar beliau berkhutbah dimana setelah menyampaikan ucapan puji dan syukur kepada Allah, beliau berkata: ‘Amma ba’du, sesung guhnya aku tidak per nah mengetahui adanya sahabat yang lebih setia dan baik daripada saha bat-sa habatku, dan tidak pula mengenal keluarga yang lebih taat dan penyayang dari pada keluargaku. Maka dari itu, Allah akan memberi kalian pahala. Aku sudah me mastikan bahwa aku tidak akan bisa selamat dari (kejahatan) orang-orang itu. Se karang, kalian aku perbolehkan untuk meninggalkan dan membiarkan aku sendi rian melawan orang-orang itu, karena yang mereka inginkan hanyalah membu nuhku.”

Tawaran Imam Husain as ini ditolak oleh saudara-saudara, anak-anak, dan segenap anggota keluarga serta sahabat-sahabat setia beliau. Salah seorang dari mereka mengatakan:
"Untuk apa kami harus meninggalkanmu? Apakah supaya kami hidup sepeninggal mu? Tidak. Semoga Allah tidak sekali-kali menciptakan hari seperti itu untuk kami. Kami tidak akan berpisah denganmu. Kami akan mengorbankan jiwa kami untuk membelamu. Kehidupan sepeninggalmu adalah kehidupan yang buruk di mata Allah."

Imam Husain as kemudian mendoakan mereka semua. Beliau memberi se mangat mereka dengan besarnya kenikmataan di sisi Allah, kejayaan di akhi rat. Karena nya, pedihnya hujaman pedang dan tombak kemudian menjadi sesuatu yang ke cil di mata mereka. Sedemikian ke cilnya sehingga mereka bahkan tidak merasa kan kepedihan itu. Mereka berlomba bahu membahu untuk menggapai kemuliaan sebagai seorang yang gugur sebagai syahid membela agama dan keluarga suci Rasulullah saww.

Imam Husain as kemudian berkata:
"Demi Allah, setelah semua kejadian ini kita alami, masa akan terus berjalan hingga kita semua keluar (hidup lagi) bersama Al-Qaim kita untuk membalas kaum yang zalim. Kami dan kalian akan me nyaksikan rantai, belenggu, dan siksaan-siksaan lain yang memban tai musuh kita."

Seseorang bertanya: "Siapakah Al Qaim itu?"

Imam Husain as menjawab:
"Dari kami (Ahlul Bait) terdapat dua belas orang Mahdi dimana yang perta ma ada lah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah o rang yang (meru pakan generasi) kesembilan dari anak keturunanku dan dialah Imam Al Qaim Bil haq. Dengannyalah Allah akan menghidupkan Bumi ini setelah kematiannya, de ngannyalah Allah akan menjayakan agama ke benaran ini atas seluruh agama la in, walaupun orang-orang musyrik mem bencinya. Dia (Al Qaim) akan mengalami masa kegaiban dimana sepan jang  masa ini sebagian kaum ada yang murtad se mentara yang lain tetap teguh pada agama dan mencintai (Al Qaim), dan mereka akan ditanya: 'Ka pankah janji (kebangkitan) ini (akan terpenuhi) jika kalian me mang orang-orang yang jujur?' Akan tetapi orang yang sabar pada masa kegai bannya akan mengalami banyak gangguan dan didustakan. Kedudukan orang itu sama dengan pejuang yang mengangkat pedang bersama Rasulullah."

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa di alam maknawi Allah SWT me nampakkan dosa-dosa makhluk-Nya. Kemudian, untuk menghapus dosa-dosa ini, Allah bertanya kepada ruh para nabi dan wali-Nya:
"Siapakah diantara kalian yang siap berkorban dengan jiwa, harta, dan keluarga nya agar dosa-dosa ini terampuni?"

Sang pahlawan terkemuka Karbala menjawab:
"Aku siap berkorban dengan semua itu?"

Allah berfirman:
"Wahai Husain, apakah kamu siap untuk gugur sebagai syahid dalam kea daan haus dan lapar?"

Imam Husain as menjawab:
"Aku rela untuk itu?"

Allah berfirman:
"Kepalamu akan ditancapkan diujung tombak lalu dipertontonkan di kota-ko ta, di padang sahara, dan di dalam pertemuan-pertemuan ."

Imam Husain as menjawab:
"Aku rela."

Allah berfirman:
"Jasadmu akan dicincang dan dicampakkan ke tanah tanpa pakaian."

Imam Husain menjawab:
"Aku rela."

Allah berfirman:
"Para sahabatmu juga harus terbunuh."

Imam Husain menjawab:
"Aku pasrah."

Allah berfirman:
"Hamba-hambaKu (saat itu) adalah para pemuda, dan pemudamu yang berusia 18 tahun akan terbunuh di depan matamu."

Imam Husain: “Aku tetap pasrah".
Allah berfirman:

"Di tengah mereka terdapat kaum wanita, dan keluargamu akan men jadi tawanan yang terbelenggu dan pertontonkan dari kota ke kota, dari rumah ke rumah, dari lorong ke lorong."

Imam Husain: “Aku pasrah”.
Allah berfirman:

"Puteramu dalam keadaan sakit akan terbelenggu dan dipertontonkan di atas onta dalam keadaan tanpa baju dari lembah ke lembah, dari rumah ke rumah."
Imam Husain: “Aku pasrah”.

Tentang penebusan dosa ini, orang-orang yang bisa berharap mendapat syafaat dari Imam Husain as tentu saja orang-orang yang beriman kepada risalah para nabi dan ajaran suci serta mengamalkannya. Oleh sebab itu, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata:
"Penuhilah seruan para Nabi, pasrahlah kepada urusan mereka, dan taatilah mere ka niscaya kalian akan masuk kedalam syafaat mereka."

Allah berfirman:
"Pada hari tidak berguna syafaat kecuali (syafaat) orang yang Allah Allah Ma ha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkata annya."
"Dan berapa banyaknya Malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang di kehendaki dan diridhai-Nya."

"Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan ti dak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya."
Tentang ini harus diakui bahwa banyak sekali hamba-hamba Allah yang ti dak memahami kebenaran ajaran Ilahi sehingga banyak kehormatan ajaran ini dicemari dengan dosa-dosa mereka. Karena itu jelas mereka tidak mung kin akan mendapatkan syafaat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar