JADILAH DIRIMU SEBAGAI HUSSEIN ATAU ZAINAB KUBRA
KALAU
TIDAK
BERARTI ANDA YAZID
TIDAK ADA ALTERNATIF LAINNYA
hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia
BAB
4
HARI
TASYU’A
Detik-detik masa di
padang Karbala terus bergulir. Kamis 9 Muharram Umar bin Sa’ad mendatangi
pasukannya dan berseru: “Wahai lasykar Allah, tung gangilah kuda-kuda kalian!
Semoga surga membahagiakan kalian.”
Pasukan Umar segera
mengendarai kuda dan bergerak ke arah daerah per kemahan Imam Husain as. Saat
itu, Imam Husain as sedang duduk tertidur da lam posisi merebahkan kepala di
atas lututnya. Beliau terjaga saat didatangi adindanya, Zainab Al-Kubra as yang
panik mendengar suara ribut ringkik dan derap kaki kuda.
“Kakanda, adakah
engkau tidak mendengar suara bising pasukan musuh yang sedang bergerak menuju
kita?!” Seru Zainab as.
Imam Husain as
menjawab: “Adikku, aku baru saja bermimpi meli hat kakek ku Rasalullah, ayahku
Ali, ibundaku Fatimah, dan kakakku Hasan. Mereka berkata kepadaku: ‘Hai Husain,
sesungguhnya kamu akan menyusul kami.’ Rasulullah juga berkata kepadaku: ‘Hai
puteraku, kamu adalah syahid keluar ga Mustafa, dan semua penghuni langit
bergembira menyambut kedata nganmu. Cepatlah datang kemari karena besok malam
kamu harus berbu ka puasa bersamaku, dan sekarang para malaikat turun dari
langit untuk menyimpan darahmu dalam botol hijau ini.”
Mendengar kata-kata
Imam Husain ini, Zainab hanyut dalam suasana haru yang amat dalam. Suara rintih
dan tangis keluar dari tenggoro kannya yang kering. Keuda telapak tangannya
menampar-nampar wajahnya. Imam Hu sain as mencoba menghibur adiknya.
“Tenanglah adikku,
kamu tidak celaka. Rahmat Allah pasti bersamamu.” Ujar Imam Husain as.
Beliau kemudian berkata kepada adik lelakinya, Abbas: “Datangilah
kaum itu, dan tanyakan kepada mereka untuk apa mereka kemari?”
Abbaspun pergi ke
arah musuh dan menyampaikan pertanyaan tersebut ke pada mereka. Pihak musuh menjawab: “Sang Amir telah memerintahkan a gar kalian patuh kepada perintahnya.
Jika tidak maka kami akan berperang dengan kalian.”
Abbas kemudian bergegas lagi menghadap Imam Husain as
dan men ceritakan apa jawaban musuh. Imam berkata lagi kepada Abbas: “Adikku,
demi engkau aku rela berkorban, datangilah lagi pasukan musuh itu dan min talah
mereka supaya memberi kami waktu satu malam untuk kami penuhi dengan munajat,
doa, dan istighfar. Dan Allah Maha Mengetahui bahwa aku sangat menyukai shalat,
membaca Al Qur-an, berdoa, dan beristighfar.”
Abbas kembali
mendatangi pasukan musuh untuk menyampaikan pesan ter sebut. Setelah mendengar
permintaan itu, Umar bin Saad berunding dengan orang-orang dekatnya. Sebagian
orang ada yang menolak permintaan Imam Husain tersebut. Namun, Amr bin Hajjaj
yang termasuk salah satu pemu ka kaum berkata kepada Umar:
“Subhanallah,
seandainya mereka adalah orang-orang kafir Dailam dan me ngajukan permintaan
seperti ini, kamu pasti akan memenuhinya!” Umar bin
Sa’ad berpikir sejenak kemudian memenuhi perminta an tersebut. Dia mengi rim
utusan kepada Imam Husain as. Sesampainya di perkemahan Imam Hu sain as, utusan
Umar itu berteriak lantang: “Kami beri
waktu kalian hingga be sok. Jika kalian menyerah, kami akan memboyong kalian ke
hadapan Sang Amir. Jika tidak maka ka mi tidak akan melepaskan kalian.”
BAB 5
IMAM HUSAIN AS DAN PARA PENGIKUT SETIANYA
Karena Imam Husain as dan rombongannya diberi waktu
satu malam, maka pasu kan dari masing-masing pihak kembali ke perkemahan masing-masing
dengan te nang. Pada malam Asyura itu, adegan-adegan yang semakin me milukan
terjadi. Rintih tangis, munajat, doa, pembicaraan, dan puisi-puisi duka dan
perjuangan Ah lul Bait mengiringi putaran detik-detik gulita malam sahara
Karbala. Tentang ini, Imam Ali Zainal Abidin as putera Imam Husain as antara
lain berkisah:
“Saat itu aku
sedang menderita sakit. Akan tetapi, aku mencoba mendekati ayah ku untuk
mendengarkan apa yang beliau katakan kepada para saha batnya. Aku mendengar
beliau berkhutbah dimana setelah menyampaikan ucapan puji dan syukur kepada
Allah, beliau berkata: ‘Amma ba’du, sesung guhnya aku tidak per nah mengetahui
adanya sahabat yang lebih setia dan baik daripada saha bat-sa habatku, dan tidak
pula mengenal keluarga yang lebih taat dan penyayang dari pada keluargaku. Maka
dari itu, Allah akan memberi kalian pahala. Aku sudah me mastikan bahwa aku
tidak akan bisa selamat dari (kejahatan) orang-orang itu. Se karang, kalian aku
perbolehkan untuk meninggalkan dan membiarkan aku sendi rian melawan orang-orang
itu, karena yang mereka inginkan hanyalah membu nuhku.”
Tawaran Imam Husain
as ini ditolak oleh saudara-saudara, anak-anak, dan segenap anggota keluarga
serta sahabat-sahabat setia beliau. Salah seorang dari mereka mengatakan:
"Untuk apa
kami harus meninggalkanmu? Apakah supaya kami hidup sepeninggal mu? Tidak.
Semoga Allah tidak sekali-kali menciptakan hari seperti itu untuk kami. Kami
tidak akan berpisah denganmu. Kami akan mengorbankan jiwa kami untuk membelamu.
Kehidupan sepeninggalmu adalah kehidupan yang buruk di mata Allah."
Imam Husain as kemudian mendoakan mereka semua. Beliau
memberi se mangat mereka dengan besarnya kenikmataan di sisi Allah, kejayaan di
akhi rat. Karena nya, pedihnya hujaman pedang dan tombak kemudian menjadi
sesuatu yang ke cil di mata mereka. Sedemikian ke cilnya sehingga mereka bahkan
tidak merasa kan kepedihan itu. Mereka berlomba bahu membahu untuk menggapai
kemuliaan sebagai seorang yang gugur sebagai syahid membela agama dan keluarga
suci Rasulullah saww.
Imam Husain as kemudian berkata:
"Demi Allah, setelah semua kejadian ini kita
alami, masa akan terus berjalan hingga kita semua keluar (hidup lagi) bersama
Al-Qaim kita untuk membalas kaum yang zalim. Kami
dan kalian akan me nyaksikan rantai, belenggu, dan siksaan-siksaan lain yang
memban tai musuh kita."
Seseorang bertanya: "Siapakah Al Qaim itu?"
Imam Husain as menjawab:
"Dari kami (Ahlul Bait) terdapat dua belas orang
Mahdi dimana yang perta ma ada lah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dan yang
terakhir adalah o rang yang (meru pakan generasi) kesembilan dari anak keturunanku
dan dialah Imam Al Qaim Bil haq. Dengannyalah Allah akan menghidupkan Bumi ini
setelah kematiannya, de ngannyalah Allah akan menjayakan agama ke benaran ini
atas seluruh agama la in, walaupun orang-orang musyrik mem bencinya. Dia (Al
Qaim) akan mengalami masa kegaiban dimana sepan jang masa ini sebagian kaum ada yang murtad
se mentara yang lain tetap teguh pada agama dan mencintai (Al Qaim), dan mereka
akan ditanya: 'Ka pankah janji (kebangkitan) ini (akan terpenuhi) jika kalian
me mang orang-orang yang jujur?' Akan tetapi orang
yang sabar pada masa kegai bannya akan mengalami banyak gangguan dan didustakan.
Kedudukan orang itu sama dengan pejuang yang mengangkat pedang bersama Rasulullah."
Dalam sebuah
riwayat disebutkan bahwa di alam maknawi Allah SWT me nampakkan dosa-dosa makhluk-Nya.
Kemudian, untuk menghapus dosa-dosa ini, Allah bertanya kepada ruh para nabi
dan wali-Nya:
"Siapakah
diantara kalian yang siap berkorban dengan jiwa, harta, dan keluarga nya agar
dosa-dosa ini terampuni?"
Sang pahlawan
terkemuka Karbala menjawab:
"Aku siap
berkorban dengan semua itu?"
Allah berfirman:
"Wahai Husain,
apakah kamu siap untuk gugur sebagai syahid dalam kea daan haus dan
lapar?"
Imam Husain as menjawab:
"Aku rela untuk itu?"
Allah berfirman:
"Kepalamu akan ditancapkan diujung tombak lalu
dipertontonkan di kota-ko ta, di padang sahara, dan di dalam
pertemuan-pertemuan ."
Imam Husain as menjawab:
"Aku rela."
Allah berfirman:
"Jasadmu akan dicincang dan dicampakkan ke tanah
tanpa pakaian."
Imam Husain menjawab:
"Aku rela."
Allah berfirman:
"Para
sahabatmu juga harus terbunuh."
Imam Husain menjawab:
"Aku pasrah."
Allah berfirman:
"Hamba-hambaKu (saat itu) adalah para pemuda, dan
pemudamu yang berusia 18 tahun akan terbunuh di depan matamu."
Imam Husain: “Aku
tetap pasrah".
Allah berfirman:
"Di tengah mereka terdapat kaum wanita, dan
keluargamu akan men jadi tawanan yang terbelenggu dan pertontonkan dari kota ke
kota, dari rumah ke rumah, dari lorong ke lorong."
Imam Husain: “Aku pasrah”.
Allah berfirman:
"Puteramu dalam keadaan sakit akan terbelenggu
dan dipertontonkan di atas onta dalam keadaan tanpa baju dari lembah ke lembah,
dari rumah ke rumah."
Imam Husain: “Aku pasrah”.
Tentang penebusan dosa ini, orang-orang yang bisa
berharap mendapat syafaat dari Imam Husain as tentu saja orang-orang yang beriman
kepada risalah para nabi dan ajaran suci serta mengamalkannya. Oleh sebab itu,
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata:
"Penuhilah seruan para Nabi, pasrahlah kepada
urusan mereka, dan taatilah mere ka niscaya kalian akan masuk kedalam syafaat
mereka."
Allah berfirman:
"Pada hari tidak berguna syafaat kecuali
(syafaat) orang yang Allah Allah Ma ha Pemurah telah memberi izin kepadanya,
dan Dia telah meridhai perkata annya."
"Dan berapa banyaknya Malaikat di langit, syafaat
mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang
yang di kehendaki dan diridhai-Nya."
"Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman
setia seorangpun dan ti dak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang
diterima syafaatnya."
Tentang ini harus diakui bahwa banyak sekali
hamba-hamba Allah yang ti dak memahami kebenaran ajaran Ilahi sehingga banyak
kehormatan ajaran ini dicemari dengan dosa-dosa mereka. Karena itu jelas mereka
tidak mung kin akan mendapatkan syafaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar