Rabu, 18 April 2018

MENELUSURI PERANG KARBALA DAN MODEL PEMERINTAHAN IMAM ALI/SYSTEM ISLAM MURN MUKHTAR TSAQAFI III





Perang Karbala riwayat Mukhtr 25

PERSEKONGKOLAN BUSUK 
Setelah kebangkitan Mukhtar memporakporandakan musuh, Mukhtar memberi perintah kepada Ibrahim untuk menghadang musuh di luar kota. Namun Mukhtar sadar bahwa musuh di Kofah yang telah bersembunyi akan keluar begitu Ibrahim keluar kota, Mukhtar tidak lupa menyuruh Ibrahim mengirim surat setiap malam ke Kofah. Benar sekali prediksi Mukhtar saat Ibrahim sudah keluar, terjadi persekongkolan busuk antara Syabats, Rufa’ah dan para pembantai Imam Hussein dibawah komando Syimir cs. Syabats sudah membai’at Mukhtar sa’at seruan pe ngampunan Umum, tetapi sepakterjang manusia munafiq itu tidak pernah sadar, demikian juga dengan Rufa’ah mulai berse kongkol untuk melumpuhkan pemerintah Mukhtar yang baru saja mengatur strateginya. Pada mulanya Syimir cs membakar kampung isteri Mukhtar yang pertama, rumah Nariyah dan Holu, pembantunya ikut dibakar dan Holu dibunuh. Justeru itu Mukhtar memberi perintah kepada Kiyan untuk membawa semua ke luarga pejabat ke Istana agar terlindung dari rongrongan musuh.


Ketika berjanji akan mengembalikan hak-hak mereka kalau Syabats tidak bersekongkol untuk memerangi Mukhtar, pengikut Kiyan Parsi berbisik-bisik bahwa Mukhtar tidak menegakkan keadilan setelah berkuasa. Mukhtar memanggil Kiyan untuk memberitahukan bahwa dalam politiknya kadang kita tidak bisa melawan kekerasan dengan kekerasan, kita harus mengha dapi mereka dengan kelembutan. Kiyan diminta memberitahukan pengikutnya bahwa antara Arab dan Parsi tetap sama dalam pandangannya dan meminta mereka agar tidak khawatir terhadap kebijaksanaannya.
Kemudian Ibrahim pulang dari medan tempur diluar kota, memberitahukan Mukhtar kemenangannya pasukan mereka dibawah pimpinan Yazid bin Anas. Tetapi sayang bin Anas sedang sakit berat. Namun Ibnu Anas meneruskan pertem puran kedua dan mereka mengalami kemenangan kedua kalinya walaupun Ibnu Anas sendiri meninggal dunia disebab penya kitnya. Ibrahim diperintahkan untuk mengalahkan pasukan Syam, kata Mukhtar disitulah memungkinkan kelangsungan pemerinyahnya.
Begitu pasukan Ibrahim meninggalkan Kofah, rakyat yang hypocrite mulai berulah membuat masyarakat huruhara. Sementara Syimir dan Syabats berbincang-bincang bagaimana caranya untuk melumpuhkan Mukhtar. Satu perbincangan para munafiqun berkedok Islam yang sangat menarik untuk kita analisa bahwa fitnah yang diangkat Syimir adalah: “politik jahat Mukhtar” dibenak mereka: “Kesalahan terbesar Mukhtar adalah menyamaratakan saham Baitul Mal antara Arab dan Persia. Banyak suku pendukung Mukhtar memprotes keputusannya ini. Kau tahu Rufa’ah telah menjadi Imam shalat orang-orang Yaman?”. Bukan saja di sa’at Imam Ali berkuasa, menyamakan hak Rakyat dari Baitul Mal diantara yang senior dan yunior sama, mereka para senior memprotes Imam, tetapi juga isiue yang sama mereka angkat di priode Mukhtar, prototype pemerintahan Imam ‘Ali.
Sa’at Imam Ali berkuasa, para senior macam Zuber bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah berani memprotes Imam Ali, padahal mereka berdualah yang sangat antusias memperjuang kan agar Imam Ali bersedia jadi Khalifah. Sebagaimana kita ketahui pada Mulanya Imam ti dak bersedia menjadi khalifah lanjutan Abu bakar, Umar dan Usman. Hak Imam Ali dari Allah dan RasulNya sudah duluan dilanggar mereka. Kini saat pembunuhan Usman oleh pemberontak yang dipimpin oleh Muhammad bin Abubakar sendiri secara wajar, tidak ada lagi yang berani menduduki jaba tan tersebut, demikian ketakutan mereka, khawatir pembunuhan juga akan menimpa mereka, Imam Ali dirayu dengan alasan negara akan lebih berbahaya andaikata tidak ada yang mau menjadi khalifah. Imam mengatakan kepada Zuber dan Talhah akan membantu, siapa saja diantara mereka yang mau menjadi khalifah. Namun setelah Imam pulang ke rumah, meninggalkan mereka, mereka datang lagi beramai-ramai ke rumah Imam. Akhirnya Imam terpaksa menerima bai’at mereka walaupun bai’atnya di Ghadirkhum di nafikan oleh Abubakar, Umar dan Usman cs.
Orang yang pertama sekali bai’at adalah Talhah bin Ubaidillah. Sebahagian orang saat itu ber gumam, mereka khawatir sebab Talhah tangannya lumpuh sebelah. Yang tidak membai’at Imam Ali sa’at itu diantaranya, Mu’awiyah bin Sofyan, Amru bin Ask, Ummul mu’minin Ai syah, Abdullah bin Umar dan lain-lain. Namun Imam tidak memaksa mereka untuk mem bai’atnya. Ketika Imam merobah kebiasaan di zaman Umar dan Usman tentang hak rakyat dari Baitul Mal, Talhah dan Zuber cs mulai memprotes. Sa’at Imam berkhutbah di Mesjid, mereka duduk di pojok mesjid dan, Imam melihat mereka berbincang-bincang tentang pero bahan yang dilakukan Imam. Imam memanggil mereka maju ke depan, menanyakan kenapa mereka memprotesnya. Diantara mnereka beralasan bahwa Imam telah menyamakan hak mereka yang senior dengan mereka yang yunior. Imam menjawab bahwa beliau tau persis apa yang dilakukan Rasulullah dulu, dimana Rasulullah tidak pernah memberikan kelebihan kepadanya walaupun Imam lebih senior dari Talhah dan Zuber cs. Ketika mereka berdua tidak mampu menjawab argumen Imam, yang lainnya maju memprotes Imam dengan alasan Imam telah banyak membunuh orangtua mereka. Imam mengatakan: “Sa’at Allah mengi rimkan RasulNya untuk membimbing bangsa Arab, ayah-ayah kalian mengadakan perlawa nan terhadap Rasulullah, lalu berhadapanlah dengan pedang Zulfikarku. Jadi bukanklah akau yang membunuh orangtua kalian tetapi kebenaranlah yang membunuh mereka”.
Pembaca yang mulia!
Sa’at Abubakar memerintah, masih melakukan pembagian yang sama menyangkut finansial ummah, masih sesuai dengan apa yang dilakukan Rasulullah tentang hal tersebut saja. Ketika Abubakar menunjukkan Umar sebagai penggantinya, menyalahi ketentuan Rasulullah saww sebagaimana Abubakar sendiri menyalahi Ketentuan Rasulullah melanggar ketentuan dan wasiatnya terhadap pengangkatan Imam Ali sebagai pengganti Rasulullah di Ghadirkhum. Umarlah yang mula-mulai menciderai Bai’atnya bersama Abubakar cs terhadap Imam Ali. Umar juga memberikan kelebihan kepada para senior hingga mereka memuji-muji kebijakan Umar. Kebiasaan tersebut diteruskan oleh Usman hingga rakyat ramai sudah terbiasa de ngan kebiasaan pembagian harta Baitul Mal seperti itu, tidak terbayang akan dikembalikan Imam Ali sebagaimana Zaman Rasulullah saww.


Akibat kekeliruan Talhah dan Zuber cs, Muawiyah yang menuduh Imam ikut dalam pembu nuhan Usman, sebagai fitnah keji untuk meraih kedudukannya, mampu menipu Talhah dan Zuber serta Aisyah untuk melawan Imam Ali. Singkatnya terjadilah perang Jamal/perang Un ta, dimana Aisyah menunggang unta besar dan bertindak sebagai pemimpin bersama Talhah dan Zuber yang disebut Trio kepemimpinan. Bayangkan bagaimana bisa terjadi perang anta ra Imam Ali dan Aisyah? Insya Allah akan kita jelaskan, andaikata ada yang bertanya nanti.
Sungguh menarik sekali perbincangan antar Mukhtar, Kiyan dan bin Kamil.
Kini isue pembahagian harta Baitul Mal secara seksama diangkat lagi oleh kaum munafiqun priode Mukhtar Tsaqafi. Apakah kita merasa heran? Bukankah persamaan antar Bangsa Arab dan Bangsa Farsi yang dikukuhkan Rasulullah, diprotes juga kaum munafiqun priode Mukhtar? Ketika Mukhtar berbin cang.-bincang dengan Kiyan dan Abdullah bin Kamil, Mukhtar mengingatkan mereka akan perang Jamal, hingga mereka tau bagaimana kondisi kita sekarang. Logikanya berarti musuh mereka sekarang yang munafiq sama dengan Musuh Imam Ali yang munafiq juga. Aisyah, Talhah dan Zuber memang bukan munafiqun, tetapi minimal mereka termasuk orang-orang yang sanggup dipengaruhi oleh Muawiyah dan Amru bin Ask sebagain pemimpin kaum munafiqun. Kasus Rufa’ah sama dengan kasus Zuber, Talhah dan Aisyah dalam perang Jamal.
Para pemberontak akan berhadapan dengan politik Mukhtar yang tak tertandingi. Banyak pe ngikut Mukhtar yang mengeluh dan ketakutan yang amat sangagt, termasuk para isteri peja bat, Kiyan dan bin Kamil sendiri. Saksikanlah bagaimana kelanjutan akankah pemerinta han Mukhtar collaps seketika atau sebaliknya Mukhtar bejaya menumpaskan pemberontakan terse but.......


Perang Karbala Riwayat Mukhtar 26

PEMBERONTAKAN SYIMIR, SYABATS DAN RUFA’AH
Syabats bersumpah ingin melihat Mukhtar mati tapi katanya melawannya tanpa perhitungan bukan ide bagus. Dia mengaku Mukhtar bukan type orang yang bertindak sembarangan. Selanjutnya dia mengatakan mundurnya Mukhtar adaklah perangkap, tetapi akhirnya dia juga terlibat dalam pembe rontakan yang dipimpin Syimir. Perbincangan antar pemberontak akhirnya Syimir minta membai’atnya bagi ketua-ketua kelompok, Syabats meninggalkan mereka, pergi ke Mesjid. Syabats memang prototype Bal’am alias ulama gadongan dikalan gan pemberontak. Sementara Rufa’ah agak kebingungan tetapi akhirnya dia juga ikut mem bai’at Syimir. Bayangkan bagaimana tangan kanan Sulaiman itu sampai membai’at penggo rok leher Imam Hussen di Karbala.


Sebetulnya kita tidak perlu aneh sebab betapa banyak para Bal’am dizaman kita yang “tersuruk-suruk dalam pangkuan” penguasa zalim Zaman Suharto hingga zaman Yudhoyono. Ironisnya Zaman Jokowi mereka berseberangan jalan, namun Jokowi tetap menghormati mereka, mungkin pemerintahnya belum siap untuk menggantikan lembaga MUI itu dengan lembaga lainnya yang kredibel.
Sementara di Istana Nariyah jatuh pingsan melihat pemberontak demikian ramai diluar pintu gerbang Istana. Sebelumnya bukan Nariah saja yang ketakutan, malah Kiyan, Bin Kamil, Abdurrah man dan Ismail juga diliputi ketakutan. Isteri Ibrahim dan isteri Kiyan menanyakan pada Umrah, ketua wanita Istana bagaima na, apakah Mukhtar jatuh dalam perangkap? Umrah menjawab: “Kadang perangkap adalah taktik untuk bisa bebas”. Ketika Sirin menga takan nampaknya Umrah tau semuanya, Umrah menja wab: “Hanya ini saja yang kutau sedikit. Untuk menyebrangi parit, kau harus mundur sedikit sebelum melompat”. Luar biasa ketua wanita Istana, isterinya Mukhtar.
Ketika gemuruh pemberontak mendekati pintu gerbang Istana, semuanya ketakutan kecuali Mukhtar yang tenang saja dan diam tanpa bicara, hingga tangan kannya, Kiyan menjadi ga lau. Syi mir dan pengikutnya meneriakkan selogan “Mampus pembo hong”, Saat itulah Nariyah jatuh pingsan. Begitu Isteri Ibrahim membuat Nariah siuman kembali, langsung bergumam: “Terku tuk kau, Mukhtar!” Sementara Umrah berusaha menenangkan madunya itu tetapi Nariayah sempat berkata lagi: “Aku kenal dia. Dia seorang pembohong. Dia akan mengorbankan kita demi diri nya, lihatlah nanti”. Akhirnya Ibunda Mukhtarpun tidak tinggal diam mendengar hujatan pedih terhadap anaknya oleh Nariyah.
Lalu Mukhtar berorasi terhadap musuh yang membuat penghuni Istana sedikit lega tetapi masih saja galau sebahagian mereka. Syimir maju mengancam penghuni Istana saat Mukhtar kembali ke Mesjid untuk berdo’a pada Allah. Syimir mengancam mereka dengan marjanik yang membuat pendamping Mukhtar galau lagi. Akhirnya saat marjanik tiba, Mukhtar Bangun dari sujudnya sambil mengatakan: “Sekarang waktunya untuk menyerang”. Kiyan diperintahkan untuk memasang pelana Duldulnya (nama kuda Imam Ali). Kiyan dan Bin Kamil melemparkan kata-kata yang terindikasi mereka agak panik, namun Mukhtar dengan tenang berkata: “Kita akan menang. Jangan ragu itu. Ini adalah janji Allah”. Lalu mereka menunggang kudanya untuk bertempur. Begitu Mukhtar memerintahkan petugas membuka pintu gerbang disambut oleh musuh sambil pandang memandang. Sepertinya musuh gemetaran melihat wajah Mukhtar yang perkasa. Sa’at itu juga seorang membawa berita kedatangan pasukan Ibrahim yang sedang mengepung mereka dari belakang, yang bertam bah kecut sebahagian besar pasukan musuh. Mukhtar berkata pada Kiyan, Bin Kamil, Ismail dan Abdurrahman: “Kita tidak sendirian, bukan? Pasukan Allah telah tiba”.
Ibnu Asy'at mendampingi Syimir.
Ibnu Asy’at yang orangtuanya diracun isteri Muawiyah tidak tau diri masih saja bergabung dengan Syimir pengikut Yazid bin Muawiyah. Begitulah dari dulu hingga sekarang orang-orang yang terlalu mencintai harta dunia, tidak peduli walau orangtua mereka dihina, asal punya harapan untuk meraih harta dunia. Dulu Asy’at memaksa Imam Ali untuk berunding dengan Mua wiyah. Setelah itu bersekongkol dengan Muawiyah untuk mem bunuh menantunya, Imam Hassan via anaknya Ja’dah. Namun sebelum berhasil dengan ongkosnya 500 ribu dirham buat me reka bertiga, Asy’at duluan mati hingga usahanya diteruskan Ibnu Umair, pamanya Ja’dah. Lalu Ibnu Umairpun diracuni oleh Isteri Muawiyah, hanya disebabkan Ibnu Umair berjanji pada Ja’dah untuk memintakan janji tertulis untuk dikawinkan dengan Yazid bin Muawiyah. Sedangkan Isteri Muawiyah/Ibu Yazid tidak mau menepati janjinya dengan alasan kalau suaminya sendiri mau diracun, konon pula anaknya. Setelah Ja’dah melihat Pamanya Ibnu Umair sudah mati menyusul setelah matinya Asy’at ayahnya, prediksinya Ibu Yazidlah yang membunuhnya. Namun anehnya mau juga Ja’dah meracuni Imam Hassan, yang sukar kita prediksi. Kemungkinan Ja’dah tidak sadar lagi akibat mau berhubungan dengan kakitangan-kaki tangan musuh Suaminya (baca Ayahnya sendiri, Ibnu Umair, Syimir dan bahkan Ibunya Yazid bin Muawiyah) yang paling terkutuk meracuni satu persatu:


Mukhtar memberi perintah kepada Shaib untuk menangkap Syabats hidup atau mati. Shaib pun menyerang bersama pasukannya dengan garang sekali, menerjang bak singa lapar, memangsa buruannya. Lalu pasukan musuh membakar kemah mereka untuk bisa kabur. Lalu tiba geleran Rufa’ah gemetaran ketrika bawahannya memberikan laporan tentang kedatangan Ibrahim yang membuat gemetar setiap musuh saat mendengar namanya saja. Ketika pengikut Mukhtar meneriakkan selogan “Tuntut balas darah Hussein”, tangan kanan Rufa’ah menjawab selogan tersebut dengan “Tuntut balas darah Usman”. Rufa’ah bin Syaddad berteriak: “Apa urusan dengan darah Usman”. Ibrahim muncul dihadapan Rufa’ah, ta ngan kanan Rufa’ah memberi perintah untuk memanah Ibrahim, yang disambut Ibrahim dengan menang kap anak panah. Hal ini membuat pasukan musuh terkesima. Ibrahim berkata: “Rufa’ah, kau masih meragukan kebenaran kami? Buka matamu dan lihatlah”. Rufa’ah menjawab: “Syukurlah aku masih sempat menebus kesalahanku”. Lalu berhadapanlah dengan pedang pengikutnya, hingga menemui hayatnya. Apakah Allah menerima taubat nya, hanya Allahlah yang tahu.
Lalu tiba geleran Kiyan untuk menebas pasukan Syimir dan akhirnya Syimir kabur setelah terkena hantaman pedang Kiyan di pangkal pahanya. Ibu Mukhtar menanyakan Umreh, bagaimana kabarnya. Kata Umreh para pemberontak sudah dikalahkan oleh pasukan kita. “Syukurlah aku tau Allah pasti menolong putraku”, timpa mertua Nariyeh dan Umreh. Mertua menoleh Jariyeh: “Kau dengar, Narieh? Kau meragukan Mukhtar dan taktiknya la gi?“. Narieh tersipu malu dan meninggalkan mertuanya bersama Umreh.
Para pengikut Syimir, Syabats dan Rufa’ah baru menyesal setelah mereka ditawan tetapi kali ini tidak akan dimaafkan lagi. Mereka semua digiring ke penjara. Derham dari Persia menga du pada Mukhtar “sebagian tawanan dilepaskan oleh Ibnu Syarik Mahdi sebab mereka berasal dari sukunya. Aku ingin mencegah, tetapi Ibnu Syarik membentakkudan berkata: “Apa urusannya dengan kamu, budak?”. Kata Mukhtar siapapun harus dihukum walaupoun dari sukuku sekalipun. Dia perintah Shaif menemukan Ibnu Syarik dan mengatakan kepadanya, kalau tidak dikembalikan tawanan tersebut, dia tidak boleh menemui Mukhtar. Ketika Zaidah kepala penjara ingin mengadu pada Mukhtar, terdengar pekikan tawanan bersyair dan Mukhtar tersenyum menghadapinya. Ketika sang penyair memohon mereka untuk diampuni, Mukhtar menjawab: “Kebohonganmu sungguh cerdik dan puitis. Aku akan mengingatnya”.
Zaidah memberitahukan Mukhtar bahwa tawanan terlaklu banyak hingga tidak cukup tem pat dalam penjara. Ketika Mukhtar menjawab itu masalah kamu, Zaidah menjawab masalah kamu juga, biaya makan dan penjagaan sangat mahal yang membebankan pemerintah. Mukhtar menjawab: “jangan khawatir Zaidah tidak akan berlangsung lama. Siapapun yang ter libat di Karbala akan dihukum mati. Yang lain akan dilepaskan dengan jaminan”. Kemudi an Abdurrahman menanyakan, bagaimana Umar bin Sa’at bin Abi Waqas yang mendapat sua ka politik dari Mukhtar, sedangkan dia pelaku zalim berat di Karbala. Mukhtar selalu melihat keatas saat ada masalah yang dirasa agak berat, lalu mengatakan: “Tak akan lama lagi Abdurrahman, Umar bin Sa’at akan melanggar syarat jaminan keselamatannya sendiri”. Abdurrahman puas sekali dengan jawaban tersebut.
Menarik sekali di Riwayat nomor 26 ini bahwa Mukhtar akan menghukum para musuh sete lah memberikan pengampunan terlebih dahulu. Musuh tersebut tidak sadar, begitu melihat Mukhtar tidak lagi didampingi pasukan kilatnya, langsung keluar untuk memberontak terha dap pemerintah Mukhtar yang sah. Walaupun sebelum pasukan Ibrahim kembali, seluruh penghuni Istana berada dalam kekhawatiran yang amat sangat, Mukhtar tenang sambil berdo’a pada Allah. Sepertinya sama dengan sa’at Rasulullah dikepung pasukan Quraisy di Madinah hingga Rasulullah mengadu pada Allah: “Ya Ilahi Rabbi, andaikata kali ini musuhmu berhasil mengalahkan kami, tidak ada lagi orang yang mengabdi kepada Mu setelah peristiwa ini”.
Doa’ Rasulullah ini dimohon sa’at tidak ada yang berani menantang Abdu Awwud yang gagah perkasa dan terkenal seluruh Jazirah Arab, belum ada tandingannya. Ketika Imam Ali menyambut seruan Rasulullah, Beliau berdo’a lagi: “Ya Allah, jangan tinggalkan aku tanpa dia”, 3x. Realitanya sekali saja tebasan zulfikar Imam Ali, Abdu Awwud tersungkur dengan kedua belah kakinya putus sebagaimana Abdu Awwud pada mulanya memotong kedua kaki depan kudanya dengan bangganya, seolah-olah dia akan mampu menebas Imam Ali, makanya kuda tidak diperlukan lagi. Melihat musibah yang diderita Abdu Awwud, semua pasukan Abu Sofyan lari tunggang-langgang. Mukhtar mampu meneladani Rasulullah saww dan Imam Ali as.

Perang Karbala Riwayat Mukhtar 27
Umar yang dulunya sangat garang tetapi sekarang makanpun tidak selera lagi walaupun sudah men dapat suaka politik dari Mukhtar Tsaqafi. Dia tidak terlibat dalam pemberontakan, makanya dirumah saja tetapi mungkin panggilan maut sudah tiba. Dia mulai bertengkar dengan isterinya, saling menya lahkan. Sementara Syimir sedang mengobati pahanya akibat tebasan pedang Kiyan. Ibnu Asy’at mungkin adiknya Ja’dah, isteri Imam Hassan. Dia itu senantiasa bersama Syimir, manusia terkeji disisi Allah. Syimir telah disembuhkan oleh seorang tabib tetapi ironisnya hanya sedikit uang diberikan, padahal dia punya banyak simpanan uang di kamar bawah tanah. Tabib itu bertanya: “Kira-kira berapa harga kedata nganku kesini sa’at semua warga Kofah memihak kepada Mukhtar? Setelah itupun ada harga lainnya yang harus dihitung. Kau segera akan meninggalkan Kofah sedang kan aku harus tinggal dan menghadapi banyak ancaman. Kalau Mukhtar tau pembunuh Imam Hussein diobati olehku, pertama dia akan memotong tanganku kemudian memenggal kepalaku”. Ibnu Asy’at menja wab: “Dia benar Syimir, pengobatan itu tidak bisa dinilai. Berapapun bayarannya, masih belum cu kup”. Syimir menimpali: “Kau telah menyelamatkan nyawaku. Ini suatu perbuatan yang hebat. Aku bukan orang yang tidak tau membalas jasa. Kau tidak minta nyawaku sebagai bayaran pengobatan ku itu, bukan?”. “Omongan macam apa ini. Kalau aku menginginkan nyawamu, aku tak akan mengobati mu ”, jawab tabib itu. Syimir bertanya: “Kau minta berapa?” “Sebanyak kemurahan hatimu. Tentukan saja sendiri ”, jawab tabib itu. “Baiklah. Diruang bawah rumah ini ada banyak logam emas, untuk kau buat serdadu melawan Mukhtar. Ikutilah aku”, kata Syimir sambil tersenyum keduanya.
Setibanya dibawah memang banyak logam emas macam kumpulan harta Karun. Syimir menyuruh am bil sebanyak mungkin tetapi Syimir membunuhnya setelah tabib mengambil sekadarnya saja. Betapa kejinya manusia terkutuk itu sampai hati mencekik tabib setelah mengobati penyakitnya. Lalu Syimir dan kawannya kabur dari Kofah bersama kerumunan gembala biri-biri dengan memakai pakaian bulu domba. Apakah salahnya tabib itu? Kalau dengan Syimir tentunya tidak bersalah, tetapi Kiyan telah menebas paha si terkutuk itu, mengapa tabib itu mau mengobatinya? Kita memang diperintahkan Allah untuk berbuat baik kepada manusia, bukan kepada setan. Disitulah salahnya tabib itu hingga mendapat hukuman via si terkutuk itu. Fenomena ini jadi pelajaran bagi kita. Kalau kita menolong atau memaaflkan orang yang masih masih dalam kategori manusia, patutlah kita tolong. Katakanlah orang yang pernah menyakiti hati kita, lalu kita tolong dia dalam suatu masalah yang dia hadapi. Soalnya walaupun telah menyakiti hati kita tetapi dia itu masih belum masuk dalam kategori setan.
Abu Furais merayu Umar bin Sa’at bin Abi Waqas untuk kabur dari rumah, isterinya nguping. Setelah orang itu pergi, Umar bertengkar lagi dengan isterinya. Akhirnya Umar menyandera isterinya di ruang dapur, lalu dia kabur dengan anak lelakinya yang sama terkutuk. Renungkanlah type manusia macam anak Umar ini, bukan saja pernah mengancam membunuh ibunya sa’at hendak meminta suaka pada Mukhtar, tetapi masih diulangi lagi: “Semestinya ayah membunuhnya sa’at dulu ia pergi ke rumah Mukhtar”. Ayahnya menjawab, masih belum terlambat. Lalu mereka berdua pergi setelah menyande ra Jarieh. Sepertinya di Indonesia dan Acheh – Sumatra belum pernah ada anak lelaki macam anak Umar bin Sa’at (bangsa Arab) demikian bejatnya.
Mukhtar dan Ibrahim berbincang-bincang masalah pembunuh Imam Hussein untuk dihukum dan mas alah Ibnu Marjanah, bekas gubernur Yazid sebelum mertua Mukhtar. Singkatnya Mukhtar memberi perintah kepada Ibrahim diiringi dengan suratnya. Ibrahim menerimanya dengan senang hati. Mukh tar mengingatkan Ibrahim: “Berhati-hatilah Ibrahim. Untuk melawan setan kita butuh pedang berma ta dua, satu matanya adalah keimanan dan mata yang lain adalah strategi”. Ibrahim mengangguk sambil senyum dan mengecup surat perintah tersebut.
Sementara Bin Kamil berhasil menangkap “Rustam” budaknya Syimir yang hendak mengambil uang simpanan Syimir ditempat tabib yang dibunuh Syimir. Bin Kamil membawanya kepada Mukhtar. Se belumnya muncul Ibrahim yang dengan cepat disapa Rustam dan melutut dikaki Ibrahim. Bin Kamil berbincang-bincang dengan Ibrahim, panglima yang akan memerangi Ibnu Marjanah di luar kota Ko fah. Atas pertanyhaan Ibrahim siapa yang ditangkap itu, Bin Kamil memberitahukan Ibrahim nama nya Rustam. Kesalahannya dia telah meremukkan wajah Ibu Wahab dan membunuhnya. Sesampai nya di Istana, Mukhtar mengintrogasinya: “Benarkah namamu Rustam?”. Dia menjawab: “Tidak tuan , namaku Pasyang. Syimir bedebah itu memanggilku Rustam dan menyebut keledaiku Rakhs. Dia ber maksud mengolok-olok legendaris kami”. Dzarbi, pembantu Mukhtar ikut bicara: “ Terkutuklah kau dan keledaimu. Kau membuat malu bangsa Persia. Senangkah kamu menjadi pelayan iblis seperti Syimir? Kenapa tidak kau racuni?”. Akhirnya Mukhtar atas persetujuan Dzarbi memintanya menga wasi Pasyang untuk menangkap Syimir. Untuk itu Mukhtar mengatakan pada Bin Kamil agar memberi tahukan Kiyan dengan beberapa pembantunya, menyamar sebagai orang miskin untuk menguntit Pasyang dan Dzarbi. Mari kita ikuti selanjutnya apakah Pasyang itu sesuai yang dia ucapkan atau bo hong semuanya.
Selanjutnya Bin Kamil diperintahkan ke rumah Umar dimana Jarieh telah disandera tetapi pembantu wanitanya berbohong. Sa’at Bin Kamil hendak kembali ke Istana setelah beberapa anggota petugas nya diperintahkan untuk mengawasinya, terdengar bunyi benturan keramik di dapur. Ditanyakan pembantu wanita, lagi-lagi dia berbohong, katanya suara kucing. Akhirnya Ibnu Kamil masuk kembali dan menemukan Jarieh dalam keadaan terikat dan mulutnya tertutup kain. Lalu dibawanya ke hada pan Mukhtar. Mukhtar memapahnya Jarieh dengan baik dan Ibunyapun meminta Jarieh untuk men curahkan keluhannya kepangkuannya.
Umar kembali ke rumah setelah kabur beberapa hari. Sebelumnya dia dan anaknya pergi ketempat pemandian umum tetapi merasa terganggu sebab semuanya mengenal mereka. Umar baru ingat ka lau begitu Abu Furais juga mata-mata Mukhtar. Dia mengelabuinya agar melanggar perjanjian. Aku harus pulang meminta ma’af pada Ibumu, kata Umar. Simaklah bagaimana tanggapan anak Umar ke padanya, namun Umar memintanya menemukan Mukhtar untuk memberitahukan bahwa ayahnya tidak mau melanggar surat suaka. Mukhtar menanyakan, kenapa tidak Umar sendiri yang memberita hukan. Mungkin dia sungkan datang kemari. Mukhtar memberi perintah untuk bin Kamil untuk mem bawa Umar ke Istana kalau dia menolak dan melawan bunuh dia. Bin Kamil membawa pasukannya kerumah Umar dan Umar memberikan perlawanan. Menarik kita simak fenomena ini mulai dari per debatan antara bin Kamil dengan Umar dan pertempuran melawan Bin Kamil. Mula-mula beberapa pasukan Bin Kamil gugur sekitar 5 orang, lalu Bin Kamil meminta pasukannya untuk minggir, biar dia sendiri yang menghadapi Umar. Akhirnya Umar terdesak kepinggir tembok dan Umar terbayang ke zalimannya di Karbala, Bin Kamil mengerahkan tenaganya hingga Umar terpelanting dan jatuh keba wah hingga tamatlah riwayatnya.

Mukhtar mengutip firman Allah: “Sesungguhnya Kami akan membalas dendam kepada para penja hat” (As Sajdah 22). Ketika Mukhtar bangkit dari korsinya, anak Umar berorasi dengan pedasnya. Sa lut kita kepada Mukhtar Nameh yang begitu mantab memilih pelakonnya, saya sendiri merasakan se perti “Aslinya peristiwa dahulu”. Saat Harist, anak Umar bersumpah akan membunuh pamanya, Ibu nya cepat merogoh pedang Bin Kamil untuk membunuh anaknya yang terlalu kurang ajar tetapi di sanggah keddua tangannya oleh kedua Isteri Mukhtar, Narieh dan Umreh hingga Harist terselamat dari pedang Ibunya. “Aku sudah berjanji akan merayakan kematianmu”, kata Ibunya.
Insya Allah, bersambung.......



KARBALA 28
SA’ATNYA PEMBUNUH IMAM HUSSEIN DIHABISI KIYAN DAN BIN KAMIL SATUPERSATU. 


Syimir, Ibnu Asy’at, Sanan bin Anas dan Ibnu Dzababi yang dulunnya dalam pemberontakan sangat bernafsu untuk membunuh Kiyan, kini berada dalam persembunyiannya. Kini mereka sedang menunggu maut yang akan dijemput oleh Kiyan cs. Mereka sepertinya saling bertengkar, tidak sependapat satu sama lainnya bagaimana cara untuk menyelamatkan diri dari kekuasaan Mukhtar. Akhirnya Asy’at dan Sanan pergi meninggalkan Syimir dan Ibnu Dzababi. Sementara itu Pasyang/Rustam membunuh Dzarbi dengan batu sa’at Dzarbi sedang shalat. Kiyan dan teman-temannyanya melihat saat Dzarbi sudah syahid, lalu menguntid Pasyang hingga tiba di persembunyian Syimir. Dzababi kabur dan Pasyang bersembunyi dibawah tilam, hingga teman Kiyan dengan mudah membunuhnya. Kiyan berhadapan dengan Syimir satu lawan satu dan Akhirnya Kiyan berhasil membunuh Syimir dengan golok Syimir sendiri. Lalu Kiyan menyuruh temannya, memenggal kepala Syimir untuk dikirim kepada Mukhtar.


Ibnu Asy’at dan Sanan juga saling berbeda pendapat dalam perjalanan dan akhirnya berpisah juga. Ibnu Asy’at belum diketahui kemana kaburnya tetapi Sanan pergi kerumah isterinya Adzra yang bisu. Sanan sama tuanya dengan mertuanya tetapi mertuanya berdaya upaya menyuruh anaknya untuk melayani Sanan. Walaupun isterinya bisu, namun mengerti bahwa Sanan terlibat dalam pembunuhan Imam Hussein, hingga dia tidak bersedia melayani suaminya, Sanan. Disebabkan desakan orangtua nya, isteri Sanan terpaksa kabur dari rumah.






KARBALA 29
Ayah Adzra sibuk mencari anaknya semata wayang. Lalu ketemu pasukan Kiyan yang sedang mencari pembunuh Imam Hussein. Setelah Kiyan memperkenalkan diri, ayah Adzra langsung pulang memberitahukan Sanan yang lagi nyenyak tidur, bahwa pasukan Mukhtar sedang mencarinya. Sanan tidak adav jalan kecuali “dikubur”. Sa’at mereka hendak dikubur, pasukan Kiyan datang tetapi diminta oleh ayah Adzra supaya bisa pergi mencari pembunuh Imam. Mereka semua coba menipu Kiyan tetapi Kiyan tidak serta merta percaya. Dia balik lagi pada saat yang tepat. Ketika Adzra keluar dari persembunyiannya, Sanan menimpanya dengan batu hingga menemu ajalnya. Mukhtar menyaksikan lalu menangkap Sanan serta memenggal kepalanya untuk dibawa kehadapan Mukhtar. Begitu tiba dihadapan Mukhtar disambutnya dengan senyuman lega. Betapa tidak kepala orang-orang celaka telah berhasil dipenggal lehernya kecuali Umar Sa’at sudah duluan dibunuh Bin Kamil. Hanya dua orang lagi yang ditunggu-tunggu yang memanah anak Imam Hussein yang baru lahir yaitu Harmalah dan Khulli yang membunuh 2 orang putra Imam Ali.
Bin Kamil mendatangi Rumah Khulli yang memiliki 2 orang isteri, Satu beragama Sunni bernama Hurra dan satu lagi beragama Syi’ah Imamiyah 12 bernama . Bin Kamil disambut oleh Yang Sunni dan Bin Kamil dicerca habis-habisan, namun Bin Kamil tetap sabar sebagaimana Kiyan yang meneladani Imam Ali, tidak akan membalas cercaan kaum Hawa. Ketika Bin Kamil berhadapan dengan isteri yang Syi’ah bernama Sarah, sepertinya Bin Kamil mendapat keyakinan bahwa Khulli ada ditempat persem bunyiannya. Lalu Bin Kamil memeriksa cerobong asap. Ternyata disitulah Khulli bersembunyi. Mula-mula Khulli tidak mau turun, lalu Bin Kamil perintahkan anakbuahnya membakar perapian hingga asap menimpa Khulli yang memaksanya turun menyerahkan diri. Khulli dibawa kehadapan Mukhtar bersama dua orang isterinya sebagai saksi.
Saksikanlah bagaimana Khulli dipersidangan dimana dua orang isterinya disumpahkan untuk berbica ra yang sebenarnya. (Sungguh persidangan yang sangat menarik). Setelah terbukti kezaliman Khulli terhadap “putra Rasulullah”, Mukhtar menanyakan putusan Hakim, bukan hakim Syuraih yang menipu Hani dalam persekongkolannya dengan penguasa zalim (baca Ubaidillah bin Marjanah), yang membuat Ibnu Shumait ragu) tetapi diganti Mukhtar dengan Abdurrahman yang adil. Abdurrahman menjelaskan keputusannya untuk dibunuh dengan alasan telah membunuh 2 orang pengikut Imam Hussein. Lalu Mukhtar memerintahkan Bin Kamil mencatat kesalahan Khulli untuk diumumkan kepada Rakyat, lalu dipenggal kepalanya. Lalu Mukhtar berbicara panjang lebar tentang fenomena tersebut dan akhirnya mengatakan kepada dua orang isteri Khuli: “Kalian berdua bebas. Bebas dari Khuli, bebas dari hukuman kami, dan juga bebas siksaan nurani kalian. Menjadi isteri Khuli adalah aib, tetapi bukan kejahatan. Tak seorangpun berhak mengusik kalian”.
Setelah Jaksa membaca tuntutan hukum, Khulli dipenggal kepalanya dan badannya dibakar. Kemu dian Hakim Abdurrahman menjelaskan kesalahan pesakit lainnya yang menginjak-injak tubuh Imam yang telah syahid, dengan kuda-kuda mereka. Selanjutnya Abdurrahman berkata: “Mereka pelaku kejahatan terkeji sepanjang sejarah, yang tak pernah dilakukan orang sejak Nabi Adam hingga saat sebelum kezaliman Karbala. Mengasihani mereka berarti pelecehan terhadap kemanusiaan”. Lalu Abdurrahman meminta dibacakan dakwaan atas mereka. Setelah dakwaan dibacakan, Mukhtar me merintahkan Bin Kamil untuk membersihkan bumi dari ‘binatang-binatang’ itu. Kemudian Mukhtar melihat catatan nama-nama penjahat Karbala, lalu mengatakan: “Selama Harmalah masih hidup, berarti aku masih belum melakukan apa pun”.
Lalu Bin Kamil bersama pasukannya menggerebek rumah Harmalah tetapi Harmalah kabur setelah be berapa pasukan Bin Kamil syahid ditangan Harmalah, demikian hebatnya kekuatan Harmalah yang akan kita saksikan nanti. Apakah Kiyan yang meminta pada Bin Kamil untuk menghadapi Harmalah akan berhasil atau malah keluarga Kiyan yang dihabisi Harmalah, mari kita saksikan nanti.......


Bersambung ke:

http://achehkarbala2.blogspot.com/2018/04/menelusuri-perang-karbala-dan-model_18.html
http://achehkarbala2.blogspot.com/2018/04/menelusuri-perang-karbala-dan-model_18.html


''

'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar