Senin, 09 April 2018

JADILAH DIRIMU SEBAGAI HUSSEIN ATAU ZAINAB KUBRA KALAU TIDAK BERARTI ANDA YAZID. TIDAK ADA ALTERNATIF LAINNYA







IDEOLOGY IMAM HUSSEIN INILAH YANG PERLU 

DIPAHAMI


OLEH BANGSA ACHEH - SUMATRA

DAN BANGSA - BANGSA TERTINDAS MANAPUN 

DISELURUH PENJURU DUNIA


AGAR PERJUANGAN MEREKA BERHASIL GUNA

DAN BERJAYA DUNIA - AKHIRAT

hsndwsp

Acheh - Sumatra

Di 

Ujung Dunia


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Kisah syahidnya Imam Hussein di Karbala mengundang kita untu me nganalisa bagaimana hal itu bisa terjadi, bukankah Imam Hussein itu cucunya Rasulullah? Bukankah sahabat Rasulullah masih banyak dika la itu yang seharusnyaa siap memberikan bantuan kepada Hussein te tapi realitanya mereka diam seribu satu bahasa. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?

Sebelum Imam pergi ke Karbala terlebih dahulu pergi Haji. Untuk apa Imam pergi Haji duluan sebelum bertempur di medan Karbala? Apa kah kepergian Imam ke Haji sebelum Karbala kita abaikan begitu saja tanpa kita analisa tujuan yang signifikan hingga bermanfaat buat kita yang hidup belakangan setelah tragedi Karbala? Perginya Imam ke Ha ji sebelum Karbala tidak dapat dipahami kecuali oleh orang-orang yang berideology dengan Ideology Hussein. Kepergian Imam ke Haji a dalah untuk memberitahukan para Haji kendatipun kebanyakan dari mereka adalah sahabat Rasulullah sendiri yang sepakterjangnya tidak jauh berbeda dengan sepakterjang orang-orang yang dihadapi Imam Hussein di Karbala, bahwa tanpa Imam yang haq, tawaf di Baitullah a dalah perbuatan sia-sia. Hal ini menjadi i'tibar bagi kita bangsa Acheh - Sumatra bahwa Haji sekarang masih dikuasai keturunan Yazid bin Muawiyah. Maksudnya mereka tidak jauh berbeda sepakterjangnya dengan Yazid bin Muawiyah. Mereka membenci keluarga Rasulullah/ ahlulbaytnya.

Baru 3 kali Imam melakukan tawaf bersama keluarga dan pengikut se tianya, Imam berhenti yang membuat jamaah Haji lain juga berhenti total. Imam mulai berkhutbah. Setelah mengucapkan puji syukur ke pada Allah, selawat kepada Rasulullah dan keluarganya, berkhutbah panjang lebar mengingatkan bahwa tampa Imam yang haq, meling kari Ka'bah (baca tawaf) adalah sama dengan melingkari istana Hijau Yazid bin Muawiyah. Dalam hati orang yang tidak berideology, kenda tipun mereka mengaku sebagai sahabat Rasulullah sekalipun, mener tawakan ucapan Imam itu. Mereka meyakini Istana Yazid adalah ista na Yazid, tidakmungkin pernah sama dengan Ka'bah, sebagai tonggak kiblatnya ummat Islam. Demikian cara orang lugu berpikir. Mereka ha nya mampu menangkap yang tersurat, tidak mampu menangkap yang tersirat. Mereka itu memang berilmu dan menyaksikan Rasu lullah dalam hidupnya tapi mereka tidak memahami ideology Rasu lullah, demikian juga dengan ideology Imam Hussein, pewaris Rasu lullah.

Termasuk hal yang perlu digarisbawahi dari khutbah Imam Hussein itu adalah ketika beliau mengatakan: "Sekarang aku akan hijrah ke Karbala, aku akan hijrah ke Mati. Mati merah adalah mati berdarah, mati yang paling indah bagaikan kalung yang melingkar di leher gadis nan rupawan". Setelah mengucapkan kata tersebut, setelah menutup khutbahnya, Imam sekeluarga dan sahabat setianya langsung ke Kar bala. Ini menunjukkan bahwa Imam telah mengetahui bahwa beliau akan syahid di Karbala (berbeda dengan tulisan yang diforward diba wah tulisan saya ini, tidak mengandung muatan Ideology.

Kemabali kepada alimpalsu yang tidak ikut bersama Imam, kendati pun demikian jelas khutbahnya itu, mengundang kita untuk mere nungkan bahwa demikian jugalah alimpalsu dalam system Hindunesia - Jawa, kendatipun mereka mengetahui bahwa Suharto itu Koruptor nomor wahid di Dunia tetapi tetap saja brsatupadu dalam system yang menjejaskan kehidupan kaum mustadhafin itu. Mereka hidup mewah akibat berdaya upaya membela penguasa zalim itu. Mereka berfungsi sebagaimana ulama Bal'am di jaman Fir'un dulu, tidak me mihak kepada Nabi Musa dan Harun tetapi berjingkrak-jingkrak da lam 'ketiak' penguasa zalim tidak berbeda dengan Abu Hurairah yang berjingkrak-jingkrak dalam 'ketiak' Muawiyah, penguasa zalim yang menjamin kehidupan Abu Hurairah. Adakah kita heran melihat para a limpalsu di jaman kita sekarang? Ironisnya kita juga takberda  mema hami sepakterjang para alimpalsu itu hingga tergambar dalam benak kita bahwa mereka itu adalah ulama, yang berdosa membelakangi mereka. Justeru itulah system zalim, hipokrit dan korrupt itu tetap langgeng sampai hari ini dan bahkan sampai turunnya Imam Mahdi untuk meluluhlantakkan penguasa-penguasa zalim dimanapun diselu ruh Dunia. Sayangnya dikalangan kita terlalu sedikit kita miliki ilmu tentang Imam Mahdi al Muntazhar as itu.

Di Acheh muncul DR Hasan Muhammad Ditiro untuk menyadarkan bangsa Acheh - Sumatra. Beliau juga terinspirasi Karbala, perjuangan Imam Hussein yang mampu menyirami "pohon" Islam yang hampir punah ketika "kebunnya" berada di tangan Yazid bin Muawiyah, yang membuat Islam bagaikan perahu terbalik, menumpahkan segala isi nya. DR Hasan Muhammad Ditiro mampu menganalisa peristiwa Imam Hussein di Karbala, kalau Imam Hussein yang pengikut setianya hanya berkisar sekitar 70 orang, berani melawan kezaliman Yazid, kenapa kita orang Acheh yang kwantitasnya demikian lumaian tidak sanggup? Rupanya pejuang kita, Acheh - Sumatra kwantitasnya, ya tetapi kwalitasnya, no.

Realitanya dapat kita saksikan sekarang bah wa kebanyakan mereka berpatahbalik kebelakang, herankah kita? Herankah kita orang yang kita sangka ulama ternyata badut-badut yang 'menjilat' kaki pengu asa, sambil mengatakan: "ampun delat tuanku, kami tetap setia kepadamu". Kemanakah marwah bangsa Acheh - Sumatra kita? Ber cerminlah dengan peristiwa Karbala agar kita sadar siapakah kita ini agar dapat bertaubat hingga dapat menjumpai Imam Hussein di pan cutan Kautsar kelak, bukan terbaring bersama Yazid dan "Samiri cs" dalam Neraka (nauzubillaahi minzalik).

Ibnu Abbas (Abdullah bin Abbas) membujuk Imam untuk tidak pergi ke Karbala (Kofah). Dia mengatakan bahwa penduduk Kufah yang te lah memintanya datang adalah terkenal jahat dan tak dapat diperca ya. Dia memintanya agar pergi saja ke Yaman. Disana Imam Hussein mempunyai ramai pengikut sehingga dia boleh hidup dengan aman. Imam Hussein mengatakan bahwa sahabat setianya, keluarga dan ju ga adiknya Muhammad Hanafiah telah berkata yang benar. "Saya ju ga tahu bahwa saya tidak akan mencapai apa-apa kuasa sebab saya pergi bukan untuk penaklukan dunia. Saya pergi hanya untuk dibu nuh. Saya berharap bahwa melalui penderitaan yang saya tanggung dari penindasan ini, dapat tercerabut keluar asas bagi segala kekeja man dan kezaliman. Saya berjumpa dengan datuk, Nabi Allah didalam mimpi memberi tahu saya agar membuat perjalanan ke Irak. Allah ma hu melihat saya dibunuh". Muhammad Hanafiah dan Ibnu Abbas ber kata: "Jika begitu kenapa membawa anak-anak dan wanita bersama kamu?". Imam menjawab: "Datuk saya mengatakan bahwa Allah ma hu melihat mereka ditawan. Saya membawa mereka sesuai arahan Nabi Allah"

Patut kita renungkan disini bahwa Haji bukanlah sekedar ibadah Ri tual, tetapi juga Sosial, Siasah, Sejarah, Ekonomi, Kehidupan, Kebang kitan dan Ideology. Haji adalah evolusi manusia menuju kepada Allah. Wahai Haji menceburlah dirimu kedalam lautan manusia agar kamu dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dengan cara yang demikianlah kamu mendapat redhaNya. Demikian hebatnya Ibadah yang satu ini. Namun siapakah orangnya yang begitu berani memandang rendah dan sia-sia terhadap Haji tersebut? Dia tidak berbuat sebagaimana orang-orang "Islam" yang lain. Padahal Tonggak bersejarah yang diba ngun Nabi Ibrahim bersama dengan anaknya, Nabi Ismail itu telah ba nyak mengambil korban untuk dihidupkan kembali oleh nabi Muham mad saww, datuknya. Salahkah Imam Hussein mengabaikan Haji itu demi untuk syahid di Karbala? Atau kitakah yang belum mampu me mahami Ideology Imam Hussein dan Karbalanya? "Setiap bulan ada lah Muharram, setiap hari adalah 'Asyura dan setiap tempat adalah Karbala". Karbala adalah symbolisasi medan pertempuran antara yang haq dan yang bathil. Imam Hussein, keluarga dan sahabat setia nya begitu gagah berani mengorbankan darah dan air mata untuk me nyirami kembali "Pohon" Islam yang telah dimatikan Yazid, duplikat fir'aun atau Namrud.

Ideology inilah yang perlu dipahami oleh bangsa Acheh - Sumatra de wasa ini bahwa kita pantang hidup dibawah symbul-symbul kezali man. Kita dituntut untuk berjuang dibawah satu poros, pemimpin yang membebaskan kaum mustadhafin dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk mereka (Q.S,7:157). Apa artinya kita demikian rajin men cangkul di tengah sawah yang terbentang lebar, sementara kita lupa bahwa sebentar lagi airbah akan menyapu semua tanaman yang kita tanam tadi? Justru itu kita perlu memperbaiki bendungan terlebih da hulu agar usaha kita tidak menjadi sia-sia.



Billahi fi sabililhaq
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra
http://achehkarbala.blogspot.com/
--------------------------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar